aksarasuadh-blog
aksarasuadh-blog
SUTIHAT SUADH
22 posts
I'm Only Human and I Mistake
Don't wanna be here? Send us removal request.
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
Tulisan: Bersama
Tumblr media
Aku masih ingat ketika kau berkata 'perjalanan kita tak akan selalu menyenangkan', semua yang kau katakan kini bisa kupahami. Seringkali kau membuatku kecewa, dan ingin melepaskan genggaman tanganmu.
Suatu hari, kita pernah bertengkar hebat. Kau tahu betul aku selalu mengatakan apa yang ada dalam pikiranku, dan emosionalku meledak-ledak. Kau diam meredam segala amarahmu, sementara aku selalu lebih banyak kesal.
"Aku minta maaf.."
Kau memberi jeda pada kita, untuk bertahan dikereta yang sama. Kau masih ingin memberi kita ruang untuk bisa menggenap, tak peduli seberapa diamnya dirimu aku mulai memahami caramu mencintai seseorang.
Aku bahkan selalu mengatakan 'Aku belum percaya padamu' dan kau menjawab, 'tidak apa karena aku sudah melakukan yang terbaik untuk membuatmu percaya'. Aku perempuan seperti itu, yang lebih menyukai sendiri, dingin, dan menularkan kebekuan. Emosionalku pun terkadang meledak tak terkendali. Kau selalu menjadi yang paling memahami.
Aku akan menjawab pertanyaanmu tentang tujuan. Kita menikah saja, kita belajar bersama. Tak apa jika kau tak memiliki apapun untuk kau berikan padaku, tak apa jika aku harus menanggalkan impianku, kita akan belajar bersama; kau tahu kisah yang pernah kuceritakan tentang kisah romantis Mamduh Hasan, seorang putra bangsawan Mesir kaya-raya, yang jatuh hati kepada seorang gadis dari kalangan rakyat jelata. Mirip dongeng Cinderalla? Tidak. Bedanya jauh! sebagaimana yang termaktub di buku Habiburrahman El Shirazy, Di Atas Sajadah Cinta. Bagaimana mereka melewati perjalanan kehidupan yang tak mudah. Seperti katamu, perjalanan kita tak akan selalu menyenangkan. Barangkali kita akan banyak kecewa, kita akan banyak terluka, tapi aku percaya kita akan lebih bahagia.
Kita akan menaiki kereta yang sama, kita menunggu distasiun sambil bercerita apa yang akan kita lakukan disepanjang perjalanan. Kita akan menjadi teman perjalanan untuk mencapai tujuan. Kita akan berbagi buku-buku yang sama, kita akan saling bersandar saat kesedihan tak mampu kita biaskan. Saat kita ditinggalkan. Jika kau percaya padaku untuk menjadi guru terbaik bagi anak-anakmu kelak, datanglah kerumahku, dan bicaralah pada Ayahku, mintalah restunya, maka kita akan melakukan perjalanan bersama-sama.
Sutihat suadh Selasa, 12 April 2016
2 notes · View notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
Afilioken: Ketika Kau memilih Perempuan Bernama Bulan
Tumblr media
Sudah berapa lama sejak kita saling mengenal, barangkali empat atau lima tahun. Sejak pertemuan pertama kita yang tidak berarti apa-apa. Kamu mempesona karena sesuatu yang ada dikepalamu. 
Waktu itu tahun 2012, john mengajakku pergi kerumah hadi, kawannya. Aku ingat itulah pertama kali kita bertemu. Sesampainya di rumah hadi, aku tidur, ketika yang lain sibuk menikmati aroma laut. Dan perempuan selain diriku meracik aroma makanan di dapur. 
Saat itu aku dekat dengan John, tapi aku menyukai laki-laki pendiam yang selalu ramah, hadi. Laki-laki itu selalu baik dan memperhatikanku, dia tahu kalau aku tidak seperti perempuan lain. Aku ingin berhenti menceritakan hadi, mungkin disaatnya aku lebih siap bercerita tentang bagaimana perasaanku sesungguhnya.
Kita bertemu tanpa saling menyapa, rasanya seperti pertemuan tanpa jejak. Aku tahu kau ada, tapi saat itu kau membawa perempuan bernama Rani, yang kutebak dia adalah kekasihmu, dan aku tak terlalu peduli.
Hingga entah dengan alasan apa, kita menjadi dekat. Kita sering berbicara melalui chatt atau diujung telfon. Membicarakan banyak hal. Kau laki-laki yang cerdas dan pemahamanmu cukup baik. 
Barangkali jika kau membaca ini, kau akan tahu bagaimana perasaanku. Tidak apa, karena tidak ada gunanya lagi aku menyimpan segala sesuatunya sekarang. Aku menyukaimu, dan itu membuatku ingin mendapat pengakuan. Aku tidak tahu bagaimana aku harus memulainya, bercerita tentangmu seakan membuat luka-lukaku kembali dengan perasaan yang sama.
Dalam perjalananku, barangkali hal yang paling sulit kulakukan adalah mengutarakan. Ada banyak hal yang terasa sangat membebani tapi tak juga bisa aku singkirkan. Aku tidak pernah menjalin hubungan seperti relation yang selalu kuceritakan dalam tulisan-tulisanku. Sampai sekarang aku belum pernah punya perasaan yang sungguh-sungguh dan berkomitmen. Aku bahkan sulit dekat dengan orang lain, aku jadi banyak merasakan hal-hal yang tidak berguna.
Ada hal yang lain yang aku rasakan kepada seseorang, namanya Afilioken, dia adalah teman yang kukenal lewat John. Namanya kusamarkan, karena tidak ingin mengganggu privasinya. Dia orang yang paling dekat denganku waktu itu. Kita sering ngobrol dan diskusi tentang banyak hal. Mulai dari issue-issue yang sedang berkembang, buku-buku yang telah kami baca, dan permasalahan-permasalahan yang sedang kami hadapi. Dia serius dan membosankan, sama seperti aku. Dia seperti aku versi laki-lakinya, mungkin lebih baik.
Suatu hari dalam obrolan kami, afilioken bertanya bagaimana jika dia menyukaiku? aku tertawa dan bilang itu tidak mungkin. Kita teman dan jangan patahkan dengan perasaan-perasaan lebih dari itu. Dan obrolan kita lanjutkan dengan canggung, dan itulah hari dimana segalanya sudah tak menyenangkan. Setelah hari itu kita menyibukan diri kita masing-masing, aku merasakan jarak yang kita buat semakin jauh, hingga aku memutuskan untuk menghapus pertemanan kita, meredakan segala kekecewaanku.
Hari itu ada teman perempuanmu yang menghubungiku, namanya Anisa (kusamarkan) temanmu ditempat kau mengajar. Dia bercerita banyak tanpa kuminta. Dia mengatakan padaku tentang perasaannya kepadamu, yang menurutnya kau tahu tapi tidak peduli. Kata perempuan itu, kau menyukaiku, semua hal tentangku kau ceritakan padanya. Aku yang keras kepala, tulisan-tulisanku, dan semua hal yang kau sukai dariku. Aku tidak berkomentar apapun tentang hal itu, karena kutahu perempuan itu sedang menahan kesedihannya. Kalau boleh jujur, aku senang mendengar bahwa kau menyukaiku, karena kupikir hampir mustahil. Kau bisa menyukai siapa saja yang kau mau, dan aku yakin mereka akan senang hati menerimamu. Mereka yang lebih baik dariku.
Hingga setahun berlalu, kita kembali berkomunikasi. Aku sudah keluar dari organisasiku, dan hidupku mulai banyak berubah. Dan aku sadar kita juga telah banyak berubah, kau dan aku sedang berusaha saling mengenali. Kau memulai semester pertama magistermu, dan aku masih semester 6, banyak keterlambatan. Ada banyak hal yang harus kufikirkan selain perasaanku sendiri, meskipun aku banyak menyesal setelah kita berpisah tanpa kata ataupun alasan. Ada banyak hal yang terjadi dan tak ingin kubicarakan disini, bahkan perasaanku padamu yang tak pernah bisa kuutarakan sampai sekarang. Aku selalau menamakan kita teman baik, meskipun aku sesak dengan itu, aku ingin lebih dari sekedar teman baik tapi aku tidak tahu caranya.
Setahun lalu, kau mengatakan padaku bertemu dengan seseorang bernama bulan. Aku mendengarkan, dan kau kembali menceritakannya. Aku seperti bumi yang melihat matahari dan bulan akhirnya bertemu. Aku berbohong, dan mengatakan aku bertemu dengan biru, dan kami akan segera menikah. Biru tak sepenuhnya bohong, dia benar-benar ada tapi kami sudah berpisah. 
Biru laki-laki yang baik, meski jauh lebih pendiam dan tidak terlalu pintar. Dia bekerja di dinas kelautan provinsi, seperti yang kuceritakan, itu sungguh-sungguh. Ayahku yang memintaku memberi biru kesempatan, dan aku fikir dia cukup layak menerima itu meski aku tak pernah memberinya jawaban. Kau tahu aku dan biru adalah teman dekat dulu, waktu aku masih berseragam putih biru. Waktu di kelas 10, Aku pacaran dengan biru, tapi aku tidak tahulah, kalian harus maklum karena waktu itu usiaku masih 16 tahun, sulit untuk bersikap bijaksana. Aku berpisah dengan biru, setelah dia lulus tahun 2008 dan aku masih kelas 10 waktu itu, dan tidak pernah bertemu. Bertemu lagi pada tahun 2015. Aku tidak pernah menceritakan biru kepada siapapun. Karena tidak semua hal baik untuk diceritakan.
Aku melihat fotomu dengan bulan di media sosialmu. Aku kehabisan kata untuk mencerna apa yang sebenarnya membuatku merasa kecewa. Seharusnya aku ikut bahagia, tapi aku tidak bahagia. Bulan berbeda denganku, dia perempuan yang sangat cantik, lembut, dan manis sedangkan aku keras kepala dan berantakan. Aku tidak bisa berhenti membandingkan diriku dengannya, dan aku membencinya. Aku berhenti menghubungimu, sejak setahun lalu. Aku pernah membuat sebuah dongeng tentang “Patriciolli dan Afilioken : Pasukan Merah” dan dongeng itu tidak pernah selesai.  Aku tidak tahu bagaimana mengatasi diriku, aku tidak percaya diri. Aku seakan butuh waktu untuk mencerna kegagalan demi kegagalan. Aku dan John, aku dan Biru, dan aku dan AfilioKen. 
Aku menyadari beberapa hal, bahwa selama ini aku tak pernah memperjuangkan apapun, tidak pernah mengusahakan apa yang aku inginkan. Aku selalu berjalan sendiri, menikmati imajinasiku sendiri. Hidup tanpa arah dan tak punya cita-cita. Aku selalu bebas dan terikat pada kehendakku sendiri, seakan aku tak butuh orang-orang, seakan aku tak membutuhkan balasan atau harus membalas. Seakan dunia bergerak diruang yang sempit dan hampir meledak. 
1 note · View note
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Ini hasil jepretan sore ini. Maha besar Alloh yang menciptakan keindahan di muka bumi.
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Kamu tahu rasanya dulu saat kamu lebih memilih menikahinya, perempuan yang dipilih ibundamu. Aku bilang, kau menikahlah dengan perempuan itu, barangkali itu kebohongan yang paling aku sesali. Seharusnya aku mengusahakanmu tapi aku tidak percaya diri. Saat ibundamu meninggal, saat itu aku termenung, dan memilih pergi meninggalkan semuanya. Saat itu rasanya sesak. . . Hari itu kau menelfon, dan bertanya padaku tentang keikhlasanku. Kau akan menikahi perempuan yang dipilihkan alm. Ibumu dan aku merestui, dan malam itu diujung telfon aku menceritakan dongeng tentang patriciolli dan pasukan merah, dongeng yang kubuat dan tak pernah selesai hingga sekarang. Tiga bulan setelah hari kita memutuskan berpisah, kau menikah dengan perempuan itu, aku tidak datang. Tapi aku mendoakan kebaikanmu. . . Setidaknya, aku banyak berubah setelah mengenalmu, dan aku mensyukurinya, begitupun luka-lukaku. Aku hanya berusaha baik-baik saja, setidaknya itulah yang harus orang lihat dariku. Patah membuatku belajar untuk tidak terbang dengan satu sayap, untuk terbang tinggi kita butuh dua sayap. . . Aku minta maaf untuk banyak sekali hal yang salah dalam diriku.
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
SULAIMAN RASYID (1898-1976): PENYUSUN FIKIH PERTAMA
KHILAFAH MENURUT KITAB FIKIH HAJI SULAIMAN RASYID
Tumblr media
Ilmu Pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang. Di mana saja ia menemukannya, dia lebih berhak atasnya
(Hadis Riwayat At-Turmudzy) Salah satu wujud keindahan dan kesempurnaan ajaran agama Islam adalah fikih. Di dalamnya setiap orang bisa membaca aturan-aturan yang praktis. Sebuah ajaran yang, mengutip kata-kata Muhamad Iqbal, mengarahkan manusia pada tindakan dan bukan sekadar wacana.
Kecintaannya pada Islam membawa Sulaiman Rasjid (1926) belajar ke sekolah Mualim, sekolah guru, di Mesir. Kemudian ia melanjutkan ke Perguruan Tinggi Al-Azhar Kairo Mesir, Jurusan Takhashus Fiqh (Ilmu Hukum Islam) dan selesai 1935.
Di sinilah lelaki bersahaja ini lebih mendalami bahasa Arab sebelum akhirnya menyusun kitab fikih. Ini bukanlah sekadar usaha menyalin atau menerjemahkan hukum Islam ke dalam bahasa Indonesia. Sulaiman Rasjid harus “menaklukkan” kompleksitas bahasa Arab. Tata bahasa Arab pun sangat rasional dan saksama, tapi rumit, apalagi jika dibanding dengan bahasa Indonesia. Bahkan, bunyi suatu kata dapat mengakibatkan perbedaan arti yang sangat jauh. Namun, semua ini tidak membuat semangat Rasjid berkurang sedikit pun. Justru ia makin gigih memahami keunikan dan kekayaan bahasa Arab.
Berkat usaha Sahabat Utsman bin Affan ra., mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang berserakan, kemudian dibukukan, umat Islam (bahkan non-Islam) banyak memetik manfaat besar dari Alquran. Demikian pula, berkat upaya Haji Sulaiman Rasjid menyusun buku fikih versi Indonesia, umat Islam di negeri ini bisa meraih hikmah sebanyak-banyaknya.
Namun, pengabdian Rasjid bukan cuma untuk agamanya. Ia juga seorang pemikir dan pejuang bangsa. Pada 1936, bapak delapan anak ini ditunjuk Belanda sebagai ketua Penyelidik Hukum Agama di Lampung. Dalam rentang 1937–1942, dia menjadi pegawai tinggi agama pada kantor Syambu dalam era pendudukan Jepang. Namun, kedudukan yang diembannya tidak menghalanginya mengangkat senjata. Setahun menjelang kemerdekaan, Sulaiman berjuang di Kalianda bersama tokoh setempat, H. Ali.
Setelah Indonesia merdeka, Presiden Sukarno menugaskannya ke Departemen Agama Republik Indonesia, lantas menjadi kepala Jawatan Agama Republik Indonesia Jakarta (1947–1955) lalu memangku amanat sebagai kepala Perjalanan Haji Indonesia.
Dalam tahun itu pula ia menjadi staf ahli Kementerian Agama Republik Indonesia sekaligus menjadi asisten dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTIAN) Jakarta sembari mengajar sebagai dosen PTAIN Yogyakarta. Tahun 1960, Sulaiman Rasjid diangkat menjadi guru besar Ilmu Fikih.
Ayah delapan putra-putri dan kakek 20 cucu ini juga tercatat sebagai pendiri IAIN Radin Intan Lampung tahun 1964 silam. Sulaiman, yang amat menekankan nilai-nilai pendidikan dan mewajibkan semua anaknya menempuh pendidikan tinggi, wafat 26 Januari 1976 dan dimakamkan di TPU Pakiskawat Enggal, Bandar Lampung.
Salah satu kitab fiqih lengkap paling populer yang ditulis dalam bahasa Indonesiaoleh penulis asli Indonesia adalah Kitab “Fiqh Islam” karya H. Sulaiman Rasjid. Kitab fiqih ini –menurut penerbit, Sinar Baru Algesindo–menjadi salah satu rujukan di sekolah menengah dan perguruan tinggi Islam di Indonesia dan Malaysia. Popularitas buku ini bisa dilihat dari seringnya cetak ulang terhadap buku ini. Buku yang saya miliki merupakan cetakan ke 40, tahun 2007. Cetakan pertama tak disebutkan, namun ‘Kata Pengantar’ dari HAMKA sedikit memberi gambaran.‘Kata Pengantar’ tersebut bertahun 1954.
Salah satu kekuatan buku ini adalah merujuk langsung kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, tak fanatik terhadap satu madzhab, namun sekaligus tidak menafikan pendapat ulama-ulama madzhab tersebut. Ini merupakan kewajaran, karena sang penulis memang berasal dari kalangan ‘kaum muda’.
Perlu diketahui juga, H. Sulaiman Rasjid yang lahir tahun 1896 ini memperolehpendidikan agama di Perguruan Tawalib, Padang Panjang, kemudian dilanjutkan di sekolah guru Mualimin, Mesir, setelah itu dilanjutkan ke Perguruan Tinggi Al-Azhar jurusan Takhashshush Fiqh di Kairo, Mesir. Dalam karir intelektual, beliau tercatat pernah menjadi Rektor mata kuliah Ilmu Fiqh di IAIN Jakarta pada tahun 1962 – 1964, dan menjelang masa pensiun, beliau diangkat menjadi Rektor IAIN Lampung.
H. Sulaiman Rasjid di kitab beliau Fiqh Islam mencantumkan satu kitab (ket: yang dimaksud dengan ‘kitab’ adalah ‘bab’ menurut lazimnya penulisan sekarang) bernama Kitab al-Khilafah. H. Sulaiman Rasjid mendefinisikan al-Khilafah dengan “suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran agama Islam, sebagaimana yang dibawa dan dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw. semasa beliau hidup, dan kemudian dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Talib). Kepala negaranya dinamakan khalifah.”
Tentang berbilangnya pemimpin bagi umat Islam, H. Sulaiman Rasjid menulis,“Menurut asal hukum syara’ Islam, diwajibkan adanya pimpinan pemerintahan yang satu di seluruh negeri Islam sebagaimana yang ada di masa khalifah-khalifah di zaman keemasannya. Kata Mawardi dalam kitab Al-Ahkamus Sultaniyah,‘Apabila terdapat dua imam di dua negeri Islam, pimpinan keduanya tidak sah, sebab pada umat Islam tidak boleh ada dua khalifah’.”
Memang H. Sulaiman Rasjid termasuk ulama yang mentolerir berbilangnya pemimpin bagi umat Islam, seperti pernyataan beliau,“Adapun sesudah agama Islam tersiar meluas di seluruh dunia, timur dan barat, selatan dan utara, serta didorong pula oleh beberapa kepentingan dan dipaksa oleh keadaan-keadaan serta kesulitan-kesulitan politik, mau tak mau pimpinan Islamiyah (khalifah) pada abad kedelapan Masehi (kedua Hijriah) terjadi dua daulah Islamiyyah:(1) Daulah Abbasiyah di timur (Bagdad),(2) Daulah Umawiyyah di barat, di Andalus, yaitu Spanyol.”
Atau pernyataan beliau,“Al-Khilafah dapat ditegakkan dengan perjuangan umat Islam yang teratur menurut keadaan dan tempat masing-masing umat, baik berbentuk nasional untuk sebagian kaum muslim yang merupakan suatu bangsa yang memperjuangkan suatu negara yang telah mereka tentukan batas-batasnya,–sebagaimana telah terjadi mulai dari Khilafah Umawiyah, Khilafah Abbasiyah, dan lain-lain sesudah itu; khilafah-khilafah itu diakui dan ditaati oleh ulama muslim– ataupun berbentuk umum (internasional) untuk seluruh umat Islam sedunia.”
Sekarang, mari kita lihat apa yang terjadi dengan banyaknya negara-negara yang dihuni oleh mayoritas umat Islam, tak mungkinkah mereka bersatu? Atau masalah sebenarnya bukan mungkin atau tidak mungkin, melainkan mau atau tidak mau?
Tulisan ini saya tulis sudah lama, saya hanya ingin melukiskan essensi sejarah pada tulisan ini. Di blog saya ketika tulisan ini terbit, banyak sekali yang berkomentar nyinyir. Menulis itu kan kebebasan yang bertanggung jawab. 
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
KONSEPSI ISLAM
Tumblr media
Dalam buku "Sejarah Tuhan" Karen Armstrong banyak mencantumkan naskah-naskah kuno, seperti Enuma Elish yang merupakan kitab bagi kepercayaan Babilonia Kuno sampai Al Quran, untuk menggambarkan dasar pemikiran manusia mengenai Tuhan pada setiap kepercayaan. Kutipan-kutipan ini menunjukkan bahwa dasar pemikiran penulis didukung oleh bukti-bukti yang dapat dipercaya, di samping memberi pengetahuan lebih bagi para pembaca.
Ketika Islam dijadikan sebagai ideologi, ia tidak lagi tunggal. Setiap kali ada kelompok pemeluknya yang mengklaim berideologi Islam, saat itu pula Islam menjadi lintasan yang semakin berliku dan bercabang. Kesatuan sikap dan tindakan muslim dalam meniti jalan Islam pun semakin sulit digalang.
Dan di tengah "dinamika berislam" yang semakin rumit karena masing-masing firqah merasa paling benar sendiri, ada semacam hiburan. Ketika kemarin saya mengikuti kajian dari Dr. Daud rasyid yang mengatakan kira-kira begini: "islam dengan banyak firqah-fiqrahnya seharusnya bisa memanfaatkan potensi yang ada di setiap masing-masing kelompok”. Hti, biarlah mereka melanggeng dengan konsepsinya tentang khilafah. PKS dan partai-partai islam lainnya, biar mereka jadi penjaga sekaligus pembendung di parlemen sana. Muhammadiyah dengan lembaga-lembaga sosialnya sepertiperguruan tinggi, sekolah, rumah sakit, kita serahkan pada mereka kepercayaan untuk memelihara sekaligus mendakwahkan islam dengan keberlimpahan sarana-sarananya yang ada. Jamaah tabligh, biar mereka berdakwah dari mesjid ke mesjid, menjadi pionir pengingat paling dekat ke masyarakat. 
Dan setiap fiqrah tentu memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Jika saja keragaman kekuatan itu disatukan dengan terlebih dahulu mengesampingkan ego kelompok dan juga dengan menyatukan sikap umat untuk kebersatuan. Jadi ingat kata Kyai Hasyim Muzadi, "islam itu akan bersatu jika punya musuh bersama."
Itulah konsepsi islam sebagai ideologi, konsekuensi yang nyata adalah Kesatuan sikap dan tindakan muslim dalam meniti jalan Islam semakin sulit digalang. Yang penting masih bisa berlaku selayaknya manusia dengan Tuhan yang sama.
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Kadang lautan lebih luas dari yang kita kira. Kadang kita merasa mengenal seseorang padahal tidak. Kadang kita merasa demikian padahal tidak demikian. . .
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Lautan dan kamu Kamu dan aku duduk diantara pasir dan ombak. Berkali-kali lautan menghapus jejak kita, kau tersenyum. Katamu, langit cukup indah hari ini dan kau suka karena ada aku bersamamu ditempat yang sama menikmati desirnya. . . Kita hanya perlu bersama untuk bahagia bukan. Dan butuh subsidi bensin untuk jalan-jalan bersama mendatangi tempat-tempat indah dibumi. . . Bersamamu, lautan jadi lebih biru. Langit jadi lebih indah. Udara jadi lebih segar. Kamu lebih mewarnai. Aku suka kamu ada, dan tidak ingin apa-apa lagi. . . Kemarin aku bergurau ingin melihat lautan biru. Katamu, kita pergi bersama. Kau tahu, aku senang. Terimakasih hari ini, terimakasih untuk bahagia yang berjuta-juta kali lipat rasanya. . . Kepulauan Seribu, 19 Februari 2017
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Kemarin ada teman saya Aditia Rahman. Dia tanya ke saya, kalau ada satu negara yang ingin kamu menetap, itu dimana. Jawabanku masih sama, Bosnia. Negara yang berada di semenanjung Balkan diselatan Eropa. Negara yang didiami oleh tiga kelompok etnik, Bosnia, serbia dan kroasia. Negara yang dikenal multi religius. . . Saya pernah menulis artikel tentang Bosnia disalah satu blog saya. Negara ini peradaban-nya sangat maju. Sejarahnya juga sangat menarik, kalau kamu ada waktu silahkan baca. Pada akhir abad ke-13, wilayah perbatasan ditaklukan oleh Turki Usmani, sehingga pengikut bogomil berbondong-bondong masuk islam dan kaum muslim bosnia mendapatkan status dengan orang turki asli pada perkembangannya. Dan islam menempati 45% agama di bosnia saat ini. Untuk sejarah lebih lengkapnya kamu bisa searching. Saya hanya ingin menggambarkan sedikit. . . Dibosnia ada Pocitelj atau kota lama, kamu bisa lihat betapa menawannya kota ini. Sarajevo, Neum, Visegrad (Jembatan diatas drina), Masjid Gradska Dzamija, Perpustakaan di Sarajevo, dan tempat-tempat lain yang tak bisa saya gambarkan. . .
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
HIKAM ANDRIE MUSTAFA
Tumblr media
Ada yang bilang saat kita jatuh cinta dunia akan punya warna yang cerah sekali. Aku rasa begitu. Aku suka perasaan saat  bersamamu, riang dan banyak tertawa.Kau benar, kita akan bahagia ketika menemukan orang yang tepat. Kita tidak perlu takut untuk tidak dicintai. Rasanya ingin menua bersamamu, begitu saja. .Kau pernah bilang sesuatu saat kita bertemu terakhir kali. 
"Kau tahu apa yang paling aku sukai saat bersamamu?"
Aku menggeleng. 
"Aku bisa menjadi power ranger."
Haha, aku tertawa. 
"Aku serius."
"Kenapa?"
"Karena aku suka"
"Aku suka jadi batman."
"kenapa?"
"Karena batman nggak perlu kaya spiderman."
Aku tertawa. . . Drie, Kapan kamu lulusnya? tanyaku tiba-tiba.
 "Kenapa?"
"Aku mau kamu disini."
 "Kok tumben, melow."
"Aku mau pergi ondangan sama batman."
"Haha. Emang mau ondangan ke siapa sampe perginya harus sama batman?"
 "Ke sahabatku, april nanti nikahnya."
"Oh iya, aku engga janji tapi diusahakan.” . . Hikam Andri Mustafa. Kemarin temanku tanya, kamu kemarin pergi sama siapa engga bilang-bilang, maaf aku engga mau jawab. Hikam itu batman yang kadang-kadang jadi power ranger. Yang suka tiba-tiba ada, terus bilang "Aku kesasar di sini" atau "Mau ketemu dimana?ditempat yang ada orangnya?aku takut zombie." lalu dia ketawa sendiri. Aku suka kamu, dan makasih udah mau ke aku, yang katamu perempuan paling jutek dan keras kepala se-banten. haha. Aku ketawanya keras waktu kamu bilang itu, pas kita makan bakso di masjid agung.
Ada banyak hal yang menyenangkan yang ingin kutulis tentang kamu hikam. Aku senang kalau sudah menulis cerita kita. Rasanya duniaku sudah sangat berwarna. Aku rindu, muuach jangan. Jangan, entar dimarah bapak. hehe. Nanti aku ingat-ingat hal-hal menyenangkan lainnya, biar kamu baca dan senyum-senyum di kost-an. Sambil baca buku-buku sejarahmu itu. Udah ya hikam, aku mau belajar dulu. Muuach jangan. Jangan.
***
"Semalam aku baca postinganmu, kok aku senang ya."katamu pagi-pagi "Yaudah senangnya harus semilyar."kataku "Berarti besok bikin cerita lagi." "Siap grak." Ku persembahkan cerita ini untuk batman yang tiba-tiba suka berubah jadi power ranger. . . Waktu itu tanggal 15 Januari 2017, aku rencana mau pergi ke Senen, biasalah aku ini kan pengangguran yang banyak kerjaan. Aku mau beli buku dan ketemu temanku untuk diskusi masalah menulis. Dia penulis dan aku bukan. . . Pagi-pagi aku udah siap, karena kereta kan perginya jam 10, jadi aku udah harus di stasiun jam setengah 10, tiket sudah kubeli kemarin-nya. 
. . Aku rada kaget pas hikam pagi-pagi whats up. 
"Hey, hari ini mau kemana?udah bangun?"
"Aku mau pergi batman, kok tumben wa pagi-pagi, kamu kesambet? hehe"
"Aku mau ke serang sama temanku, ada urusan."
"Tapi aku mau pergi ke jakarta, gimana dong?"
"Yaudah kita ketemu sore aja, sekalian aku pulang, distasiun."
"Oh yaudah." . . Asaaaaa. Aku senang, ini sih sambil menyelam minum soda. Aku pergilah dengan semangat 45, semangat kemerdekaan. Setengah satu siang aku ketemu temanku, ngobrol ngalor ngidul ngomongin ini itu dan lain-lainnya. Hingga waktu menunjuk pukul empat sore. Aku bilang ke temanku mau ketemu Hikam, dan temanku ikutan karena mau ketemu si batman. Katanya mau kenalan. . . Jam setengah lima aku ketemu hikam di toko buku di senen. Kamu inget engga? Aku sih yakin engga lupa, berarti ingat. . . "Kamu mau beli buku apa?”tanya hikam
"Kamu mau beliin?"Tanyaku 
Aku traktir."
"Horeee."
"Aku mau serie drunken batman, bukunya surayah."
"Yang milea udah selesai baca?"
"Sudah. Kalo kamu mau beli buku apa, entar aku beliin."
"Aku belum tau, kan niatnya cuma beliin kamu."
"Yaudah kamu pikir-pikir dulu aja."
Lima belas menit kemudian. 
"Yang ini bukaaan?Mauuu?"
"Mauuuu"Aku meloncat karena saking senangnya."
"Kamu punya bakat jadi spiderman. haha."
"Engga papa kan pacarku batman, mereka engga musuhan."
"Mereka kan pahlawan di film masing-masing."
"haha, makasih batman atau power ranger?"
" Power Ranger. Iya sama-sama."
Temanku sudah pulang, kami yang tadinya berempat tinggal berdua. Hikam mengajakku makan, sambil menunggu kereta jam 10 malam. . Hari itu, engga sengaja kita ketemu temanmu. Salah satunya si Ayu, perempuan yang kelihatan mau ke kamu. Katanya teman kuliahmu dulu waktu di BL. Kita ngobrol bareng, dan sejujurnya aku engga suka, rasanya aneh, aku pengen narik si ayu dan kulempar keluar. Dia natap kamu udah kaya anjeli ke rahul, atau kaya geum jan di ke Ji Hoo. Dalem gitu, Drie. Kamu nya senang, cekikikan, pasti lagi ngetawain aku. Untungnya dia buru-buru pergi, jadi akunya senang. "Kenapa?"
"Apanya?"
"Cemburu?"
"Engga banyak."
"Aku suka."
"Ayu mau ke kamu?"
"Akunya engga mau, maunya ke kamu."
"Dia teman sekelasmu, waktu di BL"
"Iya, dia mau ke aku udah dari dulu."
"Aku engga suka, ke dia."
"Kenapa?"
"Kan aku lagi cemburu jadi engga suka."
"hahaaa, jangan cemburu, nanti hujan."
"Emang aku goblin. hehe."
"Iya, udah makannya habisin."
"Engga selera."."Iya, kan udah abis."
"Iya."
"Kamu pulang sendiri?Aku engga bisa anter, paling sampe stasiun aja."
"Iya gapapa. kamu pulangnya sama mas Agung?nunggu dimana dia?"."Kuusir tadi, biar aku bisa ke kamu."
"Ini udah ke aku, dan kenyang."
"Iya, aku senang."
. . Pukul sembilan lima belas menit, kita sampai di stasiun. Kita menunggu kereta datang. Di tempat yang menurutku cukup ramai. Kamu beli gantungan kunci, dengan tulisan " Pasar Senen", katamu biar ingat kalau kita pernah senang disini. Aku cuma cengengesan, senang, kalau boleh berlebihan senangku tiga milyar hari itu.
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
I’M STILL GROWING
Tumblr media
Hari ini hari kamis, aku sedang menyandarkan tubuhku di badan kursi, sedang menikmati jeruk dari ibuku. Aku ingin menceritakan Ego, seseorang yang pernah ada dimasalalu. 
Namanya Ego, orang yang pernah aku sukai delapan tahun lalu, waktu aku kelas satu SMA. Dia manis, dan pendiam. Aku suka karena dia berbeda denganku. Dia dua tingkat diatasku, waktu aku kelas sepuluh ego kelas dua belas. Aku tidak mau banyak bercerita tentang masalalu, tapi aku mau menceritakan ego dari sudut pandangku sekarang, biar dia tahu apa yang ada dalam pikiranku.
Singkatnya, setelah ego lulus aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Mungkin sekitar lima atau enam tahun. Aku tidak pernah membencinya, tapi juga tak ingin terhubung dengannya. Dari kabar yang kudengar saat itu ego sudah bersama orang lain, perempuan yang membuat aku memutuskan untuk tidak pernah ingin mengenalnya. Saat itu aku masih SMA kelas satu dan kau harus maklum dengan pikiranku.  
Tahun-tahun berlalu, menurutku bukan waktu yang singkat atau waktu yang lama untuk merubah banyak hal didunia. Aku tumbuh dengan kehidupanku yang baru, ego juga demikian. Kami memilih jalan yang berbeda. 
Saat ini usiaku 24 tahun dan ego 27 tahun, ada banyak hal yang terjadi sebelum akhirnya kami bertemu kembali setahun lalu. Perasaan yang tak bisa kujelaskan padamu saat bertemu lagi dengannya. “Sebab bertukar kata dengannya bukan perkara biasa bagiku. Bertukar kata juga berarti bertukar perasaan rindu”. Aku menyadari satu hal setelah bertemu lagi dengan laki-laki itu, aku senang karena setidaknya aku punya kesempatan untuk tidak menghakimi masalaluku sendiri, atau menghakiminya dimasalalu.
Suatu hari kami bertemu disebuah tempat makan. Ada banyak kata malam itu. Ego mengutarakan perasaannya padaku, keinginannya untuk bersama. Aku menatapnya dan menaruh cangkir yang berisi Mochalatte yang mulai dingin. Aku tertawa, sinis. 
“Saya serius.”Katamu
“Saya tidak suka kata-kata tanpa tujuan, apa manurutmu ini masuk akal? Common, sudah berapa lama?”
“Kamu bisa memikirkannya.”
“Saya tidak perlu memikirkannya.”
“Saya tidak tahu mau bicara apalagi.”
Aku sungguh tak ingin menghakimimu tapi aku juga tidak bisa mempercayaimu. Aku meninggalkanmu hari itu, kulihat kau tampak begitu kecewa. Kurasa itu pilihan terbaik untuk tidak mengulang rasa sakit yang sama. Kau pernah bertanya padaku, bisakah seseorang jatuh cinta pada dimensi yang berbeda, waktu yang sama sekali berbeda dan ditempat yang juga berbeda? Kau bisa jatuh cinta pada seseorang yang sama ratusan kali pada waktu yang berbeda, dan kau akan menyakitinya pada saat yang sama. 
***
Sampai suatu hari Ayah memintaku untuk memberimu kesempatan. Kata Ayah, kau laki-laki yang baik yang sedang berusaha memperbaiki diri. Aku menerimamu dengan keyakinan bahwa “You’re Still Growing”, kamu akan tumbuh lebih baik.
Hari-hari yang kita lewati cukup menyenangkan. Aku selalu melihat hal-hal yang luar biasa darimu. Matamu yang sipit namun indah, wajahmu dan semua hal yang membuatku senang. Semuanya tampak baik-baik saja, bahkan aku lebih banyak tertawa sejak bertemu denganmu.
Sampai suatu hari, kudapati segalanya berubah, dingin. Kau tampak tidak bahagia, dan aku mulai tidak percaya diri. Kita mulai mengatur jarak dan semuanya tak lagi menyenangkan. Kau seperti sedang berusaha melarikan diri.
Ada banyak hal yang berkelebat dikepalaku. Malam itu aku mengetikan ribuan kata yang berhenti pada satu kata “Berpisah” dan besoknya aku ingin mengakhiri kesedihan yang sedang berusaha keras kita sembunyikan.
Besoknya, kau menghubungiku. Aku tidak begitu senang. Aku menjawab pesanmu.
“Kamu boleh bicara.”
“Saya ingin sendiri.”
“KIta akhiri saja.”
“Maafkan saya.”
“No, ini yang terbaik.”
“Saya masih tidak bisa memahami kamu.”
“I know.”
“Kita masih bisa berteman?”
“No.”
“Saya minta maaf.”
“Sudahlah.”
Entah apa yang ada dikepalaku dan dikepalamu. Aku merasa kita telah membuat jarak yang sangat jauh. Seharusnya aku baik-baik saja tapi ternyata tidak.  
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
PERJALANAN BERSAMAMU
Tumblr media
Sesaat aku ingin meredam kekhawatiran tentang perjalanan kita. Aku tetap berjalan dibelakangmu dengan jarak. Kau membawaku ketempat dimana segalanya terasa lebih asing, hanya ada kita yang menikmati perjalanan bersama. Kau menghentikan langkahmu distasiun dimana kereta menunggu untuk kita naiki. Kita duduk ditempat yang sama masih dengan jarak. 
Disepanjang perjalanan kita lebih banyak diam. Kita melihat segala yang kita lewati; langit, laut, gedung-gedung, dan yang ada disana. Sampai dipemberhentian terakhir, kau melangkah keluar dan menyiratkanku untuk kita kembali melangkah bersama. Aku masih tanpa ragu berjalan dibelakangmu meski tanpa tujuan. Kau tersenyum didepan sana, aku masih tersenyum di belakangmu. 
"Sejauh ini dengan semua yang kita lewati bersama-sama, kau masih yakin dengan lelaki sepertiku? Lelaki yang tak menjanjikanmu tujuan, lelaki yang tak menawarimu perjalanan yang menyenangkan, lelaki yang lebih banyak diam?" 
"Tidak apa, karena kita sedang belajar bersama, menikmati segala yang kita lewati disepanjang perjalanan. Aku ingin mempercayaimu seperti seorang kekasih, seperti seorang anak yang mempercayai ibunya. Meski perjalanan bersamamu tak selalu menyenangkan." 
Kau hanya tersenyum, seperti biasa tak banyak berkata-kata. Tahun-tahun perjalanan kita menjadi lebih jauh. Kini kau menghentikan langkah kakimu dan memintaku mendekatkan jarak. Aku melangkah kearahmu masih dengan kekhawatiran. Hingga jarak kita sebatas satu langkah kaki kecilku.  
"Jika jarak kita sedekat ini, aku percaya pada kesabaranmu menanti. Langkah kakimu tak sepanjang langkah kakiku, dan tak sekuatnya juga. Kau berjalan, mengikutiku dan percaya bahwa aku akan membawamu pada tujuan meski kau tak pernah bertanya, meski aku melihat kekhawatiran yang selalu berusaha kau sembunyikan."  Katamu menyentuh jemariku yang terasa membeku.  
"Aku percaya kau akan membawaku ke tempat yang lebih dari sekedar syurga yang dibicarakan Tuhan.. "
 "Terimakasih, kau, maukah menikah denganku. Dengan lelaki yang tak pandai berkata-kata, dengan lelaki yang seringkali menularkan kebekuan, dengan lelaki yang sering mengabaikan?" 
Kau tahu, disepanjang perjalanan kita aku seringkali melihat punggungmu. Terkadang aku melihat kekhawatiran diwajahmu yang berusaha kau sembunyikan. Kita berjalan dengan jarak yang cukup jauh, aku selalu berada di belakangmu, mencintaimu dengan cara-cara yang tak kau ketahui. Aku bahagia menjadi perempuan yang bisa kau lihat ketika kau lelah dengan tujuanmu, ketika kakimu terluka karena jalan terjal yang kau lewati. Aku percaya, setiap perjalanan akan menemukan tujuannya.  
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
SETELAH KITA BERPISAH LAGI
Tumblr media
Aku mulai mengetik kata itu, ini sudah kesekian kali aku menghapusnya. "Pamit" kata itu seperti perlawanan yang tak pernah berusaha aku menangkan, karena aku masih meragukan perpisahan kita akan lebih membahagiakan ketimbang bersama.
Hari-hari yang kita lalui tak lagi menyenangkan. Kita menjadi lebih dingin dari hujan kemarin. Aku kembali menularkan kebekuan, dan kau menjadi teman yang paling diam. Aku masih menuliskan perjalanan kita hingga kita saling melepaskan genggaman tangan. Aku tahu kita hanya menunggu waktu yang tepat untuk berpisah.
Kemarin kita masih tertawa bersama, menikmati teh hangat di kala hujan turun. Kita masih berbicara tentang bagaimana jika kita menua nanti.
Aku kembali mengetikan kata terakhir untukmu.."pamit" dengan suara tangis yang tak terdengar. Barangkali waktu yang tepat adalah saat ini, karena kita sedang sama-sama terluka. Perjalanan kita tak lagi memiliki tujuan. Dan kita sudah tak lagi bahagia.
Hari terakhir kita bertemu, aku bahagia mendapati kita tak lagi kaku. Kita banyak tertawa, biasanya kita lebih banyak diam. Entah apa alasanmu tiba-tiba menjadi lebih dingin. Katamu kau lebih suka sendiri. Aku memahami segala sesuatunya, barangkali kita memang sudah harus berhenti. 
Aku pernah berharap jika perpisahan kita dulu adalah yang terakhir. Kau tidak ada dalam rencanaku, begitupun pertemuan kita. Hingga akhirnya aku merasa segala sesuatunya sudah tak menyenangkan.
Kita akhirnya memilih untuk saling melepaskan tanpa mengutarakan. Hari itu hujan, dan aku menyandarkan tubuhku dibadan kursi. Kau mengatakan kau sudah tak lagi memahami perasaanmu, bagaimana sejatinya ia bergerak dan berubah. Aku tersenyum, dan berusaha memahami situasi kita saat itu. Aku bilang, kita berpisah saja, kita lupakan saja, tidak perlu bagaimana-bagaimana lagi. Dan kita benar-benar saling menjauhkan diri dengan langkah saling membelakangi. Aku menatapmu sebentar lalu kulanjutkan langkah kakiku meninggalkan semua yang tersisa.
Dalam halaman terakhir, aku menuliskan sepenggal rasa.
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
PERTEMUAN KITA
Tumblr media
Aku tidak tahu harus memulai darimana. Aku menulis tentangmu dengan begitu banyak jeda.
Pertemuan, selalu menyisakan tanya, siapa dan mengapa?
Dalam perjalananku, tiga tahun lalu kita bertemu dikereta yang asing. Di dunia tanpa nama. Kau menjadi teman bicara yang menyenangkan disepanjang perjalananku. Kita berbicara tentang apa saja, hingga waktu tanpa sadari habis terkikis. Aku yang seringkali menularkan kebekuan, menjadi orang yang berbeda ketika bersamamu. Aku lebih banyak bahagia.
Aku tak pernah tahu definisi dari kata selain percaya. Aku mempercayaimu sebelum akhirnya jatuh (hati). Sampai pada satu hari, kereta yang kita naiki harus berhenti di perbatasan kota dan kita harus kembali menjadi asing. Pertemuan kita menjadi bab baru yang kutuliskan, dan perpisahan kita menyisakan kesedihan yang tak kita ketahui.
Bagiku, pertemuan selalu memiliki alasan terbaiknya. Jodoh tidak selalu tentang sepasang kekasih yang bersama, bisa saja sebagai teman baik, aku mendefinisikan segala sesuatu tentangmu. Langkah kakimu yang ringan, senyummu yang merona, dan caramu mencintai Tuhan. Aku masih sering menulis dengan banyak jeda, barangkali caraku jatuh cinta berbeda dengan caramu.
Aku lebih suka menunggu di stasiun sendiri, membaca buku ditengah ramainya orang yang berlalu lalang. Aku percaya saat kau mengatakan "Kita, jangan saling membebani langkah karena kita berarti meringankan". Aku selalu menunggu keretamu datang, untuk kita kembali melakukan perjalanan bersa-sama. Kita akan lebih banyak bercerita tentang bagaimana hari-hari kita dari pagi hingga petang. Bagaimana buku-buku yang kita baca adalah penikmat jeda yang paling setia.
Sutihat Suadh
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
CERPEN: MASA KECIL PAGI HARI DAN DONGENG LAIN
Tumblr media
Seperti biasa setiap pagi setelah sahur sambil menunggu adzan subuh saya membaca beberapa buku atau sekedar tulisan ringan. Pagi adalah waktu yang saya gunakan untuk berfikir tentang banyak hal, entahlah ringan saja. Setelah sholat subuh, saya kembali membuka buku yang halamannya sudah saya tandai sebelum saya tinggalkan.
Saya membaca sambil menyandarkan tubuh saya ke badan kursi, sesekali menuliskan kutipan dari buku yang menurut saya bagus. Itu kebiasaan saya sejak dulu, saya punya buku catatan untuk menulis dari apa yang saya baca. Kelak akan saya berikan kepada anak-anak.
Dua puluh empat. Saat orang-orang sibuk membicarakan pernikahan dalam sebuah keindahan dan romantika yang luar biasa. Saya selalu dipenuhi dengan kekhawatiran. Menikah bukan saja proses saling mengenal tapi lebih dari itu adalah proses saling menerima. Saya membaca kisah seorang penulis, dimana dia menikah di usia 20 tahun, setelah mengenal peempuan yang dia genapi selama hampir lima tahun, dari proses saling mengenal, yakin, kemudian mendatangi ayah si perempuan. Saya tersenyum setiap kali membacanya.
Sepanjang perjalanan saya, ada orang-orang yang datang silih berganti, ada yang datang kemudian pergi dan ada yang menetap namun tidak bertahan untuk bisa menerima. Itulah sebabnya, kenapa proses ta'aruf pun bisa gagal, karena kebanyakan dari kita ingin lebih mengenal dan terus mengenal, hingga terkadang kita lupa bahwa proses mengenal yang tiada akhir adalah setelah pernikahan itu sendiri.
Dalam proses saling mengenal kita tidak mungkin bisa tahu semua hal tentang seseorang tersebut. Bagaimana cara berfikirnya, sikapnya, caranya mengambil keputusan, kebiasaan buruknya, aib-aibnya, dan hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita di diri pasangan.
*** Sepagi ini saya keluar rumah dengan perasaan hampa. Saya memutar roda sepeda hingga ia bergerak membawa saya entah kemana. Perjalanan pagi hari dimana terik tak cukup membakar tubuh hingga peluh tak harus jatuh lebih banyak. Saya selalu membawa kamera tua yang sudah menjadi teman selama lima tahun terakhir. Potret demi potret kehidupan mengiringi setiap perjalanan. Memoribiliaku kembali membawa kepingan ingatan sebagian hilang, lenyap.
Saya tahu Ada batas-batas yang tidak bisa dilalui dan dijangkau, batas imajiner yang membuat hubungan saya dan orang tersebut tidak bisa ditemukan titiknya. Hingga ditempat ini saya merasakan perasaan yang paling menyiksa hingga saat ini.
Saya kembali melanjutkan perjalanan pagi hari ke tempat yang berbeda, ketempat yang menyimpan begitu banyak cerita masa kecil. Saya pernah berlari-lari, bermain layang-layang, pergi ke hutan, jatuh cinta dan patah hati. Saya tertawa kecil. Kemudian datang seseorang dari ujung jalan sana, berjalan ke arah saya kemudian langkahnya terhenti di hadapannya. Matanya berbinar, tubuhnya tinggi, matanya sipit, dan kulitnya hitam manis.  Saya tertegun, berusaha mengingat laki-laki yang tengah tersenyum tepat di hadapan saya, dia tampak tidak begitu asing, seperti teman masa kecil yang tumbuh menjadi lebih gagah.
"Apa kabar Arini?"Sapanya ringan
"Hans?"desisku
"Saya Hans, Arini." Tegasnya
"Saya hampir tidak mengenali kamu Hans."
Lelaki itu tersenyum. Saya dan Hans berbicara tentang banyak hal pagi itu. Hans adalah teman saya di sekolah dasar yang pindah ke Jakarta setelah lulus Sekolah Dasar, setelah itu kami tak pernah bertemu. Hans kembali ke kota ini menjadi seorang relawan dalam program mengajar pemerintah. Hans banyak bercerita tentang tiga belas tahunnya begitupun dengan saya.  Di usianya yang ke dua puluh empat, Hans sudah menyelesaikan pendidikan magisternya, dan saya masih terkatung-katung dengan banyak persoalan akademis. Katanya, Satu tahun ke depan dia akan menetap di kota ini, tinggal disini, di desa kecil pinggiran kota yang menyimpan kenangan masa kecilnya. Saya membawa Hans kerumah, bertemu dengan Bapak dan Ibu. Dan Reuni dadakan bersama teman-teman yang lain. Itulah bagaimana saya dan hans bertemu lagi setelah tiga belas tahun.
***
Saya menunggunya sambil membaca buku. Hot Mochalatte yang saya pesan tiga puluh menit lalu kini sudah menjadi dingin. Hans belum datang, dua minggu lagi Hans akan pulang ke jakarta. Semalam Hans meminta saya bertemu di Kafe yang sama, Kafe yang kami temukan enam bulan lalu secara tidak sengaja dan kini menjadi tempat yang paling sering kami kunjungi. Kafe yang tidak cukup besar, dan berada cukup jauh dari kota, memiliki banyak koleksi buku, dan tempat yang membuat betah berlama-lama bagi orang seperti saya. Mas Kala, pemilik kafe juga setia menjadi teman bicara saat saya datang berkunjung.
Lima belas menit kemudian Hans datang. Kali ini tidak sendiri, dia membawa seorang perempuan yang nampak begitu anggun dengan Jilbab warna biru dan Khimar yang menutup sampai ke dada. Hans datang, dan duduk tepat di depan saya bersama perempuan yang lebih memilih duduk di samping saya di banding di sampingnya. Hans memperkenalkan perempuan itu, Arisa. Tiba-tiba saja perasaan saya menjadi lebih dingin dari Hot Mochalatte yang sudah dingin sejak tadi.  Arisa adalah perempuan yang akan di jodohkan dengan Hans, pilihan orang tuanya. Sepanjang obrolan kami, saya tersenyum begitu pahit diantara suara tawa kecil yang terdengar lebih merdu dari suara angin.  Hans pamit bersama Arisa, saya masih duduk dengan perasaan getir. Buku yang sama saya letakan kembali di Rak kafe, kemudian saya pamit pulang dengan Mas Kalla yang sedang sibuk membaca buku dan menjadi kasir.
***
Saya kembali menatap langit-langit kamar yang lebih pucat sekarang. Saya juga memandang sebuah lukisan perempuan yang sedang berlarian menatap jalanan yang lurus. Lukisan yang Hans berikan enam bulan lalu. Saya melihat wajah kesedihan dari balik cermin, wajah perempuan yang membiarkan hatinya semrawut seperti benang kusut. Hans adalah lelaki yang saya inginkan menjadi teman perjalanan, dimana dengannya saya ingin belajar menerima. Tapi tiba-tiba saja dongeng yang baru ingin saya tulis, sudah harus berakhir. Perempuan bernama Arisa, adalah dongeng lain untuk Hans.
To Be Continued
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
CERPEN : AYAH DAN PERNIKAHAN ANAK PEREMPUAN KESAYANGAN-NYA
Tumblr media
Hari ini, di tengah persiapan yang begitu padat merayap, pagi-pagi sekali Ayah terlihat sedih. Aku menghampirinya ketika selesai membantu menata dekorasi rumah. Besok adalah hari pernikahanku.
Ayah duduk dikursi tua dekat meja makan sambil menghisap rokok kesukaannya. Dia tersenyum menatapku yang kini berdiri dihadapannya. Duduk, katanya. Aku menyeret kursi di meja makan dan duduk didekat Ayah. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya, dan memegang tangannya yang kasar. Ayah merangkul pundakku dan menepuk-nepuknya.
"Ayah bahagia?" tanyaku
Ayah tersenyum. "Lebih bahagia darimu."katanya
Ayah tak banyak berkata-kata seperti biasanya. Kata cintanya terasa begitu dingin, namun cintanya begitu hangat. Aku masih ingat enam bulan lalu bagaimana saat Hikam Andrie Mustafa datang kerumahku dan bertemu dengan Ayah. Ayah duduk dengan Hikam di ruang tamu, aku membawakan mereka teh hangat untuk hikam dan kopi untuk Ayah. Aku menunggu di ruang belakang dengan ibu, entah apa yang Ayah dan Hikam bicarakan saat itu.
Ayah tak berkata apapun begitupun dengan Hikam. Seusai sholat magrib bersama, Hikam pulang dan sejak itu tak lagi datang. Aku tak bertanya apapun saat itu. Aku menjaga perasaan Ayah. Hingga tiga bulan berikutnya, Hikam kembali datang kali ini tidak sendiri namun bersama Abah dan Bunda-nya. Hikam datang mengutarakan niat baiknya sekaligus meminta restu dari Abah dan Bunda nya serta Ayah dan Ibuku untuk bisa menikahiku.
Aku masih duduk bersandar di bahu Ayah. "Nak.."katanya tak melanjutkan "Maafkan Ayah."Lanjutnya seakan beban itu terangkat dari hatinya Aku tersenyum dan memegang lengan Ayah erat-erat.
Ayah memberikanku selembar surat yang dikeluarkan dari saku kemejanya yang dilipat tidak begitu rapi. Amplopnya berwarna cokelat, warna kesukaanku. Kau berikan ini untuk Hikam, katanya. Aku menerima surat itu dan mengenggamnya.
Saat hari pernikahanku, sebelum Hikam dan keluarganya datang. Ayah datang ke kamarku, dan memberiku sebuah kotak kecil berwarna merah tua. Ayah memintaku membukanya, katanya adalah hadiah pernikahanku. Aku membuka kotak merah tua, yang isinya adalah cincin dengan satu permata kecil berwarna merah delima dan di belakangnya ada ukiran namaku. Aku memeluk Ayah, dengan butir-butir air mata yang frekuensinya terus meningkat. Ayah menahan tangisnya, meski kulihat kelopak matanya kini berair.
"Kau sudah besar. Dua puluh empat tahun lalu, saat ibumu mengandungmu dalam rahimnya, saat itu keadaan Ayah begitu sulit. Kau tumbuh begitu cepat dengan doa-doa yang senantiasa Ayah dan ibu panjatkan untuk menguatkanmu di sana. Kau tumbuh dengan baik. Saat ibumu bersalin, yang Ayah hanya bisa membawanya bidan desa, saat itu Ayah tidak memiliki uang, kecuali hanya dua lembar lima ribuan. Dan Ayah menjual radio tua yang menjadi satu-satunya alat elektronik dirumah kami. Lalu suara tangismu terdengar dari balik ruangan yang dingin. Itu seperti baru kemarin saat menggendongmu di tangan Ayah. Kau tumbuh besar menjadi perempuan yang memiliki mimpi ingin mengubah dunia, duniamu dan dunia orang-orang di sekelilingmu."
Ayah mengusap air matanya yang beku. Ayah memelukku, rasanya lebih hangat. Kemudian Ayah keluar karena keluarga Hikam sudah datang. Sewaktu akad, Hikam menejabat tangan Ayah dan berjanji untuk mendampingiku menjalani kehidupan. Dan setelah acara akan selesai aku melihat ayah menangis didepan mataku. Memelukku lebih lama dan hangat sekali rasanya begitupun dengan hikam. Dan kata cintanya terbahasakan oleh restu. Ayah memang begitu. Dan Aku menyayanginya meski tak terbahasakan
Sutihat Suadh Rabu, 28 September 2016
0 notes
aksarasuadh-blog · 8 years ago
Text
TULISAN: TENTANG RANGGA YANG MENINGGALKAN CINTA
Tumblr media
 Ada Apa Dengan Cinta 2 ?
 Menonton film ini memberikan saya pemikiran baru tentang 'Meninggalkan'. Alasan menjadi jeda yang sampai pada akhirnya menjawab tanda tanya. Entah sampai pada tahun ke berapa, penjelasan itu benar-benar dapat kita dengarkan. Saya sering mendengar tentang bagaimana jahatnya Rangga yang meninggalkan cinta. Semua ketidakadilan yang terarah kepada dirinya, karena dengan alasan apapun meninggalkan tetap saja salah, bukan. 
Bagi perempuan yang setia menunggu kedatangan, meninggalkan adalah kepahitan. Entahlah, melihat Rangga saya lebih percaya bahwa ada hal-hal yang tak dapat dipahami meski meninggalkan selalu memiliki alasan terbaiknya. Ah, saya seperti memutar memori tentang meninggalkan sesuatu yang sebenarnya sangat ingin saya miliki. Saya selalu mengukur kebahagiannya dan membatasi setiap rindu menjadi jeda yang terkadang menusuk jantung. Jarak yang menjadi seperti sebilah pisau yang kau letakan di sisi hatimu. Setiap pertemuan setelah perpisahan katanya memiliki takdirnya sendiri. Karmen yang selalu bertanya kepada cinta tentang 'apakah kau yakin tentang menikah dengan Trian', karena pada kenyataannya di dunia ini ada orang-orang pertama yang menggenapi hati kita, meski setelahnya yang lain datang silih berganti. 
Ada seseorang yang menjadi tempat perasaan kita kembali. Ini tentang puisi-puisi yang rangga tulis. Entahlah setiap kali suara itu menembus telinga hingga saya mendengarkan kata-kata lembut namun menggetarkan. Pada Batas itu saya bertanya, rindu yang kita lelapkan hingga ratusan purnama bisakah tenggelam. Orang-orang yang berusaha kita lupakan karena terlalu menyakitkan ketika mengingatnya dapatkah kita hapus seperti prasasti atau benda sejarah paling tua yang tak dapat ditemukan kembali. Perasaan menjadi selalu yang paling rumit, cinta pun demikian, kita tidak sedang berbicara tentang rasional. Karena perasaan membelah batas antara jarak-jarak yang ada, kemudian suatu ketika merekatkannya kembali. Tidak rasional bukan.  
Saya memberi jeda pada tulisan ini, untuk sekedar berfikir tentang refleksi dari perasaan terluka yang dirasakan bagi orang-orang yang meninggalkan dan ditinggalkan. Jeda tak cukup bisa menjawab pertanyaan yang diutarakan sampai pertemuan selanjutnya jika Tuhan merestui. Saya sering bertanya tentang pertanyaan yang tak bisa saja jawab menggunakan logika. Mengapa ada orang-orang yang menunggu begitu lama tanpa kepastian, seakan cinta telah meracuni kewarasannya. Setiap tahun ditanggal yang sama dia menunggu di stasiun yang sama, menunggu orang yang sama, yang juga tidak pernah datang. 
Saya tidak sedang membicarakan cinta dan rangga lagi, karena di film AADC2 mereka akhirnya kembali bersama. Ini tentang perempuan lain. Dia sedang menunggu janji kekasihnya, seperti Cinta yang sedang menunggu Rangga. Hanya saja tak ada puisi cinta dari udara, hanya jarak yang membekukan rongga di hatinya. Saya duduk dengannya di stasiun, dia menunggu, ini tahun keempat. Tubuhnya menggigil, hempasan angin tak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang menyakiti tubuhnya. Padahal saya sudah setengah mati menahan dinginnya angin malam. Dia melihat ke arah kedatangan, hingga kereta terakhir datang. Tatapannya kosong, dia melihat ke segala penjuru, kemudian kereta berlalu begitu saja. Perempuan itu membeku, kelopak matanya basah. Laki-laki itu tidak ada disana, sampai pada kereta terakhir. "Saya tahu kamu pasti akan berfikir sama dengan yang lain. Saya seperti sedang menunggu sesuatu yang tidak ada di dunia. Saya percaya dia akan datang di tahun berikutnya, karena janjinya pada saya dan anak-anak."kata perempuan itu tegar Saya tersenyum pahit dan menatap perempuan itu. 
"Perasaanmu, saya tidak bisa memahaminya. Menunggunya tanpa kepastian tak memberimu apa-apa kecuali rasa sakit yang lebih besar."Perempuan itu tersenyum bersama keputusasaan di wajahnya yang lain. 
Saya menarik tubuhnya, melingkarkan syal di lehernya. Tubuhnya menggigil, saya membawanya pulang dengan langkah yang berat dan membebani. Perempuan itu menangis di sepanjang perjalanan. 
0 notes