Saya adalah penggemar berat tulisan saya sendiri, persetan dengan apa yang mereka katakan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo

"PERTENGAHAN" Hari ini kuputuskan untuk menyusup ke suatu kota yang dikata orang selalu syahdu entah berapa tahun ketika meninggalkan untuk kembali menyapa kota ini lagi. Perjalanan telah kurencanakan setengah matang, bermodal sebuah keresahan menanti angka di akhir semester, berharap kota yang selalu syahdu ini mampu mencumbu manis keresahanku dan merubahnya menjadi sesuatu yang hingar bingar didalamnya. Matahari tepat diatas kepalaku, ular besiku datang dan rasanya ingin cepet bergegas. Aku memilih tidak sendiri, karena kurasa menyediakan suatu momen untuk mengkonversi suasana resah menjadi senang merupakan ibadah yang fardhu untuk dilakukan. Obrolan di gerbong ditemani nyanyian friksi antara roda dan rel, membuat kami bertahan lama untuk selalu terjaga melewati 15 stasiun. Terkadang mencuri waktu keluar gerbong dan mengasapi diri rutin kami lakukan, meskipun tidak sampai sepertiga batang kami habiskan. Kami telah sampai, pengumuman menggebu dari petugas setempat seolah menyerbu kami untuk cepat turun menjawab keresahan kami. Berjalan menyusuri setiap sudut kota menjadi sebuah prioritas ketika dompet berkabum untuk dibuka. Ya, kami merasakan sebuah sambutan rahasia yang hangat dari kota ini. Kembali lagi berfikir bahwasanya aku telah menginjakan kaki disini tepat kedua kalinya, dengan suasana yang selalu senang dan rindu akan teman selalu menjadi latar suasana yang rahasia. Tuhan rupanya paham maksud dan tujuan ku kembali ke kota ini. Membantu ku untuk mengukir sebuah paragraf demi paragraf dengan orang yang kurindu. Mengalirkan imagi yang deras untuk kembali membuka sebuah cerita, dan mengingat setiap momen yang dulu pernah diukir menjadi bahan obrolan yang pantang untuk dilupakan. keresahanku terjawab ketika tuhan memutuskan kami untuk berjodoh dalam pertemuan ini, di kota yang dulu pernah kami cumbu bersama dengan warna yang seragam, dulu. Kami bertemu disebuah tempat yang biasa, tapi mereka membuatnya tidak biasa. Tidak banyak yang kami obrolkan tapi saling menikmati raut wajah menjadi hal favorit kami dikala lama tak jumpa. Obrolan dan saling memandang menjadi sesuatu yang sinergis, kami larut dalam dialektika yang hangat. Membicarakan tentang sekolah, keluarga, kerabat dan satu yang menarik, yaitu cara kita bertahan di kampus kita masing masing. Hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk menamai sebuah momen ini yaitu "Pertengahan". Pertengahan adalah sesuatu yang telah kita tempuh sekarang, berada di fase per tengah an dalam mengambil peran di setiap jalan cerita kami. Segala celoteh yang kami ungkap terangkum dalam sebuah makna bahwa kita telah berproses. Memaknai sebuah proses yang telah kita awali dalam dimensi waktu yang sama dan dalam latar tempat yang berbeda. Kami berada dalam pertengahan getir perjuangan melawan jalan cerita masing masing yang penuh liku. Aku pribadi merasakan sebuah perbedaan di pertengahanmu dalam berproses. Dan kuharap kita mengalir dalam pertengahan ini untuk menemukan sebuah keberartian nantinya, bukan hanya untuk aku dan keluarga mu tapi juga untuk masyarakat. Hingga kusadari ternyata Tuhan telah menyiapkan ini dengan sangat rapi. Keresahanku terjawab di sini. Berjumpa di "Pertengahan" pulau jawa dan "Pertengahan" cerita hidup kalian masing masing. Menjadikan mereka refrensi dalam melanjutkan pertengahanku adalah suatu hal yang wajib dilakukan, karena belajar sejatinya adalah untuk belajar. Dan mengambil peran dalam hidup mereka masing masing merupakan keputusan yang bulat untuk kulakukan. Karena pujangga mengatakan jika kau ingin berjalan cepat maka berjalanlah sendiri tetapi jika kau ingin bejalan jauh, berjalanlah beriringan. Jogja, untuk kedua kalinya dengan latar suasana rindu yang rahasia. Iqro, qacha, dan satu pemeran figuran. "Semoga kalian selalu berada dalam pertengahan yang melelahkan untuk menuju sebuah keberartian yang hakiki" Reza.
2 notes
·
View notes
Photo

“Bahwasanya manusia memang diciptakan untuk berteman kepada sepi”
Kiranya itu obrolan yang telah menjadi misteri tepat diatas karpet biru lusuh disebuah ruangan pengap yang bahasanya sudah diperindah secara berlebihan. Dialetika yang terjadi menjadi percakapan yang mewah diatas karpet lusuh dengan jendela ruangan yg penuh dengan debu. Tetapi memang tempat itu bukanlah tempat yang biasa, tempat itu telah melahirkan sosok dan ide yang besar termasuk dosa dan kesalahan. Tentunya masa remajaku aku tuangkan disana dinaungi oleh rasa kekeluargaan yang begitu absurd, karena memang tanpa hitam diatas putih. Namun dibalik tulisanku yang begitu memuakkan ini, aku hanya berusaha menyampaikan isi surat yang tidak jelas adanya, bukan tentang rindu kepada ruang melainkan bangga kepada kawan.
Kali ini lawan bicaraku adalah teman yang tidak kunjung habis umurnya. Sahabat lama dari masa yang kelam, berdiri tengkurap jongkok dan terkapar di tengah jalanan. 12 tahun kita bersama, 3 tahun kita berjuang menuju puncak yang fana. Apa daya takdir mengatakan bahwa manusia memang selalu berteman sepi. Kini dia berjuang di kota kembang, mengartikan setiap kesendiriannya yang harus membuahkan hasil, bercita cita membangun karakter bangsa yang telah terlanjur begini. Wataknya lemah lembut, tapi memberontak secara sopan, musuh alami kesunyian, kawan juga lawan, pendosa dan juga pendoa. Namun dalam rentang waktu perpisahan sampai kutulis sebuah surat yang memuakkan ini ada hal baru yang tumbuh dalam dirinya, menurut cerita versi mulut rakyat berbalut asap rokok yang membunuh secara sepihak lalu ku coba mentranslasikan menurut sudut pandang orang ketiga serba tahu selama 12 tahunku bersama dia.
Bahwasanya ia telah mampu berdamai dengan diri sendiri, menjadikannya lebih kuat dalam garis takdir yang memuakkan dan memberontak. Aku juga larut dalam penghayatan bahwa kita terlalu takut untuk pulang kepada keluarga lantaran tak ada sesuatu yang mampu kami tunjukkan. Sejatinya keluarga adalah tempat kita untuk mengadu kisah bukan untuk pengurungan diri.
Setelah lama aku terlarut dibentengi kamar pengap berukuran 2x2 ada yang tak berhenti dia ajarkan kepadaku. Bukan untuk membanggakan temanku yang satu ini karena dialah orang yang paling haram untuk dipuji. Dengan segala garis takdirnya yang sangat kontras dengan ku, dia mengajarkan ku bahwa dia telah belajar untuk selalu belajar. Kita harusnya tetap menjadi bodoh agar selamanya kita belajar.
Tentang seorang kawan, marky.
Aku tidak akan menunggumu menggapai puncakmu yg fana, juga seharusnya kaupun begitu kepadaku. Karena sejatinya hidup adalah berteman sepi, aku ingin melihatmu sekarat ditengah tengah perjalananmu menggapai impianmu. Agar aku bisa mementahkan bahwasanya sepi adalah teman sejati kita. Romantisme persahabatan laki laki bukanlah hal yang memalukan. Tapi tentang awal titik lebur sebuah frictional force yang begitu besar menjadi senada.
Reza, pendosa dan pendoa
2 notes
·
View notes
Photo

HPBD MY SUPERDAD! Kholis hasyim, 7 Desember 1963 - till now. "Menjadi satu satunya penerusmu adalah suatu kebanggan bagi saya, pa. Mimpi mimpi mu yang ingin kau tuju dulu dan meredup di hari tuamu kini semoga kembali hidup ketika kau melihatku dulu & sekarang, tumbuh dan mulai mengartikan setiap langkah kakinya sebagai orang yang bermanfaat. Teruslah menjadi inspirasi kami, sebagai seorang yang memiliki dedikasi dan kebanggan terhadap hal hal kecil yang kaumiliki, keluargamu". Selamat ulang tahun ayah/bapak/papa, semoga dari sedikit kata yang saya ucap, mampu memberi sedikit rasa pelukan saya, walau sejatinya kita dalam satu atap yang berbeda. -Anakmu, reza
0 notes
Photo

Photo of the Week: Arousig, 16 from Syria, takes a selfie with her family in the Netherlands. “When I look at this picture of me and my family, I really hope that we will soon have a place of our own,” she says. “I also hope that Syria will become safe soon again.” © UNICEF/UNI201387/Arousig
151 notes
·
View notes
Photo

All they want is a safer life, and we must do everything we can do protect them. Help #FightUnfair: http://uni.cf/fightunfair
118 notes
·
View notes
Photo

Kita disini, berdiri untuk mengulang waktu. Bukan sebagai siapa siapa tapi sebagai penikmat. Selamat bekerja dengan semangat adik adikku.
0 notes
Quote
Mereka yang menginjakan kaki bersama di tanah pahlawan ini, berhak menikmati suka dan duka bersama.
Di perjalanan ke kota.
0 notes
Photo

[10NOV] Pahlawan, Jangan menanti kedatangannya. Mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka, dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher sejarah.
0 notes
Photo

"Aku menunggu dengan sabar, di atas sini. Melayang layang" -pt @iqbalazkaalhamid
0 notes