Text
Mengurus newborn dalam kondisi LDM is another challenge. Bismillah, Allahumma yassir 🤲🏻
0 notes
Text
Waktu & Rasa Menikah
Menikah—jatuh cinta nya sekali, dengan rasa yang takkan pernah terganti, sedangkan merawat cinta nya perlu dan harus seumur hidup.
Pernikahan itu memiliki banyak rasa; manis, asam, pedas, hambar, asin, pahit dan rasa-rasa yang tak terdefinisi kata—yang hanya dapat di mengerti oleh hati.
Rasa pernikahan itu berbeda-beda, rasa satu hari menikah, tentu berbeda dengan yang sudah sebulan menikah. Rasa satu tahun menikah tentu berbeda dengan yang lima tahun menikah. Pun rasa sepuluh tahun menikah tentu juga berbeda dengan yang telah puluhan tahun menjalani pernikahan.
Menikah seperti menaiki wahana perjalanan kehidupan yang penuh dinamika dengan seseorang yang kita yakini dan Tuhan ridhoi. Seseorang yang setiap hari akan melalui hari bersama-sama dengan kita. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi, sehingga tak ada yang bisa ditutupi dalam diri. Kekurangan akan terus bermunculan kepermukaan, sedang kelebihan manusia tak bisa selalu dimenangkan. Sehingga, perlu hati yang luar biasa sabar dan pandai-pandai bersyukur untuk selalu berkompromi.
Pandangan tentang cinta sebelum menikah telah jauh berbeda dengan setelah menikah. Sehingga melihat pasangan yang bucin nya setengah mati sebelum menikah, hanya membuat geleng-geleng kepala. Menikah amat realistis. Membuat sadar diri, bahwa perasaan tidak bisa selalu dijadikan dalih agar bahagia setiap hari menjalani pernikahan.
Ternyata salah satu yang membuat terasa menenangkan dalam pernikahan adalah rasa persahabatan.
Rasa persahabatan yang berlandaskan tujuan hidup dan harapan setelah kematian yang sama.
Rasa persahabatan perihal pandangan hidup yang sejalan.
Rasa persahabatan yang selalu diasah untuk tidak pelit memberi maaf jika keliru dan berusaha berkomunikasi sebaik mungkin.
Rasa persahabatan yang akan memudahkan untuk mengerti agar terus bertumbuh membenahi diri agar nyaman bagi satu sama lain.
Hari demi hari, apa yang dulu tampak memukau saat sebelum atau awal-awal menikah bisa jadi akan digerus waktu menjadi biasa saja.
Tetapi, ada keindahan akhlak dan perlakuan baik dari pasangan yang takkan lekang oleh waktu dan takkan bisa di dustai hati bahwa kita semua menginginkannya. Sehingga selain persahabatan dalam hubungan pernikahan, penting juga agar dengan jeli memperhatikan akhlak seseorang. Tidak hanya perasaannya yang terus di pupuk, tidak hanya matanya yang dengan seksama mencari ketampanan wajah ataupun kecantikan rupa, tapi hatinya harus peka mencari yang bisa saling memperlakukan diri kita sebaik dan seberharga mungkin. Jangan sampai saat menikah bukannya memetik bahagia namun tertekan dengan perlakuan pasangan. Naudzubillah
Adakah rasa, cerita dan pelajaran lain lagi dalam pernikahan? Mari berbagi di kolom komentar😁
Pagi yang mendung, 1 Juli 2024 07.48 wita
236 notes
·
View notes
Text
Barangkali benar bahwa diam-diam semua orang sedang bertahan dan berjuang di medannya sendiri-sendiri: untuk tetap baik-baik saja meski sedang menghadapi hari yang berat, untuk tetap melangkah meski terluka disana-sini, untuk tetap tersenyum dan tertawa meski ada kesedihan dan duka yang mencabik-cabiknya, dan untuk tetap menjalani hidup meski hidup itu sendiri seolah sedang tidak menawarkan apa-apa selain tuntutan untuk tetap dijalani saja.
Jika suatu hari atau saat ini kita sedang merasakannya, semoga kita selalu ingat bahwa Allah pasti punya rencana baik dan kita tidak akan dibiarkan-Nya menghadapi hari-hari yang terus begini-begini saja.
459 notes
·
View notes
Text
Semoga kamu mencintai peran yang sedang kamu jalani saat ini. Kalaupun belum cinta, semoga kamu selalu dikelilingi hal-hal baik saat menjalani peranmu. Kalaupun belum ditemukan kebaikan itu, semoga kamu bisa mensyukurinya.
Ini doa baik sebelum tidur. Selamat istirahat semuanya. Terima kasih sudah berjuang dalam berperan hari ini dan seterusnya. :)
966 notes
·
View notes
Text
20 yang Ketiga
Tak terasa, sudah 20 yang ketiga sejak akad itu terucap
Syukurku pada Allah telah mempertemukan aku denganmu
Tiga bulan yang membuat aku belajar untuk selalu mensyukuri hal-hal kecil
Tiga bulan yang penuh dengan kejutan
Semoga Allah selalu menjaga keluarga kita
Semoga Allah selalu karuniakan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah-Nya untuk duapuluh duapuluh kita selanjutnya 🌻
0 notes
Text
Menggema Seumur Hidupmu
Suatu saat akan ada masanya kamu membuat pilihan-pilihan besar. Pilihan yang sekali kamu mengambilnya, ia akan menggema seumur hidupmu bahkan hingga anak keturunanmu. Lalu dari pilihan itu, mungkin akan kamu temui pilihan yang mengantarkanmu pada hal-hal yang paling tidak kamu inginkan dalam hidup. Sesuatu yang sebenarnya kamu sudah sangat hati-hati dalam memilihnya. Hal terbaik yang bisa kamu miliki saat tumbuh dewasa dan membuat pilihan adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu adalah yang terbaik dan menyadari bahwa mungkin dirimulah yang belum bisa memahami maksud-Nya. Dan untuk memahami itu, perlu waktu yang dilewati. Akhirnya kamu juga akan diminta untuk sabar. Dan dalam kesabaran yang akan kamu jalani, kamu tidak pernah berputus asa. (c)kurniawangunadi
314 notes
·
View notes
Text
Dalem banget~
Ayo, ajak aku berkeliling
Aku hanya ingin lebih tau, tentang jalan yang kau tapaki pulang-pergi kerja, atau tukang sayur langgananmu, juga nasi kecap favoritmu,
Aku hanya ingin lebih paham, pada langit yang kau tengadahi bila hari melelahkanmu, atau sesaknya 5 lampu merah yang harus kau tempuh,
Aku ingin jua mengerti, rasa udara ketika pagi kau menerjang sang waktu dan kala sore kau bergegas membunuh waktu,
Bisakah pertemuan esok hari, kita sambangi seluruh jejak kaki mu itu, kita sapa seluruh wajah yang biasa kau temui?
Tak perlu aku kau ajak mengelilingi toko elok di ujung sana, apalagi duduk di tepian taman mengantongi roti tersohor bulan ini, tak perlu.
Aku hanya ingin lebih tau, biasa-biasanya kamu,
biasa-biasa yang membentukmu, yang menjadikan senyummu bisa seteduh itu, sabarmu bisa sedalam itu, tawamu bisa serenyah itu,
Tak perlu selalu seru apalagi banyak warna,
Aku, hanya ingin lebih tau, tentangmu.

297 notes
·
View notes
Text
Ramadan #10
Selalu berdoa semoga di usia yang semakin beranjak dewasa ini diberikan hati yang lebih lapang. Lapang untuk menerima segala perbedaan pendapat. Lapang untuk menerima bahwa tidak semua orang akan menyukai kita. Lapang untuk mengakui kesalahan diri. Lapang untuk menerima permintaan maaf orang lain serta diri diberikan kemudahan untuk memaafkan.
Tidak semua hal akan sesuai dengan apa yang diharapkan, untuk itu juga diberikan kelapangan untuk menampung rasa kecewa sehingga tidak lagi merasa kecewa.
Diberikan hati yang tidak menciptakan perasaan benci kepada orang lain, sekalipun orang itu menyakiti atau mengecewakan. Diberikan hati yang tidak mudah keruh, untuk bisa seterusnya melihat hal baik dari setiap masalah yang sedang terjadi.
Diberikan hati yang penuh ketakwaan, serta keyakinan bahwa hidup yang sementara ini tidak perlu menggenggam dunia seerat itu. Rezekiku akan dicukupkan.
146 notes
·
View notes
Text

Tiba-tiba buka file di flashdisk dan menemukan folder 'Graduation', dan sampailah di foto ini.
Entah kenapa, haru rasanya melihat senyum dua sosok di sampingku. Sampai tidak sadar tiba-tiba air mata menetes begitu saja.
Ummi, Abi, izinkan aku memberi baktiku di sisa hidupku ya.. Semoga Allah izinkan dan Allah ridhai :')
7 notes
·
View notes
Text
"Sebaik-baiknya nasihat dari saudaramu adalah yang kau dengarkan dan berusaha kau amalkan, meskipun kamu tahu diluar sana akhlaknya (masih) bertolakbelakang dari apa yang diucapkannya."
Jika ada nasihat baik dan benar dari seseorang, terlepas dengan bagaimana kondisinya hari ini yang mungkin bertolak-belakang dari apa yang diucapkannya, maka kesampingkan terlebih dahulu nafsumu untuk menghakiminya atau merendahkannya.
Bisa jadi dengan kamu tetap mendengarkannya, bahkan berupaya untuk mengamalkan apa yang menjadi buah nasihatnya, akan mendorongnya untuk berlaku sama. Sebab, kita tidak tahu bagaimana perjalanan hidupnya, lika-liku yang ia lalui sampai menghantarkan pada kesalahan-kesalahan yang sama.
Terkadang kita butuh 'cambuk sosial' untuk lebih keras menampar diri kita agar lebih sadar dan tergerak. Kamu tidak perlu mengingatkan akan aibnya, karena biasanya dengan sendirinya dia akan teringat sesuatu yang bertolak belakang dari ucapannya, ketika menyampaikan kepadamu.
Maka, jangan pernah kita terjebak pada rasa ingin merendahkan orang-orang yang berlaku demikian, hanya karena kita tahu aib atau kekurangan yang ia masih lakukan . Bukankah itu merupakan satu dari sekian bentuk kesombongan?
Bisa jadi Allah memaafkan atas perilaku buruk yang Ia perbuat sampai detik ini, dan sebaliknya justru menghukum kita dengan bentuk kesombingan dalam hati.
Na'udzubillah.
158 notes
·
View notes
Text
Menyadari bahwa hidup tidak akan pernah sama lagi. Takes time, but worth it.
1 note
·
View note
Text
Mungkin beda bagi sebagian orang, tapi aku lebih nyaman dengan jalan dan prinsip ini
"Nda perlu ditunjukkan kesibukanmu pada orang lain, tapi semoga kesibukanmu juga membawa manfaat bagi orang lain. Nda perlu ceritakan ke banyak orang soal dirimu, tapi semoga bisa menceritakan lebih banyak tentang ke-Agungan Allah, Indahnya Akhlak Rasulullah, Menakjubkannya Al Quran, dan kisah orang-orang sholih"
290 notes
·
View notes
Text
Merawat Kegelisahan #1
Kenapa kita hari ini harus mengalami quarter life crisis?
Sedang fase hidup yang Allah sebut secara jelas dan berulang kali hanya usia baligh? Ditambah usia 40 tahun di Q.S. Al-Ahqaf : 15?
Kenapa kita hari ini harus mengalami quarter life crisis?
Bahkan Allah mention sunatullah kehidupan kita secara fisik dengan kata "dha'fa" dan "quwwata" tanpa deskripsi usia.
Kenapa kita hari ini harus mengalami quarter life crisis?
Karena so sad banget buat menuliskannya.
Karena kita hari ini terlambat mencapai aqil, sedang usia balighnya terus melaju lebih dini. Yang jelas tidak terjadi di generasi keren-nya "syabab" Muslim sebelum kita. Yang kita tau sirah gemilangnya di usia muda.
Kenapa kita hari ini harus mengalami quarter life crisis?
Terlambat mencapai aqil. Saat pertanyaan kegelisahan akan apa sesudah kuliah dan jadi sarjana? Apa akan lanjut kuliah atau bekerja? Akan memilih dia calon jodoh, seperti apa? Seakan hidup mandeg-no idea-mau apa?
Apa saya juga tidak mengalami? Pun SAMA. Hanya saya benturkan semua kegelisahan itu dengan pertanyaan besar, dimanakah posisi saya ditengah ummat-dimana sekeliling kita yang kita tau sebenarnya jauh dari kata : baik-baik saja.
Karena sungguh gelisahmu hari ini, kalo hanya soal pekerjaan, soal jodoh kapan datang-kalo kata Ustadz Budi-ngga ada menarik-menariknya. Sama sekali.
Tapi iya, tidak bisa dipungkiri. Kita saat ini hidup di dunia yang tersistem agar "syabab"nya, pemuda Muslimnya, terlambat mencapai aqil.
Dan ngobrolin ini akan jadi bahasan panjang-efek domino yang tidak bisa kita kendalikan. Karena semakin jauh gapnya, parahnya naudzubillahi ancaman arus zina dan kesia-siaan.
2 tahun ini bagi saya, tahun yang cukup terjal dalam pencarian jawaban, untuk semua kegelisahan yang bisa sampe bikin nangis atau bad mood setelah pulang koas dari RS, kalo habis ketemu pasien dan fenomenanya.
HCU Anggrek 2, monitoring pasien plasmapheresis, 8 hari menuju Ramadhan 1443 H.
102 notes
·
View notes
Text
Amal-Amal Tanpa Sorotan
Saat semua orang berlomba menjadi sempurna, sederhana jadi langka rasanya.
Kutipan di atas rasanya relate sekali dengan kondisi dunia saat ini.
Dunia yang rasa-rasanya makin jauh dari humanisme,
Dunia yang rasa-rasanya makin menggerus fitrah manusiawi di kehidupan ini.
Tapi saya tetap yakin dan percaya akan selalu ada orang-orang yang dengan tulus melakukan kebaikan demi kebaikan.
Sore ini, saya seperti diingatkan lagi tentang keikhlasan dari sosok guru ngaji TPA saya 15 tahun lalu.
Dengan tatapan teduh nan bersahaja, beliau mengendarai motornya pulang dari masjid tempat saya belajar ngaji dulu. Ya. Beliau memang se-istiqomah itu menjalani perannya sebagai guru ngaji. Lantas ingatan saya terbang ke masa 15 tahun lalu.
Pak Yadi, begitu kami (muridnya) memanggilnya. Sosok guru yang begitu rendah hati dan sabar. Qadarullah, tangan kanan beliau Allah takdirkan tidak bisa bergerak layaknya tangan manusia pada umumnya. Sehingga apapun yang seharusnya beliau lakukan dengan tangan kanan, harus beralih fungsi menggunakan tangan kirinya. Termasuk ketika mengendarai motor. Beliau memodifikasi motornya sedemikian rupa agar gas motornya bisa dijalankan dengan tangan kirinya.
Keistiqomahan beliau dalam mengajar Al Qur’an hingga 15 tahun lamanya membuat saya haru dan bangga. Betapa amal Pak Yadi yang tak pernah tersorot kamera dan jauh dari tepuk tangan ini mengingatkan saya tentang ketulusan dan keikhlasan. Saat banyak orang berlomba untuk mendapat validasi di dunia maya, ternyata masih ada sosok tulus seperti Pak Yadi. Pekerjaan yang beliau tekuni tentulah menghasilkan materi yang tak seberapa, tapi barangkali disitu letak kemuliaannya. Justru barangkali dengan amal-amal tanpa sorotan yang beliau lakukan, membuat Allah begitu mencintainya.
Di dunia yang makin mengkhawatirkan ini, rasanya saya harus banyak belajar kepada sosok seperti Pak Yadi. Di dunia yang ‘memaksa’ kita lupa bahwa kita manusia, rasanya kita harus sering menengok pada Pak Yadi-Pak Yadi lain.
Ah.. Bapak berhasil mencuri hati saya lagi sore ini.
Semoga Ridha Allah selalu menyertai Bapak.
Semoga Allah karuniakan keberkahan selalu untukmu, Pak.
0 notes
Text
Seringkali kita memaksakan sesuatu terjadi tanpa pikir panjang bahwa sesuatu itu pasti akan terjadi jika Allah Ridho dan memang terbaik buat diri kita. Kuasa kita terletak pada doa dan usaha.
Terlalu banyak referensi, melihat ke atas tanpa sadar mengikis rasa syukur yang perlahan terus menuntut lebih dari-Nya. Tidak heran ketika dalam sebuah hadits dianjurkan untuk lebih sering melihat ke bawah.
Prasangka baik kamu kepada-Nya harus terus dipupuk sebagaimana kamu berusaha untuk terus mendekat kepada-Nya. Jika waktunya tiba, kamu pasti akan sampai pada tujuan. Jalani prosesnya dengan memperluas sabar dan menguat lewat Doa.
Barangkali sulitnya menerima ketetapan-Nya karena terlalu mengandalkan usaha dan tangan manusia tersebab khawatir yang muncul tak berkesudahan. Tenang, Ada Allah yang akan selalu mencukupimu, menolongmu, dan memberikan jalan yang luas atas segala tanda tanya yang ada dikepala.
Mari kembali!
-4 September 2022-
109 notes
·
View notes
Text
Jadi Ibu Rumah Tangga Itu Keren!
‘Aktivitasnya apa sekarang? Hah?! Ngurus anak doang??’
Atau
‘Wah hebat ya Bu X, jadi manajer di perusahaan sana-sini’
Daaaan ungkapan-ungkapan lain yang menunjukkan ‘betapa tidak kerennya menjadi ibu rumah tangga’.
================================================
Teman-teman tentu pernah mendengar ungkapan-ungkapan seperti ini, apalagi di akhir zaman yang segalanya menjadi abu-abu, hitam dan putih nyaris tidak bisa dibedakan.
Di suatu kajian, saya menyimak penjelasan Teh Elma Fitria tentang peran perempuan dalam kehidupan. And guess what, Allah sudah mengatur sedemikian rupa bahwa perempuan itu mulia by default. Kalo kata anak jaman sekarang, ‘udah mulia dari sananya.’
MasyaAllah, keren ga tuh :’)
Tentunya kemuliaan ini harus terus dipupuk, disirami, dan dirawat agar kelak menghasilkan perempuan-perempuan yang semakin mulia di mata Allah karena melakukan peran sesuai fitrahnya.
Mulia by default dari mananya?
Seorang perempuan, jika memaksimalkan perannya bisa menarik empat laki-laki sekaligus ke surga. Ayahnya, saudara laki-lakinya, suaminya, dan anak laki-lakinya. Ini yang disebut dengan ‘perempuan selalu berada dalam perwalian’ (keterjagaan dalam keluarga), yang mana kondisi ini tidak dimiliki oleh laki-laki. Sedangkan laki-laki harus menunggu hisab empat perempuan dalam perwaliannya di hari akhir nanti.
Kalo kata Teh Elma, ‘kalo kayak gitu, saya sih nggak mau disamain sama laki-laki’. Meanwhile, jaman sekarang justru yang banyak digaungkan adalah narasi kesetaraan yang datangnya dari antah brantah, tapi nyatanya mempengaruhi cara pandang kaum perempuan zaman now. Katanya, perempuan harus memiliki hak yang sama dengan laki-laki, perempuan ‘diajak’ untuk keluar dari status quo, berkarier, and so on so on so on.
Nggak gitu konsepnya, Milea..
Dalam QS. Ar Ruum ayat 21, Allah mengatakan ‘Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya.’ Kata لِّتَسْكُنُوْٓا yang berarti ‘tenteram’ satu akar kata dengan kata ‘sakinah’ yang sering kita dengar saat ada pasangan yang menikah. ‘Sakinah, mawaddah, wa rahmah ya’ atau ‘samawa ya’. Ternyata dari ayat tersebut Allah ingin menjelaskan bahwa tujuan berkeluarga yang paling utama adalah Sakinah atau ketenangan. Dari ayat ini juga, kita bisa memaknai kebesaran Allah dengan menciptakan fitrah ingin merasa tenang. Thus, segala sesuatu yang selaras dengan fitrah akan membuat kita tenang.
MasyaAllah banget kaaan :’)
Nah, balik lagi ke konsep perwalian perempuan.
Jadi, selama hidupnya, perempuan selalu berada dalam perwalian yang senantiasa menjaga dan memeliharanya. Singkatnya, perempuan itu selalu dalam kondisi ‘dijaga’ dari sananya. Dijaganya dimana? Di keluarga. Agar apa? Agar kemudian bisa menjadi tempat tumbuh yang baik untuk anak-anaknya.
Konsep ini yang sering jadi sasaran tembak paling hebat. Banyak kasus kerapuhan dalam keluarga yang bermula dari perempuan. Perempuan seolah harus memilih antara keluarga atau karier. Padahal, fitrah perempuan adalah hidup di lingkungan keluarga. Jadi kita tidak lagi dipusingkan oleh pilihan-pilihan yang seharusnya bukan menjadi pilihan, tapi kewajiban.
Terus perempuan ga boleh berkarier? Walaupun suami mengizinkan??
Dari penjelasan Teh Elma tadi, sudah cukup jelas yang menjadi prioritas perempuan yang sudah menikah. Yaitu keluarga.
Kalo hemat saya, kita bisa belajar berkarya dari rumah sejak masih lajang (belum menikah). Betul, kita tetap butuh menyalurkan kebutuhan sosial dan mengambil peran di masyarakat. Dengan catatan, apa yang menjadi kewajiban kita di keluarga sudah selesai. Kalo kata Teh Febrianti Almeera, ‘beres domestik, baru go public.’
Nah kalo suami mengizinkan bekerja?
Mengutip perkataan Teh Elma lagi, ‘Kita bekerja itu tidak wajib. Buatlah mudah masuk dan keluar (masuk dan keluar dari pekerjaan —red) di perasaan karena kerja nggak wajib. Sedangkan ketika suami memerintah sesuatu, maka itu adalah hal yang wajib.’
Tapi kalo kondisi ‘mengharuskan’ kita bekerja?
Balik lagi ke poin sebelumnya. Intinya kerja bagi perempuan itu hukumnya mubah, dan nggak wajib. Jika kondisi ekonomi mengharuskan kita bekerja, maka Bismillah, niatkan untuk beribadah dan membantu suami. Dan first thing first, izin suami yang paling utama 😊
Sampai sini saya jadi makin menyadari betapa kerennya jadi ibu rumah tangga. Jadi istri dan ibu rumah tangga itu nggak ‘doang’, Ferguso.
Semoga Allah berkahi semua ibu rumah tangga dimanapun berada dengan segala tantangan yang ada :))
Kalo kata Teh Elma lagi, ‘apa adanya diri kita, kemuliaan diri kita, tidak berkurang dengan situasi yang Allah berikan pada kita. Kesediaan kita dalam menjalani setiap situasi yang Allah beri, itulah salah satu kemuliaan kita.’
Wallahu A’lam Bisshawab.
0 notes