altxorra-map
altxorra-map
altxorra map
2 posts
let's find your 'altxorra' here. did you need a map?
Don't wanna be here? Send us removal request.
altxorra-map · 5 years ago
Text
Terlambat Kusadari
Bukan lirik lagu :)
Ini sebetulnya sebuah curahan hati, karna beberapa hari terakhir seakan menghantui. Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti tes seleksi untuk magang. Iya bener, magang. Kalian tidak salah baca.
Magang yang bukan kaleng-kaleng, karna ini program kerjasama pihak kampus dan instansi bergengsi yaitu BUMN. Biasanya, calon peserta magang hanya akan datang lalu diterima dengan tangan terbuka oleh instansi yang sudah match up. Tapi, berbeda dengan instansi keren yang akan saya masuki. Kami melewati serangkaian tes seleksi layaknya tes untuk kerja, seperti interview dan tes kecakapan. Tes kecakapan ini meliputi mengetik cepat di Ms. Word dan mengolah data dengan Ms. Excel.
Ada beberapa pengalaman menarik yang saya dapatkan dari proses wawancara. CV yang saya tulis, dipertanyakan.
Mengapa bahasa inggrisnya hanya sebatas pasif?
Kamu bisa Bahasa Jepang beneran? Apa saja yang kamu kuasai?
Menilik dari CV kamu, ini kamu penulis 'kan ya? Berarti kamu terbiasa bekerja sendiri, kira-kira Anda bisa tidak kerjasama dalam tim?
Kamu suka baca buku? Buku apa saja yang biasa kamu baca? Kamu suka nulis? Cerita seperti apa yang biasanya kamu tulis?
Apa pengalaman organisasi kamu? Jangan bilang cuma anggota saja
Sepertinya kamu ini tipikal orang yang artistik ya, semua yang kamu tulis disini berkaitan dengan seni. Ini tari, ini puisi, ini buku, kamu punya keahlian lain?
Lucunya, saking gugupnya, saya tidak bisa menjawab dengan baik. Saya akui, saya bukan tipe orang yang suka kerja kelompok karna ujung-ujungnya cuma saya yang ngerjain tugasnya :") Saya juga bukan tipikal leadership, bisa menggerakkan orang, bisa memandu orang, bisa memimpin orang. Saya justru orang yang suka bekerja dibalik layar, jadi pendukung dan penopang sudah cukup buat saya. Saya tidak suka dikenal, maka saya tidak punya keinginan untuk menerbitkan buku dibawah naungan nama saya sendiri. Saya selalu merasa kurang percaya diri.
Lalu, saat tes kecakapan Ms. Word, saya baru menyadari kalau saya tipe orang yang sulit beradaptasi. Biasanya saya mengetik dengan cepat bahkan tanpa melihat, memiliki akurasi pengetikan yang tinggi, dan minimum kesalahan. Tapi, saya dibuat seolah bodoh dan baru belajar mengetik. Keyboard yang saya gunakan memiliki bentuk yang aneh dan saya sama sekali tidak terbiasa. Akibatnya, butuh waktu lama bagi saya untuk menuntaskan satu halaman surat resmi.
Untuk tes kecakapan ms. excel, saya juga baru menyadari bahwa saya buta data sama sekali. Sungguh. Saya terbingung-bingung melihat angka unik yang harus saya olah, seluruhnya adalah uang dan jumlahnya milyaran. Entah bagaimana akhirnya saya bisa mengisi satu kolom operasi perhitungan. Saya merasa bersyukur saya masih ingat rumus =SUM :))
Setelah pulang dari tes magang, saya merasa betapa diri ini sungguh bodoh dan malas. Saya ternyata tidak punya kemampuan sama sekali, saya buta dengan banyak hal, dan masih banyak yang harus saya pelajari. Saya sadar bahwa saya bahkan belum siap untuk sekedar magang, apalagi untuk siap bekerja. Sepertinya perjalanan saya masih cukup jauh untuk sampai ke tahap sana.
Setelahnya, saya menyusun banyak rencana belajar. Harus bisa ini, harus menguasai itu, harus mampu ini, harus mengetahui itu. Setidaknya, saya tidak ingin merasa menyesal lagi terlihat bodoh dimata orang. Saya sungguh malu dengan diri ini.
Terlambat saya sadari bahwa ternyata saya terlalu tinggi hati selama ini, merasa mudah untuk mencapai banyak hal membuat saya lupa diri bahwa saya masih harus banyak mengasah kemampuan diri. Saya terlalu cepat puas dengan apa yang saya punya, dan lupa bahwa saya masih punya hal yang harus saya raih dengan banyak usaha.
Saya menulis ini, tidak hanya sebagai tamparan untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain di luar sana. Jangan malas, teruslah belajar. Barangkali apa yang kamu pelajari hari ini belum berguna untuk dimasa kini, tapi di masa mendatang siapa yang tau ilmu yang kamu pelajari ternyata dibutuhkan.
1 note · View note
altxorra-map · 5 years ago
Text
Perempuan dan Rahula
Rahula (Sanksrit) : belenggu
Terlahir sebagai perempuan, kadangkala saya pikir sebagian dari nasib sial. Maksud saya, perempuan terlalu banyak memperoleh tekanan baik dari sisi kemanusiaan, keagamaan, biologis, hingga sosial.
Banyak stigma aneh yang berkembang untuk membatasi ruang gerak perempuan. Seperti "perempuan itu kewajibannya di kamar, di sumur, dan di dapur".
Ada pula yang melabeli perempuan agar diam, bungkam, dan bodoh dengan kalimat "perempuan itu ga usah sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya balik ke dapur juga" atau "perempuan yang sekolah tinggi itu sakral, nanti sudah dapet jodohnya".
Sejak kecil, perempuan lahir dan tumbuh bagai dalam kotak kaca bernama bell jar. Setiap gerak-geriknya harus diperhatikan, khawatirnya malah menjadi aib dan dosa di luaran. Sehingga, ruang untuk berkembang semakin ciut dan terbatas.
Tumblr media
Girl in bell jar
Menyedihkan, seperti apa yang saya alami sekarang. Saat ini saya berjalan di batas akhir, dan tengah bimbang menentukan jalan mana yang harus diambil.
Saya tidak tau harus membawa diri yang labil ini kemana, tidak tau harus menyandarkan harap ini pada pelabuhan yang mana. Terlalu takut melangkah, terlalu khawatir untuk menentukan arah.
Selama periode skripsi, saya menemukan ketertarikan pada bidang yang saya jadikan topik penelitian. Sejujurnya, untuk waktu yang lama, saya selalu merasa salah jurusan dan tersesat dalam fakultas yang entah akan membawa saya ke hidup yang seperti apa.
Saya tidak menyukai politik, dan bukan ranah saya pula untuk membahas teori-teori sosialis. Saya selalu merasa, ini bukan passion saya! Ini bukan keinginan saya!
Tapi nyatanya, saat memilih jurusan kuliah dulu, dengan bangga saya memilih jurusan ini dan lulus. Semua akar kebencian ini sebetulnya berasal dari kesalahan saya sendiri. Saya sendiri yang menjatuhkan diri pada jurang penyesalan berkepanjangan.
Untuk waktu yang lama, saya menyesal dan membenci. Tapi saya berusaha untuk menuntaskan semuanya sebaik mungkin. Hingga pada suatu semester, saya menemukan mata kuliah yang cocok dengan saya. Perpaduan antara IPA dan IPS, sempurna!
Saat skripsi pun, saya mengambil topik yang pas untuk saya. Saya merasa nyaman, dan sangat enjoy saat menyusun setiap kata dalam tugas akhir saya. Bahkan saya menyusun paper untuk salah satu perusahaan BUMN mengenai topik yang saya angkat, dan paper tersebut dijadikan acuan penulisan skripsi untuk anak-anak yang magang di sana.
Saat periode akhir ini, saya mulai memikirkan impian saya. Entah mengapa, saya merasa perlu memberontak sesekali. Hidup saya terlalu teratur, hingga saya merasa tidak punya tujuan.
Saya ingin mengambil program pasca sarjana yang konsen dengan bidang yang saya cintai. Tapi, tidak banyak universitas di Indonesia yang menawarkan program tersebut. Akhirnya, saya mencoba cari beberapa universitas di luar negeri yang menawarkan program yang sama, dan saya menjatuhkan hati pada beberapa pilihan.
Setelah informasi yang saya peroleh cukup, saya konsultasikan mengenai hal ini pada keluarga saya. Dan tau jawabannya apa?
Ngga usah! Kalau bisa kuliah di Indonesia saja, yang deket-deket saja. Maksimal ke negara sebelah, atau kalo nggak kuliah sambil kerja. Ambil kuliah jarak jauh
Deg!
Saya tertegun cukup lama. Impian saya patah dan hancur seketika. Kepercayaan diri saya runtuh dan berantakan seluruhnya, saya tak tau harus bagaimana. Saya didikte untuk menjadi perempuan yang hidup dalam kotak kaca.
Entahlah, saya tak tau harus bagaimana saat ini. Saya kira, ada begitu banyak perempuan di luar sana yang juga hidup seperti saya. Terlalu diatur, serba teratur hingga tak punya gairah untuk hidup.
Sulit menemukan perempuan yang sepenuhnya liberal, hidup bebas seperti yang diinginkan tanpa perlu memperhatikan stigma-stigma kolot yang berkembang. Melebarkan sayap mariposa, dan terbang jauh setinggi angkasa.
Ah, inikah rasanya perempuan-perempuan pada era penjajahan yang dipaksa untuk menjadi budak dan tetap dalam garis kebodohan? Terang saja, ada kartini-kartini yang akhirnya memberontak. Ternyata rasanya sungguh tertekan dan tidak enak!
Ingin memberontak tapi tak punya kuasa dan kekuatan. Ingin menurut tapi rasanya menyesakkan. Entahlah, semoga saja semua ini akan berakhir.
3 notes · View notes