amelicano
amelicano
Kapsul Waktu
26 posts
2013
Don't wanna be here? Send us removal request.
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Kami berjalan berdampingan
menuju ruang kelas. Jarak kami kian dekat, saking dekatnya aku bisa mencium aroma parfumnya. Kalau sudah sedekat ini, apa boleh aku berharap banyak tentangnya?
"Boleh, dong, Na," celetuk Ra.
Tir kemudian menyusul dengan intuisinya, kalau kami akan jadian dalam waktu dekat. Alih-alih bersemangat mendengar intuisi Tir, Ra bergegas memukul kepala Tir dari belakang. Seolah memberi sinyal untukku agar tidak terlalu memedulikan soal itu.
"Jangan ngawur, ah!"
2 notes · View notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Langkahku terhenti
beberapa saat, sebab sepasang mataku berhasil menangkap keberadaan seseorang. Arghi. Kini jarak kami hanya terpaut 3 langkah, benar-benar dekat. Ia kemudian menaikkan muka, sudut bibirnya terangkat perlahan.
"Ana, ya?" celetuknya.
Aku mengangguk sembari mengulum senyum.
"Gimana kalau kita ngobrol di kelas saja, Kak?"
2 notes · View notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Aku melirik arloji
di pergelangan tangan, pukul setengah tiga, dan aku masih terjebak di ruang kelas sampai 30 menit ke depan. Ra dan Tir tampak bergantian memandangiku, seolah memberi sinyal untuk tetap tenang.
Alih-alih tenang, aku semakin merasa gugup ketika mendengar bel pulang berdentang, entah mengapa suaranya terdengar lebih nyaring dari sore-sore biasanya. Tidak lama lagu Sebuah Kisah Klasik—yang biasa diputar sesudah bel pulang sekolah—mengalun mengiringi langkahku menuju ruang multimedia.
Menuju Arghi.
2 notes · View notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
"Aku harus jawab apa?"
Aku merasa sangat gugup. Entah, mengapa semuanya begitu tiba-tiba. Aku benar-benar tidak siap, baik menjawab pesannya maupun bertemu dengannya besok. Tetapi jika aku terlalu banyak berpikir, aku dan Arghi tidak akan pernah bisa bertemu sampai kapan pun, artinya aku sudah terlalu banyak membuang kesempatan yang diberikan oleh semesta untukku.
"Boleh, Kak," jawabku.
1 note · View note
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Peluang?
Aku masih memikirkan tentang hal itu, entah sudah berapa lama. Namun, isi kepalaku seketika buyar setelah mendengar handphone-ku berderit. Rupanya sebuah inbox dari seseorang yang aku nantikan sepanjang pekan. Siapa lagi kalau bukan Arghi?
Ia mengirim tautan yang berisi event menulis cerita pendek. Aku memang suka menulis, tetapi Arghi? Aku rasa ia sama sekali tidak tertarik dengan literasi. Jadi, apa ini yang disebut peluang?
"Na, saya tertarik ikut. Besok bisa ketemu?"
0 notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
"Mau nunggu apa lagi, sih, Na?"
Aku termenung.
Nggak ada. Hampir nggak ada yang aku tunggu dari episode cerita kami. Aku hanya sedikit takut, bagaimana kalau hanya aku yang suka? Karena butuh keberanian yang besar untuk menyukai seseorang, dan aku nggak punya sedikit pun.
Nyali terakhirku sudah aku gunakan untuk menyapanya via inbox beberapa waktu lalu. Sekalipun dia meminta nomor teleponku, bukan berarti aku punya peluang, 'kan?
0 notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
"Kamu kasih, Na?"
Aku sebenarnya merasa senang sekaligus khawatir ketika membaca pesan Arghi semalam, mungkin ini salah satu alasan mengapa aku urung membalas pesan terakhirnya. Benar, aku belum memberi nomor teleponku.
Tetapi, apa ini tepat?
Arghi mungkin saja menunggu pesanku semalam suntuk sampai akhirnya ia tertidur dan terbangun dalam kondisi bimbang; "Kenapa dia belum balas pesanku, ya?"
Haha, aku rasa terlalu cepat untuk membuat skenario indah seperti itu. Tentu saja selepas mengirim pesan untukku, ia bersegera menyiapkan berkas-berkas yang ia perlukan untuk mendaftar ke PTN.
"Enggak, belum, Ra," pungkasku.
0 notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Arghi baik,
ia menanggapi semua pesan-pesanku dengan ramah. Tetapi, kami tiba juga pada sebuah akhir percakapan. Ingin rasanya membuka topik-topik baru agar bisa terus menerus berbincang dengannya. Namun, aku tidak ingin kentara dalam mengaguminya.
Aku rasa siswa sepopuler Arghi sudah barang tentu memiliki pacar atau paling tidak siswi yang ia idam-idamkan, bukan?
Namun, bisa juga sebaliknya.
"Na, saya boleh minta nomor handphone kamu?"
1 note · View note
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Setelah menghabiskan
beberapa waktu di home page Facebook Arghi, aku berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentangnya. Baik tentang siapa saja teman-teman dekatnya, maupun kapan hari ulang tahunnya.
Namun, lambat laun aku mulai berharap lebih. Harapan-harapan itu yang pada akhirnya mengantarkan jemariku untuk menyapanya via inbox⁵. Ah, tidak. Alih-alih menyapanya, aku justru menanyakan mekanisme ujian di sekolah kami, mengingat sebentar lagi kami akan menghadapi Ujian Tengah Semester.
⁵Salah satu fitur dari Facebook yang digunakan untuk bertukar pesan dengan pengguna lain.
0 notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
"Arghi."
Entah, bagaimana suaranya berhasil membuat hatiku berdesir. Geli, seperti ada miliaran kupu-kupu di dalam perutku, menggelitik dan meninggalkan rasa kurang nyaman. Menariknya, aku suka rasa itu. Sensasinya seperti makan ice cream rasa cokelat sembari menaiki wahana kereta luncur.
Tanpa pikir panjang, aku lantas menghabiskan waktu untuk berselancar di Facebook, mencari berbagai hal tentangnya.
1 note · View note
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Arghi berjalan
melewati lorong kelas kami. Sekalipun lama tak jumpa, aku meyakini bahwa ia seseorang yang aku temui di acara penutupan Masa Orientasi Siswa. Ya, ia orangnya. Seseorang yang berhasil memenuhi isi kepalaku dalam beberapa bulan terakhir ini.
Namun, sayangnya aku tidak cukup percaya diri untuk sekadar menyapanya. Sehingga Tir adalah orang pertama yang dengan senang hati membantuku.
"Kak, nama kamu siapa?"
1 note · View note
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Lain halnya dengan Ra,
Tiara—teman sebangku Ra—tampak lebih bersahabat. Kami gemar memanggilnya dengan sebutan Tir. Entah, mengapa panggilan itu terdengar cocok dengan gayanya yang eksentrik. Mungkin ini salah satu alasan mengapa sebagian besar siswa-siswi di kelas kami memilihnya menjadi ketua kelas.
Berkat Tir, aku banyak tertawa. Juga berkat Tir, aku bisa mengenal nama siswa itu.
"Arghi," sahutnya.
0 notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Ra sangat pandai Matematika,
aku baru mengetahuinya setelah mengenalnya selama beberapa pekan. Semua persoalan pelik dalam Matematika diselesaikannya dengan cepat dan tepat, tanpa sekali pun tergesa-gesa.
Meski ia tampak tidak ramah, tetapi ia berbaik hati mau mengajariku bab-bab yang belum aku mengerti. Benar, aku payah dalam bidang Matematika. Mungkin ini salah satu alasan semesta mempertemukan kami berdua. Bukan begitu, Ra?
"Salah! Ulang lagi dari awal," teriaknya.
3 notes · View notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Hari pertama sekolah,
hari pertama menjadi siswi dengan seragam putih abu-abu. Kata seseorang, pengalaman pertama jatuh suka biasanya berlangsung di sini. Tetapi, aku ingin menyingkirkan perasaan itu untuk sementara waktu. Alih-alih berkencan dengan seseorang, aku ingin menemukan seorang teman. Ya, kamu tidak salah baca. Teman.
Seseorang kemudian menepuk bahuku, ia berhasil membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan mendapati sepasang siswi, salah satunya bermuka masam.
"Ra." Nama siswi itu.
1 note · View note
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Sekilas
tidak ada yang menarik darinya, mungkin tidak banyak juga yang menyadari keberadaannya. Ia hanya seorang anak OSIS yang tengah menggoyangkan badannya bak ubur-ubur Phyllorhiza Punctata⁴.
Tiba-tiba seseorang menghalau pandanganku, ia berdiri sembari membawa kotak yang berisi beberapa cokelat. Ya, hanya beberapa di saat anggota OSIS lain sudah mengumpulkan sekotak cokelat. Tanpa pikir panjang, aku mengulurkan cokelatku padanya.
"Jadi, dia orangnya?" Sial, suara itu lagi.
⁴Salah satu spesies ubur-ubur Pasifik barat dari Australia ke Jepang, juga dikenal sebagai lonceng mengambang.
0 notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
"Beneran, Na?"
Ia masih menghantuiku dengan pertanyaan yang sama, sekalipun suratku telah selesai dan kami berpindah ke halaman sekolah—hendak menyaksikan beberapa pertunjukan sebagai penutup Masa Orientasi Siswa.
Aku mengangguk malas, sebab benar-benar tidak ada seorang pun yang menarik perhatianku. Kecuali, seorang siswa di seberang sana. Jika dilihat dari radius 10 meter, ia tidak akan tampak, sebab berada di barisan paling belakang. Namun, entah mengapa radarku berhasil menangkap keberadaannya.
0 notes
amelicano · 2 years ago
Text
Tumblr media
Waktu berjalan terlalu cepat,
tanpa sadar Masa Orientasi Siswa hampir berakhir. Siswa-siswi di kelas kami tengah sibuk menulis surat, sedang aku terpaku menekuri secarik kertas di atas meja yang masih bersih dari goresan tinta.
Tidak ada seorang pun. Tidak ada yang terlintas satu pun. Entah, siapa yang akan menerima cokelatku. Tentu saja setiap anak OSIS akan menerima banyak cokelat, karena mereka cukup populer. Aku rasa cokelat maupun surat dariku tidak akan ada artinya.
"Na, jangan terlalu dipikirin, ya. Kamu bisa kasih cokelat itu ke cowok yang kamu suka. Ada 'kan?" tanya seseorang, ia kemudian berhasil membuatku kembali termenung.
1 note · View note