amrtifani
amrtifani
72 posts
catatan seorang mahasiswa preklinik 
Don't wanna be here? Send us removal request.
amrtifani · 4 years ago
Text
Anak Hitz
Aku tidak ingat kapan tepatnya. Saat itu aku berkunjung ke rumah salah satu teman lama ku untuk memberi selamat atas sidang akhirnya. Karena kami cukup dekat, pertemuan yang dijadwalkan singkatpun berlanjut menjadi cerita tentang berbagaimacam hal. Mulai dari kabar, progress diri, dan tak luput dari gosip. Haha.
“Eh, (menyebut nama orang) kemarin juga habis semhas ya?” tanya ku
“Iya hee, kamu liat di story nya ngga? kok aku liat yang ngucapin dikit ya? padahal dia anak hitz” jawabnya sambil mengaplikasikan lipstik yang sudah mulai pudar. Tak lama, telfonnya pun berdering. Dia sedang ditunggu oleh orang yang berbicara di seberang sana untuk menghadiri sidang teman se kampusnya.
Akhirnya aku pun harus pamit pulang meskipun pembicaraan kami belum berakhir. Setelah beranjak pergi, perkataan teman ku tadi membuatku merasa kurang nyaman. Kok yang ngucapin dikit ya? padahal anak hitz. Apakah saat ini segala sesuatu harus diukur dengan satuan angka? Memangnya kenapa kalau yang membuat story untuknya hanya sedikit? Story itu hanya beberapa detik dari seluruh waktu dalam kehidupannya yang terlihat. Mengapa bertindak seolah-olah bersamanya 24 jam?
Bisa jadi banyak yang langsung mendatangi rumahnya. Membawakan bunga, makanan, atau hadiah. Tapi tidak dibuat story karena mereka menikmati moment kebersamaannya. Mungkin saja banyak yang membuatkannya story namun dia lupa atau tidak sempat untuk me-repost karena sangking hecticnya untuk mempersiapkan ini dan itu. Aku jadi ingat saat ulang tahun dulu, teman-teman ku lebih banyak mengucapkan lewat grup serta persoal chat. Apakah chat tersebut juga harus di screenshoot lalu di upload hanya untuk menunjukkan kepada dunia, ini loh yang ngucapin aku banyak. Hehe. Semua kemungkinan itu bisa terjadi dalam dunia maya. Dunia yang hanya terlihat selebar layar dengan satuan inchi.
Hidup dalam standar masyarakat saat ini membuat orang berpikir, banyak followers = hitz dan banyak likers = hitz. Pada masa pandemi yang membuat semua serba daring, memberi ucapan selamat (tentang apa saja) lewat story media sosial menjadi makin naik daun. Semakin banyak seseorang mendapat ucapan di story = semakin hitz orang tersebut. Maka orang-orang berlomba untuk mendapat ucapan sebanyak-banyaknya. Hingga saat memberi ucapan bukan lagi didasari oleh rasa sayang dan support sebagai teman tapi ingin meminta imbalan agar besok-besok diucapkan juga.
Bagi orang yang sudah terbiasa mendapat attention senang-senang saja. Mendapat ucapan melimpah, kiriman hadiah-makanan-bouquet bunga lalu difoto dengan diberi caption pemanis yang mengisyaratkan banyak manusia yang menyayanginya. Lalu bagi orang yang sebelumnya jarang atau tidak pernah mendapat hal semacam itu akan menjadi semakin insecure, merasa tidak disayangi, rendah diri, hingga stress. Tapi tunggu dulu, mereka yang sering mendapat attention pun juga bisa stress apabila yang terjadi tidak sesuai dengan harapannya yang sudah terlanjur memiliki standar tinggi.
Ketakutan akan diacuhkan oleh lingkungan layaknya racun yang terus diminum namun tidak ada habisnya. Padahal yang seharusnya lebih dipikirkan adalah acara yang akan dilalui tersebut bukan ketakutan akibat tidak bisa memenuhi standar masyarakat di media sosial. Tanpa disadari, beban hidup itu sebenarnya adalah masalah yang dibuat-buat oleh manusia sendiri. Namun seringkali manusia malah menyalahkan Tuhannya yang dibilang tidak adil. Muaranya pasti mengarah pada previlege dan good looking. Dia punya ini, aku engga. Dia cantik/tampan, aku engga. Hebat sekali ya manusia, menilai sesuatu hanya dari yang tampak oleh mata tanpa berpikir keterlibatan semesta yang telah mengatur semuanya.
Mereka yang terlihat bahagia di media sosial itu belum tentu sepenuhnya bahagia. Bahkan yang kelihatan super cantik/tampan pun bisa jadi hanyalah tipuan effect kamera. Sebagai netizen, kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar. Memiliki sedikit teman atau bahkan tidak punya pun, tidak membuat diri menjadi lebih rendah dibanding lainnya. Bukan berarti kamu tidak baik sehingga tidak ada orang yang peduli. Stop being so hard on yourself. Everthing will make sense to you one day. Mungkin teman mu tidak banyak, tapi semesta menghadirkan seseorang yang dalam satu tubuh itu dapat mencakup sebagai teman, sahabat, partner, dan rumah untuk kembali. Mungkin ucapan selamat saat hari kelulusan mu hanya sedikit, tapi kamu diucapkan oleh mereka yang benar-benar tulus menyayangi. Mungkin followers mu jauh dari angka ribuan tapi kamu dapat bebas berbagi dan berekspresi menjadi dirimu sendiri.
Let go of all the expectations you have created. Accept reality as it comes. Accept life for what it is. Not everything is always how it appears.
8 notes · View notes
amrtifani · 5 years ago
Text
Random banget yaAllah. Siang-siang lagi di rumah sendirian tiba-tiba ada tamu tak diundang dateng. Ya, tamu, si ular!!!!!!
Jadi aku habis dari dapur ambil cemilan mau ke kamar. Pintu kamar ku dalam keadaan kebuka. Aku yang lagi jalan mau masuk langsung kaget banget lihat ada ular hitam lagi mlungker di depan pintu. Nyebelinnya, waktu aku kaget si ularnya ikutan kaget yang nyebab in doi jadi masuk kamar. Udah lemes ini badan. Mana hp di dalem kamar jadi ngga bisa ngehubungi siapa-siapa. 
Aku memutuskan berdiri di atas kursi yang ada di sudut ruangan. Sambil memperhatikan dari kejauhan gerak-gerik si ular. Mending ularnya stay di kamar aja biar gampang nangkepnya daripada keluar trus nyelip-nyelip jadi makin runyam. Sambil berdoa berharap mama atau papa pulang cepet biar aku ngga sampe sore berdiri gini terus sangking takutnya. Setelah kurang lebih satu jam papa datang dan aku langsung teriak kalo ada ular di dalem kamar. Awalnya papa juga kaget sambil mastiin ke aku itu ularnya ada berapa, bener-bener masih di kamar atau jangan-jangan udah keluar, jenisnya cobra atau bukan karena kalau cobra mending langsung manggil tetangga yang bisa jadi pawangnya daripada resiko.
Dari beberapa video atau tanyangan tentang hewan yang pernah ku tonton, aku yakin dari bentuknya itu bukan ular cobra. Bentuknya seperti ular yang biasanya ada di sawah atau sering disebut ular sawah oleh masyarakat. Dulu pernah terjadi kejadian serupa di dalam kamar ku juga. Maklum, belakang rumah masih sawah jadi hewan-hewan semacam itu banyak. Sekitar 15 menit si ular ini baru ketemu gara-gara sembunyi di balik rak buku. Padahal celahnya sempit banget hampir ngga ada jalan masuk. Mungkin karena tubuhnya yang lentur dan kecil sehingga bisa menyesuaikan tempat yang disinggahi.  
Alhamdulillah mission complete bund!!!! Kejadian ini membuat ku menjadi sedikit trauma ketika masuk ke kamar. Sangking paranoid nya, waktu ngetik tulisan ini, tiap selesai satu kalimat langsung ngecek sekitar buat mastiin ngga ada apa-apa :”)  Udah ya ular main-mainnya. Kamu kumpul sama keluarga mu aja sana di sawah. Nanti kamu dimarahin emak kalo main jauh-jauh. 
Huhu, stay safe semuanyaaa semoga kita selalu dijauhkan dari segala macam mara bahaya yang ada. 
15 desember 2020
0 notes
amrtifani · 5 years ago
Text
12-12-2020.
Tanggal dimana banyak promo dan diskon besar-besaran dari berbagai produk dan jasa. Tapi aku sama sekali tidak tertarik untuk ikut merayakan. Sudah beberapa kali kecewa karena produk yang dibeli ternyata zonk. Akhirnya jadi trauma. Walaupun banyak juga orang-orang yang beruntung mendapat produk sesuai dengan ekspektasi.
Pertama kali tahu event semacam ini waktu hari halbonas tahun 2017. Saat itu aku sedang mencari sepatu untuk hadiah ulang tahun adek. Gimana ngga tergiur liat sepatu yang harganya 200 rb lalu didiskon jadi 90 rb?! Awalnya takut kalau barangnya ngga sesuai dengan gambar, sempet liat review dari beberapa pembeli juga dan banyak yang bilang bagus... jadilah langsung check out tanpa pikir panjang. Paketnya sampai kurang lebih satu minggu. Udah seneng banget karena ini hadiah yang aku janjiin ke adek. Waktu diunboxing, bener-bener bikin shock banget. Ini tuh lebih mirip sepatu bekas yang didaur ulang lagi ((cried)). Sol bagian depan sama pinggir-pinggirnya kayak udah jebol trus dilem. Bahkan ngelemnya ngga rapi sampe keluar garis solnya yang bikin kebentuk noda item. Warnanya juga udah kusem banget macem sepatu yang sering dipake jadinya berubah warna. Rasanya bersalah banget sama adek karena udah bikin dia berharap tapi setelahnya kecewa :( 
Yang kedua, aku beli kemeja yang promonya buy two get one. Aku pilih size S setelah mempertimbangkan ukuran yang ada di box deskripsi. Setelah paket sampai, ternyata, size S nya kayak baju balita. Literally kecil banget sampe aku bandingin sama baju jaman bocah dulu. Padahal aku udah memastikan kalau ukuran yang aku pilih itu sesuai. Bahkan kata mama, untuk ukuran promo pun masih tergolong mahal karena bahan bajunya juga ngga worth it. 
Yang ketiga aku beli tas karena lagi pengen banget punya totebag. Expect ku besar banget sih soalnya ini salah satu toko yang trusted dan udah punya toko offline yang kesebar di beberapa daerah. Tapi lagi-lagi hal yang sama terjadi. Tas ‘aslinya’ jauh beda dengan yang ada di gambar. Ini fotografernya yang handal bikin tipuan mata atau emang aku yang ngga ada kapok-kapoknya wkwkw. 
Sebenarnya masih ada lagi pengalaman belanja online yang tidak mengenakkan lainnya. Namun 3 kejadian di atas adalah yang paling mengena. Sejak saat itu, aku prefer beli barang yang ngga diskon. Bukan sombong, banyak duit, atau apalah namanya, tapi traumanya itu yang ngga bisa hilang. Selain itu aku juga pernah kok dapet barang yang emang sesuai. Tapi karena beberapa pengalaman buruk itulah yang membuatku jadi bener-bener pikir panjang tiap kali mau beli barang online. 
0 notes
amrtifani · 5 years ago
Text
Doa
Aku ini tipe orang yang ngga bisa santai kalau menyangkut masalah akademik. Dari kecil kalau dapet nilai jelek selalu nangis padahal orang tua menanggapi dengan santai. Malahan mama yang selalu bilang, urusan akademik itu ngga perlu dibawa pusing karena ngga ada habisnya. Tapi, namanya juga manusia. Begitu hasil yang keluar ngga sesuai langsung kecewa. Ngerasa udah berdoa, usaha sampe jumpalitan tapi yang didapat (dirasa) masih belum maksimal. 
Puncaknya saat akhir semester 3. Saat itu akan diadakan ujian osce. Aku sudah mepersiapkannya dari jauh-jauh hari. Mulai dari ikut belajar kelompok, berlatih hampir setiap hari, ngehafalin script sampai ketiduran. Saat hari H nya, aku dapat kloter ke dua dari akhir. Temen-temen yang lain udah pada selesai dan siap-siap pulang, tapi aku baru masuk ruang ujian. Stase pertama dapet dosen killer. Stase kedua dapet dosen yang biasa aja tapi ada insiden bolpen ku hilang. Ternyata ketemu di kantong gara2 lupa naruh. Stase ketiga, waktunya masih sisa banyak jadi aku sempetin ngoreksi jawaban karena masih ragu. Stase ke empat, stase mencetak gigi pasien. Waktu masukin adonan alginat ke rongga mulut probandus, udah takut banget kalau hasil cetakannya sobek. Alhamdulillah, ternyata hasilnya mulus ngga ada sobekan atau porus (lubang kecil-kecil). Mikirnya sih stase 4 ini lebih ‘aman’ dibanding stase lainnya.
Selesai ujian aku langsung keluar ruang. Aku jalan sendirian sebagai usaha ngejauhin orang-orang yang suka tanya-tanya dan bahas jawaban. Sampai akhirnya ada temen yang ndeketin "mar, komposit itu tandanya hijau kan?" Seinget ku, aku tadi jawab warna merah. Trus lewat temen ku satunya. Nah si temen ku yang habis tanya tadi gantian tanya ke temen ku yang lewat itu dengan pertanyaan yang sama. Dia jawabnya hijau dong.....seketika langsung lemes. Belum sampe disitu aja. Waktu ke ruang karantina buat ambil tas (sebelum masuk ruang ujian kita nunggu di ruang karantina. Tujuannya buat misahin yg udh ujian sm yg blm) ada temen lain yang tanya lagi “mar tadi kamu ngga lupa nulis SOU kan di gigi yang normal?" dan aku baru inget kalau lupa nulis itu padahal ada banyak banget. Otomatis, poin nilai ku juga berkurang banyak. Pantesan, waktu di stase 3 ngerasa masih ada something wrong walaupun udah dikoreksi berkali-kali. Sepanjang jalan pulang dari kampus sampe rumah cuma bisa nangis. Tidur ngga nyenyak, makan ngga nafsu, mau ngapa2 in rasanya ngga mood. Ya gimana ya, Remednya mahal cuy. Sekali remed 656 rb melayang.
Tibalah hari pengumuman, Hasil nilainya sudah bisa dipastikan : sesuai dengan perkiraan. Aku remed. Nangis pastinya, tapi sedikit terhibur karena banyak temennya juga. 
Drama masih berlanjut ketika pelaksanaan ujian remed. Stase pertama dan kedua lancar. Di stase ketiga, karena pengujinya terkenal perfect, bikin jadi grogi. Lagi-lagi ini stase tentang mencetak gigi. Air yang aku tuang ke dalam adonan alginat agak kebanyakan. Waktu masukin sendok cetak yang udah dikasih adonan alginat ke dalam rongga mulut, sendoknya nggeser. Padahal di prosedurnya ngga boleh ada geseran sama sekali. Alhasil, cetakannya sobek dikit gara-gara kena ujung gigi. Saat sesi presentasi ke pengujinya, sengaja cetakannya yang sobek aku taruh di bawah biar ngga kelihatan. Tapi pengujinya jeli banget dan minta cetakannya buat dibalik. Beliau bilang "ini apa?" sambil nunjuk ke arah bagian yg sobek. Aku cuma bisa diem dengan wajah nahan nangis. Sedih banget rasanya sampe ngga bisa dijelasin lagi. Sepanjang jalan pulang backsound nya nangis sambil berdoa semoga Allah melunakkan hati dosen penguji ku.
Saat-saat menunggu pengumuman, adalah masa dimana aku mengalami stress berat. Tiap sholat nangis. Diem doang aja nangis. Merasa gagal, menyalahkan diri sendiri, sampai sempat berpikir kalau ini semua ngga adil. Tau kan gmn rasanya?
Tibalah hari pengumuman. Waktu itu aku minta ditemenin Adam karena ngga cukup kuat buka pengumuman nilai sendirian. Kaget banget waktu di layar HP muncul nilainya E yang artinya ngga lulus. Aku udah capek harus berekspresi gimana lagi. Lama-lama nangis dan ngga mau pulang karena ngga tega bilang ke mama. Dia biarin aku nangis, katanya, nggapapa biar bebannya keluar semua. Di sela-sela aku nangis, dia nawarin buat beliin makanan soalnya aku belum makan dan kebetulan kita lagi duduk di foodcourt salah satu mall. Waktu dia lagi pesen makanan, aku liat di notif grup ada temen yang ngirim nilai remed tapi dalam bentuk foto nilai yang ditempel di kampus. Disitu ada presentase nilai dari tiap stase jadi ngga cuma hasil akhirnya aja. Aku penasaran cari nilai ku kenapa bisa hasil akhirnya E. Kaget banget yaAllah, kayak berasa lagi di prank. Nilai ku tertulis AB bukan E. Jadi kalo yang nilainya E di stabilo kuning yang menandakan ngga lulus. Disitu nilai ku AB tapi ikut di stabilo kuning makanya waktu dibuka di system kampus nilainya E. Anehnya, cuma punya ku satu-satunya yang typo ikut di stabilo kuning. 
Aku langsung teriak-teriak manggil Adam yang lagi pesen makanan di ujung sana. “Aku lulus-aku lulus-aku lulus!!!” bodo amat lah ya diliatin orang. Bener-bener selega itu rasanya :”) Padahal kalau dipikir-pikir, sulit buat bisa lulus karena hasil cetakannya aja sobek. Bahkan dosen penguji ku kemaren terkenal sebagai dosen yang perfect. Ibarat ada yang ngga sesuai langsung auto coret. Apalagi pengalaman dari osce pertama, yang udah sesuai prosedur tapi tetep aja ngga lulus. Emang bener sih, the power of doa. Saat manusia ada di titik yang ngga ada harapan sekalipun, doa adalah solusi terbaik. There are no sad ending for those who trust Allah, right? :”) 
Ingat kan sama jawaban doa? “Iya, Iya tapi diganti yang lebih baik, atau Iya tapi nanti di waktu yang tepat”
0 notes
amrtifani · 5 years ago
Text
JUALAN
ceritanya, sambil mengisi waktu luang di rumah aku belajar membuka usaha. karena bisnis makanan sedang booming-boomingnya ditambah aku yang (belum) bisa masak, aku memilih untuk mengembangkan bisnis fashion. lebih tepatnya usaha jual jilbab wkw. walaupun masih menjualkan brand orang lain setidaknya dari sini aku jadi tahu kalo kain ada banyak macem-macemnya. selama ini kalau beli jilbab ngga pernah aware sama bahannya apa, yang penting warnanya cocok sama nyaman dipake. sekarang udah jualan gini ntar ditanya customer “mba ini bahannya apa?” “bedanya sama bahan ini apa?” “bagus mana?” kalau ngga tau ya wassalam. 
hari pertama buka pre order (PO) masih sepi peminat. udah ku coba sebar dibeberapa sosmed sampe minta tolong temen buat ‘ngiklanin’ tapi masih sama aja. ada yang chat tapi sekedar tanya-tanya aja. nggapapa alhamdulillah. sampai di hari terakhir PO, beberapa orang yang awalnya sekedar tanya-tanya jadi ikutan pesen bahkan ada pula yang langsung dalam jumlah banyak. 
salah satu yang membuatku terharu adalah jalan yang Allah berikan lewat kebaikan teman ku. saat itu aku sempat dilema ketika akan memesan barang dagangan. laba yang ku dapat tidak seberapa, disisi lain karena lokasi rumah ku termasuk jauh dari kota sehingga biaya antar paketnya pun jadi lebih mahal. saat sedang galau-galaunya, aku teringat dengan salah satu teman ku yang rumahnya berada persis di tengah kota. aku mencoba menghubunginya dan menyampaikan niat ku untuk menitipkan paket dagangan ke rumahnya. tidak disangka, dia menyambut dengan sangat antusias bahkan saat tahu aku sedang jualan jilbab dia pun turut memesannya. tanpa diminta pun dia berinisiatif sendiri memberikan testimoni tentang jilbab tersebut di story whatsapp maupun instagramnya. bersyukur banget punya temen yang support gini :”) 
dari sini aku belajar, kebaikan kecil yang kita lakukan untuk orang lain bisa jadi sangat berarti bagi mereka. maka disaat orang lain meminta bantuan, berikanlah bantuan terbaik yang bisa kita lakukan. apalagi jika bantuan itu dapat memberi dampak besar terhadap kepada mereka. hal ini juga turut mengingatkan ku yang kalau ada temen jualan berharap dikasih harga temen~ astagfirullah aku 
thank you for being so supportive Qori! semoga dipermudah segala urusan mu termasuk sidang TA dalam jangka dekat ini! 
i’m looking forward to return the favor. love. 
0 notes
amrtifani · 5 years ago
Text
Takdir
Beberapa hari yang lalu habis ngobrol ngalor-ngidul sama Adam. tiba-tiba kami flashback dengan kejadian beberapa tahun lalu saat aku cemburu dengan salah satu teman perempuannya saat masih SMA karena mencoba mendekatinya. walaupun hanya sebatas me-reply story atau sekedar chat basa basi. hampir setiap kali teringat, aku selau marah dan mengungkit-ngungkitnya kembali. padahal aku tahu, perempuan itu sudah tidak pernah menghubunginya lagi bahkan mungkin telah menemukan tambatan hati baru. sampai dia bercerita baru saja mendapat kiriman pamflet berisi undangan pernikahan di grup SMA nya. betapa kagetnya saat mengetahui ternyata mempelai wanitanya adalah perempuan tersebut. aku yang diceritakanpun juga tak kalah kaget. perempuan yang aku cemburui tanpa alasan yang jelas, yang ku ungkit-ungkit namanya saat sedang sensi ternyata sudah menemukan pasangan hidupnya...... memang ya, kalau sudah cemburu, hal-hal yang sebenarnya tidak adapun seperti diada-adakan. over thinking kills you. 
aku jadi menertawakan diriku sendiri. saat aku sibuk cemburu ternyata orang yang ku cemburui saja sudah berjalan sangat jauh. “udah ya ngga usah jadiin itu sebagai bahan marah-marah lagi” katanya
“dia udah jadi istri orang sekarang” tambahnya. wkwkwkw :(
begitulah waktu bekerja. kemarin kamu menjadi orang yang amat spesial bagi seseorang. bulan besok belum tentu masih sama. itupun juga berlaku, saat hari ini seseorang mematahkan hati mu. suatu hari nanti kamu akan sembuh dan menemukan bahagia. 
pada akhirnya setiap manusia akan berakhir pada takdir yang telah ditulis jauh hari sebelum ia lahir di dunia ~ 
anyway, selamat ya mbak! semoga menjadi keluarga yang samawa hehe
2 notes · View notes
amrtifani · 5 years ago
Text
tentang ayah
tidak banyak saya menulis tentang ayah. jika anak-anak perempuan kerap menyebut bahwa ayah adalah cinta pertamanya, saya tak merasa demikian. tapi, jika dipaksa, mungkin saya bisa sedikit bercerita tentang ayah.
meskipun perasaan saya untuk ayah biasa-biasa saja, saya merasa bahwa saya adalah anak kesayangan ayah. beberapa kali ketika kami hanya berdua, ayah akan memberi "kesenangan-kesenangan" dengan sembunyi-sembunyi. sebutlah es krim, makanan cepat saji, atau sekadar ajakan berkeliling kota.
kupikir, mengendap-endap ini adalah cara agar saudara-saudaraku tak ada yang tahu lalu cemburu. rupanya, itu adalah upaya ayah agar setiap anaknya merasa spesial dan disayang.
ayah juga selalu memaafkan. entahlah berapa banyak kenakalan sudah kami anak-anaknya perbuat. apalagi sewaktu kami remaja dan menjelang dewasa. namun, ayah selalu maklum, menasihati dengan lemah lembut--terkadang kebaikan ayah itu membuat saya tak kapok.
beberapa tahun terakhir, barulah saya tahu bahwa kata ayah, doa seorang ayah dan suami untuk anak-anak dan istrinya itu sangat ampuh. oleh karena itulah, ayah senantiasa berdoa, "ya Allah, ampunilah dosa-dosa istriku, anak-anakku." ayah selalu mendoakan agar kesalahan yang kami perbuat dihapus dari catatan malaikat.
dan bicara tentang malaikat, ayah sering menjadi salah satunya. ayah hadir di setiap pertunjukan menari saya--bahkan ayah pula yang menata rambut saya. ayah membuat saya percaya diri dengan rambut keriting ini, terutama ketika rambut lurus diidentikkan dengan cantik.
ayah membantu saya membuat pekerjaan rumah, tak jarang justru membuatkan. apalagi jika soal prakarya, melukis, membuat puisi, membuat naskah drama, atau membuat koreografi tari. saya masih hafal puisi "gunting" yang ayah tuliskan untuk pe-er puisi di kelas dua. atau, tari "kertarajasa" yang ayah ciptakan untuk pertunjukan di kelas empat.
saat saya lulus sd, ayah menjadi ketua panitia perpisahan. saat saya lulus smp, ayah menjadi ketua panitia buku tahunan. begitulah cara ayah hadir.
lalu suatu ketika saya menerbitkan buku. ayah bersusah payah membacanya. saya yakin ayah pasti tak mengerti isinya, bukan tipikal bacaan ayah. tapi toh, ayah membaca sampai habis. sampai-sampai ayah menanyakan siapa laki-laki yang namanya saya tulis di halaman terima kasih.
dan ayah membela saya sekali lagi. ayah mengerti anak perempuannya jatuh hati. kata ayah, "ayo kita ke kotanya. jalan-jalan. siapa tau nanti kamu tinggal di sana." lalu di lain kesempatan, ayah membeli cinderamata ketika bepergian. diberikannya hadiah-hadiah itu kepada saya. kata ayah, berikanlah untuk laki-laki itu.
ketika saya harus patah hati karena ya, patah hati, ayah membela saya lagi. ayah mendoakan agar saya mendapatkan laki-laki yang baik. saat itulah kemudian mas yunus muncul. mas yunus lalu datang ke rumah, menceritakan rencana hidupnya. tanya ayah, "jadi, kalau ada laki-laki lain yang mau menikah dengan uti, boleh?"
mas yunus tertawa dan menggeleng, "jangan dong, Pak." dan saat itu pulalah, ayah bilang beliau menerima pinangan. kata ayah, insyaallah bersama mas yunus, saya akan menjadi manusia yang sebaik-baiknya saya.
ayah adalah yang menguatkan saya ketika menjelang pernikahan, keraguan mengganggu saya. ayah adalah yang memijat punggung saya ketika saya mengejan di ruang bersalin. ayah adalah yang paling repot ketika ada keluarga yang sakit--hingga sering lupa dengan kesehatannya sendiri.
hari ini, setahun ayah tiada. terakhir kali kami berbicara, ayah berterima kasih dengan begitu tulus karena saya mengepak kopernya. "terima kasih ya, nak."
kalau saya bisa membalas "sama-sama, yah" sekali lagi, saya akan bilang kepada ayah, "terima kasih yah, sudah selalu percaya ketika tidak ada orang lain yang percaya."
semoga lapang di sana ya, yah.
614 notes · View notes
amrtifani · 5 years ago
Text
Menghilangkan Energi Negatif dengan Menulis
Quarantine days ini benar-benar terasa setelah hampir sebulan lebih cuma di rumah. Jenuh dan bosan mulai melanda karena aktivitas yang cenderung itu-itu aja. Beda dengan hari biasa yang macem-macem kegiatannya. Sekarang semua serba virtual. Awalnya ngerasa seru ya kuliah bisa sambil makan, rapat sambil rebahan, tapi lama-lama bikin sumpek juga. Sepertinya keadaan ini mulai berefek pada psikologis ku. Kalau udah gini, emosi jadi gampang banget naik. Ditambah siklus hormon bulanan yang membuat hal-hal sepele menjadi makin rumit. 
Biasanya kalau lagi jenuh gini aku pergi me time. Keliling kota sendiri naik motor cuma mau liat keramaian dan ngabisin bensin wkwk. Tapi kan sekarang keadaan mengharuskan setiap orang untuk stay at home. Aku mencoba cari cara lain untuk mengeluarkan energi negatif ini agar mereka-mereka yang tidak bersalah tidak jadi objek pelampiasan ku :( 
Aku ngide bikin account twitter baru. Following sama followers nya sengaja dibikin nol karena tujuan ku menjadikan twitter ini sebagai ‘account sampah’. Setiap kali muncul rasa pengen marah, aku coba tulis dulu apa yang aku pikirin dan rasain disana. Setelah nulis panjang lebar, aku baca lagi tulisan itu baik-baik. Pelan-pelan dipahami biar pikiran rasional ku yang bekerja bukan pake perasaan. Ternyata ini cuma salah paham, ternyata aku yang terlalu sensitif padahal dia cuma tanya woii malu kann HAHAHAHA.
Hal ini bisa membantu dalam proses menetralkan emosi. Akhirnya energi negatif yang ada di dalam diri ku keluar dengan cara yang ‘baik’ tanpa merugikan pihak lain. Huhuuu sungkem dulu aku sama mereka yang udah tak marah-marahi selama fase ‘senggol bacok’ ku kemarin. Termasuk Adam, si manusia berhati baik yang udah sabarrrr banget ngeladenin marah-marah ngga jelas ku. Makasih yaa <3
Sebegitu besarnya ya efek dari menulis. Aku sekarang mengerti, menulis tidak hanya sekedar hobi. Tapi bisa menjadi salah satu cara untuk self healing. Memang, salah satu hal yang paling melegakan adalah saat berhasil mengeluarkan emosi yang terpendam. Tentunya tanpa merugikan pihak lainnya. Siapa tahu curhatan yang berisi kumpulan emosi itu malah jadi ide untuk menulis buku. Haha.  
0 notes
amrtifani · 5 years ago
Text
19 Maret 2020
seminggu yang lalu saat kamu pulang. kamu bilang akan segera kembali setelah menyelesaikan ujian dan segala urusan disana. mungkin sekitar tiga minggu setelah kembalimu ke tanah rantau hari itu.
sejak saat itu aku selalu menunggu kapan minggu ke 3 datang. harapan ku masih sama seperti sebelum-sebelumnya. kamu dapat pulang dengan selamat.
sampai kudapati headline news pada lini masa jika salah satu penduduk kota ini ada yang terinfeksi covid 19. awalnya aku sedikit cemas namun belum berpikir sampai ke arah kemungkinan terjadinya panic buying apalagi lockdown. beberapa hari setelahnya teman ku mendapat kabar dari dosen jika seluruh mahasiswa akan segera ‘diliburkan’ sebagai bentuk respon terhadap himbauan rektor. akhirnya kuliah ku diliburkan. eh bukan. bukan libur sebenarnya. lebih tepatnya kuliah di rumah. dosen mengajar secara online melalui aplikasi dan memberi tugas juga secara online. Seru rasanya wkwk. kalau capek bisa disambi rebahan.
kemudian aku menyadari sesuatu.
ini adalah hal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. menetap di rumah sampai sekurang-kurangnya 2 minggu ke depan, adanya gerakan social distancing, sampai semua dilakukan secara online demi menghindari 'pertemuan' dengan orang banyak. benar-benar rasanya seperti ansos, dari pagi kerjaannya mantengin laptop sama hp di kamar. disisi lain aku juga sadar, rencana ku dipekan ke 3 nanti hanya tinggal menjadi harapan. kamu tidak jadi pulang. pertemuan itu tidak jadi terlaksana.
sungguh, segala sesuatu dapat berubah hanya dalam hitungan hari. akupun belajar bagaimana rencana manusia harus berubah mengikuti skenario alam. bagaimana harapan dapat hilang meski sudah dipersiapkan dengan matang. nothing is impossible itu benar adanya. 
musibah ini mengajarkan pada manusia, tak ada gunanya menyombongkan diri dengan segala kelebihan yang dimiliki. tak ada gunanya merasa menjadi paling super power. jika semesta berkehendak, bumi daan seisinya ini dapat hancur dalam hitungan detik. apalagi manusia yang besarnya hanya sepersekian milyar bahkan trilyun dibanding alam dan seisinya. hanya disentil sedikit saja yang tadinya sehat bisa jatuh sakit. awalnya kaya raya bisa langsung jatuh miskin. disaat manusia merasa menjadi makhluk yang paling pintar di muka bumi lewat penemuan dan perkembangan teknologi, ia tetap tidak bisa menyalahi aturan semesta. 
stay safe everyone. semoga kita semua selalu dilindungi oleh Nya dimanapun, dalam keadaan apapun. aamiin. 
0 notes
amrtifani · 5 years ago
Text
Dulu nulis di tumblr karena berharap dibaca sama seseorang. Jadi semacam kode biar dia paham sama perasaan ku. Padahal aku sendiri ngga yakin, dia buka tumblr ku ngga ya? Jangan-jangan dia ngga tau alamatnya? Apakah ini hanya semacam sugestiku kalau dia baca?
Yaudah lah nggapapa kalau seandainya pun ngga dibaca. Setidaknya berkat adanya dia yang mampir dalam imajinasi ku, aku jadi punya inspirasi buat nulis konten di tumblr. 
Itu aku beberapa tahun yang lalu. Saat masih duduk di bangku putih abu-abu, sekolahnya LDR. Iya, LDR beda kota, ngga pernah ketemu, ngga bisa banyak komunikasi, apalagi dia sekolahnya asrama. 
Sekarang? Ya masih LDR juga.
Bedanya, kami sudah lulus dari 12 tahun wajib belajar dan bisa berkomunikasi dengan lebih lancar. Di bilang ‘lebih’ soalnya dia ini tipe manusia yang ngga bisa diem. Sibuk terus. Mulai dari lomba, organisasi, sampai kuliahnya yang full dari pagi sampai sore. Hari libur pun juga kalau ngga dipake buat nugas, event kepanitiaan, ya istirahat karena udah capek seminggu full. 
Aku mencoba menghibur diri dengan sibuk juga. Meskipun disela-sela kesibukan itu aku kepikiran dia. Akhirnya aku jadi marah-marah karena ngerasa dicuekin dan membuat 'drama' lainnya. Because you know betapa sulitnya berkomunikasi by phone yang kadang ada aja salah pahamnya. Beda kalau ketemu langsung, face to face, bisa bicara pelan-pelan. 
Tapi dari semua itu, aku bersyukur dia ngga pernah marah balik dan selalu inisiatif minta maaf duluan agar keadaan tidak berlarut-larut. Katanya, "kita lewati ini sama-sama." Tapi aku masih aja suka drama-drama. Pengennya dia bilang lebih sweet lagi, gitu. Lah harusnya aku bersyukur dong, dia bukan tipe yang suka menebar janji tanpa bukti. 
Beberapa kali dia bilang "sesegeranya, secepatnya" saat ku tanya-tanya "kapan?" hanya untuk sekedar memastikan. Padahal, aku ini (seharusnya) paham dengan keadaan. Kami sama-sama sekolah kedokteran yang membutukan waktu tidak sebentar. Masih banyak proses yang harus diselesaikan terlebih dahulu. 
Sabar, satu per satu. Itulah motivasi yang selalu kutanam dalam hati. 
Jadi aku mau menutup tulisan ini dengan bilang, 
Terimakasih, untuk tidak menyerah dengan keadaan. Segala suka dukanya kita lewati sama-sama. Semoga kita semakin dikuatkan. 
Thank you for being existed in my life, Capt ❤
0 notes
amrtifani · 5 years ago
Text
Insecure
Beberapa hari yang lalu aku melihat salah satu postingan teman di story ig nya. Kayaknya dia lagi bikin survey kecil-kecilan tentang pengalaman berupa perasaan insecure setelah melihat kehidupan orang lain yang tampaknya lebih 'wah' lewat postingan ig nya. Jawabannya 100% pernah merasakan semua dong!
Di zaman yang serba 'dikit-dikit upload' ini menantang kita untuk pandai-pandai mengelola perasaan. Kita tidak bisa mengatur hidup seseorang sesuai dengan keinginan kita. Misal, kamu jangan sering-sering upload dong!, kamu jangan suka dikit-dikit dibikin story dong! Tapi, kita bisa mengatur perasaan dan pikiran kita.
Cara ini sudah pernah aku terapkan ke diri sendiri dan cukup berhasil. Saat sedang berada pada fase life crisis, perasaan ku makin ngga karuan ketika melihat postingan orang-orang tentang kehidupannya di ig yang terlihat serba perfect. Bukan iri terhadap apa yang mereka miliki. Tapi muncul pertanyaan-pertanyaan yang tanpa sadar menunjukkan sikap tidak bersyukur dengan selalu melirik ke arah rumput orang lain yang terlihat lebih hijau dari milik sendiri.
Setelah melewati pertarungan dengan diri sendiri aku mulai membesarkan hati bahwa yang aku lihat itu hanya 'kelihatannya' saja. Aku tidak pernah tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik layar. Bagaimana jatuh bangunnya, apa yang telah hilang dari hidupnya, hal apa saja yang harus dikorbankan untuk sampai dititik itu. Bukankah setiap orang berjalan pada jalan juangnya masing-masing? Jadi mengapa aku harus resah jika orang lain 'kelihatannya' dengan mudah sampai pada pencapaiannya?
Beberapa kali kecolongan ngerasa insecure (lagi). Akhirnya aku terpikir untuk membuat second account. Disana hanya berisi teman-teman dekat dan beberapa orang yang sering ku ajak diskusi. Aku ingin mengisi circle ku dengan orang-orang positif biar ngga bikin pusing. Kenapa kok ngga pake fitur 'close friend'? Karena sama saja aku masih bisa melihat kiriman dari orang-orang yang memungkinkan untuk kembali memunculkan rasa ke-insecure-an itu. Selain itu, second account ini juga membuatku dapat menseleksi postingan dari siapa saja yang ingin ku lihat, siapa saja yang ingin ku ketahui kabarnya, dan kebebasan berekspresi untuk mengupload foto diri sendiri disertai caption bebas yang ngga perlu mikir sampe 1 jam. 
Mungkin kelihatannya aku ini jahat karena pilih-pilih teman atau ngga suka lihat orang lain bahagia. Padahal ngga gitu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kewarasan pikiran di zaman yang semakin tinggi standarnya. Aku juga menggunakan first account ku untuk mengetahui kabar dari teman-teman lainnya. Buktinya aku masih tau kok gosip-gosip terkini seperti si A yang udah ngga sama si B lagi haha, ngga deng. Di dunia nyata pun, aku juga bergaul dengan siapa saja. 
Begitulah hidup. Kita tidak berhak mengatur orang lain sesuai standar yang kita miliki. Tapi kita bisa mengatur diri sendiri menjadi seperti apa yang kita inginkan. Daripada sibuk menghakimi dan memikirkan hidup orang lain lebih baik fokus memperbaiki diri, yg masih jauh dari kata baik
0 notes
amrtifani · 6 years ago
Text
Ternyata, menjadi dewasa tidak semenyenangkan yang (dulu) kita bayangkan.
- Percakapan malam itu, di salah satu kedai kopi tengah kota.
1 note · View note
amrtifani · 6 years ago
Text
Kalau lagi sedih, berharap ada yang tanya “kamu kenapa?”
Jadi merasa ngga sendirian.
Tapi kebanyakan manusia berpikir, nanti dikira kepo tanya-tanya, padahal sekedar pertanyaan “ada apa?” “lagi ada masalah?” cukup membantu meringankan beban pikiran.
Mungkin terkesan sepele. Tapi hal ini merupakan salah satu bentuk empati yang sudah mulai luntur seiring sifat egois manusia yang berbanding lurus dengan ke gengsi an nya. 
Coba sekali-kali kalau ada teman yang lagi murung, deketin, ajak bicara. Tidak perlu dihujani berbagaimacam pertanyaan. Cukup dengan sapaan “Kamu kenapa?”, perkara dia menjawab atau diam saja tidak perlu dipaksa. Seperti niat diawal bertanya, bukan untuk kepo tapi karena peduli. Semoga saja dengan begitu dia akan merasa masih ada orang yang memperhatikannya. Sehingga dapat menghangatkan kembali hatinya yang dingin.
Terkadang, hal-hal kecil yang dianggap remeh dapat menyelamatkan seseorang agar tidak terjatuh ke dalam kesedihan yang lebih dalam.   
0 notes
amrtifani · 6 years ago
Text
☀️
Sedang menikmati sabtu siang di salah satu pusat perbelanjaan.
"Kamu tau ngga?" Tanyanya saat melewati deretan koper-koper di depan pintu masuk departemen store.
"Apa?"
"Koper itu jenisnya ada beberapa macem"
Dia menjelaskan sambil berjalan kesana kesini... menunjuk beberapa diantara banyaknya koper yang berjejer.
Aku mengikuti langkahnya.
Sambil mendengarkan
Sampai seorang mas-mas menghampiri sambil menanyakan “ada yang bisa dibantu?”
Begitulah dia. Ada saja sesuatu baru yang ia ceritakan. Mulai dari hal besar sampai hal paling kecil yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya. Lagipula, setahuku koper kan cuma gitu-gitu aja.... siapa pula yang iseng search di google tentang ((macam-macam koper)) hmmmm
Tiba-tiba, terngiang di kepala ku. Lagu dari film Aladdin. 
A whole new world
A hundred thousand things to see
I'm like a shooting star 
I've come so far 
I can't go back to where I used to be
serasa jadi princess jasmine ~ wkwkwk
0 notes
amrtifani · 6 years ago
Text
Mengalah
Sore itu beda dari biasanya. Kami duduk pada sisi jendela besar restoran cepat saji di sudut kota. Kamu bercerita dan aku mendengarkan dengan seksama. Sesekali kamu tertawa renyah diantara potongan-potongan kisah yang kamu ceritakan.
"Ayo makan" kata ku. Aku kelaparan.
Dia tersenyum lalu mengakhiri ceritanya.
"Kamu pilih yang mana?" Katanya sambil menunjuk 2 wadah berisi menu yang sama, nasi hangat dan ayam.
"Aku ayamnya yang lebih kecil soalnya aku kecil. Kamu yang lebih besar soalnya kamu gendut" aku setengah melawak.
"Kamu pilih minum yang mana?" Lanjut ku. Di meja tersedia dua jenis minuman bawaan dari paket makan berdua yang kami beli.
"Aku pilih yang ngga kamu pilih"
"Hmm aku pilih yang ini" aku menunjuk satu gelas minuman float.
Kemudian aku sadar, dia sedang sakit tenggorokan. Kasihan rasanya jika dapat bagian minuman bersoda. Tapi dia bilang, katanya tidak apa-apa. Sudah sembuh sakitnya.
Terimakasih untuk pelajaran kecilnya hari ini 🌻
0 notes
amrtifani · 6 years ago
Text
Buku
Sore ini, sampai rumah setelah seharian beraktivitas. Ada paket datang. Ooh paketnya mama. Eh, tapi kok ada satu bungkusan paket kecil... agak penasaran. Tertera nama ku sebagai tujuannya. Dibawahnya tertulis nomer telfon yang bisa dihubungi, ada nomer ku dan satu nomer lagi..... milik mu.
Ternyata isinya buku.
Buku yang dulu pernah menjadi wish list buat dibeli tapi belum kesampaian.
Aku mengirim pesan singkat untuk meyakinkan jika buku ini benar-benar untuk ku. Bisa jadi kan dia beli buat dia sendiri tapi dipinjamkan ke aku dulu? Wkwkw.
"Ini bukunya buat aku?"
"Iya buat kamu" jawabnya beberapa menit kemudian
.........
.........
Semoga kebaikan mu dibalas dengan kebaikan-kebaikan lainnya. Terimakasih capt 🌞
0 notes
amrtifani · 6 years ago
Text
Untuk aku, terimakasih sudah bertahan sampai sejauh ini. Kamu hebat.
Untuk kamu, terimakasih sudah menemani serta hadir ke dalam hidup yang nano nano ini.
Untuk kita, jangan bersedih. Esok pasti jumpa (lagi).
Untuk semesta, terimakasih sudah menjadi sebaik-baik perencana, menjawab sebaik-baik doa, dan memberi lebih dari yang diminta.
0 notes