Text
#1 2019
1 Januari selalu jadi tanggal yang spesial buat keluarga saya, bukan karena tahun baru atau agenda bermain kembang api dan membakar daging, tapi karena itu ulang tahun Mama. Sebagai keluarga yang super mager, kami cukup menghabiskan waktu dengan pizza party di rumah, mengucapkan selamat ulang tahun, dan kembali bermimpi di masing-masing lelapnya.
1 Januari 2019 ini rasa-rasanya menjadi lebih seru. Fase baru hidup Astri akan dimulai, setelah berhasil menyelesaikan studi magister yang berisikan 70% pelajaran hidup dan 30% urban studies. 2018 sucks, dan rasanya saya begitu tidak sabar menunggu petualangan baru di 2019 ini, yaaang diawali dengan dibukanya akses ke tumblr lagi!
1 Januari 2019 juga lebih menggemaskan karena saya berhasil menjumpai masyarakat Indonesia yang menjadikan setiap fase hidupnya untuk bercanda. Ternyata mereka semua sudah tumbuh dewasa, pembicaraan kita tak lagi soal kaderisasi atau absen kuliah yang sudah lebih dari 4 kali. Sedikit-sedikit sudah memikirkan pola kerja di kantor dan masa depan, meskipun masih saja bingung memilih “Mau makan dimana?”
Di hari ke-2 saya kembali ke Bandung, menunggu mulainya petualangan baru, sambil berhasil menyelesaikan membaca ulang Harry Potter and The Philosopher’s Stone dan menonton Bandersnatch. Keluarga dan teman-teman sudah kembali ke kesibukannya masing-masing.
Bagaimana dengan kamu dan berbagai rencanamu?
0 notes
Text
LED String Light
Sebagai night-owl, otak saya betul-betul bekerja dua sampai tiga kali lipat di atas pukul 10 malam. Akhirnya saya menjadi manusia yang kelelahan di pagi hari, sering gloomy, dan pemarah. It's not healthy, please don't be proud if you're still awake at midnight.
Setiap berangkat tidur saya selalu was-was. Saya tidak ingat pernah mematikan lampu sebelum tidur. Punggung saya harus bersentuhan dengan dinding, dan mata saya selalu waspada terhadap ruang kosong.
Keren banget judulnya LED String Light. Padahal di Indonesia judulnya "Lampu Kelap-Kelip". Benda ini menjadi hal magis dalam usia baru saya sejak November lalu.
Saya mengingatnya sebagai atribut wajib keluarga menjelang 17 Agustus. Hingga kemudian saya berpisah dari keluarga dan tidak lagi menjumpainya selama beberapa tahun. November lalu, dia hadir kembali, sebagai hadiah dari seorang sahabat yang mengkhawatirkan pola tidur saya yang kacau dan tidak sehat. Terharu saya.
Beberapa hari sebelum itu, seorang sahabat pula, mengajak saya berdiskusi tentang lagu Zaman, Zaman dan Tuah Sebak milik The Trees and The Wild. Seolah mengamini sifat natural saya yang gloomy, saya berhasil mematikan lampu malam itu bersama Zaman, Zaman. Terharu saya.
Ternyata, punya teman itu menyenangkan. Terimakasih untuk nada dan cahayanya.
0 notes
Video
youtube
This Cleopatra trilogy is indeed a work of art, things do not come twice, embrace it as the moment seizes us, and we seize it back. Regrets will come along, but kick em right ahead.
0 notes
Text
Projection
There are a lot of ideas and thoughts I consider wonderful that I hid in my deepest bunker. Sometimes I let it out to check whether I’m looking at the right person to talk, or not. Sometimes I play it in my mind, wishing it was really happening, in the midst of another scene that really happened. Because human are meant to be unsatisfied at certain point.
I often recheck if my ideas are not realistic, like, if someone text you, I guess it took courage to type, and answer was all he need. But then again, some others might have slightly different concept about text. Hence, would take long discussion to reach a final agreement. And the ratio of something to be considered realist is also, relative. Praise Einstein for all this.
In the end of the day, when I couldn’t find certain reason of a particular human to do something illogical, I process it. Is it me, or is it not me? And I couldn’t find any better reason, that it’s them. I may follow their steps, when I knew all along that there’s nothing to accomplish, while I disgrace them silently and guide them to the right path (ok, my “self considered right” path). I know some others may take this projection onto me, too. But I don’t care, my mind said it’s because of you, pain in the ass.
1 note
·
View note
Text
Main Hujan
Pada sebuah perjalanan impulsif menuju boscha, hujan datang sangat deras. Sudah menjadi hal yang biasa untuk kota yang saya tinggali, bersamanya Bandung menjadi Bandung. Di sepanjang jalan begitu banyak wajah temaram, sesekali menengok memastikan kapan hujan akan berhenti. Namun di tengah lalu lalang, ada wajah-wajah kecil yang bahagia memainkan kakinya di tengah kubangan. Bajunya basah kuyup, tapi wajahnya benar-benar bersinar. Paradoks dunia yang begitu menggelikan.
Hari ini, saya bergabung menjadi mereka yang temaram. Di tepian warung di Dago, saya bergumam kapan hujan berhenti? Banyak tugas menunggu, dan badan saya lelah sekali. Saking tidak sabarnya saya beranikan diri menembus hujan sendirian.
Jas hujan saya sudah tidak fungsional untuk melindungi, dan helm pinjaman ini enggan melindungi wajah dari pukulan hujan. Sepersekian detik selanjutnya saya tertawa terbahak-bahak di balik helm. Menertawakan diri saya yang dalam gumaman dan temaram, telah khilaf melupakan nikmatnya menjadi anak-anak yang bermain bersama air dari Tuhan.
Ketika saya sudah mulai mendekati rumah, saya putuskan untuk berputar dan berkeliling. Agar dalam sejenak saya kembali bahagia. Hehe.
1 note
·
View note
Text
Astri dan Manusia
Hubungan saya dengan manusia selalu seperti pop corn yang meletup-letup. Tipe manusia awkward yang selalu sensitif terhadap manusia-manusia mediocre yang ditemui sehari-hari. Dengan penuh kebencian yang siap untik menghakimi setiap makhluk yang bernafas di depannya.
Hingga kemudian saya akan terpesona pada sebuah kualitas dari makhluk tersebut. Entah bagaimana dia menulis, bagaimana dia berpikir, atau bagaimana dia melakukan suatu hal dengan penuh passion di matanya. Saya akan langsung sepenuhnya bertekuk-lutut dan bersedia menjadi siapapun dan apapun untuk mereka.
Tapi, meski demikian, saya selalu berada di titik dimana saya benci sendirian, tapi tidak ingin banyak bicara. Kecuali itu topik yang menggemaskan. Atau ajakan makan es krim.
0 notes
Video
youtube
“...and it’s great to have language and logical intelligence because most tests really focus on that. And if you do well in those tests as long as you stay in school you think you’re smart.
But if you ever walk out into Broadway or the highway or into the woods or into a farm, you then find out that other intelligences are at least this important.”
0 notes
Text
Semesta Bersama Daily Mix
Sudah beberapa hari ini saya ingin menulis tentang Daily Mix karena saya merasa ada pixie dust di dalamnya. Bagi para penikmat aplikasi Spotify, pasti tidak awam akan Daily Mix. Fitur yang agak baru ini rupanya sangat menggemaskan. Karena ia menciptakan komposisi lagu-lagu sesuai dengan preferensi kita. Preferensi tersebut sepertinya diterjemahkan dari binary genre dan musisi yang sering kita dengarkan. Tapi bagi saya bukan sekedar itu.
Tersebut di atas adalah jendela Spotify saya pada tab Daily Mix. Saya sendiri, mendengarkan beberapa varian musik, yang level menariknya disusun oleh (1.) lirik dan cerita (2.) flow irama. Namun tidak sekalipun saya bisa mengeluarkan pernyataan akan apa dan siapa yang saya dengarkan.
Tapi, ajaibnya, Daily Mix ini menerjemahkannya dalam 6 kategori yang bahkan saya sendiri tidak bisa mengategorikannya.
Daily Mix 1 adalah musik-musik korea! Musik korea yang saya dengarkan biasanya adalah soundtrack drama (I bet y’all sighing right now), sehingga 100% saya bisa merelasikan lagu tersebut dengan scene tertentu. Sebagian lain adalah musik-musik yang memiliki beat menyenangkan, seperti Urban Zakapa, Park Kyung, Eddy Kim, Akdong Musician. Cocok untuk menemani hari minggu yang damai bersama secangkir kopi dan deadline-deadline. (dengarkan playlist sunday bliss saya! https://open.spotify.com/user/21ew72z5zu5vsli354uramnqi/playlist/10AVJVnobpjFmmmPuByDVf)
Daily Mix 2 adalah musik Indonesia. Sejak SMP saya mulai rajin mendengarkan musik-musik menyenangkan seperti The Groove, Tompi, Bali Lounge, Gruvi, Endah n Rhesa. Terimakasih kepada seorang teman yang memperkenalkanku pada khasanah musik yang berbeda! Hingga kini saya masih menjamah Sore, Float, Efek Rumah Kaca, Tigapagi, dan lain sebagainya. Musik jenis ini memiliki kedua attraction versi saya, yaitu cerita dan irama. Sastra Indonesia memang nggak ada matinya, dan UN Bahasa Indonesia adalah saingan berat Matematika dalam meraih gelar tersusah. Maka, bukankah musik Indonesia adalah harta?
Daily Mix 3 adalah folk. Saya berulang kali menyuarakan kata hati bahwa dentingan gitar adalah erotic art. Gitar dan folk adalah hubungan romansa renaissance yang membuncah. Belum bila ditambah sax & flute a la Irish yang semarak. Folk, folklore, adalah cerita. Basis dari musik folk adalah cerita dan pesan yang dibawakan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa semarak dan cerita dari musik folk tidak dapat tergantikan.
Daily Mix 4 adalah musik-musik bernuansa princessy dan empowerment. Saya adalah pribadi yang cenderung skeptis, kejam, dan dikelilingi kebencian. Di sisi lain, saya adalah orang yang cukup hangat dan menggemari film-film animasi seperti digimon, naruto, karya Hayao Miyazaki maupun Makoto Shinkai, jauh sebelum Kimi No Nawa meledak di pasaran. Juga para putri Disney, seperti Mulan dan Pocahontas. Musik yang hidup secara linier dengan film-film animasi ini cenderung memiliki irama upbeat dan pesan-pesan yang inspiratif. Belakangan saya mencoba memberikan afirmasi pada diri saya dengan playlist berisi lagu-lagu tersebut, dan rupanya berhasil! Saya menjadi lebih positif dan tidak lagi mempedulikan kebodohan yang seringkali memunculkan wajahnya.
Daily Mix 5 adalah musik pop tahun 90-an. Saya banyak belajar Bahasa Inggris dari musik. Sejak kelas 3 SD saya mendengarkan Britney Spears, Westlife, Blue, The Corrs, Bee Gees, The Beatles, karena pengaruh playlist Mama, Papa, dan Bude saya. Meskipun saya juga tidak asing dengan lagu anak-anak, tapi 90′s pop adalah pelatih listening terbaik, dan tentu saja, lagu karaoke terbaik.
Daily Mix 6 adalah entah. Belakangan karena jika saya mendengarkan musik dengan lirik saya akan bernyanyi, kemudian saya mencoba beralih mendengarkan musik yang sendirinya bercerita tanpa kata. Seorang teman bercerita bahwa Blues lahir pada masa slave times, maka demikianlah ia bernama Blues. Maka Daily Mix 6 ini adalah kombinasi blues, jazz, rock and roll, r&b, ambience, shoegaze, dan lain sebagainya sebagai teman belajar. Entah mengapa Daily Mix ini begitu menggugah asa. 25 Maret lalu saya sangat terkagum-kagum dengan fitur ini. Meski mungkin kita sudah menemuinya dalam berbagai mode seperti Most Played Artist di Windows Media Player/iTunes, atau Recommendation tab di Last.fm. Tapi entah mengapa, Daily Mix terlihat lebih menyenangkan.
Pernahkah kamu merasa semesta selalu bersama nada? Ketika shuffled playlist berputar seakan tau segalanya. Dan musik selalu menceritakan apa yang tidak bisa kamu katakan? Ajaib!
1 note
·
View note
Text
Tidak Punya Kaos Radiohead
Pada tahun 2009, saya mulai menulis di tumblr. Ketika itu saya adalah Astri yang sanguinis. Mudah sekali bahagia. Tapi tidak semua orang tahu saya adalah satu dari sekian orang yang duduk di meja, mendengarkan radiohead. For God’s sake, Pablo Honey is magnificent.
Radiohead adalah teman saya ketika menulis. Ketika jatuh cinta. Ketika OSIS begitu menyenangkan, dan tugas sekolah sama sekali tidak. Radiohead is magical creature. Eventhough Thom Yorke is as old as my mom, but he sure is unicorn.
---
“If you need to name one song, only one song, that is beautiful, what would it be?”
and my answer was certainly... “Fake Plastic Trees.” ---
If I could be who you wanted... Meskipun aku tidak punya kaos radiohead, can I be who you wanted?
youtube
3 notes
·
View notes
Text
Kapal
Karena sedang giat-giatnya bergaul dengan perkapalan, saya jadi mencintai angin pelabuhan. Tau kan. Bukan angin pantai yang penuh dengan jiwa-jiwa yang bahagia, tapi angin yang bersamanya ada keringat para pekerja. Hiruk pikuk dan tubuh besar kapal itu ternyata begitu banal, dan saya tergila-gila.
Suatu hari, di salah satu Pelabuhan di Jawa Barat.
“Tau ga sih kapal gemes yang kecil gitu apasih namanya?”
“Yang mana?”
“Itu yang badannya kecil, terus ada ban-ban kecil di kanan kirinya, gemes gitu gue suka deh.”
“Oh kapal tongkang? Itu yang kapalnya kecil tapi bawaannya bisa batu bara berton-ton.”
“Wah gila gue banget, kapalnya kecil tapi bisa angkut beban banyak.”
Kemudian pada hari itu saya mendeklarasikan diri sebagai wujud jelmaan kapal tongkang, badan kecil tapi insya Allah bisa membawa beban banyak.
Tapi plot twist teman-teman! Setelah saya cari tau ternyata kapal gemes itu tadi adalah Kapal Tunda, yang imut dan ternyata berfungsi untuk menjadi mediator manuver Kapal Tongkang. Tapi saya sudah terlanjut mendeklarasikan diri sebagai Tongkang, bukan Tunda. Begitulah. Meski demikian kedua kapal itu sama-sama menggemaskan kok di mata saya.
Ini adalah ilustrasi kapal tongkang (atas) dan kapal tunda (bawah), agar kamu tidak roaming.


0 notes
Photo

Jalan-jalan pertama dengan panduan rute buku Jelajah Kota Pusaka karya Emile Leushuis (mencontek @manicstreetwalkers hehe) di kota Cirebon. Surabaya mengajarkan saya nikmatnya jalan kaki keliling kota, dan nggak pernah bosen setelah itu. Semoga daftar kota yang akan dikunjungi, terus bertambah bersama waktu! . . . . . Abbey Road cabang Cirebon & aku yang sendirian difotoin sama @dinifazaa
0 notes
Text
Membuncah
Detik ini aku sudah berada di Bandung lagi. 5 menit sebelumnya aku sedang berada di Dobong-gu, makan siang dengan officer Gook-Du. Detik ini pula aku menganugerahkan piala pemimpi untuk diriku sendiri.
Entah kenapa malam ini aku begitu bahagia. Dunia ini begitu memuakkan, dan lucunya aku tertawa. Memikirkan dimana aku seharusnya berada adalah bualan. Namun berada di sebuah tempat yang sama, sementara waktu terus berlalu adalah karma.
Aku selalu ingin berpindah tempat dan ruang karena rasa penasaran yang bergaung pada naluri. Tapi di saat yang sama aku tidak seberani itu untuk membiarkan kaki ini berjalan sendirian.
Sungguh Tuhan, malam ini perasaanku begitu semarak hingga membuncah. Aku rindu hamparan rumput, dan tenggorokan yang kering karena kehausan.
Sesungguhnya aku hanya tidak ingin sendirian.
Tapi percayalah, aku adalah teman bepergian yang menyenangkan!
Percayalah!
1 note
·
View note
Text
Bagaimana Pengecut Menghadapi Perubahan?
Tidak semua orang mencintai perubahan. Bagi para pengecut, itu adalah momen paling menakutkan yang harus dilalui. Seperti sebuah ujian. Dan saya, adalah bagian dari para pengecut tersebut.
Saya beberapa kali mencicipi berpindah-pindah dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Pada ke sekian lingkungan yang saya datangi, ke sekian pula itulah saya merasa kehabisan energi. Padahal pada akhirnya saya selalu merindukan untuk kembali pada titik tersebut. Bagaimana bisa?
Menenangkan diri dan memberikan afirmasi positif adalah perlu. Hampir setiap malam sebelum saya tidur, saya mengingatkan diri saya kalau saya baik-baik saja. Super baik-baik saja. Kemudian yang saya lakukan adalah mengingat-ingat, apa yang saya lakukan sebelumnya untuk bisa bertahan dalam tekanan perubahan? Tentu saja, memahami tahap-tahap perubahan membuat kita dapat memahami bahwa alam bergerak dalam sebuah irama yang tidak menyesakkan. Sehingga saya, dan kamu, pun, dapat lebih tenang membaca keadaan, dan bertahan hidup!
Berikut adalah sebuah infografis yang menunjukkan tahapan-tahapan bagaimana perubahan dapat mempengaruhi kita, secara perlahan, hingga kita mampu bersatu dengan perubahan tersebut.

Pada akhirnya, kita akan berada dalam integrasi yang baik bersama perubahan tersebut bersama waktu. Pahami dengan benar kita berada dalam tahap mana, dan cobalah perlahan-lahan bergerak menuju tahapan selanjutnya.
Takut? Wajar. Tidak bergerak? Tidak boleh!
0 notes
Quote
But that's the funny thing about destiny. It happens whether you plan it or not. I mean, I never thought I'd see that girl again, but it turns out I was just too close to the puzzle to see the picture that was forming.
Ted Mosby
8 notes
·
View notes