Tumgik
awalkingstar · 4 years
Text
Kau ingat teh yang kita minum berdua di warung kecil pinggir jalan itu. Seperti sikapmu teh itu sangat manis dan menyenangkan, karna begitu manisnya aku menyukaimu. Tapi sayang, aku takut untuk terus melakukannya. Kau harus tau, aku takut bukan tak mau…
6 notes · View notes
awalkingstar · 4 years
Text
Kau ingat teh yang kita minum berdua di warung kecil pinggir jalan itu. Seperti sikapmu teh itu sangat manis dan menyenangkan, karna begitu manisnya aku menyukaimu. Tapi sayang, aku takut untuk terus melakukannya. Kau harus tau, aku takut bukan tak mau…
6 notes · View notes
awalkingstar · 5 years
Text
Lelah itu kewajaran
Ketika sudah di tahap terendah yang mana sudah tak bisa lagi mengeluarkan kata “makian”, dan hanya menangis dalam diam itu..
Wajar
Bukan hal aneh yang bisa di komentari, dimana perasaanmu
0 notes
awalkingstar · 5 years
Text
Bagaimana bisa kepiluan hati seseorang dijadikan bahan merendahkan.
0 notes
awalkingstar · 5 years
Text
Kalau tidak bisa menenangkan, jangan merendahkan
0 notes
awalkingstar · 5 years
Text
Apa salahnya menangis?
Ada seorang lelaki yang ku kenal, selalu mengatakan aku wanita aneh dan terlalu melankolis karena menangis.
Padahal itu tangisan pertamaku dalam dua bulan ini.
Tangisan atas  ketidak sanggupan menahan beban sendiri
Tangisan atas ketakutan akan masa depan
Tangisan atas kesendirian 
Tangisan atas segala yang sudah terjadi dan yang akan terjadi
0 notes
awalkingstar · 5 years
Text
00.28
Aku menyukai hujan yang sama sampai hari ini. Hujan yang rintik, burung-burung beterbangan di antara hujan, aroma tanah yang semerbak. Hujan yang mengingkanku pada waktu-waktu dimana aku mulai mengenal diriku sendiri.
Waktu itu hujan menyambut perjalananku, tapi aku tak menghindarinya. Kubiarkan diri ini basah sambil menikmati perasaanku yang bercampur aduk melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi, terutama kenyataan bahwa apa yang kuperjuangkan dengan sungguh-sungguh, ternyata tidak bisa ku miliki sama sekali.
Memang tidak mudah menerima kenyataan, tapi bukan berarti itu semua tidak mungkin, kan?
Buktinya, sampai hari ini aku baik-baik saja. Dulu aku mengkhawatirkan keadaan hidupku apabila sesuatu yang kuinginkan itu tidak kudapatkan, nyatanya. Memiliki dan tidak memiliki, hidup ini tetap riuh, berjalan sebagaimana mestinya.
Bahkan, setelah beberapa masa terlewati. Kukira hidupku akan menderita, nyatanya aku tetap bisa berbahagia dengan alasan-alasan yang lain.
Hujan kembali jatuh, lebih deras. Suara derasnya berhasil menyembunyikan keriuhan pikiranku. Aku bahagia, sebab tidak memiliki sesuatu yang kuinginkan justru mengantarkanku pada hal paling berharga yang memang harusnya kumiliki sejak dulu, yaitu mengenal dan menerima diriku sendiri.
©kurniawangunadi 
836 notes · View notes
awalkingstar · 5 years
Text
Jadi aku yang harus pergi, bukan kamu yang harus lebih berusaha.
Seharusnya bilang saja dari dulu, biar aku tak membuang 4 tahunku tanpa kejelasan yang ternyata berakhir segampang kamu buang ingus.
0 notes
awalkingstar · 5 years
Text
“Aku sebenernya mau kok, tapi aku belum lulus....”
tapi,
Tanpa sadar, kita membuat begitu banyak syarat dalam hidup kita sendiri. Untuk bahagia, ada syaratnya. Untuk menikah, banyak syaratnya. Untuk mengambil keputusan, banyak saratnya. Bahkan untuk sekedar beranjak dari tempat tidur, ada syaratnya. 
Rasanya, tidak bahagia kalau syarat itu tidak terpenuhi, terasa ada yang kurang. Bahkan terasa selalu kurang, karena syarat itu tak pernah terpenuhi sementara kita dipaksa untuk mengambil pilihan-pilihan yang ada. 
Syarat itu lahir melalui alam bawah sadar kita, saat kita di hadapkan pada semua pilihan. Saat kita membuat satu kata ajaib, yaitu kata “tapi”. Dia baik, tapi….
Tapi nanti dulu ya, masih ada urusan.
Aku sebenarnya mau kok, tapi….
Tapi aku belum lulus….
Banyak hal yang sebenarnya secara nggak sadar, syarat kita buat. Bahkan, ada kala syarat itu tidak bisa kita penuhi sendiri. Sedangkan di lain waktu, kita teringat bahwa begitu banyak syarat yang kita buat. Kita tidak benar-benar bisa memilah, perkara mana yang memang harus bersyarat dan yang tidak perlu kita berikan syarat.
Misal jika kita meletakkan kebahagiaan dengan begitu banyak syarat itu merepotkan, kalau syarat tak terpenuhi, kita tidak akan pernah bahagia?
Coba ingat lagi, ada berapa banyak syarat yang sudah kita buat untuk hidup kita sendiri? ©kurniawangunadi | Yogyakarta, 24 April 2019
836 notes · View notes
awalkingstar · 5 years
Text
Tumblr (2009-2019)
orang-orang di sini, masih sama seperti sejak pertama kali saya datang sepuluh tahun yang lalu. tidak kenal nama, tak tahu rupa, tapi tahu semua cerita. membiarkan siapapun mengenal kita melalui hidup yang kita lalui, melalui jalan pikiran kita, melalui emosi kita, melalui luapan kebahagiaan dan kesepian. kemarahan yang tak memicu kemarahan. tidak ada yang tahu kamu anak pejabat atau orang biasa. tidak ada yang peduli kamu orang kaya atau bukan. tidak ada yang peduli juga kamu kuliah di kampus terbaik atau pinggiran. di sini, kita tahu kalau manusia, ketika melepaskan semua identitas dirinya itu sama saja. sama-sama bermasalah dengan hidupnya di luar sana.
kurniawangunadi
2K notes · View notes
awalkingstar · 5 years
Text
Aku bilang padamu aku belum pulih. Tapi kamu tertawa. Bolehkah kupinjam hatimu, kucacah-cacah tanpa sisa. Lalu kukembalikan begitu saja.
86 notes · View notes
awalkingstar · 6 years
Text
Ada kalanya kamu akan sangat mensyukuri dan menanti hari-hari seperti biasa dibandingkan mengharapkan hari spesial. Hanya berharap hari biasa tanpa kemalangan.
1 note · View note
awalkingstar · 6 years
Text
Married?
Matahari sangat terik siang ini, tapi dia masih berkeliaran dengan sibuknya untuk mengurus perlengkapan pernikahannya walaupun ada perasaan tertekan.
Aku mulai berpikir, bagaimana bisa manusia-manusia ini mencapai suatu titik keputusan untuk menikah. Padahal ada manusia-manusia lainnya yang masih bermasalah dengan kekurangan pasangannya.
Bagaimana bisa mereka berada secara eksplosit disebuah kata “baiklah ayo kita hidup bersama, mari saling menerima”. Yang mana menikah bukan hanya masalah hidup bersama, yang terpenting adalah saling menerima dan memahami. Semua orang bisa hidup bersama tapi tak semua orang bisa menerima kekurangan orang lain dan memahaminya.
Apa yang membuat mereka rela melebarkan dada, membuka telinga, meneduhkan pandangan, membuka sudut pandang, meruntuhkan ego dan banyak hal lainnya yang merubah diri demi untuk hidup dengan orang lain?
0 notes
awalkingstar · 6 years
Text
Akhir-akhir ini otakku tak pernah lelah mengulang-ngulang kalimat dan perilakumu yang melukaiku. Agar hatiku tak berlarian menemuimu
0 notes
awalkingstar · 6 years
Text
Hanya karna kau takut tak ada peneman tidur, lalu kau menghancurkan dirimu sendiri. Hanya demi bisa tidur diantara mimpi buruk
0 notes
awalkingstar · 6 years
Text
Bagaimana bisa kesalahan selalu ada dikamu. Ketika dia bahkan tidak membantumu melewati kesulitanmu. Pasrah katanya
0 notes
awalkingstar · 6 years
Text
Masih ada kok manusia-manusia yang memandang remeh penyakit psikis. Gitu aja gak bisa katanya. Kalo kamu gak berubah aku pergi katanya. Yaah manusia-manusia yang hidupnya terlalu normal sehingga egoispun muncul
0 notes