Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Komunikasi Produktif (Day 10)
Sabtu, 11 November 2017
Belajar berkomunikasi produktif artinya belajar menenangkan diri, belajar berfikir jernih dan memilih kata yang terbaik sebelum diutarakan. Dan itu semua butuh proses untuk menjadi bisa. Bisa karena terbiasa. Bisa lebih cepat berbicara setelah berfikir jernih dengan cepat, bisa mengalahkan ego sebelum memutuskan apa yang ingin disampaikan, bisa memahami lawan bicara dengan baik baru menimpalinya dengan bahasa yang santun dan penuh hormat.
Hari ini saya tidak banyak berkomunikasi dengan suami. Tapi saya menggunakan beberapa kalimat efektif dengan muka dibuat senyum. Ini karena saya terbiasa berkata tegas, otoriter dan kurang menghormati suami. Jadi untuk bisa berkomunikasi dengan senyum dan penuh hormat di saat-saat terburu-buru adalah hal baru yang sedang saya pelajari dan saya coba biasakan. Agar ego kepemimpinannya tidak terkoyak karena sikap saya. agar saya tetap bisa menjadikan suami saya sebagai qowwam (pemimpin sejati) dalam keluarga kami.
Tapi dengan hanya beberapa kalimat singkat dan senyum terpaksa, suami faham apa yang saya sampaikan. Dan tidak ada konflik hari ini. That’s excellent for me.
Dengan anak, Alhamdulillah kalau kondisi tenang sudah bisa berkomunikasi produktif lebih baik dari sebelumnya.
Ada yang menarik hari ini saat saya hendak berwudhu di masjid Istiqamah.
Saya : “Mas Luqman, habis shalat dzuhur tidur ya… “
Mas Luqman : “nggak mau bobo, mi. nggak suka. Habis shalat mas Luqman mau makan kue. Kuenya kan bisa basi kalau tidak dimakan.”
He he… sepulang dari perpustakaan rupanya dia lapar. Saya membelikannya regal sebagai pengganjal lapar sementara. Dan mas Luqman baru makan sedikit saat sampai di masjid.
Saya : “Ok. Mas Luqman boleh makan kue dulu, ummi wudhu dan shalat dulu ya… mas Luqman bisa kan makan sendiri. Setelah itu, sampai rumah tidur ya…”
Mas Luqman mengiyakan. Dan sayapun bisa shalat dengan tenang, setelah shalat saya dapati dia selesai makan dalam posisi duduk tenang. Sampai rumah Mas Luqman minum, dan tertidur di sofa.
Alhamdulillah… Semakin nyaman dengan kalimat pendek yang penuh makna di saat yang tepat. Ketimbang mengomel panjang yang menghabiskan energy dan menyakiti hati kami semua.
Alhamdulillaahil ladzii bini’matihi tatiimus shoolihaat…
#hari_10 #gamelevel1 #tantangan10_hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

Note : Maafkan ya gambar tidak sesuai dengan tulisan. he he... yang penting Keep Calm Down nya ada di gambar. hihihi
0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 9)
Jum’at, 10 November 2017
Pagi ini saya mencoba self talk untuk menjadikan diri lebih semangat dalam menjalani hari-hari tanpa sosok suami di sisi. Iya karena suami beberapa pekan ini lembur terus. Sudah 3 hari ini berangkat setelah subuh dan pulang pukul 22.00 WITA. Itu artinya anak-anak hanya akan bertemu umminya seharian. Saat bangun tidur abinya sudah berangkat. Dan saat tidur, abinya belum pulang.
Saya self talk bahwa “Saya pasti bisa. Saya bisa memasak sendiri. Saya bisa membersihkan rumah sendiri. Saya bisa melakukan segala pekerjaan rumah sendiri dan juga bisa mengasuh anak-anak sendiri. Saya bisa menjadi sosok ibu dan juga bisa menjadi sosok ayah bagi anak-anakku. Saya pasti kuat mencuci, memasak dan menemani anak-anak main dari pagi sampai malam! Bismillah”.
Dan semua tampak mudah sampai siang hari anak-anak minta dibikinkan cookies. Adek Fauzi terjatuh dari meja sementara saya masak. Fikiran saya bilang “Tuh kan… kalau kelamaan di dapur tanpa ada yang mengawasi anak-anak, pasti ada aja deh. Huuh!”
Dan kalimat tersebut mempengaruhi kinerja saya selanjutnya. Dengan emosi menyelesaikan satu demi satu pekerjaan. Tanpa rileksasi. Tanpa tidur siang. Sorepun datang. Anak-anak mulai bertingkah. Saya kelelahan karena semalam tidak bisa tidur, siangpun tidak istirahat. Seharian tidak berhenti mengerjakan banyak hal.
Akhirnya suasana rumah tidak kondusif. Adek Fauzi mulai merasakan hawa lelah dan kesal saya. mulai melempar-lempar mainan, kue dan apapun di sekitarnya.
Puncaknya, saat saya makan sore dengan berusaha menikmati karena seharian makan ala kadarnya asal pekerjaan rumah tangga selesai. Adek Fauzi memukul piring saya hingga semua makanan tumpah ke baju saya.
“Grrrr….” Subhanallah saya sudah tidak bisa menahan emosi. Saya mengomel panjang sambil membereskan semuanya.
Oh Subhanallah… Self talk pagi hari hancur karena fikiran buruk saya di siang hari. Yang ternyata self talk yang tanpa saya sadari memenuhi otak dan mempengaruhi kerja dan emosi saya. Hiks…
Ada satu kalimat yang terlupa di tengah kehebohan hari ini. “Laa Hawlaa walaa quwwata illaa billaaah….” Padahal kalimat inilah yang harus mengiringi selama proses self talk. Saya lupa, pada setiap self talk kita harus menyelipkan asma Allah dan mengantungkan diri pada Nya. Agar tetap mendapat pertolonganNya dalam kondisi apapun.
#hari_9 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 8)
Kamis, 9 November 2017
Kegundahan saya semalam saya adukan pada Yang Maha Bijaksana. Karena saya sudah tidak tahu lagi harus bagaimana memutuskan yang terbaik untuk anak saya.
Usianya masih terlalu muda untuk sekolah. Khawatir malah bosan sekolah sebelum waktunya.
Bismillah… dengan berbekal basmallah saya sampaikan keresahan hati saya ke suami. Dan suamipun menjawab pagi ini.
Suami : “Ya… jangan setiap hari dia disekolahkan. Kasian juga, mi. Biarkan saja dulu hari ini tidak percobaan sekolah lagi. Biar dia merasakan kangen sekolah.”
Alhamdulillah suami mengerti dengan beberapa kalimat penjelasan saya.
I'm responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan faham, mungkin saja Allah SWT sedang memudahkan usaha kita dalam memperbaiki pola komunikasi. Agar komunikasi berjalan produktif.
#hari_8 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 7)
Rabu, 8 November 2017
Malam hari ketika suami pulang lembur. Seperti biasa saya menyampaikan laporan kejadian hari ini. Bagaimana kabar anak-anak. Apa yang kami lakukan. Dan bagaimana hati Mas Luqman saat pertama kali uji coba sekolah.
Suamipun tersenyum setelah saya menggebu-gebu bercerita semangatnya Mas Luqman bersekolah seraya menyodorkan foto-foto Mas Luqman di sekolah.
Lalu terjadilah perbincangan cukup panjang.
Suami : “Ya sudah mi, gak papa Mas Luqman di sekolahkan aja. Walaupun baru umur 3,5 tahun kalau dia semangat dan mau sekolah ya gak papa.”
Saya terdiam. Galau karena impian saya meng-homeschooling-kan anak saya hampir tidak tercapai. Apa yang salah dari penyampaian saya? oya. Saya menggebu-gebu bercerita dan lupa menyampaikan bahwa selama di sekolah Mas Luqman jarang tersenyum. Bukankah itu salah satu indikasi bahwa Mas Luqman belum nyaman bersekolah? Karena memang belum waktunya.
Ya Allah… hanya Allah SWT yang mengerti isi hati manusia. Hanya Allah yang Maha Tahu kegelisahan dan kebingungan saya memilih menyekolahkan atau tidak.
But, I'm responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya. Tidur dulu biar jernih fikiran.
#hari_7 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 6)
Selasa, 7 November 2017
Jika beberapa hari yang lalu saya melatih kemampuan berkomunikasi produktif pada anak, maka hari ini saya menantang diri saya untuk bisa berkomunikasi lebih baik dengan paksu. Dan ini penting sekali dalam menjaga suasana rumah. Jika komunikasi kami berjalan baik, suasana hati semua anggota keluarga menjadi baik. Diharapkan hasilnya anak-anak insyaAllah bisa berkomunikasi secara baik dengan siapapun.
Bukankah kalau seorang istri dapat menjaga sikap dan tutur kata kepada suami, akan lebih mudah mendapat ridho suami? Dan jika mendapat ridho suami, bukankah Allah SWT akan meridhoi kami semua? Jika sukses, Semoga keluarga kami senantiasa dalam keberkahan. Aamiin…
Saya : “Abi, besok ummi ajak anak-anak sekolah ya… tadi kami lihat TK Az-Zahrah dekat masjid as-salaam. Kata bu kepala sekolahnya Mas Luqman boleh ikut mencoba sekolah mulai besok. Silahkan datang pagi, ikut berbaris bersama kakak-kakaknya.”
Suami : “Ow gitu. Iya, Boleh. Naik apa tadi kesana?”
Saya : “Naik motor. Mas Luqman di depan, adek Fauzi ummi gendong di belakang pakai ergobaby.”
Suami : “Emang bisa kah, mi?”
Saya : “Bisa kok. Malah aman. Adek gak kena angin di belakang.”
Suami : “Ok. Hati-hati tapi ya…”
Yes, Berhasil lobi-lobi tengah malam. Karena kesempatan kami mengobrol hanya malam hari. Sangat bersyukur ditemukan dengan seorang suami yang sabar mendengar walau capek sepulang kerja lembur.
I'm responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
#hari_6 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 5)
Senin, 6 November 2017
Waktunya mencuci pakaian….. Waktunya main air dan jatah main dengan anak berkurang.
Dengan berbagai ‘iklan’, akhirnya tibalah waktu menjemur pakaian. Selagi adek Fauzi tidur, gerak harus cepat, agar selesai saat adek bangun. Mas Luqman pasti minta ikut keluar rumah. Penggemar setia yang satu ini memang masih suka ngintilin kemana-mana. Hihihi… Tapi, mainan masih berserakan. Dan sudah menjadi aturan di rumah kami, mainan harus kembali ke tempatnya sebelum keluar rumah.
Mas Luqman : “Ummi, Mas Luqman maunya dibantuin rapikan mainan…”
Setengah merengek Mas Luqman meminta. Saya tarik nafas, sadar bahwa bukan karena dia tidak mampu merapikan mainan sendiri. Tapi Mas Luqman mau segera bermain sepeda di luar.
Saya duduk sejajar mengahadap Mas Luqman, menatap dengan lembut : “Mas, yang bertugas menjemur baju siapa?
Mas Luqman : “Ummi.”
Saya : “Yang bertugas merapikan mainan siapa?”
Mas Luqman : “Mas Luqman.” Sambil menunduk malu.
Saya : “Kalau begitu, yuk Mas Luqman rapikan mainan, ummi tungguin Mas Luqman deh, sambil ummi nyapu rumah. Nanti kalau sudah rapi, kita keluar jemur baju ya…”
Mas Luqman : “Iya, mi…” dengan sigap dan cepat membereskan mainan.
Beberapa menit kemudian,
Mas Luqman : “Sudah, mi!” setengah berteriak dia bangkit dengan ceria sambil mengangkat kedua tangan.
Yesss… Sukses mengendalikan intonasi suara dan menggunakan suara ramah. Dan si penerima pesanpun faham. Clear ya… (^_^)
Saya : “Ok. Good Job! Ayo kita keluar!”
Mas Luqman terlihat kecewa : “Tapi Mas Luqman gak suka Good Job”
Saya : “Lho? Good Job itu artinya sip, bagus mas…”
Mas Luqman : “iya, Tapi gak suka. Mas Luqman sukanya main sepeda.”
He he he… Saya memang tidak pernah memujinya dengan kalimat “Good Job”. Jadilah si mas gak faham kalau sedang dipuji. Alih-alih merasa bahagia setelah dipuji. Malah kecewa karena merasa tidak dipuji.
Pelajaran lainnya hari ini. Gunakan pujian yang dimengerti anak dan seharusnya saya mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilannya dengan kata Alhamdulillah atau Masya Allah. Dengan begitu, kalimatnya mengandung kalimat yang baik di sisi Allah, sekaligus menanamkan rasa syukur kepada Allah ke anak. Belajar lagi ya, Ayu… Semangat!
#hari_5 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 4)
Ahad, 5 November 2017
Ahad pagi adalah waktunya menuntut ilmu. Jadi harus siap berangkat dan rapi sebelum pukul 07.00 WITA.
Dan Pak Bos kecil sudah bermain sepeda di luar sebelum mandi. Fyuh….. Biasanya saya gunakan alasan mandi dulu baru bisa berkegiatan lain. Kali ini keburu Mas Luqman keluar rumah karena saya masih sibuk di dapur.
Saya : “Mas Luqman, ayo mandi. Air hangat sudah siap.”
Mas Luqman : “Nanti mi, Mas Luqman main sepeda dulu”
Saya : “Ok, Mas Luqman mau mandi sekarang terus makan baru main sepeda atau main sepeda dulu terus 10 menit lagi mandi?”
Mas Luqman : “Mau main sepeda dulu mi.”
Saya : “Ok, 10 menit lagi mandi ya…”
Mas Luqman mengangguk.
10 menit kemudian.
Saya : “Ayo mas, mandi, sudah 10 menit kan.”
Mas Luqman : “Ayo, mi. sebentar, Mas Luqman parker sepeda dulu ya…”
Dan… acara mandi pagipun tidak terlalu banyak negosiasi.
Mengganti perintah dengan pilihan, efektif untuk pagi ini. Semoga demikian selanjutnya. Karena ada kalanya, sudah diberi pilihan, Mas Luqman membuat opsi pilihan lain di luar yang ditawarkan umminya. Hahaha…
#hari_4 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 3)
Sabtu, 4 November 2017
Hari ini suasana pagi dimulai dengan hectic dan penuh tekanan. Saya tidak suka memulai hari dengan kondisi tertekan. Karena membuat badmood seharian. Rasanya semua yang saya kerjakan salah. Dan begitupun cara saya memandang semua yang dikerjakan anak-anak dan suami. Kok gini amat sih yak?
Rumah seketika berantakan. Karena saat anak-anak merasa tidak nyaman, dua balita ini dengan segera menghambur isi kotak mainan, Adek Fauzi yang baru berusia 1,5 tahun dengan muka kesal melempar-lempar mainan. Grrr… Nyata menjadikan emosi semakin naik. Lalu saya kembali ingat bagaimana diajarkan berkomunikasi yang produktif. Tarik nafas, tarik ujung bibir, tersenyum, yak kita mulai. Switch on ke mode ceria dan semangat!
Saya tatap mata Mas Luqman dengan tersenyum, sementara adiknya saya abaikan agar saya tidak tersulut emosi melihat tingkahnya yang menggoda. (Si Adek Fauzi sedang bersiap-siap menghambur buku, sambil melirik saya. Dan si adek ini kalau umminya melengos menunjukkan tanda tidak setuju dengan tindakannya, dia mengurungkan niatnya)
Ummi : “Mas Luqman, ayo ummi tantang Mas Luqman. Kita balapan yuk, siapa yang paling cepat dan banyak mengumpulkan mainan ke dalam keranjang, dia menang. Siap?”
Mas Luqman : “Siap mi! Mas Luqman keranjang yang ini ya” sambil menunjuk keranjang biru.
Ummi : “Ok. Satu… dua… tiga… Ayo…” sayapun mendorong keranjang hijau sambil berjalan jongkok dengan cepat. Laju di awal tapi jangan sampai melebihi kecepatan Mas Luqman. Agar dia tetap semangat dan tidak merasa kalah.
Mas Luqman semangat sekali. Seperti tidak ada beban selama mengumpulkan mainan.
Ummi : “Yey!!! Selesai! Dan karena yang paling banyak isinya adalah keranjang Mas Luqman, Mas Luqman menang!! Hore!!! Hebat!! Ummi kasih bintang! Tring… tring… tring…” sambil mengarahkan tangan ke badannya ala-ala ibu peri. (emang ada ya peri yang bulat dan pakai daster? Ada! Aku! Haghaghag) Seolah-olah banyak bintang yang saya beri kepadanya
Mas Luqman tersenyum : “Mas Luqman mau alat berat, mi.”
Ummi : “Ok. Tring… tring… karena mas Luqman bertanggung jawab merapikan mainan, ini dia alat beratnya. Tring… tring… tring…” sebagai penghargaan atas jerih payahnya.
Sayapun meluruskan punggung di kasur, sembari menyusui si kecil. Tak disangka, tidak sampai di situ. Merasa tidak puas dengan kerjanya. Mas Luqman mengumpulkan sisa mainan yang masih berserakan di bawah meja, lalu kedua keranjang disusun rapi berderetan ditambah kursi, babywalker.
Mas Luqman dengan tersenyum bangga berseru : “Ummi, liat, mi.”
Ummi : “Ow… Masya Allah… rapi sekali… wah jadi kereta api ya?”
Mas Luqman makin sumringah senyumnya : “Iya, mi”.
Ummi : “Sip… Alhamdulillah… Mas Luqman memang rajin merapikan mainan”
Dengan malu-malu ia meliukkan badannya. Tanda bahagia dipuji.
Ok. Anak laki-laki memang suka dengan tantangan. Noted. Semoga saya semakin kreatif memberi tantangan padanya.
Dan jangan lupa keluarkan kalimat produktif lainnya. Jelas dalam memberikan pujian, akan membuat anak mengerti apa yang sebenarnya kita harapkan darinya.
#hari_3 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 2)
Jum’at, 3 November 2017
Bismillah
Ada kalanya saya dan Mas Luqman sibuk bersama-sama mencari sesuatu yang hilang. Seperti pagi ini. Kami sama-sama sibuk mencari tutup spidol. Rasanya kesal sekali ketika ada barang yang terselip entah dimana dan anak saya minta dicarikan. Dan saat tutup spidol hilang, grrr… bagi saya tutup spidol itu penting. Nanti spidolnya bisa kering dan tidak bisa dipakai lagi.
Tapi selama mencari saya mencoba bernafas dalam (menarik nafas panjang untuk merelaksasi fikiran saya, menenangkan emosi saya) agar tidak sampai mengomel panjang dan menahan diri agar tidak ada kalimat negative yang dapat menyakiti hati anak saya. saya tanamkan dalam fikiran saya bahwa “Anak bisa salah, anak bisa lupa. Spidol masih bisa dibeli. Tapi susah menghapus memori buruk akibat omelanku. Bukankah aku ingin meninggalkan kenangan baik pada memori masa kecilnya?”
Saya coba bertanya kembali “Mas Luqman tadi terakhir pakai spidol dimana?”
Mas Luqman : “nggak tau, mi. tadi mas Luqman nulis-nulis di kamar.”
Ummi : “Ayo kita cari lagi.” Dengan tersenyum saya jawab.
Mas Luqman Nampak sedikit lega karena saya tidak mengomel panjang dan terus semangat mencari.
Walau akhirnya tutup spidol tidak ketemu juga. Namun dengan bahasa tubuh saya yang berusaha menghargai dan tidak menghakimi Mas Luqman, membuatnya berkali-kali terus mencari dengan semangat.
Mengontrol emosi dan perkataan itu memang tidak mudah jika terbiasa meledak-ledak. Tapi saya yakin dengan latihan pasti bisa lebih tenang menghadapi berbagai tantangan.
#hari_2 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
0 notes
Text
Komunikasi Produktif (Day 1)
Bismillah...
Finally bisa menulis juga. Setelah padatnya aktifitas yang menantang selama anak sakit.
Kamis, 2 November 2017.
Mas Luqman demam hari kedua. Pagi ini ada yang berbeda. Mas Luqman tidak mau mandi. Mungkin karena badannya demam, terasa dingin karena makanan yang masuk ke dalam tubuhnya sedikit. Kelelahan, batuk pilek dan radang sepertinya membuat tubuhnya tidak nyaman untuk diajak mandi.
Tapi, sebagai seorang ibu, saya ingin anak saya selalu bersih. dan mindset saya, saat sakit justru kita perlu mandi atau minimal seka badan agar tetap bersih dan bakteri jahat atau kuman-kuman penyebar penyakit pergi menjauh. Mas Luqmanpun sejak bayi sudah terbiasa mandi 2x sehari dalam kondisi apapun. Mas Luqman akan rewel jika tidak dimandikan meskipun udara dingin atau sakit. Sakit cacar aja tetap minta mandi. Tapi berbeda dengan pagi ini.
Dengan berbekal ilmu materi Komunikasi Produktif dari kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, saya coba berkompromi agar mas Luqman mau mandi.
Ummi : “Mas Luqman, yuk mandi yuk... adek Fauzi sudah mandi. sekarang giliran mas Luqman.” Sambil menatap mas Luqman yang asyik bermain.
Mas Luqman : “Nggak mi, Mas Luqman sukanya main.” dengan santai dia menjawab.
Ummi : “Mas Luqman, itu mumpung air mandinya masih hangat. yuuuk...”
Mas Luqman : “Tapi Mas Luqman sukanya nggak mau mandi.”
Ummi : “Mas Luqman, Mas Luqman kan mau sehat. Kalau mau sehat, mandi. Biar kumannya pergi, gak mau sama Mas Luqman”
Mas Luqman : “Kumannya gak mau sama Mas Luqman?” Iyesss… dalam hati senang karena Mas Luqman sudah mulai ada tanda-tanda mau mandi. Negosiasi akan segera berakhir.
Ummi : “Iya nak… kuman itu gak suka sama anak yang mandi. Yuk mandi”
Mas Luqman : “Nggak mi. Tapi Mas Luqman kan sukanya mainan truk.”
Jederrr…. Mulai emosi.
Ummi : “Iya nak. Makanya mandi dulu. Ntar habis mandi kan bisa main lagi. Malah lebih enak dan nyaman badannya untuk mainan truk.”
Mas Luqman diam saja. Hiks… Ummi kudu cari akal.
Ummi : “Mas Luqman, mau ikut ummi beli sarapan gak? Ummi mau beli ayam dan kue. Mas Luqman mau kan pilih kue sendiri? Yuk mandi dulu yuk..” Mulai kehabisan kesabaran. Mulai berfikir main ‘cepat’.
Mas Luqman : “Kue apa mi?”
Ummi : “Kue apa aja boleh Mas Luqman pilih. Tapi sekarang mandi dulu ya… Setelah itu ikut ummi dan mbah Uti beli sarapan.”
Mas Luqman : “Mas Luqman yang pilih? Mas Luqman mau kue…”
Ummi : “Iya nak, Mas Luqman yang pilih. Makanya ayo sudah mandi…” Nada mulai menaik, badan mulai nyender di kursi. Mulai bosan negosiasi. Sepertinya sudah semua disampaikan dengan clear sesuai kaidah komunikasi produktif yang diajarkan di kuliah Bunsay iip.
Mas Luqman : “Tapi Mas Luqman gak suka mandi”
Ummi : “Ayolah nak… main air. Yuk… mandi pakai air mancur.” Rayuku lagi.
Mas Luqman tetap menggeleng.
Mbah Uti dan Mbah Kung-nyapun gemes turun tangan merayu.
Mbah Uti : “Mas Luqman mau mandi sama Mbah Uti kah? Ayo sudah mandi sama Mbah Uti ya…”
Asyikkk… Kalimat andalan Mbah Uti keluar. Pasti disahut gembira sama Mas Luqman. Kan Mbah Uti favoritnya Mas Luqman. Ah tapi kasian Mbah Utinya capek. Batinku.
Ummi : “Mas Luqman mau mandi sama Mbah Uti atau sama Ummi?” kutanya kembali sambil harap-harap cemas semoga maunya sama umminya. Kalaupun mau sama Mbah Uti berarti aku harus stand by di depan pintu kamar mandi. Bagian menyambut dengan handuk, mendandani dan membimbingnya untuk pakai baju sendiri
Mas Luqman : “Mas Luqman sukanya sama Ummi. (Sip! Dia memilih. Dengan siapapun yang penting mandi. Ummi sudah girang) Tapi maunya beli kue. Mas Luqman sukanya gak mau mandi”
(T_T) Ummi yang sudah semangat kembali lagi tarik nafas. Subhanallah…
Mbah Kung turun tangan. Suhunya ngambil botol, diisi air. Mbah Kung ini penyuka anak-anak. Dari bujang sampai sekarang sering ditanyain anak-anak sekitar rumah.
Mbah Kung : “Mas, coba sini…” sambil mainan semprot air pakai botol.
Mas Luqman nengok dan nampak tertarik.
Mas Luqman : “nggak… nggak mau… Mas Luqman nggak mau basah, mbah. Mas Luqman nggak mau…”
Mbahnya terus berusaha sambil menggoda. Mas Luqman berlari kesana kemari tetap kekeh nggak mau mandi. Sampai akhirnya bajunya basah. Dan mau dirayu untuk ganti baju. Begitu baju terbuka, langsung ummi angkat ke kamar mandi. Gaya otoriter keluar. Bukan untuk ditiru. Mas Luqmanpun nangis selama mandi sampai selesai pakai baju.
Saya berfikir, apa yang salah? Pasti ada yang terlewat. Rasanya nada sudah diatur agar tetap ramah, tetap mendengarkan maunya anak, suara dari lembut dan tersenyum sudah.
Setelah membaca ulang materi komunikasi produktif ketemu apa yang terlupa saat praktek.
- Rumus 7-38-55. 55% adalah bahasa tubuh. Saya belum memaksimalkan bahasa tubuh. Noted.
- Gunakan Kalimat Tunggal. Bukan kalimat majemuk. Nah ini dia. Kalimat saya masih ngalor ngidul. Noted. Perpendek narasi. Haha…
Ya tidak apa-apalah hari pertama gagal. Semoga besok lebih baik lagi.
Kita perbaiki sama-sama cara komunikasi kita ya, anak sholeh…
#hari1 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
Note : Tulisan ini dibuat dalam rangka latihan.
0 notes
Text
Matrikulasi Materi #9 : “Bunda Sebagai Agen Perubahan”
🙋BUNDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN🙋
Perempuan khususnya seorang ibu adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Dari sisi individu untuk menjadi agen perubahan adalah hak semua orang tidak berbatas gender. Karena semua memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan keluarga, dimana keduanya memiliki porsi prioritas yang sama.
Keberadaan Ibu di masyarakat akan meningkatkan kualitas pendidikan keluarga di rumah, demikian juga pendidikan keluarga di rumah akan memberikan imbas positif pada peningkatan kualitas masyarakat.
Maka berkali-kali di Ibu Profesional kita selalu mengatakan betapa pentingnya mendidik seorang perempuan itu. Karena
*“mendidik 1 perempuan sama dengan mendidik 1 generasi”*
Maka apabila ada 1 ibu membuat perubahan maka akan terbentuk perubahan 1 generasi yaitu generasi anak-anak kita. Luar biasa kan impactnya.
Darimanakah mulainya?
Kembali lagi, kita harus memulai perubahan di ranah aktivitas yang mungkin menjadi
“MISI SPESIFIK HIDUP KITA”
Kita harus paham JALAN HIDUP kita ada dimana. Setelah itu baru menggunakan berbagai CARA MENUJU SUKSES.
Setelah menemukan jalan hidup, segera lihat lingkaran 1 anda, yaitu keluarga. Perubahan-perubahan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi CHANGEMAKER FAMILY.
Mulailah dengan perubahan-perubahan kecil yang selalu konsisten dijalankan. Hal ini untuk melatih keistiqomahan kita terhadap sebuah perubahan.
Maka gunakan pola kaizen ( Kai = perubahan , Zen = baik) Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Setelah terjadi perubahan-perubahan di keluarga kita, mulailah masuk lingkaran 2 yaitu masyarakat /komunitas sekitar kita. Lihatlah sekeliling kita, pasti ada misi spesifik Allah menempatkan kita di RT ini, di Kecamatan ini, di kota ini atau di negara ini. Lihatlah kemampuan anda, mampu di level mana. Maka jalankan perubahan-perubahan tersebut, dari hal kecil yang kita bisa.
START FROM THE EMPHATY
Inilah kuncinya.
Mulailah perubahan di masyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita lakukan di keluarga.
Sehingga aktivitas kita di masyarakat tidak akan bertabrakan dengan kepentingan keluarga. Bahkan akan saling mendukung dan melengkapi.
Setelah EMPHATY maka tambahkan PASSION , hal ini akan membuat kita menemukan banyak sekali SOLUSI di masayarakat.
KELUARGA tetap no 1, ketika bunda aktif di masyarakat dan suami protes , maka itu warning lampu kuning untuk aktivitas kita, berarti ada yang tidak seimbang. Apabila anak yang sudah protes, maka itu warning keras, LAMPU MERAH. Artinya anda harus menata ulang tujuan utama kita aktif di masyarkat.
Inilah indikator bunda shalehah, yaitu bunda yang keberadaannya bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya.
Sehingga sebagai makhluk ciptaan Allah, kita bisa berkontribusi kebermanfaatan peran kita di dunia ini dengan “Rasa TENTRAM”.
Salam
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber Bacaan :
_Masaaki Ima, Kaizen Method, Jakarta , 2012_
_Ashoka Foundation, Be a Changemaker: Start from the Emphaty, 2010_
_Materi-materi hasil diskusi keluarga bersama Bapak Dodik Mariyanto, Padepokan Margosari, 2016_
Sesi tanya jawab: 🙋🏻FITRAH: adakah contoh keluarga yang melakukan perubahan sangat kecil tapi jadi changemaking family?
Lisa Agustina : 💁🏻 hay mba Fitrah
Ada banyak cth mba... para kk kelas qt byk yg melakukan perubahan dan jadi changemaker family. Sy ambil cth 1, Bentar sy izin orgnya dulu utk menceritakan kisahnya.
Lisa Agustina : Ini cerita dari teman sy di Jepara, mba Susi. . . _Begini kisahnya_ 👇🏿👇🏿👇🏿
Saya punya 2 anak laki2 usia SD (yg 1 baru masuk SMP) dan cukup supel. Mungkin karena sering diajak kegiatan komunitas di luar. Jadi rumah selalu ramai. Dulu sering rame-rame bawa gadget. Atau sekadar nonton TV. Saya masuk pelan-pelan. Mengatakan kalau saya sedih melihat mereka main gadget. Ayo, gak boleh pegang Android di sini. Nonton sinetron juga saya beritahu, kalau kami khawatir Destin dan Binbin akan kenal pacaran. Pacaran itu untuk orang dewasa. Saya sediain catur dan mainan lain. Bebas dipakai main. Perlahan, yg bawa android berkurang. Akhirnya tidak ada. Kadang masih ada 1 yang bawa.
(Ada 3 sungai di dekat rumah, ada sawah, ada kebun.) Kenapa tidak main di luar saja?
Akhirnya ada kegiatan selingan... memancing ikan. Saya sediain 3 pancing.
Lalu main di sawah, di kebon, bebas di alam. 2 minggu lalu mereka mengambil bambu sendiri di sungai (tak ada yg punya) dan bikin cangkrukan. Seminggu lalu saya ajak menanam sayur. Saya belikan bibit tanaman di Bukalapak. Mereka memacul, mengambil air, dll dengan senang hati. Tahu saya beli bibit habis uang cukup banyak bagi mereka, mereka jadi merasa istimewa.
Oh ya, Buku saya pajang di sebelah TV. Jadi saat nonton TV, ada saja yg penasaran dan buka-buka. Semoga suatu saat mau membaca.
Hal hal kecil begitu
Anak sekarang diberitahu *jangan* akan tetap melakukan.
Makanya libatkan perasaan. Aku sedih kalian begini. Aku senang kalian begitu Aku bangga lihat ini
Semacam itulah. Jadi agak tergali empati mereka.
Sy yakin teman2 disini juga ada yg sudah melakukan hal itu.. perubahan2 kecil...
0 notes
Text
My Dream to be a Better Moslem
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim.....
Pekan ini materinya berkaitan dengan menjadi agen perubahan. Dimulai dari yang kecil dan berempati pada lingkungan sekitar. Masya Allah... Rasanya saya masih bertatih-tatih mengikuti jadwal yang saya buat untuk diri saya sendiri. Baru saja berusaha memperbaiki diri. Namun tugas selanjutnya lebih menantang.
Saya beri judul ‘My Dream’ karena memang ini adalah mimpi-mimpi saya selama ini. Terlahir dari seorang ibu yang berjiwa sosial luar biasa dan dibesarkan oleh seorang bapak tangguh yang selalu semangat berbagi dan menolong sungguh membuat saya merasa bersyukur sekali. Meneruskan kebaikan apa saja yang beliau berdua ajarkan kepada saya, tentu menjadi impian yang terus dikejar. Dan merasakan bahagia bila berhasil menolong ataupun bisa bermanfaat adalah suatu kebutuhan jiwa yang ingin terus dipenuhi. Dan semoga Allah memudahkan segala langkah kami (saya dan suami) untuk berjuang dan semoga menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya ke kedua orangtua kami.

Rasanya sedih sekali jika melihat ada sesuatu yang salah dan kita tidak bisa membantu banyak untuk memperbaikinya
“Karena berbuat baik adalah suatu kebutuhan. Jiwa akan bahagia saat bisa membantu orang lain. Hati akan lebih tersenyum saat bisa memberi apapun yang kita miliki, walau itu hanya berupa senyuman.
Maka Tetaplah berbuat baik dan menjadi baik. Memang baik menjadi orang penting. Tetapi lebih penting menjadi orang baik. Karena sesungguhnya nikmatnya bukan saat memiliki ilmu, tapi saat berbagi ilmu. Nikmatnya bukan saat memiliki harta, tapi saat memberi apa yang kita punya. Bersikap lembutlah, maka kebaikan akan menyertai - Dian Ayu K.J”
Saya menemukan bahwa menolong orang lain adalah kebutuhan jiwa, setelah bertemu Bang Ade. Seorang penggiat lingkungan yang banyak mengedukasi mahasiswa fakultas kehutanan UNMUL. Seorang blogger yang memakai nama timpakul. Seorang yang saya juluki ‘kamus berjalan’ karena hampir semua pertanyaan saya dapat dijawab dengan mudah, singkat dan jelas. Seorang kakak yang bertampang dingin, kaku. Namun pendengar yang baik. Mampu menggali segala informasi dan juga senang berbagi informasi secara free. Dan saya sangat bersyukur kepada Allah karena telah mempertemukan saya dengannya. Semoga hidayah Allah mampu menggenggam dan melembutkan hatinya.
Kembali kepada tema agen perubahan. Saya juga bersyukur dipertemukan dengan seorang suami yang sevisi dalam hal ini. Kami sama-sama mempunyai mimpi agar semua buku kami dapat diakses oleh semua orang di sekitar kami secara free. Boleh dibaca di tempat, tapi tidak dibawa pulang. Harapannya agar banyak orang lain yang punya kesempatan yang sama untuk membaca buku-buku kami.
Saat ini kami memang masih dalam tahap membangun teras. Tapi seringkali kami sudah membayangkan adanya book corner dan playing ground untuk anak-anak dan tetangga sekitar. juga di teras itu kami bermimpi agar saya bisa mengajar ngaji dan berdakwah sambil bermain dengan anak-anak. Dan sedikit demi sedikit menyampaikan pesan moral saat bermain bersama mereka.
Selama ini saya baru sampai tahap berjalan mengajar ngaji 2 anak tetanggadan bermain bersama anak-anak tetangga. Tapi anak-anak tetangga sudah mulai faham adab bertamu selesai main ya merapikan kembali mainan ke tempatnya tanpa saya ingatkan. Semoga kebiasaan kecil tersebut mereka terapkan juga di rumah masing-masing. Dan laporan tetangga, anaknya sudah lebih mudah diberitahu dan mudah diajak kerjasama dan juga berbuat baik sejak mengaji. SEmoga Al-qur’an segera menyebar dan melembutkan hati anak-anak di sekitar saya. dan Saya berharap tercipta suasana lingkungan yang kondusif untuk membesarkan anak saya.
Apapun usaha kami, apapun media yang kami gunakan, Semoga bermanfaat dan menjadi jalan untuk mempermudah jalan kami menuju ridhoNYA. Aamiin...
Eh btw, berikut lampiran NHW dan tabel yang saya kerjakan dan menjadi mimpi kami sejak 3 tahun yang lalu. Mohon do’anya ya...
==============================================================
_Matrikulasi IIP batch #4_ _Nice HomeWork #9_
*BUNDA sebagai AGEN PERUBAHAN*
Bunda, kalau sudah menemukan passion (ketertarikan minat ) ada di ranah mana, mulailah lihat isu sosial di sekitar anda, maka belajar untuk membuat solusi terbaik di keluarga dan masyarakat.
Rumus yang kita pakai :
*PASSION + EMPHATY = SOCIAL VENTURE*

Social venture adalah suatu usaha yang didirikan oleh seorang social enterpreneur baik secara individu maupun organisasi yang bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan.
Sedangkan social enterpreneur adalah orang yg menyelesaikan isu sosial di sekitarnya menggunakan kemampuan enterpreneur.
Sehingga bunda bisa membuat perubahan di masyarakat diawali dari rasa emphaty, membuat sebuah usaha yang berkelanjutan diawali dengan menemukan passion dan menjadi orang yang merdeka menentukan nasib hidupnya sendiri.
Hal ini akan membuat kita bisa menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kita dengan kemampuan enterpreneur yang kita miliki. Sehingga untuk melakukan perubahan tidak perlu menunggu dana dari luar, tapi cukup tekad kuat dari dalam.
Mulailah dari yg sederhana, lihat diri kita, apa permasalahan yg kita hadapi selama ini, apabila kita bisa menyelesaikan permasalahan kita, dan membagikan sebuah solusi, bisa jadi ini menjawab permasalahan yg dihadapi oleh orang lain. Karena mungkin banyak di luar sana yg memiliki permasalahan yg sama dengan kita.
Setelah selesai dengan permasalahan kita sendiri, baru keluar melihat isu sosial yg ada di sekitar kita.
Bagaimana caranya? Isilah bagan-bagan di bawah ini:

Dan berikut tabel saya

0 notes
Text
Review NHW #8
_Review NHW #8_ _Matrikulasi Ibu Profesional batch #4_ *MISI HIDUP dan PRODUKTIVITAS* Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mengerjakan NHW#8 dengan bersungguh-sungguh. Perbedaan dari orang yang sama-sama belajar itu adalah dari kesungguhannya. Ada yang hanya sekedar menggugurkan kewajiban yang penting sudah mengumpulkan PR dan ada yang memang bersungguh-sungguh mengerjakan untuk menjadikannya “ROAD MAP” dalam kuliah kehidupannya. Maka di NHW #8 ini kita akan melihat bagaimana produktivitas seorang bunda bisa erat berkaitan dengan misi spesifik hidupnya. Pola BE-DO-HAVE yang kita gunakan ini akan membuka mindset kita terlebih dahulu akan sebuah makna produktif, kemudian mengerjakan sesuai dengan jalan hidupnya, dan akhirnya mendapatkan hasil dan pencapaian yang cocok antara kehendak kita dan kehendak Allah. Hal ini akan membuat bunda lebih mantap melangkah, apalagi kalau dihubungkan dengan pertanyaan NHW#8 Pertanyaan di NHW #8 itu saling berkaitan, mari kita simulasikan berrsama, kemudian aplikasikan sesuai dengan diri bunda masing-masing. a. Ambil satu saja dari aktivitaa yang anda SUKA dan BISA Misal : Memasak b. Anda ingin menjadi apa? ( Be) Misal : ingin menjadi ahli memasak untuk makanan " gluten free" c.Apa yang ingin anda lakukan? (DO) misal : saya akan mulai bereksperimen tentang makanan gluten free dan mengedukasi masyarakat tentang makanan gluten free. d. Apa yang ingin anda miliki? (Have) (bisa secara materiil maupun immateriil bebas anda pilih, boleh salah satu atau dua-duanya) contoh : Materiil : Saya ingin memiliki rumah "healthy food" Immateriil : saya ingin memiliki legacy dalam hidup saya ttg makanan "gluten free" ini sehingga anak Indonesia akan tumbuh dengan sehat tanpa bergantung dengan gandum. Setelah itu kita susun langkah-langkahnya : a. Life time purpose Saya ingin memperjuangkan Indonesia Bebas Gandum, dengan mulai menghilangkan ketergantungan masyarakat terhadap gandum b.Strategic Planning Dalam waktu 5 tahun ke depan saya ingin dikenal sebagai ahli gluten free, sehingga saya konsisten mempelajari hal tersebut mulai dar sekarang. c. New Year Resolution Dalam kurun waktu 2017 - 2018 ini saya ingin menerapkan program "One Month One Recipe" sehingga akan muncul 12 resep baru gluten free dalam 1 tahun ini, dan mengajarkannya kepada anak-anak dan keluarga di sekitar saya. Apabila sampai sekarang Anda masih galau belum menemukan apa sebenarnya yang akan anda lakukan, jangan khawatir. Mari kita kuatkan proses, Karena *_Proses itu HAK kita, dan hasil itu HAK ALLAH_* Nah untuk lebih menguatkan proses, silakan buat list dan tempel di rumah, ada banyak contoh, salah satunya saya berikan sample di bawah ini: Ini contoh menguatkan BE-DO-HAVE mingguan sampai ketemu ranah produktivitas bunda. Tahapannya : ambil ranah yang anda SUKA dan BISA dulu, simulasikan di form BE-DO-HAVESusun lifetime purpose, strategic plan dan new year resolution Turunkan secara mingguan aktivitas-aktivitas yang harus anda capai untuk bisa menjadi bunda produktif. Demikian review NHW#8 silakan dicermati sekali lagi, karena ini akan menjadi pijakan untuk tahap berikutnya. Salam Ibu Profesional, /Tim Matrikulasi Ibu Profesional/ Ini contoh menguatkan BE-DO-HAVE mingguan sampai ketemu ranah produktivitas bunda. Tahapannya : 🍀ambil ranah yang anda SUKA dan BISA dulu, 🍀simulasikan di form BE-DO-HAVE 🍀Susun lifetime purpose, strategic plan dan new year resolution 🍀Turunkan secara mingguan aktivitas-aktivitas yang harus anda capai untuk bisa menjadi bunda produktif. Demikian review NHW#8 silakan dicermati sekali lagi, karena ini akan menjadi pijakan untuk tahap berikutnya. Salam Ibu Profesional, /Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
0 notes
Text
Menentukan Hal Yang Paling Disukai dan Menentukan Misi Hidup Agar Lebih Produktif
NHW #8 Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #4
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim…
Masya Allah… Sesungguhnya pasti ada maksud Allah SWT untuk menunjukkan siapa dan peran apa yang ingin kita ambil dari apa yang kita suka melalui materi pekan ke-8 ini.
Saya termenung beberapa hari tanpa teman diskusi kecuali grup matrikulasi iip kaltim2. Sebenarnya apa yang saya suka? Kapan mata saya paling berbinar? Apa maknanya? MasyaAllah… Tidak mudah ternyata untuk menetapkan misi ke depan. Agar kita mudah dan bahagia dalam menjalani proses pematangan diri menjadi lebih produktif.
Yang terberat mengerjakan nhw kali ini karena saya nge-drop selama sepekan dan tertidur setelah isya, baru bangun menjelang subuh. Padahal kandang waktu saya untuk mengerjakan tugas ini adalah tengah malam, karena biasanya saya selalu terbangun kalau sedang fit.
Berikut saya copas tugasnya. Langsung saya jawab ya…
Bunda, setelah di materi sesi #8 kita belajar tentang bagaimana pentingnya menemukan misi hidup untuk menunjang produktivitas keluarga. Maka saat ini kita akan lebih menggali bagaimana menerapkannya secara teknis sbb :
a. Ambil salah satu dari ranah aktivitas yang sudah teman-teman tulis di kuadran SUKA dan BISA.
Ok saya mengambil aktifitas -> membersamai anak. Karena saya senang melihat perkembangan anak. Dan merasa bahagia ketika mendapat ‘special moment’ saat bersama mereka.
b. Setelah ketemu satu hal, jawablah pertanyaan “BE DO HAVE” di bawah ini : 1. Kita ingin menjadi apa ? (BE) I want to be a LOVELY TEACHER for my wonderful kids. Saya ingin menjadi teman sekaligus mentor dan fasilitator yang penuh senyum dan semangat dalam membersamai anak. Saya bahagia sekali kalau bisa menjadi bagian dari kebahagiaan mereka.
2. Kita ingin melakukan apa ? (DO) Saya ingin membuat kurikulum yang menyenangkan untuk dua lelaki kecil yang setia menggandoli saya.
3. Kita ingin memiliki apa? (HAVE) Saya ingin memiliki playground yang ramah anak. Sehingga semua anak (termasuk anak-anak tetangga. Bukan hanya anak saya) bisa merasa bahagia ketika bermain dan belajar bersama saya di halaman rumah. Pun merasa bahagia ketika belajar dimana saja. Seperti kutipan kata penulis buku Sokola Rimba “Setiap orang adalah guru. Alam Raya sekolahku”
c. Perhatikan 3 aspek dimensi waktu di bawah ini dan isilah: 1. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose) Saya ingin menjadi ibu profesional yang penuh cinta yang dicintai anak-anak dan suami juga mampu menurunkan semua ilmu yang saya miliki ke sebanyak-banyaknya orang agar menjadi ilmu yang bermanfaat. Berharap menjadi amal jariyah yang kebaikannya tetap mengalir meski saya sudah berada di alam lain. Dan berharap mendapat ridhoNya dalam setiap aktifitas.
2.Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan ( strategic plan) Saya ingin dikenal sebagai ibu guru dan fasilitator ramah anak sehingga saya berusaha terus mencari ilmu bagaimana menjadi guru yang menyenangkan berikut metode pengajaran dan fasilitas yang dapat dijangkau oleh semua orang tanpa dipungut biaya. Dan menebar sebanyak-banyak ilmu yang saya miliki kepada tetangga sekitar maupun orang lain.
3. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun ( new year resolution) Selama setahun ini saya ingin menerapkan “1 week 1 outdoor fun activities” yang melibatkan anak dan anak-anak tetangga. agar selalu semangat belajar sambil bermain. Karena dunia anak adalah dunia bermain. Dan tugas guru yg menyenangkan adalah menciptakan suasana yg nyaman, aura bahagia namun tetap melibatkan Allah SWT dalam setiap aktifitas.
“Mulailah dengan PERUBAHAN, karena pilihannya hanya satu BERUBAH atau KALAH.”
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulsi IIP/
Ok, bismillah… Segala ilmu yang didapat sungguh tak memiliki arti jika tanpa praktek. Maka mari melangkah setahap demi setahap dengan mempraktekkan ilmu.
1 note
·
View note
Text
Menentukan Hal Yang Paling Disukai dan Menentukan Misi Hidup Agar Lebih Produktif
NHW #8 Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #4 Bismillaahir Rohmaanir Rohiim... Masya Allah... Sesungguhnya pasti ada maksud Allah SWT untuk menunjukkan siapa dan peran apa yang ingin kita ambil dari apa yang kita suka melalui materi pekan ke-8 ini. Saya termenung beberapa hari tanpa teman diskusi kecuali grup matrikulasi iip kaltim2. Sebenarnya apa yang saya suka? Kapan mata saya paling berbinar? Apa maknanya? MasyaAllah... Tidak mudah ternyata untuk menetapkan misi ke depan. Agar kita mudah dan bahagia dalam menjalani proses pematangan diri menjadi lebih produktif. Yang terberat mengerjakan nhw kali ini karena saya nge-drop selama sepekan dan tertidur setelah isya, baru bangun menjelang subuh. Padahal kandang waktu saya untuk mengerjakan tugas ini adalah tengah malam, karena biasanya saya selalu terbangun kalau sedang fit. Berikut saya copas tugasnya. Langsung saya jawab ya... Bunda, setelah di materi sesi #8 kita belajar tentang bagaimana pentingnya menemukan misi hidup untuk menunjang produktivitas keluarga. Maka saat ini kita akan lebih menggali bagaimana menerapkannya secara teknis sbb : a. Ambil salah satu dari ranah aktivitas yang sudah teman-teman tulis di kuadran SUKA dan BISA. Ok saya mengambil aktifitas -> membersamai anak. Karena saya senang melihat perkembangan anak. Dan merasa bahagia ketika mendapat 'special moment' saat bersama mereka. b. Setelah ketemu satu hal, jawablah pertanyaan “BE DO HAVE” di bawah ini : 1. Kita ingin menjadi apa ? (BE) I want to be a LOVELY TEACHER for my wonderful kids. Saya ingin menjadi teman sekaligus mentor dan fasilitator yang penuh senyum dan semangat dalam membersamai anak. Saya bahagia sekali kalau bisa menjadi bagian dari kebahagiaan mereka. 2. Kita ingin melakukan apa ? (DO) Saya ingin membuat kurikulum yang menyenangkan untuk dua lelaki kecil yang setia menggandoli saya. 3. Kita ingin memiliki apa? (HAVE) Saya ingin memiliki playground yang ramah anak. Sehingga semua anak (termasuk anak-anak tetangga. Bukan hanya anak saya) bisa merasa bahagia ketika bermain dan belajar bersama saya di halaman rumah. Pun merasa bahagia ketika belajar dimana saja. Seperti kutipan kata penulis buku Sokola Rimba "Setiap orang adalah guru. Alam Raya sekolahku" c. Perhatikan 3 aspek dimensi waktu di bawah ini dan isilah: 1. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose) Saya ingin menjadi ibu profesional yang penuh cinta yang dicintai anak-anak dan suami juga mampu menurunkan semua ilmu yang saya miliki ke sebanyak-banyaknya orang agar menjadi ilmu yang bermanfaat. Berharap menjadi amal jariyah yang kebaikannya tetap mengalir meski saya sudah berada di alam lain. Dan berharap mendapat ridhoNya dalam setiap aktifitas. 2.Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan ( strategic plan) Saya ingin dikenal sebagai ibu guru dan fasilitator ramah anak sehingga saya berusaha terus mencari ilmu bagaimana menjadi guru yang menyenangkan berikut metode pengajaran dan fasilitas yang dapat dijangkau oleh semua orang tanpa dipungut biaya. Dan menebar sebanyak-banyak ilmu yang saya miliki kepada tetangga sekitar maupun orang lain. 3. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun ( new year resolution) Selama setahun ini saya ingin menerapkan "1 week 1 outdoor fun activities" yang melibatkan anak dan anak-anak tetangga. agar selalu semangat belajar sambil bermain. Karena dunia anak adalah dunia bermain. Dan tugas guru yg menyenangkan adalah menciptakan suasana yg nyaman, aura bahagia namun tetap melibatkan Allah SWT dalam setiap aktifitas. "Mulailah dengan PERUBAHAN, karena pilihannya hanya satu BERUBAH atau KALAH." Salam Ibu Profesional, /Tim Matrikulsi IIP/ Ok, bismillah... Segala ilmu yang didapat sungguh tak memiliki arti jika tanpa praktek. Maka mari melangkah setahap demi setahap dengan mempraktekkan ilmu.
1 note
·
View note
Text
Tahapan Menuju Bunda Produktif - NHW 7 Matrikulasi iip
Tahapan Menuju Bunda Produktif - Rejeki Itu Pasti, Kemuliaan Harus Dicari
NHW 7 - Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #4
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim…
Ok tugas kali ini saya akui cukup menyenangkan. Dan karena beberapa hal, saya tidak ingin lagi terlambat mengumpulkan tugas. Walau hanya 6 menit seperti NHW 6 kemarin.
Inti dari NHW 7 adalah Melihat potensi diri dengan tes bakat. Dari tes bakat ini akan terlihat kekuatan kita dimana dan kelemahan kita dimana. Dan berikutnya adalah memastikan kita melakukan aktifitas-aktifitas yang dapat meningkatkan kekuatan kita. Nah untuk lebih jelasnya maka kita diajarkan untuk mengisi kuadran aktivitas.
Hubungannya antara tes bakat dan kuadran aktifitas apa? Monggo silahkan dibaca di :
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiP0cWqtoTVAhUBr5QKHTrgDOsQFggiMAA&url=http%3A%2F%2Fabahrama.com%2Fleadpro%2Ffiles%2FHasilAsesmenTALENTSMAPPING.pdf&usg=AFQjCNG2XeipAWvU6L2BuLAGSeL8EXndeg
OK karena keterbatasan waktu, saya langsung saja share NHW 7 sekaligus menjawabnya (^_^)
Dan ini hasil tes bakat saya

DIAN AYU KURNIA JAYANTI, anda adalah orang yang suka dengan angka dan data , anda kurang yakin akan sesuatu yang sifatnya intuitif kecuali kalau anda juga punya bakat lainnya yang intuitif, selalu berpikir "pasti ada jalan dan atau cara yang lebih baik", selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat kemajuan orang, analitis, teliti & suka mengumpulkan informasi, senang memotivasi dengan berbagai cara ada yang melalui sifat periangnya ada yang melalui sifat empatinya ada juga karena selalu ingin memajukan orang lain, pekerja keras, fokus, perfeksionis dalam hal hasil, teliti , senang ngotak-ngatik mengembalikan sesuatu ke fungsi semula.
Yup. Kurang lebih begitulah saya. Saya juga heran, kenapa setiap saat saya suka sekali menghitung semuanya. Bahkan dalam membaca dan menulis saya punya kebiasaan ‘aneh’ yang cukup mengganggu saya. Yaitu menghitung jumlah huruf yang saya baca atau tulis. Membuat saya membaca lebih lambat dari orang lain L
Iya saya juga sering mengambil kesimpulan berdasarkan data. Jika info kurang data, saya kurang suka. Tapi kalau info yang sampai ke saya disertai data. Seperti info-info yang diberikan bu Elly Risman. Saya langsung happy dan dengan mudah menerima info tersebut tanpa meng-kroscek kebenarannya.
Untuk kalimat selalu berpikir "pasti ada jalan dan atau cara yang lebih baik". Bener banget… ini yang membuat saya lambat dalam mengerjakan tugas apapun. Selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan jalan yang lebih baik. Semoga saya selalu semangat memperbaiki diri. Bismillah…
Hihihi… Benar sekali saya suka mengumpulkan informasi dan senang memotivasi. Bagi saya jika ada sahabat, saudara atau teman yang curhat ke saya. Akan saya jaga rapat rahasia-rahasianya. Dan dengan semangat menggebu-gebu memotivasi. Sayang sekali masih perlu disertai ilmu agama. Karena sejatinya dalam memotivasi diperlukan dasar-dasar agama yang kuat.
Seharusnya saya bisa memotivasi dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang ada. Nyatanya, saya belum hafal Al-Qur’an dan hadits-hadits yang berkaitan dengan problematika yang dihadapi. Bahagianya saya pernah belajar membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih jelas saat mengajar di SDIT Ibnu Hajar Balikpapan. Oleh sahabat saya yang sekaligus adalah wakil kurikulum (sekarang katanya sudah jadi kepsek), saya diajarkan cara membuat RPP dengan baik dan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. Saat itulah saya menemukan website yang dapat memandu kita dalam mencari rujukan ayat Al-Qur’an dan hadits. Nama website favorite saya ini adalah http://www.quranterjemah.com/?=quran.pencarian.show&cari=1 tapi sayang sepertinya website ini tidak aktif lagi. Saya masih mencari website lain yang bias dijadikan alat bantu saya untuk mencari ayat al-qur’an dan hadits dengan mudah.
Saya suka sekali memotivasi karena saya senang melihat orang lain berkembang. Dan benar saya selalu ingin memajukan orang lain. Mungkin itulah mengapa meskipun saya lulusan kehutanan, tapi sejak SD bercita-cita menjadi guru. Dan sangat menikmati saat-saat menjadi guru. Tantangan bagi saya saat ini adalah menjadi guru, fasilitator, mentor sekaligus motivator yang menyenangkan bagi kedua anak saya.
senang memotivasi dengan berbagai cara ada yang melalui sifat periangnya ada yang melalui sifat empatinya ada juga karena selalu ingin memajukan orang lain, pekerja keras, fokus, perfeksionis dalam hal hasil, teliti , senang ngotak-ngatik mengembalikan sesuatu ke fungsi semula
Yup. Perfeksionis. Suami saya yang dominan otak kanan sejati, hampir selalu mengeluhkan saya yang perfeksionis. Bahkan tata letak pakaian untuk dijemur, tahapan mencuci pun harus sesuai dengan apa yang saya fikirkan. Misalnya kaos dalam harus diletakkan di bagian tengah kitiran karena sifat kainnya lebih cepat kering dibandingkan pakaian yang lain. Di antara satu pakaian tebal harus diselipkan kain tipis. Agar ketika dijemur, semua kering sempurna dan berbarengan. Yang bikin saya stress sendiri saat berhadapan dengan waktu. Saya maunya memotong dengan irisan yang sama persis semua irisan wortel. Tapi, saya tidak mampu karena memang susah sekali menyamakan teknik. Hahahaha… . that’s why I don’t like cooking. Sebenarnya suka. Tapi lebih karena gak telaten. Gak sabar jika hasil tidak maksimal atau jika rasanya tidak seperti yang saya bayangkan. Saya terlalu sering mentargetkan sempurna pada setiap hasil. Padahal yang terpenting adalah proses untuk memperbaiki segala hal. Perlu ilmu ikhlas nih saya.
Buatlah kuadran aktivitas Anda, boleh lebih dari 1 aktivitas di setiap kuadran.
Kuadran 1 : Aktivitas yang Anda SUKA dan Anda BISA
Kuadran 2 : Aktivitas yang Anda SUKA tetapi Anda TIDAK BISA
Kuadran 3 : Aktivitas yang Anda TIDAK SUKA tetapi Anda BISA
Kuadran 4: Aktivitas yang Anda TIDAK SUKA dan Anda TIDAK BISA

Oke demikian tugas saya. Belum sempurna. Tapi setidaknya saya berusaha mengenali diri saya.
*_Menjadi produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya_*
Seorang ibu yang produktif itu agar bisa, 1. menambah syukur,
2. menegakkan taat
3. berbagi manfaat.
*_Rejeki tidak selalu terletak dalam pekerjaan kita, Allah berkuasa meletakkan sekendak-Nya_*
Maka segala yang bunda kerjakan di Bunda Produktif ini adalah sebuah ikhtiar, yang wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh (Profesional). Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya.
Rejeki itu datangnya dari arah tak terduga, untuk seorang ibu yang menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dan selalu bertaqwa
Maka sekarang, jalankan saja yang anda BISA dan SUKA tanpa pikir panjang, karena Allah pasti punya maksud tertentu ketika memberikan kepada kita sebuah kemampuan. Apabila kita jalankan terus menerus, kemungkinan itulah misi hidup kita.
Sumber bacaan :
- https://amaliarahmah.com/2017/03/11/menata-prioritas-nhw-7-matrikulasi-iip/
- http://bahagiajadiibu.blogspot.co.id/2017/03/talent-mapping.html
- https://ummifikriblog.wordpress.com/2016/12/01/nhw7-menjadi-bunda-produktif/
0 notes
Text
Materi Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #4, sesi #7 REJEKI ITU PASTI, KEMULIAAN HARUS DICARI
Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #4, sesi #7 REJEKI ITU PASTI, KEMULIAAN HARUS DICARI Alhamdulillah setelah melewati dua tahapan “Bunda Sayang” dan “Bunda Cekatan” dalam proses pemantasan diri seorang ibu dalam memegang amanah-Nya, kini sampailah kita pada tahapan “Bunda Produktif”. Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR” Sehingga muncul semangat yang luar biasa dalam menjalani hidup ini bersama keluarga dan sang buah hati. Para Ibu di kelas Bunda Produktif memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki. Mungkin kita tidak tahu dimana rejeki kita, tapi rejeki akan tahu dimana kita berada. Sang Maha Memberi Rejeki sedang memerintahkannya untuk menuju diri kita” _Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya, demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar_ Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah _bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga_ Semua pengalaman para Ibu Profesional di Bunda Produktif ini, adalah bagian aktivitas amalan para bunda untuk meningkatkan sebuah *KEMULIAAN* hidup. “Karena REJEKI itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI” Apakah dengan aktifnya kita sebagai ibu di dunia produktif akan meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga? Kalau jawabannya” iya”, lanjutkan. Kalau jawabannya” tidak” kita perlu menguatkan pilar “bunda sayang” dan “bunda cekatan”, sebelum masuk ke pilar ketiga yaitu “bunda produktif”. Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita. Maka Bunda produktif di Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang bermanfaat bagi banyak orang. Menjadi Bunda Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan kita. Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu sampai berpikiran bahwa rejeki yang hadir di rumah ini karena pekerjaan kita. Menjadi produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya Seorang ibu yang produktif itu agar bisa, 1⃣menambah syukur, 2⃣menegakkan taat 3⃣berbagi manfaat. Rejeki tidak selalu terletak dalam pekerjaan kita, Allah berkuasa meletakkan sekendak-Nya Maka segala yang bunda kerjakan di Bunda Produktif ini adalah sebuah ikhtiar, yang wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh (Profesional). Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya. Rejeki itu datangnya dari arah tak terduga, untuk seorang ibu yang menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dan selalu bertaqwa. Rejeki hanya akan menempuh jalan yang halal, maka para Bunda Produktif perlu menjaga sikap saat menjemputnya, Ketika sudah mendapatkannya ,jawab pertanyaan berikutnya “ Buat Apa?”. Karena apa yang kita berikan ke anak-anak dan keluarga, halalnya akan dihisab dan haramnya akan diazab. Salam Ibu Profesional, /Tim Matrikulasi Ibu Profesional/ Sumber Bacaan: _Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014_ _Ahmad Ghozali, Cashflow Muslim, Jakarta, 2010_ _Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015 https://youtu.be/gKtHg9g3BZ0
0 notes