Text
Dear Allah,,,
Engkau tau bahwa aku jarang bercerita kepada makhlukmu.
Baik itu senang maupun sedih atau hal" yang sering bergemuruh di kepalaku.
Engkau tau bahwa selama ini kau tempat satu" nya untuk ku bercerita senang maupun sedih.
Maka someday ketika kau izinkan diri ini diberi umur panjang. Pertemukan dan jodohkanlah aku dengan seorang yang kelak bisa menjadi teman, kakak, ayah bagiku ya Allah.
Menjadi tempat kedua bagiku bercerita setelah engkau. Seseorang sangat taat kepadaMu, RasulMu dan bersaling kasih sayang dengan mahklukMu.
Dan dari engkau izinkan satukan kami, semoga kebaikan dan keberkahan bukan hanya melimpahi kami tetapi juga melimpah kepada orang" disekitar kami juga orang" yang kami sayang.
10 November 2022
5 notes
·
View notes
Text
Setiap kebaikan apapun yang kau lakukan jika itu tujuannya Allah maka balasan apapun yang kau terima tak lantas membuatmu berhenti berbuat kebaikan, karena kau tau balasan yang terbaik yang kau tunggu hanya dariNya.
0 notes
Photo

Wanita dan kekhawatirannya ~ . . 📝@jndmmsyhd https://www.instagram.com/p/CD_fpLnBP5-/?igshid=1avebfunb05jb
1 note
·
View note
Text
Kita Kalah Bukan Karena Musuh Kuat
Edgar Hamas | @edgarhamas | t.me/tulisanedgar | edgarhamas.tumblr.com
Syaikh Muhammad Al Ghazali suatu kali berkata, kira-kira begini, "Kaum Muslimin saat ini kalah bukan karena zionis kuat. Tapi karena Umat ini yang sedang lemah."
Beliau mengumpamakan, "bukan musuh yang menjelma singa, tapi kita sendirilah yang menyusutkan diri jadi domba."
Sebab jatuhnya umat ini, sebagaimana ditulis Dr Abdul Halim Uwais dalam Buku 'Studi Runtuhnya 30 Negeri Islam', seringkali dilandasi faktor internal daripada eksternal.
Andalusia contohnya. Runtuh bukan karena kaum muslimin tak berdaya, melainkan justru perpecahan di saat jaya.
Maka untuk berdaya lagi, tak melulu kita menyalahkan kekuatan-kekuatan eksternal yang menggebuk kita —meski memang itu salah satu faktornya— melainkan mestilah naik kelas.
Malik bin Nabi mengatakan, umat ini tidak bisa berobat jika belum benar mendeteksi penyakitnya sendiri.
Salah satu obat penawar yang seringkali menjadi resep para Ulama dan pemimpin untuk kembali bangkit adalah dengan membangun persatuan.
Persatuan ide, persatuan frekuensi. Persatuan visi, persatuan fokus Qadhiyah (problematika). Dan semua bakat harus diajak untuk berkolaborasi.
Ulama dengan tinta dan ajarannya. Pemimpin dengan kebijakan yang terang sesuai inspirasi Nabi. Sang seniman dengan syair-syair penggubah semangat, seorang bisnisman dengan kekuatan finansialnya.
Hingga seorang ibu yang tiap hari mengisahkan cerita kebangkitan pada anak-anaknya.
Kolaborasi ini nyata terlihat dan terasa ketika Baitul Maqdis akan dibebaskan di era Nuruddin Zanki hingga Shalahuddin. Untuk membangkitkan umat, tak perlu semua orang.
Cukup orang-orang yang jadi simpul-simpul umat, maka ia seperti generator penggerak mesin umat buat bergerak.
"Kemenangan itu ada syaratnya, dan kejatuhan itu ada sebabnya." Itu yang dijelaskan oleh Dr Raghib Sirjani ketika mentadabburi ayat "Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah..." (QS 3:137)
Mari kita belajar dari sejarah untuk mencari resep-resep kebangkitan itu.
241 notes
·
View notes
Text
Mengagumi Lewat Tulisan
Dulu pernah ada yang bercerita soal menunggu cintanya dari bait-bait tulisan, tidak berani untuk menyapa secara langsung atau menghubungi lewat sarana canggih yang sudah bertebaran. Cintanya unik, dia tidak meminta untuk lebih, meskipun tidak ada jaminan takdir akan mempertemukan di akhir cerita.
Menunggu tulisan yang terbit dari halaman sosial media, terasa cukup baginya, sembari mendoakan kebaikan-kebaikan untuknya. Tidak sakit saat tidak terbalasnya rasa, dan tidak terbang saat tulisannya terasa seperti untuknya. Ada, cara mencintai yang unik dan terjaga, saya pun ikut tersenyum-senyum saat menyimak ceritanya. Indah.
Begitulah indahnya takdir Allah, pada akhirnya ia dipertemukan dengan sang penulis, mengaruhi lautan pernikahan yang dulu sempat ia bayangkan. Ada rasa kaget juga senang, tapi skenario Allah itu tidak akan tertebak, selalu menjadi rahasia, dan pada akhirnya kita semua akan memainkan doa-doa terbaik untuk masa depan.
Langkanya hari ini, saat banyak dari mereka yang bertemu lewat sosial media, mengagumi lalu mengungkapkannya, berbuah pada hubungan yang berkelanjutan tapi tanpa ada kepastian, tarik ulur sebuah hubungan layaknya layang-layang dan bayangan. Semua bisa memilih alur ceritanya sendiri, sebagaimana nanti kita akan dimintai pertanggung jawaban masing-masing dari cara hidup kita.
Memperbaiki jalan cerita itu dimulai dari memperbaiki hubungan dengan sang pencipta.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
21:26
"Dek, semenjak ada aplikasi tik-t*k, fitnahnya wanita makin luar biasa ya"
(berfikir sejenak) "Iyaa ustadzah"
Beliau melanjutkan "Bayangkan dek, dulu wanita foto senyum di depan kamera saja sudah menimbulkan fitnah, sekarang ditambah lagi mereka joget-joget seperti tak ada malu".
(Kami terdiam, merenung)
Beliau kembali melanjutkan "kira-kira jika Rasulullah ﷺ sekarang ada di tengah-tengah kita dan melihat kondisi wanita sekarang, gimana ya"
*deggg* tiba-tiba mataku mendung mendengar nama Rasulullah ﷺ disebut.
"Rasulullah ﷺ pasti akan kecewa sekali dengan ummatnya ustadzah" kataku sambil mulai menahan tangis.
"Benar dek, dahulu Rasulullah ﷺ bersama para sahabat sangat menghargai dan menghormati wanita, terkhusus para muslimah. Lalu sekarang di media sosial dengan bangganya mereka berjoget diiringi musik dan tidak mempedulikan identitasnya sebagai muslimah"
(Mataku mulai basah)
"Saya penasaran dek, jika kelak bertemu Rasulullah ﷺ apakah mereka masih pede menyebut diri mereka ummat Rasulullah?" kini mata ustadzah yang mulai basah
🥀🥀🥀
kemudian percakapan itu terhenti dengan tangisan dua orang wanita yang rindu dengan Nabinya.
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.
133 notes
·
View notes
Text
Nabi Adam as: The Story of Repentance
Kata pepatah, guru terbaik adalah pengalaman. Sayangnya, kita sering lupa bahwa nggak hanya dari pengalaman pribadi namun kita juga bisa belajar dari pengalaman hidup orang lain. Misalnya belajar lewat obrolan dengan teman, biografi, sejarah, dan dari sumber terbaik yaitu pengalaman para nabi yang dikisahkan dalam al-Quran. Banyak sekali kisah para nabi dan orang-orang shalih disana. Kita bisa mulai dari yang pertama, kakeknya umat manusia, Nabi Adam as.
Ada dua pelajaran yang membekas setelah kelas oleh Ustadzah ‘Alimatunnisa yang kuikuti selesai. Pertama, dari banyak nikmat halal yang Allah beri, manusia tetap ingin mencoba sesuatu yang haram. Padahal sangat jelas kalau hal-hal yang haram lebih sedikit jumlahnya.
Ujian bagi Nabi Adam as saat itu hanya berasal dari satu buah pohon. Bayangkan saja, diantara banyak nikmat yang ada di surga (surga loh, ya ampun), yang ngga boleh hanya satu. Kalau kita bercermin pada kehidupan hari ini, kondisinya masih sama. Diantara banyak jenis minuman: jus buah-buahan, teh, kopi, dsb yang haram hanya khamr. Diantara banyak hewan yang Allah sediakan di laut dan di darat, hanya beberapa yang haram (babi, bertaring, hidup di dua alam, dsb). Tapi, masih aja ada yang iseng coba-coba. Pun diantara banyak teman yang bisa kita ajak mengobrol, partner yang bisa kolaborasi bareng, masih aja pengen, cari-cari alasan, atau coba-coba hubungan yang ngga bener.
Kita sering beralasan nggak bisa memilih. Padahal kita menjadi lebih istimewa dari para malaikat karena punya pilihan.
Pelajaran kedua adalah, ketika menggoda manusia, iblis hanya berbisik. blis nggak memetikkan buah untuk nabi Adam as lalu tiba-tiba menaruh buah tersebut di depan matanya. Iblis nggak kampanye, Iblis nggak memerintah dengan teriakan, Iblis juga nggak memaksa dengan mencelakai kita. Iblis hanya berbisik. Iblis tuh sabar. Dia mengikuti kita kemana pun, dan awas banget begitu kita lupa sama Allah. Konsistensi iblis membujuk manusia luar biasa. Cara marketingnya, memasarkan sesuatu yang salah hingga terasa benar untuk kita, patut dikasih jempol.
Iblis hanya berbisik. Sedangkan kita terlalu lemah hingga mudah sekali tergoda hanya dengan bisikannya. Padahal “It’s only a matter of having courage and making effort to stay in the right path” kata Garcia dan Mirrales dalam bukunya Ikigai. Terkadang, bertahan bukan hanya diam dan menonton segala hal terus berjalan. Justru sebaliknya, bertahan berarti bergerak. Kita baru sadar kalau kita kuat jika sudah berhasil menapaki langkah selanjutnya. Kita akan bisa paham kalau Allah selalu menguatkan, tepat saat kita memutuskan bergerak untuk menghadapi ujian berikutnya.
Semoga, kita termasuk orang-orang yang tabah dan nggak berhenti berusaha.
Februari 2020
92 notes
·
View notes
Text
1. Orang Islam Indonesia tidak pernah mempermasalahkan sekolah biarawati katholik (dimana siswi-nya semua pakai pakaian biarawati)
2. Orang Islam Indonesia tidak pernah mempermasalahkan sekolah Minggu milik umat Kristen Protestan.
3. Orang Islam Indonesia tidak pernah mempermasalahkan sekolah Hindu Dharma.
4. Orang Islam Indonesia tidak pernah mengatakan "kalau mau menerapkan ajaran Kristen SONO KE BETLEHEM SAJA ! ini Indonesia ! bukan Tanah Perjanjian !"
5. Orang Islam Indonesia tidak pernah mengatakan "kalau mau menerapkan ajaran Hindu, SONO KE INDIA AJA ! Ini Indonesia bukan Hindustan !"
6. Orang Islam Indonesia tidak pernah mengatakan "Kalau mau menerapkan ajaran Buddha SONO KE TIBET AJA ! ini Indonesia bukan China !"
Tapi orang KAFIR, FASIK, dan MUNAFIK ketika melihat Muslim mengamalkan ajaran Islam, mereka berlomba-lomba mengatakan "SONO KE ARAB SAJA !"
Kenapa orang KAFIR dan MUNAFIK selalu sewot ketika melihat Sekolah Islam ?
Kenapa orang KAFIR dan MUNAFIK selalu sewot ketika melihat Orang Islam menerapkan Ajaran Islam ?
Jawabannya sudah jelas di Al Qur'an :
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. [QS. al-Baqarah (2) : 120]
Apapun yang mereka lakukan, mereka tidak akan mampu menghilangkan Islam, karena sudah janji Allah subhana huwata'ala :
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya."
[QS. Ash-Shaff : 8]
والله تعالی اعلم
https://t.me/kajiansalaf_id
Diambil dari laman FB Tri Marhaendri
289 notes
·
View notes
Text

Banyak pertanyaan dari novel ini krn ternyata ceritanya bersambung ..
Banyak hikmah yg dapat di ambil dalam novel ini .. tentang menerima takdir yang Allah berikan dengan lapang dan penuh syukur.
Tentang bagaimanakah seorang lelaki sebagai pemimpin di keluarga .
Tentang seperti apakah adab ketika bersama Ulama . Tentang adab bergaul dengan lawan jenis .
Tentang bagaimana bermualah dengan baik kepada masyarakat, dan masih banyak lagi.
Barakallahufikum buat Kang Abik yang telah membuat novel ini semoga makin banyak anak mudah yang membacanya karena cerita novelnya penuh ibroh yang bisa diambil .
0 notes
Text
Hal-hal yang sering kita sepelekan ternyata hal tersebut sangat berarti bagi seseorang disana .
Fatimah azzahrah
10 notes
·
View notes
Quote
Kau tahu apa yang menyebabkan Uwais Al-Qarni dikenal oleh penduduk langit?
Ia tahu bagaimana ia harus bersikap terhadap ibunya. Ia paham bagaimana memperlakukan ibunya. Ia sadar memposisikan diri sebagai anak terhadap ibunya.
kau bukan orang yang sempurna, demikian pula ibumu. Maka tak pantas rasanya kau menuntut kesempurnaan itu ada pada ibumu.
kau bukan anak yang sempurna untuk kedua orangtuamu. Maka tak selayaknya kau meminta ibu dan ayahmu bersikap sempurna terhadapmu.
Belajarlah sekali lagi perihal keteladanan dari seorang Uwais Al-Qarni. Bagaimana ia bisa memposisikan adabnya terhadap ibunya.
Meski para penduduk bumi tak mengenalnya, namun namanya harum dan terkenal di kalangan penduduk langit.
Perhatikanlah kembali bagaimana musti bersikap dan berakhlak baik terhadap keduanya (orangtua).
Sebanyak apapun gelar yang ada dibelakang namamu, seterkenal apapun kau diluar rumahmu, sehebat apapun dirimu, tetaplah. Tetaplah statusmu adalah seorang anak dari kedua orangtuamu. Yang mana baktimu dan kesholihammu adalah harapan mereka.
Tidak,. Sesungguhnya mereka tidak akan menuntut banyak darimu. Tidak hartamu, tidak rupamu, tidak kepintaranmu, tidak terkenalnya kamu dikalanganmu, melainkan satu. Bakti dan kesholihanmu kepada mereka.
Permintaan mereka sederhana, dan seharunya kau sebagai anak bisa mewujudkannya.
Menjadi sholih adalah cara terbaik untuk membalas kebaikan mereka. Meski sampai kapanpun hal itu tidak akan pernah bisa digantikan dengan apapun jua.
Setidaknya, menjadi anak sholih adalah satu point bagaimana kau memposisikan diri. Dengan berlemah lembut, dengan berkasih sayang, dengan mentaati nasihat selama tidak menyekutukan Allah, dan point yang paling penting adalah dengan tidak berkata “ah, uh” ataupun membentak keduanya.
Sekali kau menghentak mereka, maka luluh lah perasaan mereka, hancurlah hati mereka dan tumpalah tangisan mereka. Bukan sebab bentakanmu, tapi sebab ketidakpercayaan mereka kau bersikap demikian terhadap keduanya.
Jadilah Uwais Al-Qorni abad ke 21, meski seluruh penduduk bumi tak mengenalmu, namun penduduk langit memujimu sebab kesungguhanmu berbakti terhadap kedua orangtuamu.
Jika dipagi hari ini kau masih mendapati kedua pintu surga terbuka lebar untukmu, dan keduanya dalam keadaan sehat, maka temui mereka. Minimal telponlah mereka disela sela kesibukamu.
Jika hari ini kaumendapati satu pintu surga masih terbuka untukmu. Maka bersegeralah menanyakan kabarnya, menengok kerutan keriput di wajahnya. Tanyalah keluhannya, maka akan kau dapati doa-doa kebaikan untukmu.
Namun jika hari ini tak kau dapati pintu surga terbuka untukmu dari keduanya. Maka doakanlah kebaikan dan tempat terbaik di sisi-Nya. Sebab doa adalah wujud sebaik-baik rindu yang dapat ditunaikan.
“Ya Allah, ampunilah dosa kedua orangtuaku. Kasih dan sayangilah mereka sebagaimana mereka mengasihi dan menyayangiku diwaktu kecil.”
Semoga Ayah dan Ibu selalu disayang Allah..
((Self Reminder)) - Ibn Syams
(via quraners)
2K notes
·
View notes
Text
Bersyukur sebab ia tidak terlihat dekat dengan siapapun, bahkan tidak ada yang mengcie-ciekan dirinya dengan siapapun. Seperti itulah caraNya menjaga kehormatannya , izzah-nya.
Tidak Terlihat Dekat dengan Siapapun
Diskusi QuarterLifeCrisis beberapa hari yang lalu masih seputar dunia jodoh. Mungkin bagi teman-teman yang belum mengalami, atau sudah melewati, obrolan semacam ini bisa dianggap membosankan. Tapi bagi yang sedang mengalami, mendiskusikannya dan berusaha mencari jawaban yang menenangkan adalah sebuah proses penting untuk melewati fase tersebut. Salah satunya dengan curhat.
Salah satu teman kami berkesah, setiap kali pulang atau orang tuanya menelpon, sering ditanya sudah punya pacar atau belum (karena orang tuanya tidak tahu kalau anaknya tidak mau pacaran), atau dengan candaan guyonan dari teman-teman yang lain tentang seputar tersebut. Orang tuanya pun seringkali bertanya, kapan rencana menikah? Sudah ada calonnya belum? Atau dalam kalimat-kalimat tidak langsung seperti, “Wah ini undangan ke rumah banyak banget dari teman-teman SD mu, mereka sudah menikah ya, kayak masih kecil kok udah mau nikah aja.” dan lain-lain.
Sementara teman kami ini, ia sama sekali tidak terlihat dekat dengan siapapun. Sama sekali. Bahkan ketika kami tanya, “Emang nggak ada cowok yang lagi pdkt gitu?” Jawabnya, “Enggak ada”. Juga pertanyaan lain yang sejenis,”Nah, lagi deket sama siapa gitu? Meski dia nggak pdkt?” Jawabnya masih sama, “Enggak ada”.
Dan karena ketidak-adaan inilah yang mungkin juga membuat orangtuanya bertanya-tanya, kok anaknya nggak pernah cerita suka sama siapa, atau lagi dekat sama siapa, atau ada yang pdkt dan gimana? Sementara teman-teman sebaya lainnya bahkan sudah ada yang maju melamar, meski pada akhirnya belum juga menikah.
Usianya sudah cukup matang (dalam standar orang tuanya) untuk masuk ke fase berikutnya. Juga mungkin karena melihat anaknya yang santai-santai aja, cenderung biasa-biasa aja dalam menanggapi hal tsb. Semakin membuat orangtuanya cemas.
Terlepas dari semua itu, terlepas dari sikap cueknya dan kesan biasa-biasanya ini. Teman kami bercerita kepada kami, kalau pada akhirnya dia juga berpikir. Berpikir tentang kenapa dia tidak terlihat dekat dengan siapapun? Enggak ada yang pdkt sama dia, apa enggak ada yang tertarik? Menurut kami, aneh kalau tidak ada yang tertarik dengan perempuan semandiri dan semanis dia.
Sampai pada akhirnya, diskusi panjang tanpa solusi itu berakhir dengan sebuah konklusi, barangkali itu adalah cara Allah menjaganya (terutama setelah ia berhijrah dan memutuskan untuk enggak pacaran), barangkali itu adalah bentuk perlindungan, menyingkirkan laki-laki yang mau mendekatinya tapi tidak dalam levelnya. Dan tentu saja sudah bisa kami tebak, dengan salah satu sifat tegas yang dia miliki, laki-laki kalau cuma mau pdkt untuk pacaran pasti sudah ditendangnya jauh-jauh.
Dan akhirnya, hal terbaik yang bisa manusia lakukan atas apa yang terjadi dalam hidupnya adalah bersyukur. Bersyukur sebab ia tidak terlihat dekat dengan siapapun, bahkan tidak ada yang mencie-ciekan dirinya dengan siapapun. Seperti itulah caraNya menjaga kehormatannya, izzah-nya
Yogyakarta, 17 Oktober 2017 | ©kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Text
Masa depan cerah tidak minta syarat macam-macam, tak perlu kamu alumni mana atau kamu anak siapa, hanya kerja keras dan do'a yang tak pernah tuntas.
— Taufik Aulia
1K notes
·
View notes
Text
Jatuh cinta itu fitrahnya manusia. Selanjutnya bagaimana menyalurkan rasa cinta tersebut . " tidaklah aku melihat seseorang yang sedang jatuh cinta melainkan pernikahanlah jalan keluarnya. Ya .. Menikahlah karena itu satu-satunya jalan yang diridhoi oleh ALLAH . Bukan dengan jalan yang ia murkai ( pacaran ) .
Fatimah azzahrah
1 note
·
View note
Text

Suatu saat dirimu akan mengerti, mengapa dia tidak menyapa atau juga tidak mengucapkan kalimat-kalimat indah ataupun candaan yang membuatmu tertawa bahagia. Suatu saat dirimu akan mengerti, mengapa dia bersikap seolah tidak peduli. Bahkan dirimu tidak tahu bahwa dalam doa-nya pun dia begitu menjaga agar tidak menyebut namamu, karena dia ingin menjaga agar syaithan tidak sampai mengganggunya. Hanya mempercayakan pada Sang Penggenggam hati, dan yakin bahwa DIA Maha Tahu, siapa yang dirinya maksud. Apalagi di sosial media, namamu tak tercecer di sana, meski jemarinya ingin sekali menuliskannya, agar seluruh dunia tahu kalau dia begitu menyayangimu. Suatu saat dirimu akan mengerti, mengapa dia harus menjauh; menciptakan jarak yang membuat hatinya semakin teriris. Sebab biar bagaimana pun, membahagiakanmu, melindungimu dan selalu dekat denganmu adalah mimpinya. Dia hanya berharap kepada sumber segala harap, Rabb-nya. Dan menjauh sejenak adalah ikhtiar untuk menjadikan mimpi itu nyata di suatu hari kelak. Suatu saat kamu akan mengerti, tentang hakikat cinta. Bahwa cinta adalah menjauh jika belum terikat ikatan suci. Dengan ini, semoga Allah-lah yang menuntun dirimu dan dirinya untuk saling bertemu di suatu tempat. Tempat itu adalah saat pengucapan akad yang 'surga menjadi hiasan' di sekelilingnya. Jikapun tidak dipertemukan di dunia, harapan terbesarnya adalah bersatu di surga-Nya, tempat segala rahmat dan kenikmatan abadi berada. Menjauh atau mendekat. Melepaskan atau menggenggam. Menjaga jarak atau memeluk erat. Apa dan bagaimana pun caranya, namanya tetap cinta, bukan? Perbedaannya adalah cinta yang berasal dari-Nya adalah suci dan tidak memperturutkan nafsu sebelum 'dihalalkan' atas ridha-Nya. Dia yang memilih menjauh dulu, bukan sekedar mencintaimu; dia juga ingin menjadi seseorang yang menghormati dan memuliakanmu. Suatu saat.. ya, suatu saat dirimu akan mengerti. Bahwa sebelum perasaannya sampai kepadamu, hanya Allah tempatnya untuk menyampaikan rasa. Maafkan dia, jika dia tersembunyi dibalik doa-doa malamnya. Kata-kata indah tak mampu ia ucap, namun Allah tahu.. cintanya lebih berwarna dari yang kau kira.
Repost @islamqna
0 notes
Text
Cinta itu menenangkan Cinta itu mendamaikan Cinta itu bukan hanya tentang " Aku mencintaimu , lalu maukah kamu menjadi pacarku ?" Tetapi Cinta itu menjaga Cinta itu melindungi Cinta itu tentang bagaimana "Aku" dan "kamu" bersama-sama menjalin hubungan dijalan yang ridho-Nya (Pernikahan ) dan hanya ridho-Nyalah yang menjadi tujuannya.
Fatimah Azzahrah
1 note
·
View note