Tumgik
bacabuku · 23 hours
Text
[Revolusi Glukosa] - Jessie Inchaupse
Gilak buku ini menarik bangettt. Seperti judulnya, buku ini membahas segala macam a sampai z tentang glukosa. Kayak lagi belajar biologi jaman SMA, tapi jauh lebih menarik. Mungkin karna cara penyampaian penulis. Di buku ini banyak diberikan pengandaian dan perumpamaan yang bikin kita jadi lebih ngerti. Sistematika kerja molekul atau sel yang kayaknya ribet pas pelajaran biologi dulu juga disampaikan dengan bahasa yang sederhana di buku ini.
Bagi sebagian besar di antara kita, tubuh kita adalah kotak hitam: kita tahu fungsinya tapi tidak tahu cara kerja persisnya.
Bermula dari sebuah kecelakaan yang dialami penulis di masa remajanya, yang setelahnya membuat dia merasa "berjarak" dari tubuhnya. Ada momen dia merasa tubuhnya itu bukan milik dia, dia nggak mengenali tubuhnya. Maksudnya tuh kayak ada momen-momen dia nggak tahu kenapa kok tiba2 moodnya down, kenapa badannya ngerasa lelah terus2an, dan kenapa2 lainnya.
Tapi menurutku perumpamaan yang penulis berikan bahwa tubuh kita ini serupa kotak hitam kok aku relate banget ya. Pasti ada kan momen banyak pertanyaan tentang tubuh kita yang kita juga nggak tahu jawabannya. Pernah nih tiba2 sakit perut banget, tiba2 kepala pusing, atau siklus menstruasi nggak lancar di bulan tertentu. Nah buku ini mencoba sedikit menjawab bahwa kondisi fisik dan mental kita itu sedikit banyak ada peran dari glukosa. Biar kualitas hidup kita saat ini bisa lebih meningkat lagi, bahkan kalaupun hari ini kita sehat2 saja. Paling enggak untuk menurunkan resiko penyakit di kemudian hari.
Masalah utamanya bukan glukosanya (glukosa atau gula ya?). Gula atau glukosa kan dibutuhkan untuk bahan bakar sel supaya kita berenergi. Masalah utamanya adalah lonjakan glukosa, yaitu kondisi dimana tadinya jumlah glukosa yang beredar di darah kita normal (atau biasa disebut kadar glukosa saat puasa) kemudian tiba-tiba melonjak tinggi karna sesuatu yang baru kita makan. Kemudian habis lonjakan tinggi itu dia turun lagi (ada yang sampai level di bawah normal). Jadi kurva glukosa yang naik turun dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya itulah yang berdampak buruk buat kondisi fisik dan mental kita.
Menurut buku ini, efek jangka pendek lonjakan glukosa tadi bikin kita lapar terus, bawaannya pengen ngemil, terus2an ngerasa capek, tidur nggak nyenyak, fungsi otak berkurang. Efek jangka panjangnya lumayan juga: jerawat, penuaan, alzheimer, meningkatkan resiko kanker, bahkan meningkatkan resiko depresi. Kalau dipikir2 aneh ya, kenapa kadar glukosa jadi ngaruh ke depresi ya? Di buku ini sih bilang kelebihan glukosa bikin otak kewalahan. Soalnya dari semua organ, otak lah yang paling banyak menggunakan energi (energi didapat dari glukosa). Tapi kalau lonjakan glukosa berulang2 malah bikin sel2 di otak jadi stres. Ya meskipun glukosa itu sumber energi tapi semua yang berlebihan tetep aja nggak baik ya kan.
Pokoknya visi besarnya adalah jangan sampai ada lonjakan2 ekstrim glukosa di tubuh kita. Pokoknya kita harus bikin kadar glukosa kita itu ada di kurva yang datar. Maksudnya kalau pun kadar glukosa naik habis kita makan sesuatu ya naiknya jangan ekstrim langsung banget gitu, dan turunnya juga jangan sampai di bawah normal. Buku ini selanjutnya memaparkan tips-tips dan kiat-kiat untuk "mendatarkan kurva glukosa" kita. Lumayan banyak sih tipsnya, dipaparkan juga pengalaman orang-orang yang hidupnya jadi jauh lebih baik setelah melakukan beberapa tips untuk mendatarkan kurva glukosanya. Tips dan kiat-kiat nya bisa dibaca sendiri di bukunya yah, kebanyakan kalau ditulis disini wkwk.
Tapi tips yang paling menarik adalah mengubah urutan makan. Jadi dengan makanan yang sama, tapi urutan makannya berbeda, itu bisa mengurangi lonjakan si glukosa tadi. Makan sandwich yang sayur, daging, roti dimakan jadi satu itu lonjakan glukosanya akan lebih ekstrim dibanding makan sandwich satu persatu bagian berdasarkan urutan tertentu. Gimana urutan yang seharusnya? Yang pertama adalah serat (sayur), lanjut protein dan lemak (daging), nah yang mengandung glukosa (roti) dimakan paling akhir.
Jika kita memakan komponen-komponen dalam hidangan yang mengandung pati, serat, gula, protein, dan lemak sesuai urutan tertentu, kita mengurangi lonjakan glukosa total sebesar 73%, sekaligus mengurangi lonjakan insulin sebesar 48%.
Menarik banget gak siih. Aku kira kalo udah masuk ke perut tuh yaudah semua makanan campur-campur jadi satu kan. Jadi ya gabakal ngaruh gitu urutan2 makanan. Penjelasan dibuku ini menarik banget sih (sayang banget di ipusnas nggak bisa di screenshot). Pokoknya penulis memvisualisasikan lambung kita nih ibarat wastafel dan usus kecil adalah saluran air di bawah wastafel. Semua yang kita makan mendarat di wastafel terus masuk ke pipa saluran air, dipecah-pecah, terus masuk ke aliran darah. Tiap menit, makan senilai 3 kalori mengucur dari wastafel ke pipa (proses pengosongan lambung).
Kalau yang mendarat duluan itu pati atau gula, senyawa-senyawa ini masuk ke usus kecil dengan sangat cepat. Di sana, senyawa-senyawa ini dipecah2 jadi molekul glukosa dan masuk ke aliran darah dengan sangat cepat. Lonjakan glukosa pun tercipta. Nah, beda ceritanya kalau serat dulu yang dimakan. Serat ini punya tiga kelebihan: Pertama, serat mengurangi aktivitas enzim yang memecah pati jadi glukosa. Kedua, serat memperlambat pengosongan lambung (makanan mengucur lebih lambat dari wastafel ke pipa). Terakhir, serat menciptakan massa kental di usus kecil, massa kental ini menjadikan glukosa lebih sulit masuk ke aliran darah. Melalui ketiga mekanisme ini serat memperlambat pemecahan dan penyerapan glukosa ke aliran darah sehingga kadar glukosa di darah kita pun nggak akan tiba2 melonjak ekstrim. Alhasil kurva glukosa kita bisa didatarkan. Kalau di bukunya ada ilustrasi gambarnya juga deh bisa lebih mudah dimengerti.
Ada juga tips harus bergerak setelah makan, lebih mending makan makanan penutup (yang dimakan sesaat setelah makan besar) daripada ngemil (yang dimakan beberapa jam setelah makan besar yaitu ketika perut kosong), kalau pun pengen ngemil maka pilih cemilan yang gurih jangan yang manis. Dan lain-lain penjelasan dan alasan ilmiahnya bisa dibaca di buku hehehe.
Balik lagi ke urutan makan tadi, kalau di Indonesia kayaknya agak sulit gak sih penerapannya. Soalnya kan biasanya kita makan nasi sayur dan lauk jadi satu kan. Kayak aneh dan nggak kebayang aja sih kalau makan sayur dulu di depan, baru lauknya, terus nasinya terakhir gitu (?). Karna excited sama buku ini langsung aku praktekkan di makan siangku kemarin. Baru sekali sih jadi belum kelihatan efeknya. Tapiii nasinya jadi nggak abis karna makan nasi doang tanpa lauk itu agak2 zzzz.
Yaudah sih wkwk, buku ini selalu menekankan untuk memilih apapun yang mudah buat kita. Mendatarkan kurva glukosa ini harusnya dilakukan dengan menyenangkan jangan malah bikin stres. Jadi yaudah kalau dirasa menyulitkan ya gausah dilakuin. Aku kemarin kebetulan lagi pengen melakukan sesuatu yang beda dari biasanya aja. Soalnya, di hidup ini, kadang-kadang kita butuh melakukan sesuatu di luar rutinitas biar hidup ini nggak terasa monoton dan membosankan banget ya gaa wkwk.
Okelah kita sudahi saja review ini sebelum semakin kemana2. Buku ini ada di ipusnas tapi lumayan rebutan huhu. Kemarin juga untung2an tiba2 kok ya ada stocknya 1 biji. Ya gapapa antri aja dulu siapa tahu dapat kan. Selamat mengantri dan selamat membaca~~
Tumblr media
1 note · View note
bacabuku · 4 days
Text
[Sekolah Di Atas Bukit] - The Nature Conservacy
Bagussss bangett terharu huhu. Jadi libur tiga hari kemarin kupakai jalan-jalan ke Kaltim (tepatnya Berau) lewat buku ini. Buku kumpulan pengalaman yang ditulis oleh pekerja konservasi di The Nature Conservacy (TNC) ini bener-bener ngasih gambaran yang cukup lengkap tentang apa-apa aja yang dilakukan para pegiat konservasi lingkungan. Yang paling menarik tentu aja pas bagian jalan-jalan masuk hutan, entah untuk survey atau mengantar peneliti dari mancanegara.
Perjalanan ini bukanlah kunjungan pertamaku ke hutan lindung ini. Tetapi di hati selalu terbersit rasa bahagia dan rindu akan suasana hutan. Tak tahan rasanya untuk segera tiba di sana, menikmati kedamaian dan kesejukannya.
Rasanya ikut damai dan tentram waktu membaca deskripsi pemandangan hijaunya Hutan Lindung Sungai Lesan. Ikut ngos2an waktu menyusuri hutan yang jalannya terjal dan mendaki. Ikut deg2an waktu membayangkan seorang diri di dalam hutan yang sunyi dan gelap. Ikut sedih waktu ada salah seorang warga yang memburu dan memakan daging orangutan karna mereka tidak tahu kalau orangutan itu ternyata di lindungi. Dan ikut terharu waktu ada nelayan yang memutuskan berhenti menangkap ikan dengan bom karna itu merusak ekosistem laut.
Tuh kan buku ini lengkap banget. Segala macam pengalaman yang dirasakan oleh berbagai pekerja di TNC diceritakan panjang kali lebar. Mulai dari sulitnya melakukan pengambilan data di dalam hutan, berbagai pelatihan dan pendidikan yang TNC berikan untuk warga sekitar dan sekolah2 (supaya mereka lebih melek dan peduli pada isu lingkungan), dilanjutkan berbagai diskusi dan konsolidasi yang TNC lakukan baik di konferensi internasional, di aparat pemerintah, di perusahaan pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan), sampai ke nelayan dan ekosistem laut di Berau. Semuanya di lakukan hanya supaya kelestarian alam terjaga. Sehingga anak cucu kita di masa depan nanti juga dapat merasakan alam seperti yang saat ini kita rasakan.
Staf TNC di lapangan memang ujung tombak TNC dalam melakukan program konservasi, namun para staf yang melakukan tugas-tugas konservasi dari balik meja memberikan dorongan tenaga yang kuat agar tombak itu dapat melayang tinggi dan menancap sejauh yang diinginkan TNC.
Buku ini ngasih banyak pengetahuan tentang konservasi alam, perubahan iklim, emisi karbon. Banyak banget yang aku dapat dari buku ini, misalnya perusahaan kehutanan itu harusnya punya suatu peta pemanenan yang bisa membantu mereka memetakan pohon mana yang akan mereka tebang. Kemudian alat yang digunakan untuk memotong pohonnya juga bukan pakai buldoser yang panjang pisaunya lima meter itu. Soalnya kalau nggak ada peta pemanenan yang jelas nanti buldoser yang buat nebang pohon tadi malah nggak jelas kan rute jalannya kemana. Jadi udah boros bahan bakar, banyak pohon yang masih muda juga jadi ikut ketebang sama pisau buldoser tadi. Buku ini juga menjabarkan tentang emisi karbon. Soalnya di Indonesia tahun 2005 emisi karbon dari penggundulan hutan itu adalah yang paling besar (sampai 48 persen!).
Nggak cuma ngomongin pengalaman di dalam hutan, buku ini juga menceritakan perjuangan Indonesia dan TNC pada konferensi internasional tentang perubahan iklim. Ada suatu skema yang diperjuangkan TNC untuk mengalihkan sebagian utang Indonesia menjadi dana hibah konservasi untuk menjalankan proyek pelestarian alam. Juga diceritakan bagaimana kemajuan ekonomi yang diciptakan negara-negara maju justru berdampak negatif pada negara lainnya.
Butterfly effect menggambarkan bagaimana satu kesalahan kecil yang dilakukan pemerintah atau masyarakat akan menimbulkan bencana pada masa mendatang. Bagaimana bubuhan tanda tangan pena pemerintah pada selembar surat izin konsesi hutan untuk tambang atau perkebunan sawit akan memberi dampak merusak yang besar.
Aduh pokoknya lengkap bangettt, nggak bisa diceritain semua disini. Kalau aku selesai baca buku ini jadi agak lumayan mikir sedikit (wkwk bukan overthinking ya karna sedikit aja thinking-nya). Di salah satu bagian buku dikatakan bahwa perusahaan dan warga mau ikut serta dalam program yang digaungkan TNC karna mereka berharap mendapatkan insentifnya. Sebagai manusia biasa, aku juga tidak memungkiri kalau dibalik semua hal yang aku lakukan pasti aku mengharapkan imbalan. Tapi kenapa gitu ya, kenapa kita gak bisa turut serta ambil peran dalam pelestarian lingkungan semata karna kita menyadari bahwa alam ini anugerah Allah yang mesti kita jaga. Kenapa kesadaran itu aja nggak cukup untuk jadi alasan kita melakukan sesuatu?
Tapi aku sedih karna aku juga nggak pernah ngapa-ngapain. Bahkan sesederhana meminimalisir penggunaan tissue, plastik dan kertas bungkus nasi misalnya. Padahal aku kan punya pilihan untuk pakai lap aja daripada tissue, bawa totebag biar gausah pakai plastik, bawa tempat makan biar gausah dibungkus kertas. Itu kan sebenernya hal-hal sederhana yang kalau dilakukan dengan konsisten bisa berdampak kok. Kalau pun nggak berdampak ke dunia ya paling nggak berdampak untuk diriku sendiri. Iya kan syah? Gimana sih aku ini.
Ohya dan satu lagii, lewat buku ini aku jadi tahu ada pekerjaan yang namanya pekerja konservasi, peneliti di bagian konservasi (ada banyak sih ada yang bagian survey orangutan, peneliti untuk peta pemanenan hutan) macem-macem dan kayaknya seruu! Kenapa ya dulu pas SMA pilihan pekerjaan di masa depan rasanya sempit sekali, padahal kalau mau membuka mata lebih lebar kayaknya banyak loh pilihan2nya. Cuma ya itu udah telatt wkwk.
Oke sekian review panjang kali lebar ini, semoga jadi memotivasi untuk ikut serta mengambil peran dalam menjaga lingkungan. Buku bagus wajib banget dibaca ini mah, ada di ipusnas nggak antri, happy reading!
Tumblr media
2 notes · View notes
bacabuku · 13 days
Text
[Brianna dan Bottomwise] - Andrea Hirata
Hueee terharu~ Novel ini sekali lagi meneguhkan kedudukannya Andrea Hirata sebagai penulis terfavoritku sepanjang masa. Kalau diperhatikan hampir semua novelnya Andrea Hirata itu menyuarakan hal yang mirip. Tentang kekuatan dan keberanian untuk bermimpi. Dan novel ini juga punya nafas yang sama.
Garis besar ceritanya, tentang seorang musisi -John Musiciante- yang kehilangan gitarnya, yang kemudian meminta tolong kepada Bottomwise, seorang detektif swasta, untuk menemukan gitarnya. Dari situ kemudian lembar demi lembar novel ini membawa pembaca ke berbagai macam tempat, berkenalan dengan berbagai macam manusia, dan memetik pembelajaran dari semua itu.
Hampir mirip juga dengan novel Andrea Hirata yang lain, novel ini punya alur yang sulit diikuti. Ada banyak tokoh baru yang dimunculkan di setiap babnya, mungkin kita jadi agak kesulitan menjahit benang merah antara bab satu dengan bab lainnya. Tapi kalau menurutku justru disitu letak keseruannya. Andrea Hirata juga masih konsisten dengan kritik-kritik tipis misalnya tentang korupsi. Dan yang paling aku suka adalah humor-humor yang diselipkan Andrea Hirata pada situasi serius yang diceritakan di novel. Gak jarang selama baca novel jadi terngakak2 sendiri.
Dan puncak dari semua itu tentu saja kalimat penutup cerita:
Detektif swasta perempuan yang tangguh itu tak mau kelihatan lemah, karena itu dia berkacama hitam. Dia pun ingin tampak berani untuk mimpi besarnya yang lain, sebab, seperti Sadman Orkes Man, dia pun tahu bahwa mereka yang melupakan mimpi-mimpinya akan bangun tidur setiap pagi, dalam keadaan kalah.
Jujur, selesai baca novel ini rasanya terharu terus patah hati gitu. Entah karena novelnya udah selesai, atau karna aku iri sama tokoh-tokoh di novel. Cuma fiksi sih, tapi kegigihan tokoh-tokoh itu untuk mencapai mimpi-mimpinya itu sesuatu banget. Aku iri karena tokoh-tokoh fiksi itu punya keberanian untuk mengejar mimpinya.
Tengoklah Sadman. Mimpinya untuk jadi musisi dari SMP dirawatnya dengan baik. Bahkan ketika rasanya nggak mungkin dan nggak ada peluang sama sekali. Bahkan meski butuh waktu 17 tahun untuk betulan mewujudkan mimpinya. Pertama kali orkes Sadman tampil, mereka bahkan nggak diijinkan menyelesaikan lagunya (saking ancurnya). Pernah dicabut paksa kabelnya pas tampil, dikasih job-job sisa, jadi cadangan untuk diundang ngisi acara. Sampai tiba suatu masa, setelah kegigihan Sadman dan kawan-kawannya untuk terus memperjuangkan orkes mereka, akhirnya orkes mereka diundang ngisi acara sebagai pilihan pertama. Bukan lagi job sisaan, cadangan, atau pilihan terakhir.
Tengok juga Bottomwise dan bagaimana kegigihannya dalam perjuangannya mewujudkan mimpinya untuk menemukan gitar Musiciante. Berpuluh kota didatangi, berpuluh pelabuhan dikunjungi. Badannya kurus, kelelahan, kurang istirahat. Dua tahun hidupnya dihabiskan di jalanan, berpindah dari satu kota ke kota lain. Sampai pada suatu masa ketika gitar itu akhirnya benar-benar ditemukannya dan betapa bahagianya dia ketika akhirnya bisa mengembalikan gitar itu kepada John Musiciante. Pemenuhan atas janji dan mimpinya.
Novel ini lagi-lagi menyadarkan bahwa mewujudkan mimpi itu emang nggak pernah mudah, nggak bisa instan. Tapi lihat kan, selalu ada akhir baik untuk mereka yang tidak menyerah pada mimpinya. Jadi.. ayo semangat!
Tumblr media
4 notes · View notes
bacabuku · 27 days
Text
[Gadis Minimarket - Convenience Store Woman] - Murata Sayaka
Jujur, lumayan agak bingung ya menceritakan novel ini. Garis besar novel sebenernya sederhana saja, tentang seorang gadis -namanya Keiko, yang dianggap dan menganggap dirinya "tidak normal". Kemudian satu-satunya cara yang membuat Keiko merasa bisa menjadi "normal" adalah dengan menjadi pegawai minimarket. Kenapa pegawai minimarket? Karena dia merasa menjadi pegawai minimarket ini punya buku panduan dan tutorial yang jelas dan terstruktur harus gimana. Harus bertingkah laku seperti apa, bagaimana cara melayani pelanggan, cara berekspresi, dan semuanya lengkap A sampai Z. Jadi, Keiko merasa dia hanya perlu mengikuti buku panduan itu. Dan dari situlah dia merasa menjadi manusia normal yang berguna, paling nggak untuk minimarket, pelanggannya, dan pegawai toko lainnya.
Di novel nggak diceritakan sih Keiko ini sakit apa. Yang jelas beberapa kali dikatakan dia aneh, tidak normal, dan dia harus sembuh. Spoiler ya, di bab2 awal, si Keiko ini emang agak lain gitu pola pikir dan tingkah lakunya. Cenderung ke sadis-psikopat. Dia kayak nggak punya kemampuan untuk menakar sesuatu itu baik atau tidak menurut norma yang berlaku. Dan ketika dia jelas2 berbuat salah (menurut norma) dia bingung dan nggak tahu dimana letak kesalahannya. Nah mungkin ini yang bikin dia merasa menjadi manusia ketika kerja jadi pegawai minimarket. Soalnya ada buku panduan yang terstruktur jadi dia tahu mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan buku panduan pegawai tadi.
Tapi kan kehidupan dia ga cuma berputar di pegawai minimarket? Dia masih adalah bagian dari masyarakat, seorang perempuan lajang berusia 36 tahun yang menghabiskan 18 tahun hidupnya dengan bekerja part time di minimarket. Masalahnya, masyarakat atau society punya pandangan dan tuntutan yang berbeda. Perempuan umur 36 tahun dan belum menikah, dianggap aneh. Perempuan umur 36 tahun dan tidak punya pekerjaan tetap, dipandang tidak normal. Pertanyaannya adalah darimana ukuran normal-tidak normal itu berasal?
Selama kita memakai topeng manusia normal, dan bertingkah laku sesuai panduan, kita tak akan diusir dari desa. Dan kita tak akan dianggap gangguan.
Iya kan? Kepikiran nggak sih bahwa kita hidup di dunia yang menerapkan berbagai aturan baik-buruk; benar-salah; harusnya dilakukan-harusnya dihindari; tanpa pernah benar2 berpikir dan memahami darimana aturan2 itu berasal. Dan seringkali, apa yang dianggap benar-baik-harus dilakukan adalah apa yang mayoritas masyarakat lakukan. Bukan apa yang benar-benar baik. Kalau kita hidup di masyarakat yang baik, maka standar kita jadi benar. Tapi kalau kita hidup di masyarakat yang buruk, maka standar kita bisa jadi salah.
Di sesi komen di ipusnas banyak yang bilang novel ini membuka mata kita tentang betapa kejamnya society. Kita dituntut untuk sama dengan kebanyakan orang, yang kalau pilihan kita berbeda maka kita akan dikucilkan dan dipandang "aneh". Padahal, pilihan Keiko untuk tidak menikah dan hanya hidup menjadi pegawai part time di minimarket itu kan nggak salah dan nggak merugikan siapapun.
Aku tak ingin melakukan apa-apa seumur hidup. Aku hanya ingin bernapas sampai mati tanpa siapapun mencampuri urusanku. Cuma itu keinginanku.
Tapi kagum dikit sama Keiko dan totalitasnya sebagai pegawai minimarket. Yaa meskipun di akhir2 jadi agak berlebihan sih. Tapi novel ini memberikan gambaran yang detail banget tentang kerja di minimarket. Jadi tahu kalau kerja di minimarket itu nggak sesederhana itu. Perencanaannya panjang dan detail, kayak suhu udara, kondisi lingkungan di sekitar minimarket, tata letak barang, semuanya harus dipertimbangkan matang2 biar dapet keuntungan yang maksimum. Keren banget. Lumayan ngasih sudut pandang orang2 yang berencana punya minimarket wkwk.
Stock nya ada banyak di ipusnas jadi gabakal antri. Selamat membaca~
Btw, sebagai muslim buku ini tidak relate karna kita selalu punya panduan hidup yang timeless dan gak terpengaruh sama society. Ya kan??
Tumblr media
2 notes · View notes
bacabuku · 3 months
Text
[Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim] - Salim A. Fillah
Buku terakhir yang aku baca sampai berurai air mata :". Buku lama, bukunya Ustad Salim A. Fillah yang judulnya Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim. Kayaknya bakal jadi salah satu buku yang wajib punya cetaknya dan harus sering-sering dibaca ulang. Aku sendiri udah pernah khatam buku ini pas jaman SMA atau kuliah lupa deh. Jujur, sekarang udah gak terlalu inget juga buku ini bahas apa aja :'', makanya waktu nemu buku ini di rak buku di rumah akhirnya kuputuskan untuk kubaca ulang.
Tumblr media
Dulu, yang bikin aku pengen banget beli buku ini adalah judul dan quote di cover depannya. Nggak tahu ya setiap baca kata-kata Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim itu ada yang berdesir di dada. Kayak, takut banget nggak sih kalau orang2 lihat kita justru meragukan keislaman kita karna kita sama sekali nggak mencerminkan seorang muslim.
Btw, buku ini belum selesai kubaca ulang. pengen mendalami banget isi bukunya jadi nggak mau buru-buru aja (kedok, padahal mah emang lagi males aja). Tapii kebetulan waktu asal buka bukunya malah nemu satu part pembahasan di buku yang kemudian bikin aku sesengukan.
Tumblr media Tumblr media
Aku kira, dengan kehidupanku yang sekarang (jadi pegawai di salah satu lembaga pemerintah), aku sudah cukup. Tapi satu part pembahasan di buku itu justru bilang, Rasulullah mengajarkan bahwa menjadi pengusaha, businessman, berwirausaha adalah hal yang harus menjadi cita-cita seorang muslim, bukan self employee apalagi employee murni. Satu saja kalimat itu kemudian membuat air mataku mengalir.
Waktu itu aku lagi di posisi banyak banget kerjaan di kantor sampai 24 jam waktuku habis untuk kerja. Aku pernah berangkat jam setengah 7 pagi, pernah pulang jam 9 malem, sabtu minggu buka laptop, bahkan mimpi-mimpi dalam tidurku pun tentang pekerjaan. Hanya untuk kemudian menyadari bahwa apa yang aku lakukan ternyata jauh sekali dari apa yang Rasulullah ajarkan, jauh sekali dari cita-cita seorang muslim.
Setelah membaca satu part itu, aku masih jadi pegawai di lembaga pemerintah. Masih sering overwork karna kerjaan nggak abis-abis. Masih menjalani 7.30 sampai 16.00 ku berulang-ulang. Tapi aku ingin, suatu hari nanti aku bisa mengikuti apa yang Rasulullah ajarkan sebagai cita-cita seorang muslim.
Yah ada bagian yang bener sih di part itu, bahwa menjadi pegawai mengurangi keberserahan diri kita kepada Allah karna kita punya kepastian gaji dan lain lain. Tapi dalam kasusku aku justru merasa paling dekat dan berserah kepada Allah waktu lagi banyak kerjaan. Misalnya waktu menghadapi responden yang sulit didata, aku jadi rajin berdoa supaya Allah melembutkan hati responden itu. Atau waktu harus ke lapangan yang jauh dan jalannya jelek, aku berdoa supaya motorku nggak tiba2 mogok atau bocor di tengah jalan. Juga waktu lagi padat2nya deadline dan semua agenda bertabrakan, aku berdoa supaya Allah lancarkan semuanya. Aku percaya, kalau bersamaNya semuanya akan baik-baik saja.
Bagian paling tidak menyenangkan dari menjadi muslim dan menjadi pegawai adalah waktu kita tidak fleksibel. Contohnya waktu Ramadhan kemarin. Kalau jadi pengusaha mungkin bisa mengatur waktu sedemikian rupa agar satu bulan Ramadhan bisa fokus beribadah. Kalau jadi pegawai, mana bisa~~
Baiklah sekian curhat berkedok review ini, semoga ada hal baik yang bisa diambil :)
5 notes · View notes
bacabuku · 4 months
Text
[Bertemu Dewasa] - Farah Qoonita
Mohon maapp ini juga bukan dari ipusnas, soalnya mata lagi agak2 perih kalo kelamaan maen hape jadi lagi ngurangin screen time, heuheu.
Buku ini adalah buku keempatnya teh Qoonit. Ini bukan novel sih, lebih ke kayak self development mungkin yak? Entahlah. Teh Qoonit sih mendeskripsikan buku ini sebagai kumpulan tulisan hikmah tentang beranjak dewasa. Tapi seriusan, baca buku ini rasanya kayak ditampar2, ditusuk2 di hati. Jadi bukan jenis buku self development yang ngepuk2in kita, tapi justru menampar2 biar kita membuka mata, bangun dari tidur yang panjang ini, dan mulai bergerak :""
Kalo dari sudut pandangku buku ini bagusss banget, tulisan2nya banyak yg relate. Beberapa tulisan bikin kita terdiam, beberapa bikin kita berlinang air mata, beberapa bikin kita bertekad untuk jadi lebih baik. Biasanya sih, di detik waktu kita baca tulisan itu semangat dan tekad untuk jadi lebih baik itu tiba2 memuncak setinggi angkasa. Eeh terus begitu ditutup bukunya, terus kita maen hape sambil rebahan, semangat dan tekad yang tadi langsung hilang entah kemana.
Terus gimana dong? Yaudah dibaca lagi aja bukunya. Baca terus, baca lagi, baca berulang-ulang. Sampai ketika membacanya lagi nggak memberikan efek ditampar atau ditusuk lagi, karna kita udah melaksanakan apa yang ditulis di buku :"). Semoga yah, semoga kita bisa konsisten.
Di fase hidup yang lagi dihadapkan sama banyak pertanyaan, kegundahan, kekhawatiran, terus dipertemukan dengan buku ini, rasanya jadi diingatkan kembali tentang tujuan besar kita hidup di dunia. Jadi setelah ditampar2 dan ditusuk2 di hati, buku ini seperti menyiramkan air ke dalam hati yang gersang dan kering: menyejukkan~.
Tumblr media
Btw suka banget sama kata pengantarnya Teh Qoonit, relate 1000%. Dia mengibaratkan hidup ini kayak sebuah perahu. Waktu kita kecil perahu itu dikendalikan sama orang tua kita. Segala ombak, hujan, badai, petir, atau bahkan tsunami, segalanya dihadapi dan diselesaikan oleh orang tua kita. Pokoknya kita tahunya makan, tidur, main, sekolah, udah terima jadi aja. Baru deh pas kita dewasa kita dilepas dari perahu orang tua kita, kita menjalankan dan berlayar di perahu kita sendiri. Baru kita sadar betapa hidup ini ternyata berat banget :(. Nyamannya perahu pas kita kecil dulu itu ternyata karena kerja2 orang tua agar anak2nya bahagia. (Peluk jauh umi abii :""))
Buku ini bisa dibeli di shopee tokopedia dan berbagai marketplace lainnya. Linknya ada di instgramnya Teh Qoonit. Coba search aja namanya Farah Qoonita gitu, nanti pasti ketemu deh. Selamat mengumpulkan banyak2 pembelajaran sembari berlayar di laut lepas~~
Tumblr media
5 notes · View notes
bacabuku · 5 months
Text
[Guru Aini] - Andrea Hirata
Disclaimer: novel ini juga belum ada di ipusnas. Terus kebetulan lupaa ngefoto bukunya monmaap~
Seperti biasa, novel karangan Andrea Hirata memang tidak pernah mengecewakan. Novelnya kali ini bercerita tentang seorang guru dan idealismenya. Diceritakan, betapa keras kepalanya seorang Guru Desi, guru muda yang baru lulus perguruan tinggi dengan niat tulus mengabdi. Tujuan hidupnya adalah menemukan seorang genius matematika untuk mendongkrak semangat belajar anak-anak kampung itu.
Sayangnya, Guru Desi malah dipertemukan dengan Aini. Gadis kampung yang begitu traumanya pada matematika sampai selalu sakit perut setiap pelajaran matematika. Namun sejak ayahnya jatuh sakit dan dia bercita-cita dokter demi menyembuhkan sakit ayahnya, Aini mulai mencoba berkawan dengan matematika.
Yang menarik dari semua karya Andrea Hirata adalah caranya menggambarkan karakter tokoh dan seluruh adegan di buku. Andrea Hirata membuat semua kalimat di bukunya harus dibaca, tidak ada yang boleh terlewat. Karena semua kalimatnya bermakna. Tahu maksudku, kan. Kadang kita suka skip-skip kalo lagi baca buku. Tapi, kalo bukunya Andrea Hirata itu nggak bisa di skip-skip. Bener-bener harus dibaca seluruhnya supaya dapat pemaknaan yang lebih dalam.
Kalau dari jalan cerita sebenernya nggak jauh beda sama kebanyakan karya beliau. Tentang kegigihan, keras kepala, seputar itu. Akhir ceritanya juga hampir bisa ditebak. Tapi karena cara Andrea Hirata menggambarkan ceritanya, rasanya jadi tetap ingin membaca sampai selesai.
Ada banyak kalimat di bukunya yang begitu dalam maknanya. Meski disampaikan dengan kocak, maknanya masih bisa tersampaikan dengan baik. Semacam perasaan terdiam yang tidak bisa didefinisikan karena setiap membacanya membuat pembaca berpikir dan merenung kemana-mana. Berikut beberapa kutipan yang aku maksud:
“Tak pernahkah kau lelah menjadi seorang idealis, Desi?” tanya Guru Laila.
“Lelah, Laila, tapi tanpa idealisme, aku akan lebih lelah. Tanpa idealisme, orang akan hidup dengan menipu diri sendiri, dan tak ada yang lebih lelah dari hidup menipu diri sendiri”
Betapa hatinya senang karena pelajaran matematika dari Guru Desi sore ini mungkin lebih penting dari bab-bab lanjutan dalam buku kalkulus itu, salah satu pelajaran paling berharga dalam kehidupan: keberanian.
Dinah merasa sangat getir. Seharusnya anak yang cerdas tak lahir dari keluarga morat-marit seperti ini, dan tak punya cita-cita tinggi, karena hal itu nanti hanya akan menghancurkan hati anak itu sendiri. Hari ini Dinah menyesali hidupnya sebagai orang miskin.
“Murid-murid lain mengangguk-angguk meski tak mengerti karena malu dituduh bodoh. Aini berdiri dan berkata lantang, aku tak mengerti! Dia tak pernah menutupi kebodohannya, dia tak pernah munafik, dan dia akan terus mengejar satu materi sampai dia benar-benar mengerti. “
Dan lain-lain, sila dibaca sendiri bukunya.
Salah seorang pembaca berkomentar bahwa buku ini sangat patut dibaca mereka yang ingin belajar. Buku ini memberikan insight bagaimana seharusnya seorang pembelajar. Gigih, dan tidak pernah menyerah. Tengoklah Aini, sebelumnya ia hanyalah pecundang matematika. Ketika dia telah membulatkan tekadnya dan mengerahkan segala daya dan upaya untuk belajar matematika, keadaan berbalik 180 derajat. Pecundang matematika yang nilai ulangannya selalu 0 atau 1, selalu sakit perut setiap berhadapan dengan soal matematika, selalu kena dampratan Guru Desi karena tidak paham apapun, berubah menjadi seorang genius matematika. Ternyata belajar membuat semua hal menjadi mungkin. Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan, kata Andrea Hirata.
Juga tentang idealisme. Bahwa hidup dengan memegang erat-erat idealisme memang melelahkan, lelah yang membahagiakan. Tapi hidup tanpa idealisme jauh lebih melelahkan, lelah yang menyedihkan. Meski seiring bertambahnya usia, pasti semakin mengikis idealisme. Kata Tan Malaka, idealisme adalah kemewahan yang hanya dimiliki oleh pemuda. Namun, mengutip kata seorang teman, hidup itu cuma sekali, jadi akan sayang sekali kalau hidup yang cuma sekali ini justru kita pakai untuk menipu diri sendiri. Setidaknya, hiduplah sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini, untuk meminimalisir penyesalan di masa-masa jauh ke depan.
2 notes · View notes
bacabuku · 5 months
Text
Pada hubungan dengan Allah, cinta adalah level terendah seorang hamba. Level tertingginya adalah ridho. Ridho adalah absolute accept, 100% menerima. Dengan penerimaan yang tentram dan tenang, bukan dengan penerimaan yang terpaksa. Sehingga pada apapun yang Allah tetapkan dan takdirkan, kita ridho padaNya. Dan pada apapun yang kita lakukan di dunia ini, hanya supaya Allah ridho pada kita.
Sehingga kita berharap, termasuk ke dalam orang-orang yang dipanggilNya dengan mesra di akhir QS Al Fajr "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan di ridhoiNya.."
1 note · View note
bacabuku · 5 months
Text
[MFA2024] Beyond Your Perception - Indriana Rezkia
Ketika sudah memasuki dunia kerja, ada hal-hal yang intensitasnya menjadi berkurang, bahkan berganti dengan kebiasaan lainnya. Ketika aktivitas di pekerjaan sudah cukup menyita waktu, terkadang ada amal-amal yang biasa kita lakukan, tergeser dengan keadaan. Jika dahulu kita berjuang dengan lingkungan yang memadai untuk beramal sesering mungkin, bisa jadi sekarang kita berada pada lingkungan yang…
Tumblr media
View On WordPress
9 notes · View notes
bacabuku · 6 months
Text
[Teruslah Bodoh Jangan Pintar] - Tere Liye
Udah penasaran banget sama buku ini gara2 liat twitnya koh ernest, katanya ini pertama kali seumur hidupnya baca novel tanpa jeda dari halaman pertama sampai halaman terakhir. Tapi ini belum ada di ipusnas yak, berhubung adek w baru beli novel ini ya gapapa kita review disini~
Habis baca novel ini, rasanya nggak bisa digambarkan. Terlalu sesak. Apalagi sejak tinggal di Kalimantan, realitas yang diceritakan di novel terasa lebih dekat, lebih nyata. Sehingga aku justru butuh banyak jeda untuk menyelesaikan novelnya, saking sesaknya.
Novel ini dekat sekali dengan kita. Mungkin karna riset yang panjang dan mendalam dari si penulis. Atau karna memang ini beneran terjadi di dunia nyata? -yah, meskipun penulis bilang sendiri novel ini hanya fiksi.
Ada suatu quote di suatu buku -bukan di novel ini- katanya dunia ini terlalu sedikit bahkan tidak cukup kalau untuk memenuhi keserakahan hidup seorang manusia saja. Terutama pada orang-orang di atas sana, aku penasaran sih, apa yang sesungguhnya mereka kejar? Padahal kan kalau meninggal nanti, semuanya di tinggal. Kekayaan, bisnis, rumah, kebun, duit ber triliun2 itu, semuanya ditinggal kan? Kenapa kok mengejar kekayaan sampai sebegitunya? Buat apa? Entahlah.
Novel ini harus banget dibaca sih, paling enggak untuk membuka mata kita, bahwa negeri ini emang nggak baik-baik aja.
Tumblr media
1 note · View note
bacabuku · 7 months
Text
[Funiculi Funicula] - Toshikazu Kawaguchi
Btw, novel ini belum ada di ipusnas tapi minjem punya temen, jadi ngga papa lah ya di review disini.
Heartwarming sekali~ kayaknya salah satu novel yang banyak di rekomendasikan sama penghuni twitter. Baca novel ini rasanya agak mirip sama Keajaiban di Toko Kelontong Namiya. Mungkin karna penulisnya sama-sama orang Jepang.
Garis besar novel ini adalah tentang sebuah kafe tua yang konon katanya memiliki keajaiban untuk membawa pengunjungnya menjelajahi waktu. Namun, ada banyak sekali peraturan yang harus diingat dan dipenuhi oleh mereka yang ingin kembali ke masa lalu maupun mengintip masa depan.
Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?
Sinopsis di sampul belakang novel bikin mikir banget. Iya kan? Dari sudut pandangku, semua orang yang ingin kembali ke masa lalu selalu berangkat dari pertanyaan: apakah ada sesuatu di masa lalu yang menyisakan penyesalan dan ingin diubah? Maka, kalau hasil perjalanan kembali ke masa lalu itu justru tidak mengubah apapun, untuk apa dijalani? Nah, jawabannya silahkan dicari sendiri di novel :D
Barangkali setiap peristiwa yang terjadi di hidup kita itu, sesungguhnya hanya bergantung pada bagaimana kita memandang peristiwa itu. Apa-apa yang kita anggap peristiwa buruk dan meninggalkan penyesalan atau perasaan bersalah yang mendalam, sebenarnya hanya soal sudut pandang kita pada peristiwa itu. Ketika sudut pandang kita bisa berubah menjadi positif, mungkin hati kita akan lebih lapang di dalam menerima apapun takdir yang digariskan kepada kita. Sehingga lebih ikhlas menjalani kehidupan ini.
Manusia tidak melihat dan mendengar sesuatu secara objektif. Segala sesuatu yang tertangkap mata dan telinga akan terdistorsi banyak faktor dalam benak manusia, seperti pengalaman, pikiran, keadaan, khayalan, prasangka, pilihan, pengetahuan, kesadaran, dan sensasi-sensasi lain.
Novel ini mengajarkan betapa berharganya kehidupan. Menyadari bahwa betapa tidak mungkinnya untuk kita bisa kembali ke masa lalu mungkin dapat membuka mata kita untuk betul-betul menghargai masa kini, betul-betul menghargai hari ini. Dan menyadari bahwa apa-apa yang kita miliki saat ini: kesehatan, kesempatan, orang-orang di sekitar kita, barangkali memang tidak akan datang dua kali. Membisikkan kepada kita untuk hidup seutuhnya, tanpa menyesali apapun.
Tumblr media
2 notes · View notes
bacabuku · 8 months
Text
[The Book of Ikigai: Make Life Worth Living] - Ken Mogi, Ph.D
Ikigai terkadang diekspresikan sebagai "alasan untuk bangun di pagi hari". Ikigai-lah yang memberi Anda motivasi berkelanjutan untuk menjalani hidup Anda, atau busa juga dibilang bahwa ikigai-lah yang memberikan gairah hidup yang membuat Anda bersemangat menyambut setiap hari baru.
Sebenernya buku ini buku lama, tapi baru kelar kubaca sekarang. Dulu sekali, terminologi ikigai baru kutahu dari sampul buku ini. Habis itu kakakku pernah menjabarkan konsep lain dari ikigai (bahwa ikigai adalah irisan dari hobi-bakat-minat-cita2-kesenangan hidup-dll). Pokoknya kakakku bilang ikigainya Abi adalah anak2nya. Dan itu tercermin dari bagaimana Abi selalu menjadikan kami (anak2nya) prioritas di hidupnya. Aku kira penjabaran kakakku tengang konsep ikigai itu dia dapat dari buku ini. Tapi kayaknya penjabaran ikigai di buku ini agak beda sama apa yang diceritakan kakakku.
Tadinya, aku agak berekspektasi buku ini akan membukakan jalan yang terang benderang untuk aku menemukan ikigaiku. Padahal ya sesuai apa yang dibilang di buku selama kita mau jujur sama diri sendiri, maka ikigai itu bisa ada dimanapun, sesederhana apapun. Tapi, aku kayaknya kurang menemukan sesuatu yang praktikal di buku ini.
Buku ini membahas ikigai dari gaya hidup orang Jepang. Kelima pilar ikigai dijelaskan panjang kali lebar di buku ini. Memulai dari yang kecil, dari hal yang paling sederhana, misalnya bangun di pagi hari. Membebaskan diri dari hal2 yang membuat tujuan kita jadi menyimpang, misalnya keinginan dipuji atau mendapatkan pengakuan atau mendapatkan imbalan sejatinya malah menyesatkan kita. Keselarasan dan kesinambungan dengan lingkungan dan orang2 sekitar. Kegembiraan dari hal2 kecil, kebahagiaan dari hal2 sederhana yang mungkin kita sering luput. Dan yang terakhir hadir di tempat dan waktu sekarang.
Mungkin karna buku terjemahan jadi ada momen dimana aku kesulitan menangkap maksud dan hubungan yang dijabarkan penulis. Bukunya emang agak berat sih, kata2nya bukan yang mudah dicerna gitu. Ada beberapa point di buku yang aku agak nggak setuju. Misalnya tentang hadir di waktu sekarang, terus penulis agak menurunkan konsep akhirat. Tapi sebenernya tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya sih. Nah kalau yang ini malah sejalan banget sama konsep ikhlas.
Jadi buatlah musik, meski tak ada seorangpun yang mendengar. Lukislah sebuah gambar, meski tak ada seorangpun yang melihat. Tulislah sebuah cerita singkat yang tak akan dibaca orang. Kesenangan batin dan kepuasan akan lebih dari cukup untuk menyemangati terus hidup Anda.
Tapi buku ini bikin mikir sih. Di rutinitas kehidupan yang isinya hari-hari yang berulang, kadang sampai di titik rutinitas ini memuakkan, apa sih yang membuat orang lain dengan perulangan yang sama bisa tetap bangun di pagi hari, bersemangat menyambut hari, dan selalu punya energi untuk menjalani hari2 yang berulang itu lagi dan lagi?
Jawabannya ada di kelima pilar ikigai.
Kalau aku lagi jenuh dan ga bersemangat ke kantor, aku akan mengingat teh hangat di pagi hari yang asapnya masih mengepul, obrolan ringan di kantor, ketemu responden, menemukan satu fenomena yang bisa menjelaskan kenapa harga ini naik, langit biru, udara bersih, matahari menuju tenggelam yang sinarnya berpendar bulat sempurna di perjalanan pulang kantor, hal2 kecil dan sederhana yang selalu bisa jadi alasan untuk bangun di pagi hari dan menjalani hidup ini, betapapun memuakkannya.
Tumblr media
1 note · View note
bacabuku · 8 months
Text
[Teka-Teki Terakhir] - Annisa Ihsani
Beberapa orang lebih suka menyendiri, itu saja, dan tidak ada yang salah dengan hal itu.
Seruu bangett. Novel ini dibuka dengan kisah pasangan Maxwell yang gosipnya penyendiri dan kurang suka bergaul dengan orang lain. Sehingga berbagai gosip tidak sedap tentang pasangan Maxwell beredar. Padahal tuan Maxwell hanya seorang ahli matematika yang sedang berjuang keras untuk menemukan pembuktian dari teorema terakhir fermat. Terus pas aku googling ternyata teorema itu memang beneran ada dan beneran memakan waktu sampai 300 tahun lebih untuk menemukan pembuktiannya. Wow, jadi ini kayak novel yang ide besarnya diambil dari kejadian yang bener2 ada di dunia nyata. Selebihnya, tentu aja fiksi.
Di sesi komen di ipusnas banyak yang bilang novel ini heartwarming sekali. Terutama tentu saja interaksi antara Laura dengan keluarga Maxwell. Interaksi Laura dengan abangnya, Jack, dan interaksi Laura dengan ayah ibunya semuanya juga heartwaming. Paling suka tentu aja pas bagian panen apel dan bikin pai apel. Meskipun cuma sebagai pembaca tapi rasanya ikut bahagiaa.
Selain kehidupan Laura sebagai tokoh utama, novel ini juga membahas matematika tipis2. Tentang angka nol, logika matematika, teorema pythagoras. Pokoknya semua hal tentang matematika disampaikan dengan asik di novel ini. Ya emang bahasannya cuma sederhana sih nggak yang sampai mendalam juga. Tapi lumayan ngasih gambaran gimana sesungguhnya profesi matematikawan itu.
Kalau aku boleh memberimu satu nasehat, Laura, janganlah terlalu fokus pada satu hal hingga lupa menghargai apa yang ada di sekelilingmu.
Selain itu novel ini juga memberikan pembelajaran tentang kehidupan. Tentang setia kawan, tentang kerja keras, tentang tetap menaruh harapan sekecil apapun dan bagaimanapun tidak mungkinnya, juga tentang don't judge a book by it's cover. Yang paling aku suka adalah bagian ini.
Semua urusan Teorema Terakhir Fermat ini rasanya tidak benar. Aku ingin setiap kerja keras mendapatkan imbalan yang setimpal. Aku ingin keadaan yang begitu buruk hingga kelihatan tidak tertolong lagi pada akhirnya selalu memiliki jalan keluar yang memuaskan setiap orang, seperti di cerita-cerita. Tidak seharusnya ada kejadian janggal yang muncul seenaknya, merusak jalan cerita yang begitu mulus.
Tuan Maxwell menghabiskan empat puluh tahun hidupnya untuk mencoba membuktikan suatu teorema, hanya untuk didahului orang lain pada akhirnya. Nyaris ketika Tuan Maxwell sudah hampir selesai dengan pembuktiannya sendiri. Dia mencoba membuktikannya dan gagal. Bukankah itu artinya empat puluh tahun hidupnya jadi sia-sia. Bagaimana dia nanti tidak jadi gila?
Yah, di konsep kehidupan yang aku imani, semua hal yang kita lakukan di dunia ini memang akan mendapatkan balasan yang setimpal. Setiap kerja keras, kesakitan, dan kesusahpayahan akan mendapat imbalan yang sesuai, sama persis. Mungkin memang balasannya nggak kita lihat di kehidupan kita saat ini. Mungkin nanti, di kehidupan setelah ini.
Kalo mau baca nggak ngantri di ipusnas stocknya ada banyak~ happy reading ;D
Tumblr media
2 notes · View notes
bacabuku · 8 months
Text
[The Memory Police] - Yoko Ogawa
"Aku hanya perlu menyerah pada setiap kehilangan baru yang ada dan aku pun bisa menyesuaikan diri secara alami di tempat yang seharusnya. Kami hanya melakukan rutinitas kami setiap pagi, menerima lubang baru yang muncul dalam kehidupan kami begitu saja"
Novel ini menceritakan tentang sebuah pulau dimana secara bertahap dan terjadwal ada sesuatu yang hilang di pulau itu. Setiap yang hilang akan dimusnahkan dan dilupakan, pun ingatan, perasaan, dan semua hal yang berkaitan dengan sesuatu yang hilang itu akan dihapus dari memori setiap penduduk pulau.
Sebagai orang yang menaruh banyak nilai sentimental sama barang2, novel ini menurutku cukup menyesakkan. Di novel diceritakan, ayah tokoh utama adalah seorang peneliti dan pengamat burung. Tokoh utama punya banyak memori tentang ayahnya lewat burung. Momen ketika ayahnya menjelaskan berbagai spesies burung yang sedang diamatinya, gambar2 dan catatan2 ayahnya, juga ketika si tokoh utama diajak ayahnya meneropong burung lewat observatoriumnya. Semua momen itu bagaikan harta karun yang tersimpan di dalam hati, memori berharga milik si tokoh utama ketika ayahnya telah tiada.
Hari ketika burung menghilang dari pulau itu, maka semua ingatan tentang burung --dan tentang ayahnya-- juga ikut menghilang dari hati si tokoh utama. Meninggalkan kekosongan yang besar di dalam hatinya.
Novel ini, sekali lagi, menyadarkan tentang betapa berharganya ingatan, memori, dan kenangan indah yang kita miliki. Bahkan meski kita tahu bahwa di masa depan kita mungkin nggak punya kesempatan untuk mengulang kembali kenangan indah itu. Hanya dengan memiliki kenangan itu dan mengingatnya di dalam hati, bisa menjadi sebuah sumber kekuatan bagi kita melalui hari2 yang berat di masa depan.
Makanya bisa dibayangin nggak betapa kosongnya hidup orang2 di pulau ketika semua kenangan2 mereka tentang berbagai yang hilang itu justru dihapus. Hidup tapi kayak nggak hidup.
Ada juga orang2 terpilih yang ingatannya tentang barang2 yang hilang tidak terhapus. Sayangnya, orang2 ini justru akan ditangkap oleh Polisi Kenangan dan dibawa kemana entahlah tidak dijelaskan di novel.
Tadinya aku kira novel ini akan banyak memberikan pembelajaran tentang hidup terkhusus tentang kehilangan. Tapi kayaknya ini lebih ke novel romance sih yaa meskipun masih ada pembelajaran yang bisa di ambil. Tapi aku nggak suka banget sama romancenya. Alurnya lambat banget, bikin agak bosen. Sebenernya banyak hal yang bikin penasaran tapi nggak terjawab di akhir buku.
Ada juga yang bilang novelnya nyeremin, awal2 yang hilang itu barang2 kayak topi, parfum, novel, kalender, burung, bunga mawar, foto. Tapi setelah berbagai barang2 hilang, tahu nggak yang hilang apa lagi? Penasaran baca aja novelnya hehe. Ngeri pokoknya. Tapi jujur, nggak terlalu recommended kalo menurut aku :")
Tumblr media
2 notes · View notes
bacabuku · 9 months
Text
[Jangan Sembunyi di Bumi] - Dionisius Dexon
Monmaap lagi malas berkata2 jadi berikut adalah sepotong tulisan dari buku ini, jadi kurang lebih ada gambaran ya bukunya tentang apa, heuheu. Intinya lebih ke kumpulan tulisan2 pendek dan puisi gitu, sih. Cekidot~
Ternyata, benar kata seorang kawan; "Orang-orang yang tidak memanfaatkan pertemuan tidak terduga dengan sebaik-baiknya, pasti akan menyesal dan memikirkan pertemuan-pertemuan lainnya -- tetapi itu takkan pernah bisa jadi nyata"
Jika tahu begitu, harusnya waktu itu kuucap saja "Hai, apa kabar?" padamu -- meski ucapan itu akan menjadi awal dari akhir yang tidak aku tahu. Kini, apa yang bisa dilakukan oleh seorang manusia yang mematuhi target pekerjaannya saja ia belum bisa? Orang-orang pasti akan berandai jika saja mereka bisa memutar waktu untuk memperbaiki kesalahan mereka -- tetapi aku tidak akan melakukannya karena itu tidak masuk akal.
Daripada memikirkan hal-hal yang tak masuk logika, saat ini aku lebih ingin bertanya; apakah ada jam kerja yang bisa kutukar dengan pertemuan kita.
Jika ada, aku ingin menukarnya -- meski itu akan membuatku menjadi pekerja dengan jam kerja paling rendah di dunia.
-- Jangan Sembunyi di Bumi halaman 12-13, Dionisius Dexon
Tumblr media
1 note · View note
bacabuku · 1 year
Text
[A Man Called Ove] - Fredrick Backman
"Segalanya tidak beres ketika kau tidak ada di rumah"
Novel ini mengajak kita berkenalan dan menyelami kehidupan seorang pria bernama Ove. Di awal kita akan menyimpulkan betapa Ove ini seorang yang menyebalkan. Dia pemarah, penyendiri, pembenci semua orang. Tapi semakin kita membaca dan diajak mengenalnya, ternyata dia tidak semenyebalkan itu. Dia kebetulan adalah seorang keras kepala yang berpegang teguh pada prinsip hidupnya. Dia taat aturan dan berpedoman pada kebenaran. Dia mencintai istrinya, teramat sangat. Dan dia baru saja kehilangan.
"Konon, lelaki terbaik lahir dari kesalahan mereka sendiri, dan mereka seringkali menjadi lebih baik setelahnya, melebihi apa yang bisa mereka capai seandainya tidak pernah melakukan kesalahan."
Ove baru saja kehilangan istrinya. Dan sesuatu di dalam diri seseorang akan hancur berkeping-keping jika dia harus menguburkan satu-satunya orang yang selalu memahaminya. Luka semacam itulah yang melukai Ove, dan tidak ada waktu untuk menyembuhkan luka semacam itu.
Di suatu twit yang kebetulan lewat di twitter, ada yang pernah bilang the most stressful life event di hidup manusia adalah ... meninggalnya pasangan hidup. Kematian pasangan hidup adalah peristiwa yang paling mengguncang keseimbangan mental manusia. Disebutkan bahkan lebih mengguncang daripada perceraian, masuk penjara, bahkan PHK. Dan novel ini menceritakan "guncangan mental" itu lewat tokoh Ove dengan baik sekali.
Kita merasa gentar terhadap kematian, tapi sebagian besar dari kita merasa paling takut jika kematian itu membawa pergi orang lain. Sebab yang selalu menjadi ketakutan terbesar adalah jika kematian itu melewatkan kita. Dan meninggalkan kita di sana sendirian.
Kesedihan Ove ketika ditinggal istrinya bahkan membuatnya berkeinginan untuk menyusul istrinya dengan membunuh dirinya sendiri. Bukannya apa-apa, dia hanya lelah. Mengulang rutinitas yang biasanya ada istrinya di dalamnya, tapi kemudian dilakukannya sendirian. Setiap sudut dirumahnya mengingatkannya pada istrinya. Setiap momen di hidupnya selalu membuatnya berpikir, bagaimana reaksi istrinya nanti. Dia hanya tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup tanpa istrinya disisinya.
Pada akhirnya, mungkin Ove menemukan alasan hidup lainnya dari tetangga-tetangganya. Dan bagaimana gambar dari tetangganya yang bertuliskan "Untuk Kakek" dipasang di tempat teratas di kulkasnya sesungguhnya menunjukkan betapa Ove juga ingin dicintai. Dia bahkan memilih iPad terbaik sebagai hadiah untuk tetangganya itu. Tetangganya menyayangi Ove dan sesungguhnya Ove juga menyayangi tetangga-tetangganya. Hanya cara Ove menunjukkan cintanya memang cenderung kaku. Ove yang galak-cuek tapi sesungguhnya dia peduli.
Novel ini baguss, yah agak2 boring sih di awal, tapi tetep bagus. Dan novel ini memperkenalkan kita pada perasaan kehilangan. Dan mendeskripsikan perasaan kehilangan itu dengan jelas dan detail sehingga kita juga ikut diajak membayangkan seandainya kita ada di kondisi yang sama. Memberikan kita cermin untuk berkaca sambil bertanya, apa yang akan kita lakukan seandainya kita dihadapkan pada kematian orang yang paling kita kasihi.
Kita selalu mengira masih ada cukup banyak waktu untuk melakukan segalanya bersama orang lain. Masih ada waktu untuk mengucapkan segalanya kepada mereka. Lalu terjadi sesuatu, dan kita berdiri di sana sambil menggelayuti kata-kata semacam "seandainya saja".
Novelnya lumayan kocak dan ngasih banyak insight juga tentang kematian dan kehilangan. Tapi lumayan ngantri di ipusnas jadi selamat mengantri dan selamat membaca~~
Tumblr media
2 notes · View notes
bacabuku · 1 year
Text
[Setelah Aku Pergi: Ways To Live Forever] - Sally Nicholls
"Apakah dunia ini masih ada setelah aku tidak ada?"
Itu adalah salah satu dari Daftar Pertanyaan-Pertanyaan Tak Terjawab yang dituliskan Sam di bukunya. Sam, 11 tahun, mengidap leukimia. Suatu hari guru Sam memintanya untuk menulis karangan, yang kemudian membuat Sam memutuskan untuk menulis buku tentang dirinya. Buku ini adalah buku harian yang berisi fakta, informasi, keinginan, pemikiran dan perasaan Sam di bulan-bulan terakhir hidupnya.
Baca buku ini rasanya beneran kayak lagi baca diary-nya anak kecil. Tulisan2 yang mewakili pikirannya yang polos dan tulus. Dan caranya menjalani hidupnya, yang barangkali tinggal menghitung waktu itu, dengan sederhana.
Ada tulisan yang menceritakan kemarahan Sam sewaktu salah satu dan barangkali satu2nya sahabatnya meninggal dunia. Kemarahan Sam diilustrasikan dengan baik di buku ini. Aku jadi ikut belajar memahami jalan pikirannya. Dia tidak hanya sedih karna ditinggal sahabatnya, tapi juga membuka matanya pada realita yang kelak juga akan dihadapinya, kematian. Barangkali gilirannya sebentar lagi.
Aku lumayan suka interaksi antara Sam dengan keluarganya. Mereka saling menyayangi meskipun bukan yang diungkapkan terang2an. Ada satu momen waktu ayahnya Sam tahu kalo dia lagi nulis buku tentang dirinya terus ayahnya ngasih kumpulan gambar2 dan bahan2 untuk bukunya. Dan bagaimana ayahnya ikut berperan mewujudkan salah satu dari daftar impian Sam. Atau waktu ibunya nangis karna merasa penyakitnya Sam adalah karna dia nggak becus ngurus anaknya.
"Sarah selalu membuka jendela-jendelanya!" celetuk Mum. "Dan anaknya tidak pernah kenapa kenapa". Dad menatap Mum lekat-lekat. Kemudian dia menghampiri dan merangkul Mum. "Hei," katanya, sangat lembut. Mum tidak bereaksi. "Ini bukan karena apa yang kau lakukan."
Dari sini jadi paham beratnya jadi ibu. Yang paling terdepan ngurusin Sam selama dia sakit tuh ibunya. Yang paling selalu khawatir, yang bahkan sampai resign dari pekerjaannya demi anaknya. Dan setelah semua pengorbanan itu dia bahkan nggak bisa menghindar dari rasa bersalahnya. Apalagi waktu pada akhirnya dia tetap harus merelakan anaknya. Nangis banget waktu obrolan inii (POV nya si Sam)
Annie mengulurkan tangan dan meraih tangan Mum. "Bisa sampai dua bulan," katanya. "Atau mungkin juga hanya beberapa minggu."
Mum mengangguk. "Dua bulan," katanya, dan air matanya tumpah. "Demi Tuhan!" jeritnya. "Waktu itu katanya kami punya waktu setahun."
Kubenamkan kepalaku di bahunya. "Jangan menangis," kataku. "Jangan. Aku akan bilang pada-Nya waktunya tidak cukup panjang," kataku, supaya Mum tersenyum. "Nanti, kalau aku bertemu dengan Dia."
Buku harian Sam ini juga menceritakan bagaimana Sam berhasil mewujudkan seluruh daftar impiannya. Seluruhnya dicapainya dengan cara sederhana dan tidak muluk2. Sam juga mengajarkan kita untuk menghargai kesempatan, momen dan orang-orang di hidup kita.
Membaca Daftar Pertanyaan-Pertanyaan Tak Terjawab dalam buku harian Sam juga memancing pembaca untuk ikut menjawabnya berdasarkan value hidup masing-masing. Semua pertanyaan Sam bener2 lugu dan penuh keingintahuan, khas rasa penasaran anak kecil. Yang dititik tertentu justru bikin kita jadi merenung.
Secara keseluruhan buku ini sebenernya membahas kematian dari sudut pandang anak 11 tahun, yang kematiannya sudah di depan matanya. Nyaris tanpa konflik. Ada banyak fakta2 dan informasi yang bisa didapat dari buku ini. Bacanya kadang sedih, kadang ikut penasaran, kadang ikut mikir, kadang ikut bertanya2, kadang ikut seneng, dan di akhir ikut merasa kehilangan sewaktu akhirnya Sam meninggal.
Btw kepikiran nggak sih judulnya Ways To Live Forever (cara hidup selamanya) tapi padahal tokoh utamanya kan meninggal? Karna dia nulis buku harian yang kemudian dibaca orang2 setelah kematiannya. Orangnya udah nggak ada tapi tulisan2 di buku hariannya abadi~ Kayak katanya Pramoedya, menulis adalah bekerja untuk keabadian #asek
Tumblr media
2 notes · View notes