bejanaperak - Tumblr blog

[bejanaperak]

i'll just sit here quietly and drink my silly latte and read my silly books and listen to my silly music and pretend the world doesn't exist. it's called self care 😌

[bejanaperak]

sayangku,

aku menyukai laut

seperti terumbu karang

pada ikan-ikan,

seperti debur ombak

pada buritan kapal,

seperti desau angin

dan burung camar.

sayangku,

aku menyukai laut

sebab di sana,

di sisi laut itu

ada kebebasan.

[bejanaperak]

I

rembulan jadi saksi

ketika serak suaranya

warnai bumi,

merintih ia bisikkan

sederet ampun dan doa.

sebab wujudnya

yang perempuan,

mencintai perempuan.

II

rembulan masih terpekur

waktu lampu remang-remang

terdiam membisu,

menyaksikan ia merapal

doanya yang abu-abu.

Tuhan,

yang baik hati,

biarkan aku bebas bercumbu

tanpa takut dihakimi

sampai hancur.

Edisi yang telah diperbarui:

[bejanaperak]

I

mama, aku ingin jadi bulan

bagus ‘kan dia bersinar terang

di tengah gulita malam

mama, mengapa bulan begitu berguna?

bisa membantu bapak nelayan

juga orang-orang tersesat

mama, aku selalu ingin jadi bulan

sebab selalu dikagum-kagum

sama banyak orang-orang.

II

aku ini, ma

satu dari sekian manusia

yang berharap bintang jatuh ke pelukan.

begitu ia jatuh, ma

sayang aku mendekap terlalu erat

menjerit ia kesakitan

oh, mama!

salah tempat bintang ternyata

begitulah ia berkata

III

maka mamaku sayang,

aku selalu ingin jadi bulan

yang bersinar terang

sebab bulan itu ya mama,

anggunnya bukan main

baiknya minta ampun

itulah mengapa, ma

bintang tak pernah jatuh lagi

sebab pantasnya hanya sama si bulan

[bejanaperak]

di tengah huru-hara dunia, aku berpikir di pinggir pelabuhan. soal kamu sekarang sudah jadi apa. mungkin jadi ikan di lautan yang disuka orang-orang atau jadi bajak laut yang berkuasa di lautan.

kalau aku, ya, nggak pernah jadi apa-apa. cuma begini-begini aja; menjalani hidup yang itu-itu aja. bedanya cuma aku sering kena serangan rindu yang munculnya selalu tiba-tiba dan nggak habis-habis.

kamu ’kan selalu tahu jawaban dari sejuta tanyaku. lalu kamu apa tahu jawaban kenapa aku jadi sering merajut sejuta puisi yang isinya cuma soal kamu dan rindu yang terus membakar—aku sampai nyaris panggil damkar.

ini buat kamu yang duduk di buritan kapal. bisa nggak, berhenti menebar pupuk pada tanaman bernama perasaan yang tumbuhnya jauh di dasar jantung? sulit digapai dan dirawat, malah semrawut nggak karuan.

karena tepat hari ini, kamu menemukanku. satu tahun yang lalu, di tengah berisiknya dunia, menyelamatkan aku dari ancaman predator lautan. memberi aku rumah seperti terumbu karang pada ikan-ikan.

begitu ceritanya, maka dari sekian banyak alinea, mauku sesungguhnya cuma satu yang dikali sejuta. karena kalau soal kamu sejuta terima kasih beserta maaf yang menemani nggak akan pernah cukup.

sebab cintaku, kalau buat kamu, dikalinya berjuta-juta.

[bejanaperak]

I don't have a dream job. I want to be a fairy and sleep in a tulip

[bejanaperak]

ketika mereka bilang kalau aku harus jadi manusia yang manusia; sungguh aku lupa itu yang seperti apa?

kukira aku bukan lagi manusia. sebab aku tak lagi punya kemauan, tak lagi punya arah tujuan, tak lagi punya hasrat untuk bahagia. sebab aku tak tahu lagi mau jadi apa, tak bisa lagi merasakan apa-apa.

yang kutahu hanya aku, harus jadi manusia yang sempurna. sebab aku anak pertama yang dicontoh adik-adik; begitu kata mama.

[bejanaperak]

aku menemukanmu di sudut sepi kepalaku; lalu aku jatuh.

[bejanaperak]

seandainya adalah kata yang paling sering aku ucap kalau itu menyangkut soal enji, anak perempuanku. kata-kata pengandaian lainnya pun sudah nggak asing lagi aku kecap kalau itu perihal enji, anak perempuanku. otakku seperti sudah dirancang otomatis untuk menyalahkan keadaan dengan kata-kata pengandaian yang seolah jadi kambing hitam di tiap-tiap kalimatku saat berbicara tentang enji, anak perempuanku.

seandainya ibumu ini punya sedikit saja kewarasan waktu dulu itu, contohnya begitu.

[bejanaperak]

kupikir ruh dalam tubuhku sudah tak bersisa hingga

oase di tengah padang pasir aku cari. buat

netra tubuhku berkeliling ribut berteriak minta

tolong. lalu terabaikan di pojok sel-sel dalam

otakku yang telah lama ditinggal kosong sampai

larik-larik yang kuukir sudah tidak lagi miliki nyawa.

[bejanaperak]

sayang, aku masih di sini. di sudut ruang sempit dan tak tahu aturan. menerka-nerka baiknya kapan aku harus akhiri bajingan brengsek yang dinamai kehidupan.

sayang aku masih tetap di sini. ditelan bulat-bulat dan menyeluruh oleh sel bernama kesepian. keping-keping utuhku ditariknya jauh ke dalam jurang keputusasaan.

sayang, sekali lagi, aku masih di sini. diiringi derasnya hujan pagi hari yang menari-nari riang mengejek aku dan mimpi-mimpi; perihal kamu yang masih aku mungkinkan untuk kembali. 

aku masih akan selalu di sini, sayangku; 

belum beranjak pergi dan kembali bersedih.

[bejanaperak]

usiamu sudah tidak bertambah

padahal panjang umur kata mereka

di tiap-tiap doa yang terselip

kala kamu meniup lilin di setiap hari lahir

apanya yang berumur panjang?

usiamu malah terhenti di empat belas

sebab Tuhan tetap semau-Nya sendiri

membawamu begitu cepat dan pergi

padahal usiamu sudah tidak lagi bertambah

tapi tetap kubuat kue-kue enak

dengan pendar-pendar lilin dari korek api

yang gasnya sudah separuh habis

semua ada disini, kau lihat?

lengkap tanpa ada kurangnya

kecuali hadirmu di muka bumi

yang tak kunjung pulang ke rumah lagi

[bejanaperak]

Pohon-pohon berdesis, berbisik-bisik satu sama lain. Bertanya-tanya, siapa disana?

[bejanaperak]

Masih di Senin yang sama; 14 September 2021.

Masih di tempat yang sama sedari pagi tadi; di pojok ruang sempit mengetik entah apa.

Masih dengan cerita yang sama, ditinggal pergi, lagi.

Masih dengan rasa bersalah yang sama.

Siapa, siapa yang salah?

Yang pertama kita,

yang kedua aku,

lalu, kamu?

[bejanaperak]

Knock knock,

who's there?

It's me,

me? Who?

Is it you?

...no? She already dead.

So, it is not her anymore,

then who is it?

I do not know, a troublemaker...

a troublemaker?

A troublemaker.

[bejanaperak]

Scared,

scared of everything,

anything.

Hiding under

the tree.

[bejanaperak]

Rasanya hangat waktu harum tembakau yang melekat pada jari-jemari itu merasuki penciumanku. Rasanya seakan waktu berjalan, sangat, lambat. Rasanya seperti kau sedang mendekapku, erat.