berjelaga
berjelaga
Kastara
6 posts
Merajuk cerita yang tak bisa disampaikan kepada Padusi
Don't wanna be here? Send us removal request.
berjelaga · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Hai, apa kabar kamu?
0 notes
berjelaga · 3 years ago
Text
Pelengkap
Pelangkap yang berusaha bertanggung jawab dengan status pemimpin.
0 notes
berjelaga · 3 years ago
Text
Tentang Waktu
'Baba..baba..baba..' sebuah kata yang keluar dari Timur, anakku. Aku sangat senang, Timur bisa bicara Baba.
Ya, aku memilih dipanggil Baba. Sebuah kata dari mandarin yang berarti ayah. Aku memang terasa dekat dengan orang-orang Tionghoa. Entah kenapa, atau mungkin saja aku memiliki darah Tionghoa. Toh bukan masalah, karena Betawi saja banyak sekali unsur Tionghoa.
Kembali ke Timur. Aku sungguh sangat senang dengan apa yang keluar dari mulut anakku yang saat kutulis ini masih berusia 7 bulan.
Aku memang menginginkan Timur lebih dekat denganku. Dengan mamanya, Timur sangatlah dekat. Bahkan ia menangis jika melihat mamanya tak menggubrisnya.
Aku adalah kepala keluarga. Namun, aku merasa aku hanyalah pelengkap. Aku dibutuhkan untuk peran-peran samping. Itu karena, peran mamanya yang begitu besar dalam tumbuh kembang Timur.
Meski pelengkap, aku berusaha untuk menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Termasuk ikut membantu membesarkan Timur.
Setelah besar nanti, aku tak terlalu masalah jika Timur tidaklah begitu dekat denganku. Maksudnya, ia tetap menganggap aku Baba nya, namun secara kedekatan tidak.
Aku sadar anak lekaki tidaklah selalu dengan dengan sosok Ayah. Aku sudah siap jika nantinya Timur kerap berbeda pendapat atau bahkan 'apa-apa mamanya'.
Aku sudah siap. Makanya, aku senang ketika Timur menguncapkan Baba dari mulutnya. Ia juga pernah begitu dekat denganku, bermain denganku, dan seakan aku dibutuhkan olehnya.
Semua hanya tentang waktu. Aku akan merindukan masa ini. Aku akan mengenang masa ini. Aku pasti akan berharap bisa kembali ke masa ini.  Aku menikmati masa ini, walau pasti akan berlalu.
Aku berharap, waktu berjalan lambat agar aku menikmati kedekatanku dengan Timur, anakku yang sangat kusayang.
#Timur #Waktu #AboutTime
0 notes
berjelaga · 3 years ago
Text
Lo Speak Up, Lo 'Mati'!!
Baru kali ini aku tak bisa speak up. Setiap apa yang aku lakukan selalu berakhir seperti dengan 'kebencian'. Menurutku, ini tidak fair karena aku hanya meminta waktu sedikit untuk menyimak, mendengar, dan menghindari 'polusi' beberapa suara.
Ketika speak up, aku seakan divonis sangat bersalah. Dianggap tak sependapat dan itu sangat menyakitkan. Diam, diam, dan diam. Tidak ada lagi hormat. Kebaikan akan hilang seketika ketika speak up ku dianggap tidak sejalan.
Menyebalkan. Tidak fair. Tapi apalah daya. Aku mungkin dianggap lemah dan harus mengikuti alur garis besar yang bukan dari keluargaku.
Aku hanya berdoa semoga Timur, anakku, tidak seperti itu. Hargailah orang di sekitar, sabarlah ketika berbeda pendapat, dan tak perlu menghantam orang karena dianggap tak sependapat atau berbeda.
Nak, jadilah orang yang sabar. Karena aku diajarkan untuk menghargai dan tak memaksa menjadi pusat perhatian.
Di titik ini, aku hanya bisa menumpahkan lewat tulisan. Karena hanya tulisan yang membuatku bisa mengeluarkan emosi. Di dunia nyata, aku hanyalah pelengkap.
Di titik ini juga, aku merasa apa yang diajarkan orang tua ku sangat berguna. Tak perlu drama ataupun berteriak, karena ada adab yang harus dijaga sebagai orang 'di kota yang teguh beriman'.
#speakup #Timur
0 notes
berjelaga · 3 years ago
Text
Terima Kasih 2013
Tahun 2013 menjadi titik terendah bagi kami. Tapi didikan orang tua kami, membuat kami bisa bangkit dan menata kehidupan lagi. Ketika hati hancur, kasih sayang orang tua tanpa selalu ada air mata membuat kami kuat dan menjalani hidup dengan ringan. Terima kasih.
0 notes
berjelaga · 3 years ago
Text
Timur, Cahaya dan Harapanku
13 Januari, putraku lahir ke dunia. Aku tak mengadzankannya karena hal tersebut tak ada tuntunannya. Selain itu, aku juga mengikuti apa yang sudah menjadi fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.
Nama anakku kuberi nama Timur Paramayuda. Aku berharap ia menjadi sebuah cahaya yang mencerahkan, untuk keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Sebuah nama yang sebetulnya sudah kadung melekat kepadaku ketika menulis dengan nama samaran. Nama itu memang kupersiapkan untuk anakku kelak, agar ia mengetahui ada warisan tulisan yang pernah dibuat baba-nya.
Oiya, aku memilih dipanggil Baba. Kata Baba dalam bahasa Mandarin berartikan ayah. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan kebudayaan tionghoa. Mulai dari masakan sampai dengan perkataan.
Sebetulnya dalam kehidupan masyarakat Betawi, serapan kata Mandarin begitu melekat (selain Arab tentunya). Sejak daerah ini bernama Batavia, percampuran etnis begitu terasa. Kawin-mawin antar etnis tak terbendung di Batavia, sehingga menghasilkan etnis baru bernama Betawi.
Oke, kembali ke Timur. Nama itu bukan serta merta aku berikan kepada anakku. Timur Paramayuda merupakan nama pilot Angkatan Udara Indonesia (AURI) yang kini menjadi TNI AU. Dalam buku Wisnu Djajengminardo, Kesaksian: Memoir Seorang Kelana Angkasa (terbitan 1997), dijelaskan bahwa Timur merupakan salah satu pilot pertama AURI yang sekolah di Taloa, Bakersfield, California, pada 1950-1952.
Timur, tulis Wisnu, digambarkan seorang pilot yang cerdas dan tampan. Ya, Paramayuda dalam bahasa Sangsekerta artinya cerdas. Lalu tampan. Timur digambarkan seperti Rock Hudson, superstar Hollywood pada masanya.
Sayangnya, nasib Timur tidakklah bagus. Ia gugur di setelah pesawatnya menabrak Gunung Sanggabuana pada 1953. Timur menjadi angkatan Taloa yang gugur pertama.
Namun, harapanku kepada anakku bukanlah soal gugur. Ada harapan yang kuagungkan kepada Timur Paramayuda anakku. Aku tentu berharapv anakku menjadi anak yang tampan dan juga cerdas. Lebih jauh dari itu, aku berharap Timur menjadi anak yang shalih dan menjalankan agama sesuai dengan tuntunan yang benar, tanpa mengurangi ibadah atau menambah-nambahkan ibadah atau sunnah.
Timur lahir di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Rumah sakit yang sama saat aku dilahirkan pada 7 Januari 1986. Timur lahir berkat berjuangan istriku, Fajriyah. Ia dengan hebat melahirkan Timur pada pukul 22.58 (atau 21.58). Aku menemaninya di kamar bersalin, menenangkan, dan bahkan rela dijambak-jambak agar ia bisa mengurangi rasa sakitnya.
Ketika Timur benar-benar lahir, aku menguncapkan "Sayangku, Timur sudah lahir ke dunia". Aku menahan tangis, meski dalam hati aku senang dan ingin menangis. Aku menjadi Baba malam itu.
Mamaku menemani persalinan. Ia melihat pertama kalinya Timur hadir di Dunia. Mamaku pula yang menemani istriku di kamar usai melahirkan. Sebagai lelaki, aku ingin mamaku bisa merawat istriku dan Timur sejak lahir. Namun Timur akan lebih dahulu diurus Umi-ku, ibu dari istriku.
Setelah sehari menginap di rumah sakit, istriku diperbolehkan pulang. Aku mengurus segala administrasi Timur dan juga mamanya. Aku ingin semua berjalan dengan baik, secara adminstrasi, seperti akta ataupun Kartu Identitas Anak.
Istriku dan Timur pulang ke daerah yang memiliki arti ‘Sungai Landak’ secara harafiah. Aku pulang ke Apartemen Green, rumahku. Aku memilih pulang ke apartemen karena ada pesan dari mamaku, bahwa rumah jangan sampai dikosongkan dalam waktu lama.
Timur rencananya ada di Sungai Landak selama 40 hari. Itu hari yang lama bagiku untuk bisa ikut mengurus Timur sebagai seorang Baba baru. Jauh dalam lubuk hatiku, aku ingin Timur diasuh oleh mamaku. Kenapa? Aku adalah anak tunggal lelaki dan tanggung jawabku masih ada di orang tuaku dan sudah pasti keluarga kecilku. 
Aku ingin mengulang masa kecilku dalam diri Timur. Terlihat egois memang, tapi ini juga untuk menyenangkan hati mama yang sudah tua. Tapi, aku juga harus paham, bahwa ini anak pertama dan istriku lebih percaya kepada Umi-nya, dan itu hal yang wajar.
Cerita ini akan berlanjut. Memang tidak ada yang spesial dari cerita ini, akan tetapi ini menjadi sarana diriku untuk mengeluarkan isi hati yang tak bisa dikeluarkan di dunia nyata.
Aku merupakan penulis. Tentu, aku berharap goresan ini bisa abadi dibaca oleh Timur, oleh keturuananku kelak.
Bersambung....
1 note · View note