Text
Hidup Ya Gitu-Gitu Aja
Sudah lama setelah tidak menambah tulisan di sini, hehe.
Kalau ditanya, selama absen menulis, apa yang berubah dari hidup? Jawabannya ya tidak ada. Bisa dibilang hidup tuh ya gitu-gitu aja. Menyenangkan? Terkadang. Menyedihkan? Terkadang. Ya, sebenarnya perasaan pun bisa tercampur aduk di satu saat. Lagipula, kenapa tidak? Di satu waktu, saya bisa sedih sekaligus senang, marah sekaligus senang. Ya, memang perasaan itu tidak bisa ditebak. Sejujurnya, saya sangat menghindari kata “gitu-gitu aja” semudah karena saya tidak berniat mempunyai hidup yang seperti itu. Namun ya apa yang saya lakukan sehari-hari berkata lain. Ya, setidaknya saya bisa melakukan apa yang ingin saya lakukan untuk mewaraskan emosi di hari yang semakin berganti semakin tidak waras
2 notes
·
View notes
Text
So, Who’s God?
If i ask you, “Who is God?”, What is your answer will be? Is it the one who knows anything? The one who made everything? Or, God is unknown?
Some of us that has a strong believe in God, will describe God as something that forbidden to ask about the existence. For a monotheist, it is one God, and it is the one who made everything. It is the one who made this earth, it is the one who made existence. So, why i ask an existence of something that has been existed before us, humans?
But, for polytheist, God is something that has its own category. If you are sick you pray to this God, if you are happy you pray to this God. So it’s up to human to choose what they up to, are they happy, sad, or everything.
But, sometimes, i frequently asked my self, “Who made God?”, “if God was made, could God make another God?“. Sounds silly, and stupid because i’m asking about God existence that i typed before, it is forbidden.
After watching “The Story Of God” hosted by Morgan Freeman, i have my own opinion about God. And what i want to say that, God is in us.
When we do our best, we believe God in us. When we achieve something, we did it because we cooperate with God. At first, i was skeptical by what people said that he could do something because of God. It is because, for me everything that happens, it’s not only because God, it happens because of us who did it and then we cooperate with God that inspire us.
We pray, we meditate, we say many thing, we hoping and praying, everything to God and in God. But, God can’t do anything, God only conspire us to get what we dream of, and it depends of what we do to get our dreams.
God always have the way, people saying. Yes, God has the way for your dreams, but if you don’t walk in the way, how you will arrive at your dreams? I integrate what i write above with Paulo Coelho book titled “The Alchemist”. I quoted one of the best line in the book and elaborate it. The quote “When we want something the universe and God conspire us to achieve it.”. If Santiago -the main character- just want to be rich, but all he was doing just be a shepherd and sell his sheep, he will be rich in a very long time or never. But, he knows by only wanting, he never get what he want, that’s why he did what the old king says, and God and universe conspire him to get it. So not only wish something, but to do to get something.
So, God is inside us, God knows what we want, and also, God decide are you worth to get what you want by how your effort to get it.
P.s: Please read the alchemist, it is so inspirational:))
0 notes
Text
Satu Golongan yang Visioner
Dulu, banyak orang menghujat golongan ini karena kelakuannya yang cukup beda dari lingkungan sekitar, bahkan diasingkan dari circle pertemanan karena dianggap aneh. Memiliki ciri-ciri untuk lebih sering di rumah, tidak tertarik untuk banyak sosialisasi dengan orang orang lain, tapi belum tentu introvert, karena kalau introvert, golongan ini bakal ngomong dulu baru mikir.
Sekarang ini, selama wabah pandemi, golongan ini sedang berdiri kokoh diantara manusia yang menganggap dia aneh. Siapa yang menyangka, kalau dibalik segala hujatan, rasa skeptis, rasa aneh banyak orang, nyatanya merekalah yang lebih dahulu beradaptasi dengan rasa hidup tanpa hidup. Ya, golongan ini adalah golongan “No-Life” yang saya sebut visioner.
Seperti yang saya ketik diatas, mereka visioner karena sudah beradaptasi dengan rasa tinggal di rumah aja lebih dulu. Ketika banyak orang yang menghujat, sebenarnya, golongan ini sudah melihat apa yang akan terjadi. Mereka menyiapkan diri agar tidak bosan dengan menjadi hidup tanpa hidup, menjadi golongan yang menyanyangi rumah, terutama kamar. Dan ketika masanya tiba-yaitu pandemi ini, mereka sudah menang, karena mereka tahu bagaimana cara menghilangkan bosan selama di rumah aja. Seperti kata kata yang dulu sering tampil dibanyak meme, Improvise, Adapt, Overcome.Tiga kata yang biasanya dikeluarkan untuk para tentara sudah mereka jalani untuk hidup di rumah aja. Kesimpulannya: No-Life>TNI
Jika kita lihat lagi dari golongan ini, mereka menyiapkan diri untuk di rumah aja tanpa diberi tanda-tanda, hanya sebatas memang mereka merasakan banyak hal yang akan terjadi atau mungkin passion. Hal ini berbeda dengan satu sosok orang yang diceritakan di cerita-cerita agama, yaitu Nuh. Berbeda dengan Nuh, golongan No-Life sudah menyiapkan diri tanpa diberitahu akan ada kejadian apa di masa depan. Dan, berbeda dengan Nuh, mereka tidak perlu menyiapkan apa-apa selain stok anime, kasur, AC, wi-fi, dan nekopara buku SBM (kalau ambis). Ya, mereka terlihat sangat effortless, tidak perlu membuat kapal yang megah, tidak perlu mencari hewan-hewan sepasang. Golongan no-life tidak membutuhkan teman. Ya, diibaratkan magnet, mereka semua adalah kutub utara, dan apa yang akan terjadi ketika dua kutub utara saling bertemu? Tentu saja mereka akan tolak menolak. Kesimpulannya: No-Life>Nuh
Memang kita perlu banyak belajar dari golongan No-Life, karena mereka sudah mengetahui bagaimana cara menghadapi kebosanan di diri mereka sendiri dengan banyak cara. Dan jika cara mereka habis, tenang saja, kata “bosan” sudah mendarah daging di diri mereka, karena sesungguhnya mereka sudah tahu bagaimana caranya untuk hidup tidak hidup.
Akhir kata,
WALAUPUN NO-LIFE TERLIHAT SANGAT SAKTI, TAPI LEBIH BAIK JIKA KALIAN TETAP BERPEGANG TEGUH DENGAN APA YANG KALIAN LAKUKAN. JIKA KALIAN EKSTROVERT, TETAPLAH JADI EKSTROVERT, KARENA EKSTROVERT ITU MIKIR DULU BARU NGOMONG. UPS.
0 notes
Text
Pengungkapan Butuh Momentum yang Tepat!
Beberapa hari yang lalu, baru aja selesai nonton film yang lucu banget dengan judul “Kaguya-sama: Love is War!”. Film ini bicarain tentang seorang ketua OSIS dan wakil ketua OSIS di SMA yang elit (Mungkin gonzaga, atau De Britto?(eh tapi kalo De Britto, berarti kisah cinta antar cowok dong. NOO WTF)) yang saling menyukai satu sama lain, tapi sama sama gamau mengungkapkan perasaan karena ya mereka gengsi. Alhasil, banyak cara-cara yang unik dan kreatif dilakuin buat bikin salah satu dari mereka keliatan suka. Apalagi dengan karakter karakter pembantu yang sama ngeselinnya kayak sekretaris OSIS dan bendahara OSIS(dan narator, peran paling penting), bikin ini anime makin lucu.
Terlepas dari kelucuan anime ini, ada hal menarik berupa kutipan di episode pertama yang bikin gua bilang “eh iya juga ya”. Kutipannya,
“Dalam hubungan percintaan, peraturannya adalah yang menyatakan cinta duluan, adalah yang kalah”
Kutipan ini tuh tanpa disadari, punya arti yang sangat powerful banget, karena emang bener kalo lu bilang suka duluan ke crush lu, ya lu kalah. Apa artinya kalah? Ya kalo lu kalah, kemungkinan besar, pada akhirnya lu bakal ikutin kemauan yang menang, atau bisa dibilang ya jadi bucin-i guess.
Kutipan ini tuh juga mau bilang, kalo lu suka sama orang, YA GENGSIAN DIKIT DONG, JANGAN KARENA SEBATAS DEKET, LU BISA SEENAK JIDAT NGOMONG SUKA. Kutipan ini juga bisa jadi peringatan, buat yang punya temen deket lawan jenis, kalo mau bilang suka, ya jangan asal ngungkapin! Harus ada momentum yang tepat! Kalo engga, ya lu bakero namanya.
Berkaca dari anime ini, ya harusnya sadar aja sih kalo misalnya momentum tuh ada di mana aja dan ketika momentumnya ada, lu siap atau enggak. Kalo enggak, ya kelewat. Dan kalo ada momentum, lu udah siap ngungkapin, lu harusnya bertanya apa impactnya ketika lu ngungkap perasaan lu, kalo impactnya bagus ya lanjutin, kalo engga, ya you know what to do, don’t be silly.
Catatan dari Pro,
gua menyaranin kalo misalnya momentumnya ada dan lu mau ngungkapin, tapi dia itu sahabat lu, GUA SARANIN JANGAN! COBA LU PIKIRIN DULU MATENG-MATENG, LU BIKIN ANALISIS SWOT DAN RENCANA JANGKA PENDEK DAN PANJANG, TERUS BIKIN PLAN A SAMPE Z, LU BERDOA SAMA TUHAN, LU BERPUASA, LU NONTONIN DULU 500 DAYS OF SUMMER BIAR BELAJAR CARA NGATUR EKSPEKTASI, LU LIAT LAGI TANDA-TANDANYA, POKOKNYA SKEPTIS, DAN NONTON DULU ANIME INI. Karena sebenarnya, kehilangan 100 teman tidak lebih sakit dibandingkan kehilangan 1 sahabat:)
Catatan akhir,
“INGET! INI CUMAN ANIME, CUMAN FILM, JADI, KALO MISALNYA DARI EPISODE PERTAMA ANTARA KETUA OSIS ATAU WAKILNYA UDAH NGUNGKAPIN RASA SUKA (ATAU DALAM HAL INI MENYATAKAN KEKALAHAN), YA ANIMENYA KELAR DONG, JADINYA GAGUNA SISA 11 EPISODE LAINNYA.”
2 notes
·
View notes