biarkata

[biarkata]

Tidak semua menyukai akhir, dan saat ini rasanya ingin segala berjalan dengan lambat karena ketidakinginan untuk berakhir.

Tidak semua menerima perubahan, dan ingin rasanya tidak ada perubahan yang terjadi pada kehidupan.

Cepat atau lambat, sekarang atau nanti, akhir dan perubahan adalah sesuatu yang terjadi.

[biarkata]

Selalu terngiang suatu ucapan,

Mental itu sesuatu yang tidak bisa dilihat, tapi bisa dirasa dan dampaknya luar biasa

Sulit rasanya melepas diri belenggu masa lalu dan juga mengkhawatirkan masa depan. Selalu lupa jika tidak ada yang bisa mengubah masa lalu dan tidak ada yang bisa memastikan masa depan. 

Sulit untuk hadir pada masa kini tanpa dipengaruhi lalu dan nanti. Namun mungkin saatnya mencoba belajar,

melepas apa yang sudah terjadi,  menerima apa yang sedang dialami, dan menyiapkan diri untuk apa yang akan dihadapi.

Selamat hari kesehatan mental, semoga aku-kamu-kita-kalian bisa saling menjaga. Tidak apa jika sedang ada sesuatu, itu wajar, semua juga sama. Dan kita bisa lewati bersama

[biarkata]

Sudah dari lama rasanya ingin kembali merangkai, namun baru dapat dilakukan sekarang.

Baiklah, tak apa.

Oleh karena itu, Halo, apa kabar dunia? 

[biarkata]

Kita sama-sama jalan beriringan,

menapaki jalan yang sama,

Dengan langkah serupa.

Tapi kita sama-sama lupa,

Arah langkah mungkin sama,

Tapi akhir tujuan berbeda

- biarkata

[biarkata]

Ketika kita meminta yang terbaik kepada Allah, maka kita harus membayarnya dengan amalan yang terbaik juga.

Ruang semesta, disini masih hujan.

[biarkata]

Perjalanan Panjang di Malam Hari

Malam itu, Aku melakukan perjalanan jauh di malam hari, di kota orang, dengan modal maps. Perjalanan ini kulakukan sendiri, berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang jarang kudatangi.

Terlepas dari jauhnya jarak tujuan, disetiap langkah yang diambil mampu membuatku tersenyum, karena rupanya, 

tiap langkah secara tidak sadar mengangkat sedikit beban yang menyesakkan dada ini.

Perjalanan penuh gelap, jalanan penuh liku, tanjakan dan turunan menguras tenaga dan tentu, keringat tidak bisa dihindari.

Tapi siapa sangka, hal itu membuat aku menyadari mengenai apa yang harus kuhadapi saat ini.

Lihat aku, berada di kota orang. Berusaha menyelesaikan tugasku dengan baik, meski penuh lika-liku-luka.  Berharap diri ini kuat menghadapi segala ujian tanpa tangisan rasanya seakan berharap melalui perjalanan jauh tanpa berkeringat.

Perjalanan ini perlahan membantuku untuk kembali memikirkan segalanya. Diri ini yang selalu tampak kuat, perlahan sudah mulai lelah. Bendungan airmata yang dibentuk perlahan sudah mulai hancur. 

Diri ini butuh sandaran, diri ini butuh penguat. Tapi diri ini belum cukup percaya jika, 

Yang dibutuhkan oleh diri ini, hanyalah kepercayaan-kesabaran-keikhlasan terhadap diri ini sendiri.

Cukup untuk hari ini, Terimakasih sudah membantuku kembali menemukan yang hilang. Malang, 2019

[biarkata]

Gak salah dengan bermimpi

Holla. post kali ini akan personal, karena menyangkut tentang diri. Why? Tugas. tapi selain itu, karena aku pun mau bercerita.

Dari dulu, aku selalu menjadi orang yang jelas pengen punya tujuan. kenapa harus punya tujuan? karena dari tujuan ini, aku tahu, ketika aku berjuang, aku berjuang untuk apa.

Salah satu tugas yang didapatkan adalah menggambarkan tentang Roadmap dalam beberapa tahun ke depan.

Tujuan utama yang sudah ku punya adalah 

Tahun 2022 adalah tahun wisudaku Tahun 2024 adalah tahun untuk berkeluarga Tahun 2025 adalah tahun untuk eksplor dunia.

Klise sih, tapi emang itu tujuanku. 

Saat ini aku berusaha untuk memenuhi tujuanku terdekat, 

Ingin lulus di 2022

And how do i make it happen? Belajar. Seambis itu untuk menyelesaikan studi. Karena apa i want to make a change yang bisa bermanfaat. Karena menurutku, perubahan yang baik mampu menjadi kesuksesan untukku.

Sukses ga selamanya mengenai berapa banyak yang didapat, tapi mengenai impact yang dihasilkan ke sekitar.

Buatku, mempunyai tujuan itu harus. Kenapa? Agar kita senantiasa mengingat apa yang kita perjuangkan ketika kita lupa dan lelah dengan alasan kita berjuang.

[biarkata]

kamu pikir aku bertahan untukmu? bolehkah ku tertawa sejenak?

Karena rupanya tubuh ini tidak bisa membohongi dirimu ya

[biarkata]

Tidakkah kau mengerti? Jika aku memang tidak peduli, aku tidak akan diam di tempat ini untukmu. Jika aku memang sudah tidak peduli lagi, aku pasti sudah lama pergi.

(via mbeeer)

[biarkata]

Diri ini terkadang suka lupa, Jika hidup tidak seindah dongeng.

[biarkata]

Kamu terlalu cepat berlalu, hingga aku tidak tahu apa yang ada di benakmu.

-Surabaya.

[biarkata]

Takut untuk melangkah, sehingga luka karena bertahan.

[biarkata]

Tak perlu kamu merasa bersalah, sayang.

Luka yang menganga ini,  memang dari awal belum pernah menutup.

Dulu, aku pernah merasakan sakit yang seperti ini. Kukira, sakit ini sudah menghilang, namun tampaknya tidak.

Dengan kembali menghadapi perasaan ini lagi, membuatku kembali merasakan rasa sakit yang sama. Tapi tenang, bukan kamu yang salah.

Entah kepada siapa aku harus menyalahkan ini, entah semesta, kamu, aku atau bahkan orang lain.

Salahku, karena aku kembali menurunkan kembali tameng yang melindungi hati, hingga akhirnya aku kembali membiarkan diriku kembali sakit, dan memunculkan kembali harap dan luka pada batin.

Salahmu, karena berhasil membuatku yakin jika semua nyata, kembali membawakan kembali perasaan yang pernah hilang, lalu hilang secara perlahan tanpa ada tanda untuk kembali.

Salahnya, karena pernah menoreh luka pada hati, sehingga mampu membuatmu seakan penjahat pada kisah ini, pada saat kenyataannya tidak ada penjahat pada kisah ini.

Salah semesta, karena semua ini, terjadi karena semesta.

[biarkata]

Entah, aku merasa, sulit rasanya untuk bisa percaya, kepada hal yang mungkin terjadi.

Itu sebabnya, aku lebih memilih, percaya terhadap hal yang kurasa, tidak mungkin terjadi, kepadaku.

[biarkata]

Kamu pantas untuk bahagia, begitupun dengan aku.

[biarkata]

Jangan terlalu cepat menarik kesimpulan, menyalahkan seseorang karena perubahan sikapnya padamu. Ask yourself first, barangkali yang membuatnya berubah adalah dirimu sendiri. :)

[biarkata]

Kau tahu rasa sakitnya, ketika kamu bilang :

“Nanti kita ketemu lagi ya.”

Dan aku hanya bisa tersenyum, dan menjawab dalam hati :

“Memangnya kamu akan bertahan sampai nanti?”