Setumpuk rindu, beberapa bongkah renungan dan secuil cinta yang tidak ada habisnya.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Pernah ngerasa tidak berbuat sesuatu yang luar biasa tapi berpengaruh buat orang lain?
Kamu pernah. Ketika senyummu menyapaku tadi pagi seperti biasanya. Itu sudah cukup membuatku bersemangat.
Aku juga pernah. Ketika hari ini seseorang berkoar-koar di media sosial menyindirku tentang kesombongan, bermuka dua dan banyak gaya. Entah apa yg sudah aku perbuat.
3 notes
·
View notes
Text
Memesona itu Berani Bermimpi Tanpa Batas
Saya selalu terpesona dengan orang-orang yang tahu apa yang di-mau, melihat mereka yang berhasil berdiri dengan tegaknya di atas mimpi sendiri. Sungguh suatu hadiah diri paling luar biasa atas keringat dan air mata yang jatuh di setiap langkah menuju ke sana.
Wanita pertama yang membuat saya langsung jatuh hati dan terinspirasi adalah @perempuanthicka. #Memesonaitu melihatnya bercerita bagaimana pekerjaannya sebagai penulis tentang kopi membawanya terbang ke mana saja. #Memesonaitu kilatan bahagia yang terlihat jelas di matanya, membuat saya percaya, bekerja sesuai dengan passion tak hanya akan membuat dompet mengembang, semangat dalam jiwa pun akan terus kenyang.
Tidak Ada Kata Terlambat
Dari kecil, kita sudah biasa ditanya tentang cita-cita. Dokter, pramugari, polisi dan banyak profesi keren yang lainnya. Namun, dengan bertambahnya usia, passion akan membawa kita ke tempat yang diinginkan. Kamu mungkin akan tersesat lebih dulu dengan salah jurusan atau pekerjaan yang hanya membuatmu mengutuk di setiap pagi. Tak pernah ada kata terlambat untuk berganti haluan, mengejar mimpi yang selama ini pura-pura kamu ikhlaskan. Di usia menjelang 30 tahun, saya masih terkungkung di rumah. Bekerja seadanya. Lowongan kerja kantoran bahkan meminta usia di bawah 26 tahun, bukan? Hobi menulis pun cuma jadi ajang curhat di blog. Sampai akhirnya tawaran bekerja sebagai content writer datang. Saya yang seorang Sarjana Teknik Pertanian, dengan tulisan acak adul yang mostly cuma puisi ala-ala? Serius? Tentu saja saya ambil! Apa sih yang tak bisa dipelajari?
Keliling Diri dengan Vibe Positive

Bertemanlah dengan orang-orang yang punya energi positif. Mereka akan menulari kita dengan pikiran-pikiran optimis. Bagaimana mereka tetap semangat menghadapi hidup yang kadang kejam, atau tentang taktik menjauhkan diri dari penyakit hati. Belajar mendengarkan juga perlu. Karena setiap menyediakan telinga untuk mendengar, ada ilmu baru untuk dipelajari. Dari seorang teman, Titasya, saya belajar bahwa apapun bisa diraih asal terus berusaha. Sahabat yang juga bos saya ini mengajarkan bahwa penting untuk terus berkembang. Dari kawan lainnya, @tetavaganza saya belajar, bahwa terus berpositive thinking baik untuk kesehatan jiwa. Teman akrab ini juga membuat saya sadar, berbagi tidak akan pernah membuatmu kekurangan.
Berani Mendobrak Keluar dari Zona Nyaman

Keluar dari zona nyaman dan aman yang hangat memang sedikit menakutkan. Ratusan ‘bagaimana jika’ menghantui kepala dan memberati kaki untuk melangkah. Namun, kita tak tahu harta karun apa yang ada di luar kalau melangkah keluar saja tak berani. Ingat pepatah yang mengatakan, ‘Jangan mengharapkan hasil berbeda kalau masih melakukan usaha yang sama’, kan? Pertama kali menulis artikel, saya dapat tugas untuk membuat berita artis. Butuh waktu satu tahun bagi saya hingga akhirnya bisa menciptakan artikel yang enak dibaca dan paham bagaimana memilih tema yang menarik. Lalu, tawaran lain muncul. Bagaimana kalau menulis bidang baru? Traveling, misalnya? Sedikit menakutkan, memang. Tahu apa saya tentang traveling? Jalan-jalan juga paling jauh ke Jogja. Mendaki gunung pun belum pernah. Namun, sekali lagi saya tertantang menaklukkan bidang baru ini. Dan lagi, apa sih yang tak bisa dipelajari?
Tidak Berhenti Belajar

Berteman dengan berbagai macam orang dengan watak yang bervariasi, mau tak mau membuat saya banyak belajar tentang hal asing. Buat saya, hidup adalah sekolah sepanjang masa. Tempat di mana saya memberi makan otak dan hati dengan hal-hal baru setiap harinya, selama masih bernapas. Ilmu pun juga begitu. Saya memang sudah menyelesaikan pendidikan resmi, namun pelajaran hidup tak akan ada habisnya. Salah satu yang akhirnya saya pahami adalah ketika mengerjakan sesuatu sesuai passion, rasa haus akan ilmu di bidang tersebut tidak akan hilang. Contohnya, karena menulis tentang jalan-jalan, saya jadi semangat belajar memotret, bikin video pendek tapi informatif dan tetap seru. This is so much fun.
Bermimpi Tanpa Batas

Tak ada batasan untuk bermimpi. Kecintaan saya pada kopi pernah membuat saya bercita-cita untuk memiliki sebuah coffee shop agar tak perlu lagi membayar mahal untuk setiap gelas minuman surgawi yang saya minum. Kini, impian saya makin tinggi. Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, saya ingin menikmati kopi di kafe sendiri yang tak jauh dari rumah, menulis buku ke 2 atau ke 3 untuk diterbitkan, dengan anak-anak yang bisa mengganggu saya kapan saja. #Memesonaitu ketika kamu berani bermimpi tanpa batas.
Tetap Menginjak Bumi

Manusia bisa berubah karena harta dan derajat. Sombong nggak sih kalau belum apa-apa saya sudah khawatir tentang ini? Menurut saya, penting untuk mewanti-wanti diri agar tidak keblinger dan untuk terus membumi sejak dini. Saya ingat pesan sahabat lainnya, sekaya-kayanya manusia adalah ia yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
Jangan takut untuk bermimpi. Kalau terlalu menyeramkan berjalan sendiri, ajak saja teman yang punya passion sama. Pancarkan pesonamu dengan semangat menggapai impian!
Berani?
616 notes
·
View notes
Photo

syukurlah, aku tak lupa caranya tersenyum setelah melihatmu melakukan akad dan sah menjadi miliknya. aku turut bersuka cita. selamat.
0 notes
Text
Dismenore itu berat, kamu nggak akan kuat. Biar aku saja.
Bayangin, kram perut ditambah sakit pinggang, pegel ini pegel itu, belom lagi emosi yang nggak stabil (rarungsing bakat ku nyeri) dan masih harus beraktifitas seperti biasa. Orang yg nggak ngerasain atau nggak lagi ngerasain terkadang ga bakalan ngerti, mereka menganggap perempuan tersebut kelewat manja. Sakit dikit aja, heboh. Anggapan tersebut membuat emosi si perempuan makin kacau. Jadi pengen bantingin segala sesuatu didekatnya, amarah meledak-ledak. Aaaaaakkkk!!!
Yang diinginkan, tiduran di kasur sambil dikompres hangat bagian perutnya, ada yang nemenin dengan sabar, yg mau ngolesin minyak kayu putih dan ngelus-ngelus punggung. Ngelus-ngelus dahi juga. Sama mijitin tangan dan kaki. Itu aja.
Satu hari dalam sebulan ini semua terjadi. Please, ngerti.
0 notes
Text
“Kuliah, pusing. Mau nikah aja.”
“Kerja, pusing. Mau nikah aja.”
“Nanti nikah pusing juga, mau nikah lagi?”
Bukan. Bukan begitu. Menikahlah bukan karena lelah dari kehidupan. Tapi menikahlah karena butuh diringankan dan meringankan beban pada saat yang sama.
Bukan. Bukan begitu. Menikahlah bukan karena ingin lari dari kenyataan. Tapi menikahlah karena ingin saling menguatkan hadapi kenyataan.
Bukan. Bukan begitu. Menikah bukanlah tentang kamu saja yang harus dijaga perasaan dan dibahagiakan hidupnya. Menikah adalah tentang sama-sama menjaga perasaan dan sama-sama membahagiakan.
Menikah bukanlah pelarian yang akan melepas beban-beban hidupmu. Menikah adalah tentang penyatuan dua kekuatan untuk membawa beban yang sudah ada sebelumnya. Menikah adalah tentang berkawan, saling berbagi dan menerima. Menikah adalah tentang membangun masa depan dan mencapai impian sama-sama.
Maka bayangkan, apa jadinya bila dua orang yang saling lari dari kenyataan hidup kemudian bertemu dalam satu bingkai pernikahan? Ya, barangkali mereka akan saling melarikan diri pada akhirnya.
— Taufik Aulia
5K notes
·
View notes
Text
Kau ini Tidak Sedang Berlomba Dengan Siapa-Siapa
Kau ini sebenarnya tidak sedang berlomba dengan siapa-siapa. Tidak mencari pemenang perihal siapa yang lebih banyak atau siapa yang lebih cepat sampai duluan.
Tidak ada.
Jika melihat hasil orang lain lantas membuatmu malah merasa kalah, merasa berkecil hati, merasa tertinggal, dan justru bukan bersemangat, maka berhentilah untuk melihat ke arah sana. Berhenti melihat orang lain. Stop, tinggalkan, lepaskan, unfollow. Tidak ada peraturan yang mengatakan bahwa kamu harus menjadikan pencapaian orang lain itu sebagai pemacu semangatmu, tidak ada.
Jangan mengikuti kata-kata orang brengsek yang bilang bahwa pencapaian orang lain itu harus dijadikan sebuah motivasi, apabila jauh dalam dirimu kamu tidak bisa merasa seperti itu. Hidupmu ini ya hidup kamu sendiri, kamu tau mana yang kamu suka dan mana yang nggak kamu suka. Masa harus ngikutin kata orang lain? Nggak usah sok dewasa kalau memang tidak bisa.
Setiap orang punya rezekinya masing-masing, punya waktunya masing-masing, punya jalannya masing-masing. Jadi ya nggak bisa disamaratakan bahwa semua orang harus mampu menjadikan keberhasilan orang lain itu sebagai pemacu untuk bisa berhasil juga. Ya nggak bisa, kalau kamu nggak nyaman ya tidak apa-apa, tidak ada yang salah, kamu boleh egois. Hidup kamu sendiri ini.
Jangan sampai dengan bergaul dengan orang-orang itu malah membuatmu merasa kalah dan tidak berguna sehingga sulit sekali untuk mau menghargai diri sendiri. Lepaskan, keluar dari lingkaran itu, pergi, berhenti bertemu, lalu masuklah ke lingkungan di mana kamu nyaman di dalamnya. Jika kau memang bukan tipe orang yang hidup karena berlomba dengan orang lain, maka baiknya hiduplah sekali lagi, mencobalah banyak hal tanpa ada perasaan diburu-buru untuk sukses, nikmati semua yang kamu kerjakan tanpa harus merasa kamu butuh mengejar seseorang yang sudah lebih dulu sampai. Carilah jalan di mana kau bisa sukses dan merasa bahagia tanpa perasaan iri dan kurang bersyukur.
Karena sejatinya,
Satu-satunya lomba yang harus kau menangkan adalah lomba dengan dirimu sendiri. Hidupmu ini perihal melampaui batas-batas yang kau gariskan sendiri, tentang segala pencapaian yang harus dilebihkan dari apa yang sudah pernah dicapai sebelumnya. Tumbuh, dan menjadi lebih baik dari kamu sebelumnya.
Kamu tidak sedang berlomba dengan siapa-siapa. Rencanakanlah untuk bisa melebihi pencapaianmu di masa lalu. Bukan dengan pencapaian orang lain.
2K notes
·
View notes
Quote
Bila air yang sedikit dapat menyelamatkan mu (dari rasa haus), tak perlu meminta air lebih banyak yang barangkali dapat membuatmu tenggelam. Maka, selalulah belajar cukup dengan apa yang kamu miliki.
anonim (via mangatapurnama)
460 notes
·
View notes
Text
Tulus
Ada cinta yang jauh lebih tulus pada mereka-mereka yang mencintai padahal tidak bisa memiliki. Ada hati yang begitu besar mau berbagi pada mereka-mereka yang diam-diam mencintai hati yang telah dimiliki oleh orang lain. Ada juga jiwa-jiwa yang begitu ikhlas tak kunjung mendapatkan meski sehari-harinya menemani kemana pun tubuh itu pergi. Cinta terkadang memang seperti itu. Yang jauh lebih tulus ada pada mereka-mereka yang justru tak bisa untuk saling memiliki.
2K notes
·
View notes
Text
Beberapa Minggu menjelang pernikahanmu, belum banyak pembicaraan yang berkembang di lingkungan kerja kita. Dua bulan yang lalu, aku tahu kabar pernikahanmu dari salah seorang teman. Masih jauh, fikirku. Masih ada waktu untuk mendahului atau bahkan mencurimu. Minggu lalu salah satu teman kita menyindirmu tentang kabar itu, kau hanya tersenyum. Tak ada satu kata balasan pun yang terlontar untuk sindiran itu. Siang ini, salah satu teman Perempuanku menolak bolu coklat karena sedang diet, dia takut kebaya barunya jadi sempit.
"kebaya buat apa, Bu?" Tanyaku
"kan mau kondangan." Sahutnya sambil melirik ke arahmu.
Deg.
Aku baru sadar kalau pernikahanmu ternyata sebentar lagi.
Kamu mencintainya, dia mencintaimu, keluarga kalian setuju, lalu siapalah aku?
Aku adalah tawa kecil ketika bahagia menyesaki dadamu. Tak penting.
1 note
·
View note
Text
Sudah siang, waktunya bagiku untuk bersinar. Memberikan semangat dan harapan pada semesta.
11 notes
·
View notes
Text
Lalu bagaimana jika aku mengagumi dia yang sudah menjadi halal (bagi perempuan lain)...?
1 note
·
View note
Text
Submissions are Open
Kamu mengidolakan seorang penyanyi atau pemeran film? Atau kamu menggemari klub sepakbola Eropa? Bahkan mungkin kamu menyukai sebuah negara walaupun belum pernah ke sana? Semua keinginan-keinginan itu bisa jadi sebuah karya seni yang keren kalau kamu mampu mengolahnya menjadi Cerpen, Puisi, atau Opini.
Yes, Komidi Putar edisi Februari nanti akan mengangkat tema Admirer’s Dream. Siapa pun pasti memiliki panutan, seperti mengagumi tokoh-tokoh yang berprestasi hingga budaya yang dianut masyarakat tertentu, tokoh tidak nyata yang ada di komik hingga klub bola basket di Amerika Serikat, atau masakan Korea hingga bermimpi menjadi keluarga Kerajaan.
Sebagai individu, kita bahkan tidak memiliki alasan mengapa menyukai hal-hal tertentu. Kita mengaguminya tanpa alasan. Jika ada yang mencela apa yang kita kagumi, kita pun akan mengabaikannya dan tidak ambil pusing, selama apa yang kita yakini itu benar.
Jika kamu tertantang untuk ikut meramaikan Komidi Putar Edisi Februari 2018, maka langsung saja kamu ambil buku catatan dan pena atau buka laptopmu. Tulislah apa yang ada di hatimu dengan gembira. Sebab kamu akan menginspirasi orang lain dan menceritakan betapa hebatnya apa yang kamu kagumi.
Syarat-syaratnya:
Opini: Tulis pendapatmu mengenai sesuatu yang kamu kagumi. Latar belakang mengapa kamu menyukainya. Disertai alasan-alasan yang cukup meyakinkan pembaca.
Cerpen: Tulis cerita kreatif seperti seandainya kamu bertemu tokoh idolamu, atau kisah fiksi kamu berada di tempat yang kamu inginkan, atau jadikan sesuatu yang kamu kagumi itu menjadi latar belakang cerita kreatifmu.
Puisi: Ungkapkan perasaanmu atau bagaimana interpretasimu kepada sesuatu itu dengan puisi kontemporer.
Batas akhir pengiriman naskah sampai dengan 20 Januari 2018. Untuk informasi email redaksi Komidi Putar bisa dilihat di Zine edisi sebelumnya di http://komidiputarzine.wordpress.com.
Salam literasi!
88 notes
·
View notes
Text
Malioboro sore itu
Langkahku terhenti saat beberapa tetes darah mengalir dari rongga hidungku. Sudah kuduga, benakku.
Teman dibelakang ku langsung sigap membantu. Mengambilkan tissue, menyuruhku duduk, mengelap darah disekitar hidungku, mengusap punggungku, bahkan dia juga yang membuang tissue-tissue penuh darah itu.
Beberapa kali aku menundukkan kepala sambil memijit pangkal hidung untuk menghentikan perdarahan, setidaknya itu yang kupelajari saat kuliah dulu. Benar saja, darahnya tak mengalir secepat tadi.
Salah seorang teman yang duduk di hadapanku menanyakan keadaanku,
He : are you okay?
Me : please give me another minute.
He : no problem. I Will give you all the time I have.
Me : really?
He : of course. I Will always be here for you.
Kepalaku masih pusing dan entah kenapa percakapan kita malah menggunakan bahasa Inggris. Hahaha. Aku tau dia hanya berusaha menghiburku, kita pun mengatakannya sambil tertawa. Setelah aku membaik, perjalanan menyusuri jalan Malioboro pun dilanjutkan, meski salah satu hidungku harus disumbat gulungan tissue.
Diam-diam ada sedikit harapan yang aku semogakan saat itu. Diam-diam ada mata yang binarnya aku rindukan kini. Diam-diam ada tawa yang ingin kurenyahkan bersamanya lagi. Diam-diam aku menulis postingan ini, berharap tak ada satu pun temanku yang mengetahui hal konyol ini.
Sstttt.....
1 note
·
View note
Text
Jangan Takut Dengan Lamanya Kesendirian #5 : Pemilih
Jadi dulu kalo ada yang komentar, “kamu cari yang kayak gimana sih Din? Ga ada laki - laki sempurna, jangan terlalu pemilih ah,” bahkan ibu gw sendiri, gw nangis loh.
Tapi beberapa tahun lalu ketika gw ngobrol dengan sahabat perempuan seusia yang juga belum menikah waktu itu, kami malah tertawa karena bagi kami lucu. Pemilih itu kan seakan banyak banget pilihan, lha ini satu aja kagak ada.
Kata sahabat gw ini, kalo dia ditanya kapan nikah kenapa ga nikah - nikah, jawabnya simple, “halah ojo gaya takok - takok, koyo ate buwuh paling akeh ae.” Jangan sok tanya-tanya, kayak mau nyumbang paling banyak aja, begitu translate nya.
Beberapa teman gw juga menebak - nebak gw dekat dengan siapa atau pacaran sama siapa, dan kriteria tebakan mereka mirip : ganteng, tinggi besar, kaya, keren, sempurna. Ha-ha-ha-ha. Gw nyicil tertawa.
Bukan berarti selera gw gak keren, no no. Selera gw keren dengan cara yang berbeda. Gw pemilih, tapi tidak memilih dengan kriteria seperti yang diduga. Bberbeda dengan tebakan klise dan mainstream nya orang - orang. Dan belum menikah bukan karena pemilih, tapi karena memang belum dipilih T_T
Tadinya gw berpikir, apa cara gw ngomong kelewat tinggi dan sombong sampai orang lain menganggap demikian? Nampaknya iya.
Namun ketika gw lebih humble, tetap saja orang menduga demikian. Pernah keponakan gw mempertanyakan ke adik gw, “kenapa sih Mbak Din ga nikah- nikah? Pemilih blablabla.” Adik gw marah ke dia karena melakukan judge without knowing even a little piece of my stories.
Kemarin ketika si keponakan bertemu gw di rumah, dia mempertanyakan hal yang sama, kali ini langsung ke gw. Bahkan ditambah kalimat yang sering gw dapatkan juga, “kalo Mbak Din mau sih pasti udah nikah dari kemarin - kemarin. Panjenengan pasti yang nolak.” Adik ipar gw gantian marah-marah sambil gendong anaknya.
Pemilih dengkulmu.
Gw santai. Why? Karena logika gw sudah gw manipulasi untuk hal ini. Gw sih ge er aja, mungkin gw dianggap berselera tinggi karena gw sendiri keren. Pendidikan baik, lumayan cerdas betewe setiap tes IQ hasilnya di atas rata - rata meski EQ nya kurang, mandiri, kreatif, bisa jadi partner kerja yang asik, berani, kalo lagi mood bisa supel banget, keluarga baik- baik alhamdulillah, bisa masak, beberes rumah rajin. Ya secara fisik gw ga jelek - jelek amat lah, menarik actually. Meminjam kalimat junior saya, “gw seksi walau kurang berisi.” Meski laki - laki lebih suka yang, hmm…seksi betulan, tapi gw yakin kemenarikan perempuan kurus (kalo kata @menjalin, ‘gering’) maupun gemuk punya pasarnya sendiri. Kalo kami bukan seleramu duhai para lelaki, ga perlu mencemooh, karena kami juga tidak mencemooh berapa hartamu.
Sekarang, kalo dianggap pemilih, gw menjawab, “makasih ya, kamu ngatain saya pemilih pasti karena kamu nganggap saya pantes jadi pemilih.” Walaupun ada yang menjawab “gak juga sih”, gw ga peduli. Karena mikirin orang judging bakal capek sendiri.
I’m awesome.
Apakah mereka berkata demikian karena peduli? Selama kita punya hati ga kotor - kotor amat, kita pasti bisa merasakan kepedulian. Kita bisa tahu mana yang betul - betul peduli, dan mana yang cuma mengadili. :D
437 notes
·
View notes
Audio
SEMUA AKAN CIE-CIE PADA WAKTUNYA.......
1 note
·
View note
Text
lelah sekali malam ini, di jam-jam penutupan hari masih berkutat dengan sisa-sisa kesempatan untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah (mereun). tapi apa daya, hujan belum bersahabat dengan sinyal Ax*s nyatanya, lemoooooooooootttt bgt! keburu bad mood. ya sudahlah!
jika memang bukan ini jalannya, permudahlah jalanku yang lainnya, Yaa Rabb...
1 note
·
View note