Tumgik
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
#EnsiklopediBgr Dramaga dan Keluarga Van Motman. Dramaga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor. Nama Dramaga di Bogor cukup terkenal karena di kecamatan ini berdiri kampus IPB.  Selama ini Dramaga sering disebut Darmaga atau Dermaga,  maka  tidak sedikit para pendatang yang baru saja menginjakkan kakinya di Bogor mengira Dramaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Maka pertama kali datang, saat mobil yang membawa mereka mendekati  kampus IPB, ada dari mereka yang mencari-cari laut dan kapal yang berlabuh di Dramaga. Penulisan yang salah ternyata bisa membuat orang salah mengerti. Bukti penulisan Dramaga merupakan nama yang tepat adalah dari Google, website Departemen Dalam Negeri, juga bukti-bukti lain yang saya temukan dalam website sebuah keluarga Belanda yang pernah lama tinggal di Dramaga. Kalau kita mengetik “dramaga” di Google,  maka yang keluar adalah nama daerah yang sedang saya tulis dan salah satu link yang keluar adalah link Wikipedia. Link Wikipedia tidak muncul saat kita googling "darmaga". Apalagi bila kita ketik "dermaga" maka yang keluar adalah informasi mengenai tempat kapal yang ditambatkan. Pemerintah sendiri ternyata memakai Dramaga untuk penamaan wilayah di sebelah barat kota Bogor ini, walaupun informasi mengenai Dramaga di website Depdagri masih kosong. Dari ketua komunitas Napak Tilas Peninggalan Budaya (NTPB)  Hendra M Astari yang kerap menjadi narasumber beberapa media yang berkaitan dengan sejarah Bogor, juga tulisannya pernah dimuat di website keluarga van Motman,  saya mendapatkan informasi bahwa kata Dramaga yang paling tua ada dalam lukisan daerah Dramaga karya Jonathan Rach yang dilukis pada abad ke-18.  Dalam lukisan itu terdapat tulisan "Indramago (Indramaga) near Buitenzorg". Di website keluarga van Motman pun kita bisa menemukan kata Dramaga dan peta Buitenzorg yang tertulis di dalamnya kata "Dramaga". Menurut ketua NTPB yang telah meneliti keluarga van Motman hampir 2 tahun ini, kata Dramaga berarti tambakan susukan atau dalam bahasa Indonesia berarti turap sungai kecil. Turap susukan ini hingga sekarang masih ada, letaknya di daerah Sawah Baru  sekitar Hotel Duta Berlian Dramaga. Pada masa Belanda,  di Dramaga pernah tinggal keluarga van Motman. Van Motman menjadi sebuah marga dengan founding father  seorang tuan tanah bernama lengkap Gerrit Willem Casimir (GWC) van Motman.Ia lahir pada 17 Januari 1773 dan meninggal di Dramaga, 25 May 1821. Ia adalah anak bungsu dari keluarga yang sebagian besar anggotanya telah meninggal dunia akibat Tuberkulosis. Karena negaranya mengalami stagnasi akibat invasi Perancis, maka pada usia 17 tahun, GWC mencoba peruntungan bergabung dengan VOC, berlayar ke Hindia Belanda memulai karir sebagai administrator gudang VOC.  Lalu akhirnya di Buitenzorg (nama kota Bogor pada masa Belanda) setelah VOC bangkrut, GWC menjadi tuan tanah dengan luas total kepemilikan seluas 117.099 hektar, meliputi daerah Semplak, Kedong Badak, Roempin, Tjikoleang, Trogong, Dramaga, Tjampea,  Djamboe, Nangoeng, Bolang, Djasinga, Pondok Gedeh, Pasar Langkap dan Rosa in the Gunung Preanger, Tjikandi Ilir dan Tjikandi Oedik di Bantam.Tanah kepemilikannya saat itu bisa dijumpai searah mata angin pada radius 40 km dari kota Bogor. Pada saat hidupnya, ia memiliki rumah di daerah Dramaga yang disebut Groot Dramaga atau Big Dramaga. Disebut Groot Dramaga karena rumah itu ukurannya besar, memiliki 20 kamar. Rumah yang lain terletak di daerah Djamboe. Namun rumahnya yang masih berdiri hingga saat ini hanya yang di Dramaga. Cateau van Kerkhoven, salah satu trio tuan tanah di Jawa Barat selain Bosca dan van Motman , menggambarkan keindahan Groot Dramaga dalam suratnya kepada anak-anaknya di Belanda, “Rumah Dramaga ini indah, semua marmer putih dan dinding putih, teras depan memiliki pemandangan indah.Dan keseluruhan terasa menghibur. Ada sebuah kolam renang besar di mana air mengalir dengan curah air yang besar dan di sisi lain dibuang melalui sebuah lubang. " Seorang cucu  van Motman pernah menulis surat kepada saudaranya menggambarkan tentang kecantikan Groot Dramaga, Aku bisa menggambar denah keseluruhan dan arsitektur Dramaga (dengan memakai) penutup mata. Aku ingat setiap kamar dengan baik, dan setiap pohon di taman, boengoer dekat lonceng besar, pohon doekoe, rempah-rempah, semak, pala, pakis yang indah dan begonia di pot bunga, kuda-kuda dan kereta. Kuda belang-belang selalu membuat saya kagum dan empat kuda poni melesat begitu cepat sepanjang jalan ….” Ketika memasuki Groot Dramaga yang sekarang bernama Landhuis dan digunakan sebagai guesthouse sekaligus klub dosen IPB bersama Antoni Holle, salah seorang keluarga van Motman, saya tidak menemukan marmer dan dinding putih, kolam  besar dan taman indah dengan rupa-rupa tanaman seperti yang diceritakan dalam kutipan di atas. Groot Dramaga yang sekarang bentuknya berubah karena telah mengalami beberapa kali renovasi. Hanya langit-langit  dan pintu kamar yang tinggi yang menunjukkan bahwa bangunan itu adalah warisan Belanda Dramaga dahulu terkenal dengan sebutan Liberia-koffie-aanplantingen atau Perkebunan Kopi Liberia.  Awal mula tanaman yang ditanam setelah GWC menjadi tuan tanah adalah kopi. Karena tidak menguntungkan maka ditanam gula lalu beralih ke tanaman teh. Walaupun reputasi teh sangat baik namun produksi hancur gara-gara terjangkit wabah lalat hitam, lalu akhirnya terakhir di Dramaga ditanamlah pohon karet. Antoni Holle yang mengaku sebagai orang Sunda menyayangkan kebijakan pemerintah Indonesia yang condong ke industri dibandingkan pertanian, sehingga negara kita tidak bisa mengoptimalkan kekuatannya.  “Padahal orang-orang luar itu dulu berlomba-lomba datang ke sini karena hasil bumi,”  katanya dengan nada prihatin. Antoni Holle yang sekarang tinggal di Jakarta datang ke Bogor dalam rangka ziarah ke makam leluhurnya di Kampung Sibanteng-Djamboe.  Dari silsilah  keluarga van Motman, Antoni Holle berasal dari generasi Tag A (Willem Reinier van Motman). GWC van Motman sebenarnya memiliki 13 anak, namun yang hidup hanya 5. Dari kelima anak itu akhinya dibentuk 5 takken atau 5 cabang, yaitu cabang A, B, C, D dan E. Dan silsilah leluhur Antoni Holle dari van Motman adalah berasal dari cabang A. Areal pemakaman keluarga van Motman memiliki luas 3300 m ². Terletak kira-kira 28 km dari kota Buitenzorg.  Ada 4 jenazah keluarga van Motman yang diawetkan di sana beserta 33 jenazah yang dimakamkan. Antoni menceritakan keadaan makam leluhurnya yang sekarang dalam kondisi rusak, bahkan semua mayat yang diawetkan dan awalnya disimpan dalam kotak kayu dengan penutup kaca pun hilang Nama Antoni Holle sendiri tidak menunjukkan bahwa ia adalah keturunan van Motman. Nama belakangnya diambil dari nama opah buyutnya yang bernama Karel Frederik Holle, orang Belanda yang memiliki perkebunan di Garut yang hidup pada 1829 hingga 1896. K.F. Holle sangat berminat pada bahasa dan kesusastraan Sunda. Maka tidak heran bila ia meninggalkan banyak karya sastra berbahasa Sunda. Jangan sangka Antoni Holle ini berwajah bule. Ternyata wajahnya seperti wajah orang Indonesia. Karena ada dari leluhurnya yang menikah dengan orang pribumi atau China, sehingga hilanglah wajah asli leluhurnya. Hanya logatnya yang menandakan ia sering berbicara dengan orang Belanda. Saat mengobrol dengannya, ia sempat menunjukkan buku yang berjudul De Familie van Motman 1600 – 2006, berisi tentang silsilah keluarga van Motman dan semua kepemilikanya pada masa lalu. Karena Belanda menerapkan sistem kearsipan dari jaman dulu, maka tidak aneh jika dalam rentang waktu 400 tahun keluarga van Motman masih bisa menelurusi family tree-nya. Dari buku yang diperlihatkan Antoni, saya jadi tahu ternyata Dramaga dulu pernah jadi perkebunan kopi, gula, teh dan karet. Tumbuhan teh biasanya hidup di daerah dengan ketinggian 500-1200 m dpl, sedangkan tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 m dpl. Sedangkan Dramaga terletak pada ketinggian 244 m dari permukaan laut. Dua tanaman yang seharusnya hidup di tempat yang sangat berbeda bisa tumbuh subur di Dramaga. Itu menandakan tanah kita memang subur sehingga pohon apa pun bisa tumbuh tanpa melihat ketinggian. Dramaga sekarang tentunya berbeda dengan Dramaga pada abad ke-18. Sekarang pohon teh sudah tidak mau tumbuh subur di Dramaga yang panas dan terkenal dengan kemacetan lalu lintasnya. Maka di Dramaga tidak akan pernah ada lagi seorang anak kecil kagum melihat kuda belang-belang melesat begitu cepat berlari di sepanjang jalan Dramaga karena kemacetan lalu lintas yang tidak mengenal waktu. Jadi Dramaga juga merupakan the good old days bagi yang pernah merasakannya.
1 note · View note
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
#EnsiklopediBgr Sejarah Tol Jagorawi, Jalan Tol yang Pertama Kali Dibangun di Indonesia Kali pertama jalan tol diusulkan, ditolak karena dianggap kuno. Kini, pembangunan tol gencar dilakukan. Orang yang pertama kali mengusulkan jalan tol adalah Walikota Jakarta, Sudiro (menjabat tahun 1953-1960). Usulan jalan berbayar itu sebagai cara pemerintah daerah Kotapraja Jakarta mendapatkan dana tambahan untuk pembangunan. “Pemerintah Daerah Kota Praja Jakarta Raya berusaha keras, karena pengeluarannya terus meningkat, padahal subsidi dari pemerintah pusat tetap terbatas,” tulis Subagijo IN dalam Sudiro Pejuang Tanpa Henti. Selain tol, Sudiro juga mengusulkan retribusi satu sen dari harga normal bensin, namun ditolak menteri perekonomian; dan airport tax atau pajak bandar udara Kemayoran yang diusulkan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara (DPRDS), juga ditolak pemerintah pusat. Sudiro bersama Badan Pemerintah Harian Kotapraja Jakarta menyampaikan usul jalan tol kepada DPRDS pada 1955. Usul itu muncul karena sedang pembangunan jalan raya, yang sekarang disebut Jalan Sudirman-MH Thamrin, dengan anggaran yang sangat besar. “Di jembatan panjang, pada ujung jalan MH Thamrin itulah, diusulkan untuk didirikan tempat guna pemungutan toll bagi tiap kendaraan bermotor yang lewat di situ,” tulis Soebagijo. “Usul ini ditentang keras oleh DPRDS.” Alasannya, ada anggota DPRDS menganggap tol akan menghambat laju lalu lintas. Anggota lain menyebut tol sebagaipajak kuno. Alasan terakhir ada benarnya. Penerapan pungutan uang untuk jalan sudah dilakukan pada zaman kolonial. Pemerintah kolonial menyewakan gerbang pemungutan tol kepada kalangan Tionghoa. Bahkan, tarif pajak didasarkan kepada kedudukan gerbang tol, selain tingkat kemakmuran rata-rata di suatu distrik. “Jadi sepikul (61,175 kg) beras harus membayar pajak sebesar 44 sen di Ampel. Sebuah gerbang tol di Surakarta yang telah lama didirikan pada jurusan Sala-Salatiga, hanya akan terkena pajak 15 sen pada gerbang tol utama Panaraga di Jawa Timur, 8 sen di bandar Pacitan di pantai selatan dan hanya ditarik 2 sen saja di rangkah pager Waru di Pacitan,” tulis Peter Carey dalam Orang Cina, Bandar Tol, Candu, dan Perang Jawa. Ketika tol dianggap ketinggalan zaman, beberapa negara menggunakan sistem tol tersebut. Hal itu berdasarkan pengalaman Sudiro sendiri ketika mengunjungi Amerika Serikat. “Tatkala Sudiro sendiri pada tahun 1961 naik mobil dari New York ke Washington, di tempat tertentu diharuskan membayar toll. Apakah dengan demikian di USA hingga saat ini toll itu juga dianggap sebagai pajak kuno,” tulis Subagijo. Jalan tol yang dianggap kuno akhirnya dibangun juga 18 tahun kemudian, ketika pembangunan jalan tol pertama di Indonesia dimulai pada 1973. Jalan tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) sepanjang 46 km itu dioperasikan pada 9 Maret 1978. Pembangunan jalan tol sekarang ini juga mendapatkan penentangan dengan alasan tidak akan menyelesaikan masalah lalu-lintas. Namun, pemerintah jalan terus bahkan pembangunan jalan tol dilakukan di berbagai daerah. source: http://forums.merdeka.com/threads/kapanlagi-plus/37558-sejarah-tol-jagorawi-jalan-tol-yang-pertama-kali-dibangun-di-indonesia.html
0 notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
#EnsiklopediBgr - Raden Saleh dan Bogor Raden Saleh, seorang maestro legendaris yang sudah diakui oleh dunia lewat cat minyak dan lukisan-lukisannya yang terkenal akan paham romantismenya dalam menggambarkan sebuah fenomena. Raden Saleh adalah pelukis kepercayaan belanda, karena kemahirannya ia diberikan kepercayaan untuk meneruskan studi ke belanda atas rekomendasi Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826). Setelah 20 tahun menetap di negeri asing, Saleh akhirnya kembali ke Hindia Belanda pada 1852. Lalu dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis. Saleh menetap di Jakarta, namun ketika ia menikah Saleh memutuskan untuk menetap di Bogor karena jatuh cinta dengan pemandangan Gunung Salak, sedangkan rumahnya di Jakarta ia hibahkan untuk di buat taman (Taman Ismail Marzuki) dan kebun binatang (dulu namanya Kebun Binatang Cikini, namun kemudian direlokasikan menjadi Kebun Binatang Ragunan). Namun sang maestro pada Jum'at pagi 23 April 1880 menghembuskan nafas terakhirnya setelah jatuh sakit. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa aliran darahnya terhambat karena pengendapan yang terjadi dekat jatungnya. Ia dikuburkan dua hari kemudian di Kampung Empang, Bogor. Bagaimana sobat bogpis? Lumayan kan menambah pengetahuan kalian tentang tokoh bersejarah Indonesia, makin bangga deh sama Bogor. Ternyata Kota tercinta kita jadi saksi banyak sejarah loh!
0 notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
#Puisibgr dari Naufal D. R. & Farhan Andrianto
0 notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Masih tentang hujan, masih tentang kota ini. Bogor🍃
0 notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Jangan takut untuk melangkah gaes, justru rasa takut itu yang menghambat dirimu untuk maju.
2 notes · View notes
bogorpisan-blog · 8 years
Text
Ikan terbang, burung berenang.
Burung terlahir dengan sayap, sedangkan ikan terlahir dengan sirip. Fungsinya sama, hanya berbeda alam.
Kalau mereka tidak bisa menerimamu, maka mereka tidak pantas untuk mendapatkanmu. Tidak perlu merubah dirimu agar dapat di terima oleh orang lain, selama yang kamu lakukan itu benar tak ada yang perlu kau rubah dari dirimu. Burung tidak pernah memaksakan dirinya berenang untuk hidup bersama ikan, dan ikan pun tidak pernah memaksakan dirinya terbang untuk hidup dengan burung.
58 notes · View notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
#puisibgr dari @farisfebriza
5 notes · View notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Balada Rahvana Merindumu sudah tak ingin kukisahkan Walau menantimu tiada kuberani Semesta paham lisanku pandai beralasan Karena niat terkadang khianati nurani Lantas hampir seluruh waktuku Berlalu untuk mematri jiwamu Tak ada guna Hanya derita Adakah harapan? Di ranah permainanmu Maukah memberi kesempatan? Meski tiada aku barang seujung kuku Sekali ini saja, Kuhanya ingin tak peduli. Tuk penuhi hasratku tanpa jeda Bahkan tak mengenal esok hari Kemarilah, Sinta Ikutlah denganku Kupastikan kau bahagia Karena cintaku, takkan menyusahkanmu Bogor 2016, Priska Erianti Pic : detik.com
0 notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
1 note · View note
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
2 notes · View notes
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Teruntuk hujan di akhir bulan Juli.
1 note · View note
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
2 notes · View notes
bogorpisan-blog · 8 years
Quote
Tahu diri adalah cara mencegah patah hati.
(Cerita Laut, 2016) senjadilaut (via senjadilaut)
5 notes · View notes
bogorpisan-blog · 8 years
Text
Cerita Laut
‘pranggg!!’ Suara benturan antara gelas dan lantai akibat gravitasi membangunkanku dari perjalanan singkatku pada cuplikan masa lalu. Lamunan tadi benar-benar membuatku merasa lelah, ya padahal bergerak dari posisi duduk ku se-senti pun tidak.
Laut, begitulah aku akan menyebutnya dalam sedikit ringkasan cerita yang ku tulis malam ini. Gadis berumur kepala dua ini ku kenal secara tidak sengaja ketika akan mengisi tenaga di tengah kesibukan perkuliahan dengan semangkuk soto ayam dan segelas minuman dingin berasa jeruk. Aku melihatnya secara tidak sengaja, mataku menangkap tubuh mungilnya dengan rambut panjang yang bergelombang dengan sedikit warna coklat yang terlihat sedikit memudar.
Tidak, aku tidak berani untuk beranjak dan mengenalnya secara langsung. Keberanianku tidak sejantan itu, tentu saja tidak. Remaja dengan bentuk seperti buah semangka brazil macam diriku pasti tahu diri untuk menyapa gadis seperti dia.
Pasti kalian pikir aku akan berlanjut mengenal dirinya seperti cerita cinta yang biasa kalian baca, kalian salah. Pertemuan singkat dan proses jatuh cinta sederhana ini mengajarkanku bahwa terkadang semua lebih baik jika hanya dibiarkan terpendam begitu saja. Laut, iya nama yang sangat jarang ku dengar. Laut mengajarkanku bahwa tahu diri adalah cara terbaik untuk mencegah patah hati. Terimakasih Laut, terimakasih sudah mengajarkanku pelajaran ini.
Tidak, cerita diatas tidak nyata. Hanya cerita fiksi yang ku buat untuk menyalurkan keluhan di hati. Maaf mengecewakan, hanya saja aku tidak punya pilihan.
1 note · View note
bogorpisan-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Pertengahan bulan Juli, memang tidak ada yang spesial dari pertengahan bulan Juli. Namun kali ini entah mengapa angin berhembus lebih kencang dari biasanya, hujan turun lebih lama dari biasanya, dan malam terasa lebih panjang dari biasanya.
Seakan tak mau kalah, sepi ini pun terus merayapi tubuh. Seperti bumbu pelengkap, sepi ini melengkapi atmosfir pertengahan bulan Juli. Mungkin Juli sedih karena kemarau tak kunjung datang, ya seharusnya kemarau sudah datang. Bukan aku berharap kekeringan, hanya saja aku tahu pasti Juli lelah terus menerus merasakan hujan. Hujan sepanjang bulan Juli.
Apakah Juli sedang sedih? Tenang Juli, aku yakin tidak hanya kau yang lelah dengan kesedihan. Ya, aku tahu benar rasa itu.
4 notes · View notes
bogorpisan-blog · 8 years
Quote
Akan ada yang memudar, akan ada yang membekas. Setiap dari kita semestinya sadar bahwa sebuah sapa bisa mengubah suasana.
Rintik Kecil
(via rintikkecil)
136 notes · View notes