catatankhusus
catatankhusus
khusnulhtm
14 posts
Menulis adalah mengungkapkan
Don't wanna be here? Send us removal request.
catatankhusus · 5 years ago
Text
JEDA DAN KALIBRASI
Mungkin kita pernah mengalami, saat semua yg kita upayakan menjadi tak bergerak dan tak ada hasil. Mungkin kita juga pernah mengalami, semua doa yg terpanjat masih belum mendapatkan jawab. Sehingga setelahnya, kita memilih untuk menjeda. Beberapa memilih untuk mengevaluasi dan merapikan strategi. Beberapa lainnya memilih berhenti, berputar arah, memaki diri, dan tidak melanjutkan harapannya lagi. Bagi kita yg memilih jeda untuk kemudian berjuang lagi, mungkin kita membutuhkan kalibrasi. Mengkalibrasi diri, bisa jadi selama ini kita lupa mengecek kondisi. Ada raga yang sering terdzolimi dengan rutinitas tanpa henti. Ada jiwa yang luput untuk kita selami, adakah dirinya dalam kondisi baik?. Ada iman yang entah naiknya lebih sedikit atau banyak dari turunnya. Kalibrasi diri disaat jeda mungkin memang perlu adanya. Mengkalibrasi diri, kembali kepada kejernihan. Setelah semua riuh yang membuat jenuh. Kini saat jeda itu tiba, kita bisa memanfaatkan untuk mensetting ulang apa-apa yang selama ini menjadi kerumitan. Tentang mimpi yang perlu diganti. Tentang rencana yang harus ditunda. Tapi ini bukan akhir untuk semuanya. Inilah ruang jeda yang sedang Allah berikan agar kita mampu mengkalibrasi. Kembali pada hakekat bahwa manusia bukanlah apa-apa tanpa kuasaNya. #1ramadan
0 notes
catatankhusus · 5 years ago
Text
Ada hal-hal yang jika dipersatukan tidak memiliki makna. Tapi ada juga hal-hal yang jika disatukan akan memiliki makna.
0 notes
catatankhusus · 5 years ago
Text
The Winners
Sebenarnya kita tidak sedang berlomba dengan siapa-siapa, tidak sedang berjuang mengalahkan siapa pun kecuali diri kita sendiri. Mengalahkan dari segala bentuk kemalasan, keraguan, benci, dan hal-hal buruk lainnya yang dapat membahayakan diri. Sebenarnya kita tidak sedaang berkompetisi dengan siapa-siapa. Tidak perlu menjadi ‘lebih’ dari siapa pun. Kita hanya perlu menjadi versi terbaik diri kita.
Jika kemarin kita masih belum bisa bersabar, maka hari ini harus bisa lebih sabar. Jika kemarin kita masih gagal mengalahkan rasa malas, maka hari ini kita harus berusaha lebih keras untuk menghilangkan rasa malas. Jika kemarin kita belum bisa apa-apa, maka hari ini kita harus belajar lebih banyak. Kita harus lebih baik dari diri kita yang sebelumnya.
Standar kebaikan yang kita lakukan hanya perlu kita bandingkan dengan diri kita sendiri. Hari ini dan kemarin, besok dan hari ini, bulan ini dan bulan kemarin, tahun ini dan tahun kemarin. Bukan dengan standar orang lain, bukan.. Kita semua adalah pemenangnya saat mampu menjadi versi yang lebih baik setiap harinya.
Waktu kita tidak banyak, jika hanya membandingkan diri dengan manusia lain maka tidak akan pernah selesai. Karena kita punya versi terbaik diri kita masing-masing, punya standar sukses masing-masing, punya rintangan dan tingkatan masalah yang berbeda, target pencapaian yang juga berbeda. Waktu kita akan habis, jika digunakan hanya untuk berjuang mengalahkan manusia lain. Hari ini kita paling kaya, ternyata besok ada yang lebih kaya. Hari ini kita paling pintar di kelas, besok sudah ada yang lain jadi juaranya.
Maka, simpan saja energimu dan maanfaatkan waktu yang dimiliki untuk berbenah menjadi pribadi yang lebih baik. Pertahanan paling hebat di jaman ini bukan menjadi terbaik dalam segala hal. Sedang senjata paling ampuh untuk bertahan hidup di abad ini adalah kolaborasi. Bukan lagi kompetisi untuk membuktikan siapa yang lebih hebat dan kuat. Tapi kolaborasi, saling memberi dukungan, membantu, menyemangati, menjadi supporting sistem.
Pada fase ini, doa dan dukungan lebih kita butuhkan dibandingkan pengakuan atas segala kehebatan. Di fase kehidupan ini, kata-kata saling menyemangati lebih kita nantikan bukan? Ketimbang pertanyaan-pertanyaan saling menjatuhkan. Tidak hanya kita yang akan merasa nyaman ketika suara kita didengar sebagai seorang teman, bukan sebagai musuh dalam persaingan. Tapi semua lawan bicara akan merasa nyaman ketika kita perlakukan mereka dengan baik, nada bicara santun, pandai menjaga perasaan, tanpa niatan untuk membandingkan, apalagi terbesit keinginan mendapat pengakuan kehebatan.
Kalau saat ini kita belum mendapatkan suasana seperti yang kita harapan. Mari kita coba dengan memperlakukan sekitar kita sebagai ‘teman’ bukan saingan. Berhenti membandingkan, tapi mulalah beri dukungan, doa, dan bantuan.
Hei, kamu bisa kok. Ayo aku bantu.
Tenang, selesain pelan-pelan. Ada aku.
Gapapa, besok kita coba lagi..
0 notes
catatankhusus · 5 years ago
Text
I’m Human Too
Kadang kurasa lelah Harus tampil sempurna Ingin kuteriakkan
Rocker juga manusia punya rasa punya hati Jangan samakan dengan pisau belati Rocker juga manusia punya rasa punya hati Jangan samakan dengan pisau belati
Tarik napas dalam-dalam, hembuskan perlahan. Pengen rasanya nyanyi lirik lagu diatas sambil teriak yang keras. Tapi masih sadar diri sih, kasian sama telinga orang-orang.
Entah sudah ke berapa kalinya dapet kata-kata yang sebenarnya mungkin biasa aja. Tapi kalau kata-kata ini dikeluarkan saat hati lagi kalut-kalutnya, lagi perlu untuk meluapkan. Belum selesai narasi disampaikan, eh di tengah cerita langsung dipotong…
“Loh, mbaunul ko galau sih?” “Wah gila, seorang unul bisa mellow juga yak.” “Ah, serius nul ini lo?!” “Ih, sumpah, parah sih ini. Bisa-bisanya lo sampe nangis gini,” “Helloo, ini beneran kamu nul. Bisa baper juga ternyata ya.”
Akhirnya nafsu untuk mengeluarkan kemampuan 20.000 kata per hari pun kandas. Kalau kalian pernah merasakan di posisi yang sama seperti itu, biasanya kalian ngapain guys?
Sebagai seorang perempuan, biasanya healing yang dilakukan saat otak lagi banyak pikiran, hati lagi galau, perasaan sedang tak enak adalah dengan bercerita. Karena memang dengan cara itulah perempuan menyelesaikan masalah. Berbeda dengan laki-laki yang cenderung berdiam diri, mencari solusi, mungkin baru cerita saat masalah sudah selesai atau bahkan tidak menceritakannya pada siapa pun. Tapi perempuan? Yang terpenting bukan solusi, tapi kepada siapa dia akan menguraikan kisah dan masalahnya. Penyelesaiannya? Dipikir belakangan.
Tapi, pada suatu kondisi ketika seorang perempuan tidak mendapatkan tempat untuk bercerita kemudian dia akan memendam. Sehingga jika itu dilakukan berulang kali, bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat timbunan kisah itu akan meledak. Tinggal menunggu waktu dan momentum saja. Atau kemungkinan lainnya adalah dia menjadi pribadi yang pendiam, merasa insecure, tidak bisa bercerita, dan cenderung menutup diri. Karena merasa tidak ada ruang lagi untuknya menumpahkan. Efeknya? Kepribadiannya mungkin akan berbeda dengan perempuan pada umumnya..
Ini hanya spekulasi dari saya yang awam, yaa. Hanya mengamati dan mungkin juga dari pengalaman pribadi. Tidak memberikan ruang bercerita kepada perempuan atau berspekulasi bahwa dia adalah pribadi yang kuat, sehingga tidak sepantasnya untuk berkeluh kesah rasa-rasanya perlu kita tinjau Bersama. Menilai seseorang sebagai pribadi yang Tangguh itu sah-sah saja, kok. Tapi bukan berarti kita melarangnya untuk menyampaikan kisah dan berkeluh kesah. Karena sekuat apapun perempuan, tetap selalu ada sisi dimana dia merasa perlu untuk didengarkan. Begitu menurut pengalaman Saya hehe. 
Jadi, jangan sampai kita mematikan perasaannya dengan menganggap bahwa dia adalah manusia paling sempurna, yang hatinya kuat bagai karang. Hingga tidak pantas untuk bersedih, galau, atau sekedar menceritakan hal-hal mellow. Ingat, dia pun juga manusia biasa, yang bisa melemah kondisinya. Alih-alih mencari ketenangan dengan bercerita, eh malah dibikin makin sedih karena dianggap tidak pantas untuk menceritakan kisahnya. Bukannya selesai masalahnya, malah makin stress dan depresi.
Nah, mungkin hal ini juga yang menyebabkan permasalahan mental atau depresi itu lebih banyak terjadi di kalangan perempuan khususnya pada remaja atau dewasa mula. Bukan suatu hal yang remeh, loh. Pada penelitian Christiani (2015) diketahui bahwa kejadian depresi pada wanita di berbagai kota besar di Indonesia mencapai 15% dan tingkat prevalensi pada remaja perempuan lebih tinggi yaitu 18% dibandingan perempuan dewasa yaitu 11%. Faktornya penyebabnya banyak, nah perasaan insecure dan tidak mendapat ruang ini mungkin salah satunya.
 So, kawanku yang budiman, yang cantik dan rupawan. Mulailah kita hati-hati menjaga lisan dan perasaan. Bisa jadi menurut kita sesuatu itu adalah hal yang ‘biasa’ tapi  tidak bagi mereka. Apa yang tampak dipermukaan tidak selalu sama dengan apa yang ada dikedalaman. Berusaha lah sedikit lebih sabar, siapkan telinga tuk mendengarkan. Kadang yang mereka butuhkan bukan solusi, hanya perlu rasa simpati dan empati. Cukup…
0 notes
catatankhusus · 6 years ago
Text
Mainkan Peranmu
“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku” – Umar bin Khattab 
Katanya, daun yang jatuh pun atas seijin Allah. Jadi kenapa kah masih juga merasa ragu dengan apa yang sedang dijalani saat ini?. Satu hal yang harus diyakini adalah, semua yang terjadi kemarin, saat ini, maupun besok  adalah atas kehendak Allah. Atas seizin Allah. Tidak luput suatu hal pun. Tenangkan hati dan pikiran... Nikmati setiap proses yang sedang dijalani. Sedang menjadi seorang pegawai, mahasiswa, istri, ibu, atau sedang menjadi apapun. Nikmati setiap prosesnya.. Nikmati dan syukuri setiap prosesnya. Cukup pastikan bahwa apa yang sedang dijalani saat ini adalah suatu kebaikan. Cukup pastikan bahwa kita akan melaluinya dengan baik. Cukup, cukup dengan memastikan bahwa ridha Allah yang sedang kita dambakan.
Mainkan peranmu saat ini dengan bijak. Semua hal adalah berharga. Allah hadirkan segala macam peristiwa agar kita mampu belajar dan mengambil banyak hikmah yang tersebar. Tidak perlu risau, merasa gagal, atau pun tertinggal. Cukup mainkan peranmu saat ini dengan baik dan bijak. Pastikan peran kita adalah peran yang mampu menunjukkan ketaatan dan rasa syukur. Karena bisa jadi, peran yang saat ini sedang kita jalani adalan peran yang sedang orang lain idamkan.
Percayalah, peran apapun yang sedang dijalani saat ini maka itulah kesempatan terbaik yang sedang Allah berikan agar kita belajar... Terus belajar dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Wahai diri, berdamailah dengan peran saat ini.
3 notes · View notes
catatankhusus · 8 years ago
Text
Dari Masa Lalu #2
Meneladani keteguhan sang mujahidah, Ummu Umarah...
Kelelahan apa yg membuatmu mengeluh? Sekali lagi ku lihat dia dalam cermin. Wajah perempuan menahan tangis dan amarah. Merasa beban sangat berat sedang menggelayuti pundak lemahnya.
Kesulitan apa yg membuatmu merintih kesakitan ? Masih ku tatap lekat, matanya yg kini mulai sembab. Seolah awan gelap sudah habis merenggut senyumnya. ------------------------------------------- Ku katakan padanya, belum kah kamu mengenal Ummu Umarah ?. Mujahidah perisai Rasulullah, Singa Merah julukannya.
Pernah suatu ketika, saat Ummu Umarah membersamai Rasulullah dalam laga perang, dengan jumlah kaum muslimin yg semakin sedikit. Detik-detik kekalahan muslimin sudah terlihat, terlebih saat musuh datang berusaha menyerang Rasulullah.
Ummu Umarah datang dengan segenap keberanian menghalangi musuh. Dengan sigap Ia ayunkan pedang menghalau serangan musuh. Sampai sampai beberapa luka sayatan pedang musuh Ia peroleh, belum lagi beberapa anak panah yg juga mendarat di bagian tubuhnya. Jelas membuat tubuhnya bersimbah darah, pantas Ia dijuluki singa merah. Berdiri untuk melindungi Rasul, layaklah Ia disebut juga sebagai perisai Rasulullah.
Mengeluhkan Ummu Umarah ?. Luka-luka tersebut tak sedikitpun membuatnya mengeluh atau bahkan menyesal karena sudah berada pada jalan keislaman ini.
Nyatanya kekuatan cintanya pada Rasulullah dan Allah mampu membuatnya bertahan dan tak pernah gentar untuk menjadikan Islam sebagai satu-satunya jalan dan pilihan.
Ummu Amarah, salah satu teladan untuk muslimah dan juga seluruh kaum muslimin. Tidak ada sedikit pun keluhan yg Ia tunjukkan pada Rasul.
"Siapakah yg sanggup melakukan seperti yg engkau lakukan, wahai Ummu Umarah?" Ujar Rasulullah memuji.
Singa Merah, teladan bagi para muslimah. Ia telah mengorbankan dirinya di jalan jihad membela Islam. Ia telah berusaha dengan segenap kemampuannya. Tak hanya berlaga pada Perang Uhud, Ia pun ikut andil dalam Perang Hunain, untuk memerangi Nabi palsu selepas wafarnya Rasulullah.
Seluruh jiwa dan raga telah Ummu Umarah serahkan kepada Allah, dengan jual beli yg sangat mulia. Secara khusus, Rasulullah SAW pun mendoakan Ummu Umarah. Ketika sang mujahidah terluka karena telah melindungi Rasul. Rasulullah SAW berkata pada putra Ummu Umarah, "Ibumu! Ibumu! Balutlah lukanya. Ya Allah, jadikanlah mereka teman-temanku di surga".
Masya Allah... ------------------------------------------- Terakhir, ku tanyakan lagi pada wanita dalam cermin tersebut. Kelelahan apa yg membuatmu mengeluh ? Adakah luka berdarah pada punggungmu ? Atau adakah luka yg kau  peroleh dari perjalanan dakwah ini ?
Kelelahan seperti apa
"Kurangi keluhannya. Perbanyak bersyukur !" Ujarku pada wanita dalam cermin
Langit malam Yogyakarta (Khusnulhtm)
2 notes · View notes
catatankhusus · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Belajar banyak dari mereka. Terima kasih sudah membersamai perjalanan selama setengah periode ini. 
Azka, si anak sulung. Perannya di tim ini pun sama, dia nih anak nomor 1 ibaratnya. Hobinya mengingatkan kawan lainnya, tapi yang paling sering ditegur itu Yasin, Haha. Nah, kalo Yasin ini aku tempatkan seperti anak nomor 2. Alhamdulillah dia bisa mandiri dan super sigap, Hati-hati kalo dia lagi badmood, serem !. Nah, anak terakhirnya nih si Nindy, hehe. Anak bungsu, manja menggemaskan, Paling bisa mencairkan suasana. Emang hobinya haha hihi, cocok banget jadi penyegar kalau kedua kakaknya lagi pusing. 
Aku ? aku penjaga mereka :)
Senyum, Semangat, Kuat, Hebat !!!
5 notes · View notes
catatankhusus · 8 years ago
Text
Dari Masa Lalu #1
--------Mari Belajar------- Bagaimana mungkin kamu mengeluh, sedang orang terdahulu pernah juga habis habisan membela dan berjuang.
Bagaimana mungkin kamu bermalas-malasan, sedang lawan sedang bersiap tuk menyerang.
Bagaimana mungkin, sampai-sampai kini hampir habis untuk ku berpikir... -------------------------------------------------------------- Terkisahkan, Abdullah bin Ummi Maktum. Manusia buta yang Allah turunkan 16 ayat berkenaan tentang dirinya, Qur’an surat 'Abasa ayat 1-16.
Abdullah bin ummi maktum, yg dengan kebutaanya tetap gigih menjalani kehidupan. Ujian dan penderitaan yg dialami kaum Muslimin kala itu, juga Ia rasakan dengan segala pengorbanan, keteguhan dan kesabaran. Imannya tidak goyah, tidak beringsut ataupun patah semangat.
Abdullah bin Ummi Maktum, yang menjadi muadzin dan pemegang panji pasukan muslimin, yang dengan kekurangannya, Ia tidak ingin hanya duduk dan tidak ambil bagian dalam perjuangan.
"Tidak sama orang Mukmin yang duduk (tidak berangkat) dengan orang yang berjuang di jalan Allah selain orang yang memiliki uzur.." Rasul bersabda.
Namun Abdullah Bin Ummi Maktum sejak itu tekadnya selalu bulat untuk pergi berperang, dan Ia berseru "Tempatkan aku di antara dua barisan dan berikan kepadaku panji agar aku yang membawanya dan menjaganya untuk kalian! sebab aku buta dan tidak mampu berlari"
hingga akhir hayatnya, Ia ditemukan telah gugur dalam medan perang dan masih menggenggam panji pasukan muslimin. Sungguh gigih perjuangannya walau dengan segala kekurangan yang dimiliki beliau. Lalu kita ?! --------------------------------------------------------------- Bagaimana mungkin jalanan terjal ini akan kau lalui dengan penuh keluh kesah sedang engkau berharap untuk menang.
Mari belajar dari seorang Abdullah bin Ummi Maktum.
2 notes · View notes
catatankhusus · 8 years ago
Text
Merombak Adat: Perempuan Harus Hebat
Sejarah telah mencatat, pada masa yang kelam itu para perempuan harus menahan hasrat untuk menampakkan keberadaannya sebagai bagian dari masyarakat dan dunia. Pada masa yang kelam itu juga akhirnya jiwa pemberani seorang Kartini pun terlahir. Membawa sebuah cahaya, memberi jalan atas kemegahan kiprah perempuan saat ini. Menawarkan cita-cita mulia untuk perbaikan nasib kaum hawa. Saat itu, dia lah sang perempuan perombak adat. Sebenarnya, saat itu Kartini tidak sendirian berjuang, karena adapula seorang perempuan dari Jawa Barat yang memiliki cita-cita yang sama. Raden Dewi Sartika namanya. Telah berhasil mendirikan sekolah perempuan saat itu. Begitu pula dengan Kartini yang akhirnya berhasil mendirikan sekolah perempuan setelah dirinya dinikahi oleh seorang Bupati. Kemudian melahirkan seorang anak dan tiga hari setelahnya Kartini harus meninggalkan dunia. Singkat cerita dari sang perombak adat. Tidak hanya Kartini dan tidak pula Raden Dewi Sartika, nyatanya perjuangan untuk memperbaiki derajat perempuan masih dilakukan hingga saat ini. Hanya saja medan juangnya yang sudah berbeda. Pada masa Kartini, pendidikan untuk anak gadis sangat terbatas. Beruntunglah Kartini yang masih sempat mengenyam pendidikan karena lahir dari keluarga yang terpandang dan terbuka dengan pendidikan. Namun akhirnya di usia dua belas tahun Kartini harus dipingit juga. Masyarakat saat itu terkukung oleh adat bahwa seorang perempuan hanyalah bertugas mengurusi rumah, tidak perlu bersekolah. Tugasnya hanyalah menyiapkan dan menunggu dipinang, tidak perlu kecerdasan. Toh nantinya Ia hanya akan menjadi pengikut suara-suara kaum adam. Tapi zaman telah berubah. Perempuan bagaimana pun adanya haruslah merdeka. Merdeka untuk menentukan pilihanya, merdeka untuk mendapatkan pendidikan, merdeka untuk menggali potensinya. Merdekanya kaum perempuan bisa terlihat saat ini, berbagai sektor kehidupan banyak terisi oleh kaum yang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Mulai dari dunia pendidikan seperti guru, dosen, dan sebagainya. Lalu banyak pula di kancah hiburan, bahkan posisi-posisi penting dalam pemerintahan pun sudah banyak diisi oleh kaum perempuan. Ini kah cita-cita yang diinginkan para pendahulu ?. Kenyataannya perempuan memanglah harus hebat. Terlepas sebagai apa dan siapa. Bukan pula hanya karena tuntutan zaman. Tapi lebih karena sebenarnya perempuan terlahir dengan kehebatan dan dilahirkan untuk menjadi sosok yang hebat pula. Tidak hanya perempuan, secara universal setiap manusia yang terlahir adalah makhluk yang telah melalui proses-proses dahsyat dan dilahirkan dari rahim seorang perempuan hebat. Sejarah pun telah menunjukkan, bahwa sejak berabad-abad waktu yang lalu, sebelum emansipasi perempuan disuarakan, sebelum kesetaraan gender diagung-agungkan. Sosok Malahyati, sebagai seorang Panglima perang Kerajaan Aceh telah mengukir prestasi memngkomandoi pasukan perempuan di palagan perang. Dia adalah perempuan pertama di nusantara bahkan di dunia yang menjadi laksamana di zaman pelayaran modern. Tidak diragukan lagi keberaniannya, peperangan melawan Portugis saat itu berhasil Ia menangkan dengan 2000 pasukan janda yang ada dibawah komandonya. Masihkah ada yang meragukan kehebatan perempuan?. Zaman kegelapan telah usai, kini terang benderang dihadapan. Seperti dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini hanyalah pembuka jalan. Pergerakan perempuan secara nyata sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala dan masih akan berlanjut sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada. Karena dalam masyarakat Indonesia kedudukan perempuan berbeda-beda. Perbedaan itu pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu bentuk dan susunan masyarakat perempuan itu berada. Serta sistem nilai yang dianut masyarakat yang bersangkutan. Maka jika kedua faktor itu telah sepakat bahwa perempuan itu harus hebat, maka tidak ada lagi hak perempuan yang terpinggirkan. Kesetaraan yang selama ini dieluh-eluhkan pun tak perlu lagi dikhawatirkan, karena kita sudah sama-sama paham bagaimana pun adanya perempuan adalah sosok istimewa yang tidak bisa sama dengan pria. Namun, perempuan juga bukan makhluk lemah yang bisa disingkirkan. Artinya biarkan perempuan menghebat dengan cara dan sesuai kodratnya. Surakarta, 19 April 2017 Khusnulhtm
1 note · View note
catatankhusus · 8 years ago
Text
UKHTIVIS, Sebutan untuk Siapa ?
Kamu bilang kamu sudah berhijrah, hingga kau ubah penampilanmu. Berusaha menyempurnakan pakaianmu, menutup aurat hingga rapat. Kamu bilang kamu sedang berproses untuk memantaskan diri, hingga kau batasi komunikasi mu dengan lawan jenis. Tidak lagi berpacaran, tidak ada lagi hasrat untuk mendekati laki-laki yang bukan muhrim mu. Kamu bilang kamu ingin fokus dengan amanah mu kini, tidak ada lagi pikiran-pikiran bimbang nan galau selain memikirkan urusan akademik, amanah organisasi dan hal penting lainnya. Kamu bilang...        
Lalu, sebutan Ukhtivis itu apakah untukmu ?. Belum lama ini sebutan Ukhtivis sedang hangat menjadi perbincangan. Beberapa perempuan saling mengikrarkan diri sebagai Ukhtivis tersebut. Suatu hal yang positif tentunya, mari kita tanggapi dengan berbagai sudut pandang yang paling baik.
               Hari ini Saya mencoba menerka, sebenarnya apa arti istilah Uktivis dan untuk siapakah istilah atau sebutan itu diberikan. Pertama, jika ditilik dari padanan katanya maka Saya beranggapan bahwa Ukhtivis berasal dari dua kata, yaitu Ukhty dan Aktivis. Ukhty adalah sebutan untuk saudara perempuan dalam bahasa arab yang biasanya digunakan sebagai sapaan untuk muslimah. Sedang aktivis adalah sebutan untuk orang yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan dan kontributif baik dalam organisasi atau pun bidang lainnya, baik di dalam maupun di luar kampus. Pengertian secara sempit yang coba Saya buat sendiri untuk menggambarkan secara sederhana tentang arti aktivis. Maka Ukhtivis, secara sederhana dapat diartikan sebagai seorang perempuan (muslimah) yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan atau berkontribusi dalam sebuah lembaga atau organiasi.
               Belum puas dengan pengertian tersebut, maka Saya mencoba mendeskripsikan seperti apa kiranya Ukhtivis itu. Jika sebelumnya pernah Saya tuliskan juga tentang kiprah muslimah dalam lembaga, maka bisa jadi muslimah-muslimah yang Saya maksudkan di dalamnya adalah seseorang yang layak mendapatkan gelar Ukhtivis. Kemudian, jika sering kali kita lihat para muslimah dengan jilbab panjang menjulur, sempurna menutup aurat. Ditambah dengan jaket lembaga yang kerap dipakai, juga sering terlihat diberbagai kegiatan kemahasiswaan. Maka bisa jadi itu pun Ukhtivis yang sedang kita bahas dalam tulisan ini. Sudah tergambarkan kah ?
               Hanya penerkaan dan menurut hemat pribadi, karena secara spesifik Saya sendiri pun belum bisa menggambarkan dengan tepat siapa sebenarnya orang yang disebut sebagai Ukthivis. Jika penggambaran berdasarkan fisik saja masih dirasa kurang, maka mari  kita telisik lebih lanjut, seperti apa kiranya sifat-sifat atau kebiasaan yang dimiliki oleh seorang Ukhtivis. Jika dideskripsikan secara idealis maka kepribadian seorang Ukhtivis yang notabene adalah seorang muslimah aktivis, sudah jelas harus mengacu juga pada 10 muwassafat atau 10 karakter muslim tangguh. Atau secara sederhana kepribadian seorang Ukhtivis adalah pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah yaitu pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt.
            Dari uraian singkat di atas semoga dapat memberikan sedikit gambaran seperti apa kiranya seorang yang disebut sebagai Ukhtivis. Baik budi pekertinya, indah penampilannya, anggun pribadinya, dia tidak lemah. Aktif, pemberani, hari-harinya diisi dengan berbagai hal positif, dapat menjadi tauladan untuk orang di sekitarnya. Maka jangan tertipu, jangan pula terlalu cepat memberikan label. Dia yang sudah sempurna dalam berbusana dan sering kita sapa dengan sebutan Ukhty, bisa jadi belum siap mendapat gelar Ukhtivis hanya karena belum memenuhi standar kepribadian muslimah tangguh. Atau dia yang belum sempurna menutup aurat, belum juga bisa kita sebut sebagai Ukhtivis, karena kewajiban untuk menutup aurat saja belum dapat Ia laksanakan. Lalu, sebutan untuk siapa kah ?. Tenang, banyak dari mereka yang sedang berproses memperbaiki diri, memantaskan, berusaha dengan sepenuh hati. Bukan untuk mendapat julukan Ukhtivis, sungguh bukan. Mereka memperbaiki diri karena sadar posisi, bahwa seorang perempuan sudah selayaknya memiliki kewajiban untuk aktualisasi diri. Mereka berusaha menjadi pribadi shaleha, mendatangi majelis ilmu yang satu dan yang lainnya. Bukan untuk mendapat label Ukhtivis, sungguh bukan. Karena mereka sadar, bahwasanya Allah akan meninggikan derajat orang-orang berilmu, tidak peduli label apa yang diberi manusia yang mereka yakini hanyalah penilaian dari Allah semata.
            Maka jangan jatuhkan usaha-usaha mereka yang sedang berbenah dengan asyik memberikan label seenaknya, menerka dengan terkaan yang tumpul, memberi sekat-sekat yang ini Ukhtivis yang itu bukan. Kemudian yang perlu diingat juga bahwa berusaha menjadi pribadi yang baik bukan berarti menjadikan yang lain adalah tidak baik. Fenomena Ukhtivis ini mari kita sikapi dengan bijak. Semoga menjadi penyemangat untuk selalu berproses menuju perbaikan yang sebaik-baiknya, menjadikan usaha perbaikan kita menjadi usaha yang seikhlas-ikhlasnya, dan penilaian Allah biarlah di atas segalanya.
4 notes · View notes
catatankhusus · 8 years ago
Text
Kiprah Muslimah dalam Lembaga
           Kampus sebagai miniatur negara, tempat ideal untuk melatih dan menempa diri sebelum akhirnya harus terjun kedalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai miniatur negera tentunya kampus memiliki berbagai komponen mulai dari tataran yang sederhana hingga kompleks. Salah satu komponen yang begitu melekat dengan mahasiswa salah satunya adalah lembaga kemahasiswaan. Berbagai macam model lembaga terbentuk sebagai komponen yang turut serta menyusun miniatur negara ini. Mulai dari lembaga yang bergerak dalam ranah politik, sosial politik, keagamaan, hingga pengembangan bakat.
           Dalam keberjalanannya, lembaga-lembaga kemahasiswaan tersebut tak pernah terpisahkan dari peran para muslimah yang ikut berkiprah didalamnya. Istilah emansipasi wanita nyatanya memang berlaku dan nyata dalam kehidupan kampus. Terbukti dengan posisi kepemimpinan yang ditempati oleh para muslimah di dalam lembaga. Posisi-posisi strategis seperti sekretaris jendral, bendahara umum, koordinator  bidang, dan posisi lainnya.
           Muslimah memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah lembaga, terlepas dari  posisi dan tugas pokoknya secara struktural. “Dibalik kehebatan seorang pemimpin (re: pria) terdapat peran hebat seorang wanita” kalimat yang tidak asing dan memang benar adanya. Bisa kita lihat bersama beberapa contoh kisah terdahulu maupun masa kini yang menjadi saksi lahirnya kalimat tersebut. Kisah Khadijah binti Khuwalid ra yang senantiasa mendukung dan membersamai Rasulullah pada saat-saat terberat menghadapi ujian dakwah pada masa awal kenabiannya. Pada masa ini dapat kita lihat kisah seorang Ainun yang sangat cintanya dengan Habibie sang kekasih sejatinya. Banyak kisah lainnya yang dapat kita ambil hikmah serta pelajaran darinya, tentang arti penting kehadiran seorang muslimah bagi sebuah kepemimpinan.
 “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An Nisaa’ : 34)
             Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita  sama di sisi Allah.  Perempuan dan laki-laki dengan segala potensi yang masing-masing dimiliki, kelebihan dan kekurangan yang menjadi ciri khas dari setiap individu kemudian melakukan hal-hal yang berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Allah Ta’ala.
           Dengan pemahaman inilah kerjasama yang terbangun dalam sebuah lembaga harapannya dapat terjalin lebih baik. Karakter yang dimiliki antara wanita dan pria tentu berbeda. Keduanya dapat saling melengkapi. Seorang pria dituntut memiliki ketegasan, dapat mempengaruhi pengikutnya, serta kuat pemikirannya. Sedangkan wanita dituntut untuk bisa mengimbanginya, menjadi pengikut yang baik, setia mendampingi pemimpin, mampu menenangkan, mengingatkan. Ibarat penyejuk, kehadiran wanita dalam sebuah lembaga juga dibutuhkan sebagai peredam, penyeimbang, namun disisi lain Ia pun harus memiliki semangat yang kuat dan mampu menularkannya.
           Begitu kompleks perannya. Sifat ‘keibuan’ yang dimilikinya dapat digunakan untuk mengelola anggota lembaga agar mampu mengayomi dan membantu kerja sang pemimpin. Sifatnya yang lembut dan perasa sangat berperan untuk merangkul anggota yang lain dan dapat juga sebagai penengah saat terjadi konflik. Seorang muslimah harus pandai mengolah perasaan dan hati, tidak mencampurkan urusan pribadi dengan urusan lembaga.
           Cerdas, kuat analisisnya, tangguh kepribadiannya, sejuk pembawaannya, lembut tutur katanya, dan berbagai keunggulan lainnya yang hanya dimiliki oleh seorang muslimah sudah tentu dibutuhkan dalam kehidupan berlembaga. Maka, tidak ada lagi alasan bahwa muslimah tidak mampu berkiprah dalam lembaga. begitulah kiranya, Allah menciptakan segalanya berpasang-pasangan, saling melengkapi, dan menjadikannya lebih indah.
khusnulhtm
sisi feminis~
1 note · View note
catatankhusus · 8 years ago
Text
Konsekuensi Cinta #1
           Konsekuensi Cinta, akan ada konsekuensi dari kata cinta. Layaknya cinta kepada kedua orang tua, maka konsekuensinya adalah keberbaktian kita terhadap keduanya. Karena konsekuensi ini, maka cinta patut diperjuangkan. Dari sebuah rasa, berkembang menjadi kata, dan berakhir dengan kata kerja. Lalu bagaimana konsekuensi dari cinta yang muncul kepada dia sang pujaan hati ? maka ikrar kesetiaan dalam sebuah ikatan pernikahan adalah konsekuensi teromantis dan sebuah kepastian.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (Ar-Ruum: 21)
           Pernikahan merupakan sebuah peristiwa maha hebat. Tidak hanya menyatukan dua insan manusia, tapi menyelaraskan dan mensinergikan dua keluarga. Bisa jadi, dari peristiwa ini akhirnya muncul sebuah visi baru yang harmonis, saling selaras dari menyatunya dua jiwa yang sebelumnya tidak bertemu. Saking hebatnya, banyak orang memuja-muji peristiwa ini. Semua berlomba menjadi pasangan paling romantis, membuat pesta maha megah, menjamu tamu dengan sajian mewah, tak lupa acara hiburan yang menyenangkan hati. Momen ini adalah momen bersejarah, oleh sebabnya semua orang berusaha menjadikannya sebagai sebuah momen hebat.
           Sejarah, akan selalu dikenang sampai kapan pun. Akan dikisahkan sebagai sejarah yang baik atau buruk, semua bergantung dengan bagaimana kita menggores kisah tersebut. Jika benar pernikahan adalah sejarah, maka sepatutnya goresan indahlah yang terkisahkan didalamnya. Bagaimana menjadikan pernikahan sebagai sejarah indah yang layak dikenang? Maka Al Quran telah menyiapkannya.
Ar-Ruum  ayat 21, menjadi sebuah visi pernikahan. Bagaimana tidak, dalam ayat ini menggambarkan bahwa visi pernikahan adalah “sakinah” yaitu ketenangan, perdamaian, tentram, dan aman. Pernikahan yang ideal, hendaklah menciptakan ke-sakinah-an tersebut. Saling memahami adalah salah satu kunci untuk mewujudkan kenyamanan.
              Selanjutnya adalah mawaddah. Mawaddah dalam bahasa Indonesia bisa diartikan cinta atau sebuah harapan. Kata ini juga ada pada Al-Qur’an surah 30:21 (Ar-Rum), yang mana pada ayat ini tertulis "...Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang". Mawaddah juga sebagai fitrah ketertariakan fisik dan biologis. Namun perlu dipahami bersama, bahwa cinta yang muncul karena alasan fisik seperti kecantikan atau karena suatu hal yang bersifat duniawi kadarnya akan berkurang dan tidak bertahan lama, cinta adalah suatu hal yang utama dalam menjalani hubungan pernikahan, oleh karenanya perlu ditekankan karena apa dan karena siapa cinta itu bersemi, dan yakini bahwa cinta kepadaNya adalah setinggi-tingginya cinta.
             Terakhir yaitu Rahmah, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai rasa kasih sayang. Setelah berusaha menghadirkan sakinah dan mawaddah, selanjutnya adalah bertahan dan meningkatkan kasih sayang. Karena pernikahan adalah sejarah, maka selayaknya momen ini akan menjadi peristiwa romantis yang dilakukan satu kali dalam hidup. Kadar cinta dan kasih sayang dari hari ini, esok, dan hari-hari selanjutnya haruslah sama atau meningkat. Sehingga hubungan tetap terjaga harmonis dan vivi misi pernikahan dapat tercapai dengan baik.
Siapakah yang lebih beruntung ?
Aku atau Siti Hawa ?
Yang telah tercipta dari peristiwa maha romantis,
Penciptaan dari tulang rusuk seorang Adam
Siapakah yang lebih beruntung ?
Aku atau Siti Hawa ?
Aku dapat memilih, lelaki mana yang akan bersamaku
Yang tinggi kah? Berkulit putih kah ? atau...
Siapakah yang lebih beruntung ?
Aku atau Siti Hawa ?
khusnulhtm
sisa dari yang terserak~
2 notes · View notes
catatankhusus · 8 years ago
Text
Ishlahul Fardi
Kita yg sering bermimpi untuk mengubah dunia, memperbaiki lingkungan sekitar. Namun ada hal yang sering terlupakan. Bahwa sesungguhnya, hal besar berawal dari sesuatu yg kecil. Masyarakat madani, lingkungan kondusif, masyarakat cerdas, dan segala hal yang menjadi cita-cita bersama. Ada sebuah gagasan.bahwa untuk mengubah kondisi masyarakat dimulai dari mengubah keluarga. Karena keluarga merupakan salah satu elemen utama dalam tatanan masyarakat. Sudah tentu, kumpulan keluarga yang baik akan membentuk sebuah masyarakat yang baik pula begitu pun sebaliknya. Maka membentuk keluarga yang baik jelas menjadi langkah konkrit menuju impian masyarakat madani. Sebelum membentuk atau mengubah menjadi keluarga yang baik mari kita mulai dengan memperbaiki komponen dari keluarga, yaitu individu. Islam selalu melihat masyarakat sebagai individu bukan sebagai kelompok. Maka perbaikan secara individu menjadi hal yang sangat mendasar. Dimana setiap orang akan bertanggung nawab terhadap dirinya sendiri. Ya, memperbaiki diri sendiri atau disebut dengan Ishlahul Fardi. Dalam ikhtiar mencapai kejayaan islam, sedikitnya ada enam tahap yg perlu dilakukan (Maratibul amal). Dalam tahapan iktiar mencapai kejayaan islam, tahap yang pertama adalah memperbaiki diri. Kemudian pada tahap kedua adalah memperbaiki keluarga. "Selamatkan lah dirimu dan keluargamu dari api neraka" Sungguh indah jika semua manusia mampu melakukan perbaikan diri. Jika dianalogikan, manusia ibarat sebuah sel, kemudian sel berkumpul membentuk jaringan (keluarga), jaringan bertemu membentuk organ (masyarakat), jika terdapat sel yang rusak maka organ tidak akan bekerja dengan baik. Begitupun dalam masyarakat. Tapi rasanya analogi ini masih kurang pas. Pada intinya, bermuhasabah dan memperbaiki diri adalah sebuah keniscayaan. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tapi ada efek lebih luas dari hasil ishlahul fardi. Untuk keluarga, negara, dan agama. Khusnulhtm
0 notes
catatankhusus · 9 years ago
Photo
Tumblr media
0 notes