i learn that i’m especially impatient toward myself. not in a short-tempered-full-of-rage kind of way, but i get frustrated easily over the fact that as i grow up, it takes me longer and longer to adapt to new place, learn new things, pick up new skills, make new friends, open up. i guess i’m left with only two choices: either work harder, or give myself more time.
Ada kalanya kita sedih, sediiiih sekali. Mungkin saat itu bisa jadi saat-saat terberat dalam hidup kita. Kita sedang dicoba sedemikian rupa. Konon katanya, setelah ini kita naik level. Sabar…
“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.” kata Tan Malaka.
Menggugulah, menangis saja. Biar lega. Asal jangan berlarut-larut.
Ingat, selalu ada hal-hal bahagia yang bisa kita rengkuh. Sekecil apapun, tumbuhkan. Kumpulkan remah-remah bahagia itu. Sampai sakumu penuh. Dipenuhi syukur.
Beri ruang pada hati yang sedang biru untuk memahami bahwa setelah kesulitan, pasti ada kemudahan.
Semua akan terlewati dengan baik-baik saja. Jangan khawatir.
Aku ingin kau percaya satu hal dari ribuan yang pernah kuceritakan;
ketika hatimu berada pada sudut paling sepi dan tersakiti, ingatlah setidaknya ada satu orang yang melihatmu sebagai seorang luar biasa yang pantas bahagia. ada satu orang yang cara pandangnya kauisi, kaupengaruhi. ia ingin kau berdiri, hey! jangan mati cuman segini.
Perjalanan dimulai, namun itu untuk kalian bukan untuk saya. Persiapan saya belum sematang kalian, Nomor urut dari Tuhan membuat saya lebih lama harus menunggu digaris start, tapi tidaklah apa biarkan doa kita saja yang setia untuk saling mengiri kita sampai garis finish. Tidaklah usah kalian menetap untuk berjalan bersama-sama dengan saya, karna bisa saja dipertengahan kita menjadi lawan, lebih baik begini kita memulai berdasarkan takdir yang dituliskan. Tenang saja kawan selama kalian dalam perjalanan saya tidak hanya diam, banyak yang saya persiapkan untuk perjalanan, memastikan semua cukup sampai garis finish. Janganlah kalian mempertanyakan nantinya apabila kita bisa berjalan berdampingan, karna saya akan memulai dengan langkah kaki berlari bukan berjalan, cukup kalian mengingatkan saya untuk beristirahat dan mengucapkan "tenang kawan...". :)
Beberapa ada yang mecoba mendekat, dan saling menunjukan kelebihannya, entah apa tujuan mereka kepada anda. Namun saya, hanya diam dan biarkan anda mencarinya sendiri. Karna saya perempuan dimana ada perasaan yang lebih hebat dari pada menemukan, yaitu ditemukan.
Awal yang berat, ketika beberapa impian berbaris ditahun ini untuk segera diwujudkan. Usaha dan doa yang dilakukan belum juga berbuah hasil yang manis, pikiran dahulu ini akan semudah berjalan diatas aspal ternyata krikil yang harus ditapaki, gunung yang harus didaki dan laut yang harus disebrangi. Pasrahkan dan jalani adalah hal terakhir yang bisa dilakukan. Tuhan tidak tidur, dilihatnya telapak ini terluka karna alas yang sudah tipis, jatuhnya tubuh ini karna mendaki, terbawanya perahu tidak terarah karna gulungan ombak, dan terlinangnya air mata karena lelah. Kepercayaan terhadap akhir yang indah itu pasti pada naskah-Mu, namun bolehkah menawar untuk Engkau tidak terus menambah lagi cerita dalam naskah yang Engkau buat Tuhan? Namun sebelumnya terima kasih karena cerita-cerita di Naskah-Mu mengajarkan diri ini untuk menjadi tumbuhan padi, yang tumbuh tinggi namun tidak bersuara dan semakin merunduk.
Jadilah seseorang yang: “Aku akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak.” untuk seseorang yang: “Aku akan pasti datang. Tidak peduli kau tetap di sini atau pun tidak.”
Meski hingga detik ini kita tidak tahu siapa seseorang tersebut. Meski kita terlampau malu dengan harapan-harapan. Teruslah memperbaiki diri, besok lusa kita akan paham hakikat nasehat ini.