Change a different think to make a simple Khalida Wadhah | Pati | Dakwah | Teaching | Learning | Experiment
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kapan kebahagiaan hilang ? Seketika, saat kita menghitung nikmat yang ada pada orang lain.
~ Rudihaqqoni
272 notes
·
View notes
Text
Aku tidak menemukan apapun darimu kemarin, tapi sekarang semuanya terasa sangat jauh berbeda, aku hanya ingin kamu menjadi dirimu sendiri bukan dia.
Aku tidak mau menjadikanmu hanya menjadi pelampiasan semata, aku hanya butuh waktu untuk tumbuh dan menemukan kembali jiwa-hiwaku yang sempat hilang.
Aku akan menemukan hal baru yang ada pada dirimu dan aku butuh waktu untuk bisa melihatnya dengan jelas, masa lalu adalah dirimu yang belum siap dan sekarang siapkanlah dirimu seutuh-utuhnya untuk menyambut bagian bahagiamu yang tentu saja denganku.
SUDUT PANDANG JILID 2
14 notes
·
View notes
Text
Tidak tahu ini rasa sepi atau hal normal. Tapi, aku jadi merasa punya banyak waktu kosong. Welcome 2024
0 notes
Text
Ada kalanya kamu hanya ingin melakukan sesuatu tapi tidak untuk dilihat orang lain. Hanya ingin melakukan saja
1 note
·
View note
Text
Kamu aneh, kenapa lebih memilih tidak memiliki apa-apa daripada harus pusing bekerja? Bukankah di setiap fase kehidupan itu selalu di awali kesulitan lalu Dia akan datangkan kemudahan?
1 note
·
View note
Text
Hidup nyaman dan tenang hanya untuk mereka yang mau memilih jalan seperti orang kebanyakan. Bagi mereka yang memilih jalan yang tidak sama dengan orang kebanyakan, bersiaplah dengan konsekuensinya.
1 note
·
View note
Text
Kenapa suka mencoba datang ke tempat baru?
karena di tempat baru ada kehidupan yang riuh oleh kenyataan, bukan sekedar lamunan
Inspired by Ary Pelangi
2 notes
·
View notes
Text
untuk kali ini,
boleh kah aku juga ikut mengekspresikan lelah yang aku punya? boleh kah aku katakan bahwa aku juga kesulitan.
semua ini juga tidak mudah untuk ku.
ketika aku harus berdebat dengan diri sendiri dan menipu semua orang agar aku terlihat baik-baik saja.
sekali ini, biarkan aku memperlihatkan sisi sedih yang sudah sangat sering aku maklumi.
biarkan aku ikut mengeluh,
sebelum gelap jatuh tergantikan oleh pagi,
sebelum aku tidak mampu berjalan lagi,
sebelum semesta memaksaku untuk pergi.
143 notes
·
View notes
Text
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat
Segala puji hanya milik Allah yang dengan segala nikmatnya segala kebaikan menjadi sempurna.
Untuk saat-saat dimana tiap sore pulang kerja muncul pertanyaan malam ini makan apa ya?
Karena di luar sana masih banyak orang yang bertanya gimana supaya bisa makan besok pagi?
0 notes
Text
Pada akhirnya, orang yang kita butuhkan bukanlah ia yang pandai berbicara di depan umum, bukanlah ia yang mahir berstrategi dalam berorganisasi, bukanlah ia yang memiliki capaian prestasi gemilang. Bukan. Tapi ia yang bisa menghargaimu, sesederhana apapun. Tapi ia yang bisa mendengarkanmu, tanpa judgement. Dia yang bisa mengayomi tanpa kamu merasa didominasi. Dia yang bisa mengarahkanmu tanpa kamu merasa ragu utk dibersamai. Iya, kan?
Berbicara di depan umum bisa dipelajari, namun mengerti cara untuk menghargai adalah bagian dari pribadi. Nanti, semoga kita dipertemukan, ya. Aku pun masih banyak belajar.
457 notes
·
View notes
Text
Bismillah, apa kabar?
Semoga sehat-sehat, ya.
Bagi yang hidup lagi berat-beratnya, lagi capek-capeknya, sini duduk dulu. Ngobrol dulu.
Emang biasanya rasa sakit, sesak, itu muncul pada sesuatu yang terus berkembang.
Inget ngga rasanya waktu tumbuh gigi? Sakit, kan?
Inget ngga waktu kaki masih numbuh dan sepatu jadi kekecilan? Sesak, kan?
Atau inget ngga momen-momen saat kita terpaksa harus jadi lebih dewasa? Mungkin saat masuk kuliah, merantau, berpisah dari orang tua, punya keluarga sendiri, dan seterusnya. Berat. Ngga mudah.
Tapi semua ada ujungnya. Rasa berat itu ngga akan selamanya.
Setelah semua itu berlalu, kamu jadi orang yang sedikit berbeda. Lebih kuat, lebih bijak, lebih tahu, lebih cermat, atau lebih-lebih lainnya.
Mungkin sekarang ngga kebayang dalam benak kita gimana caranya melalui ujian ini--apapun itu. Sanggup kah kita? Apa solusi yang akan muncul untuk menyelamatkan kita? Apakah Allah benar-benar akan menolong kita? Kapan? Gimana caranya?
Tenang. Atur nafas. Tenang.
Kita tahu kita harus berpikir rasional dan segera mencari solusi. Tapi tenang dulu. Kasihan diri kita kalau terus diserang dengan berbagai spekulasi dan kekhawatiran yang belum terjadi. Bisa-bisa otak kita malah membeku, marah pada keadaan, atau ingin melarikan diri dari masalah.
Mari fokus pada hari ini saja dulu. Apa yang hari ini bisa saya lakukan? Pilih sesuatu. Tidak harus langsung benar atau besar, yang lebih penting dimulai.
Lalu apa?
Besok lakukan lagi. Besoknya lakukan lagi, dan seterusnya.
Dengan mengambil tindakan pada apa-apa yang bisa kita kendalikan, kita merasa lebih berdaya. Kalau kita merasa berdaya, rasa takut dan cemas akan berkurang.
Kalau rasa takut dan cemas itu semakin berkurang, kita bisa melihat lebih jauh ke depan. Bisa jadi setelah itulah kita menemukan solusi atas apapun yang sedang kita hadapi saat ini.
Yuk, jalan pelan-pelan aja. Lakukan satu per satu.
Bismillah, ya Allah kuatkan kami, tolong kami.
351 notes
·
View notes
Text
Istighfarnya penjual roti
Kemarin saya menemukan akun instagram mengenai Sheikh Assim Al Hakeem, ulama keturunan Medan yang menetap di Saudi Arabia. Kebetulan beliau ada jadwal mengisi kajian di beberapa kota di Indonesia. Ada satu pertanyaan menarik dari jamaah yang isinya apakah bisa dalam satu hari seseorang tidak melakukan suatu dosa? Sheikh Assim kemudian menerangkan bahwa Rasulallah saw bersabda jika setiap keturunan Adam pasti berdosa, entah dosa kecil maupun dosa besar. Lanjut beliau, dan yang terbaik diantara kita adalah yang bertaubat akan dosa-dosa yang telah diperbuat.
Dari penjelasan Sheikh Assim tersebut, saya berfikir bahwa memang akan sangat sulit manusia sebagai makhluk sosial, bahkan di zaman sekarang era media dan teknologi yang berkembang pesat, kita tak bisa menghindari yang namanya dosa sekecil apapun itu. Saat kita melihat handphone, termuat berbagai macam aneka informasi yang baik atau buruk tergantung bagaimana kita menggunakan benda mungil itu. Kemudian di benak saya terbayang pada kisah yang dinukil dalam kitab Manakib Imam Ahmad, kisah yang dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hambal, murid dari Imam Syafi'i.
Suatu hari Imam Ahmad yang telah menua ingin safar ke suatu kota di Irak. Keinginan Imam Ahmad tersebut tidak ada sebab hajat khusus ataupun janji dengan orang lain. Pokoknya ingin jalan aja. Dari tempat asal kota Baghdad beliau mengadakan perjalanan dan sampailah di kota Bashrah. Sesampainya di kota Bashrah, selepas sholat Isya Imam Ahmad ingin bermalam dan ingin beristirahat di masjid. Tak lama marbot masjid melihat dan menghampiri Imam Ahmad.
"Sheikh, anda mau ngapain disini?" tanya marbot masjid "Saya ingin istirahat. Saya musafir." jawab Imam Ahmad "Tidak boleh. Tidak boleh tidur di dalam masjid." tegas marbot masjid
Saat itu semua orang di Irak tahu tentang Imam Ahmad, seorang ulama ahli hadis, seorang shalih, sekaligus seorang yang zuhud. Namun tak semua orang kenal wajah Imam Ahmad karena tidak ada foto, termasuk marbot masjid tersebut. Imam Ahmad pun tak mengenalkan nama beliau kepada marbot masjid.
Kemudia Imam Ahmad berpindah ke teras masjid kemudian beristirahat. Datang kembali marbot masjid menemui Imam Ahmad di teras.
"Wahai Sheikh, anda mau ngapain lagi disini?" tanya marbot masjid lagi "Mau tidur, saya musafir" jawab Imam Ahmad "Tidak boleh. Tidak boleh tidur di dalam maupun di teras masjid" jawab marbot
Imam Ahmad pun di dorong-dorong oleh marbot ke jalanan sampai keluar area masjid. Di samping masjid ada seorang penjual roti yang melihat kejadian itu kemudian mengajak Imam Ahmad untuk bermalam di rumahnya.
"Wahai Sheikh, menginaplah di rumahku. Meskipun kecil masih ada tempat tidur untukmu", rayu penjual roti "Baiklah", sahut Imam Ahmad mengiyakan tawaran penjual roti
Tanpa memperkenalkan dirinya dan hanya menyebutkan seorang musafir, Imam Ahmad bercakap dengan penjual roti. Sampai Imam Ahmad memperhatikan penjual roti ini punya perilaku spesial. Saat Imam Ahmad bertanya, dia menjawab. Kalau tidak, dia selalu melafalkan istighfar sambil memberi garam, mengaduk telur, maupun mencampur gandum.
Imam Ahmad bertanya, "Berapa lama kamu melakukan ini?" "Sudah lama sekali Sheikh. Saya melakukan ini sejak menjadi penjual roti 30 tahun yang lalu." "Apa hasil dari kebiasaanmu itu?" lanjut Imam Ahmad Ia menjawab, "Tidak ada hajat yang saya minta melainkan Allah kabulkan. Namun ada satu permintaan yang belum dikabulkan Allah sampai saat ini, yaitu saya ingin bertemu dengan Imam Ahmad bin Hambal."
Imam Ahmad seketika bertakbir “Allahu Akbar..! Karena istighfarmu Allahlah yang telah mengirimku jauh-jauh dari Baghdad untuk bertemu denganmu, bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan”
Penjual roti terkejut seraya memuji Allah, ternyata ia berhadapan langsung dengan Imam Ahmad sembari memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad.
2 notes
·
View notes
Text
Catatan: Tempatkan manusia sesuai kadar dan kedudukannya.
Dia yang membenci kita, tidak perlu ditempatkan pada kedudukan mulia hanya agar ia menjadi suka pada kita, biasa saja.Dan yang memuliakan kita, jangan ditempatkan pada kedudukan yang biasa, muliakan ia.
Jangan mencari cara bagaimana semua orang suka pada kita, tidak akan pernah bisa didapatkan dan ditemukan caranya. Muliakanlah mereka yang berhak dimuliakan, dan bersikaplah biasa saja pada mereka yang merendahkan kita.
Pandailah menakar dan mendudukkan orang.
@jndmmsyhd
472 notes
·
View notes
Text

Untukmu yang berlelah dan bersusah payah dengan amanah, semoga berlimpah ruah dengan berkah. <3
2 notes
·
View notes
Text
“Pernah? Usai solat, Usai berdoa, Duduk terdiam. Berteleku. Tiada bicara. Merenung lama. Menumpah segala rasa dan persoalan. Dalam diam. Dalam bisu. Dalam kelu. Allah. Bukan sombong. Bukan malu. Cuma selalu dan acap kali tak menemukan perkataan, Buat begitu banyak persoalan. Jangan bimbang. Allah tahu lidah kamu kelu. Tapi masih Allah mengerti bicara hati kamu. Jangan menyangka, Diamnya kamu tak DIA mengerti. Jangan bersangka rintihan kamu sia-sia.”
— (via tersenyum-melihat-langit)
2K notes
·
View notes