Tumgik
cutputrihs-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Semua orang akan membuat kemajuan dengan cara mereka sendiri. Sebenarnya, hal indah itulah yang Allah ciptakan dalam kehidupan ini, untuk melihat siapa dari kita yang melakukan langkah memperbaiki diri . - Nouman Ali Khan - . Link: https://nakindonesia.wordpress.com/2017/09/14/lebih-baik-atau-terbaik/ . #noumanalikhan #noumanalikhanindonesia #nakindonesia #nakquote . Donasi: https://kitabisa.com/nakindonesia
31 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
13 Oktober 2017 Kebetulan hari kemarin adalah hari terakhir penyampaian materi pada 1 kompetensi dasar. Artinya anak anakku harus menghadapi ulangan harian. Dini hari aku bangun, aku membuat soal 15 pilihan ganda. Aku menerka nerka kira kira anak anakku bisa menjawabnya atau tidak. Kadang aku mengalah memberi soal mudah dengan pengecoh mudah. Kadang aku ingin membuat mereka lebih jeli, aku buat pengecoh dengan sukar. Kebetulan hari itupun aku mengajar full di 3 kelas. Dan kesemua kelas yg ku ajar, ulangan harian. Entah darimana ide ini datangnya, akhirnya... ' Ibu pengen kali ini kalian menjawab soal dengan jujur, tanpa nyontek, tanpa tanya teman, tanpa liat buku, tanpa searching, tanpa kode kodean sama teman, tanpa kerjasama, kalo mau nanya jawaban sini kedepan, nanya ke saya, nanti saya kasih tau jawabannya' 'Hari ini kita latih kejujuran kita, ibu gak peduli berapapun nilai yang ada dikertas kalian nanti. Mau 1, mau 2, mau 0 juga gaapa. Tapi nanti dirapot saya kasih kalian 80 minimal kkm. Kalo ada yg nilainya lewat 80 saya kasih 100 dirapot.' 'Tapi hari ini kita belajar jujur yah, gimana?' Semua anakpun bersorak sorai setuju. Ada anak yang dia merasa tertantang sampai duduk disudut ruang kelas yang di kanan kirinya tak ada siapapun. Ada anak yang hanya duduk dikursi tanpa meja, karna ingin menunjukkan kalo ia tidak mencontek dan bilang ' ibu hari ini aku gak mencontek, ibu'. Ada anak yang berhati hati membaca soal, karna ingin berusaha sebaik baiknya. Ada anak yang sedang berusaha agar matanya tidak lirik pekerjaan temannya. Ada anak yang sedang berusaha agar mulutnya tidak memberi kode kepada temannya. Ada anak yang sejenak melihat kearahku, lalu tersenyum malu, dan kembali berusaha mengerjakan ulangannya. Setelah selesai anak anak mengerjakan ulangan. Mereka mengumpulkannya dengan berani. Hingga terdengar satu kata indah muncul dari bibir anakku yang paling sholeh ' ibu makasih buat hari ini'. Padahal dihari biasanya, anak ini paling suka manja manjaan gamau kerjakan tugas, bajunya keluar, kalo dikelas ngobrol, sholeh luar biasa. Tapi hari kemarin, semua anak mendadak soswit hehehe Yah, nak. Betapa luar biasanya belajar bersama kalian. Aku hanya ingin keberadaanku teringat hingga diakhirat nanti. Aku ingin anak anakku bisa belajar bersikap baik, hingga Allah jatuh cinta pada mereka. Tak apa nak jika kalian tidak bisa mengerjakan ulangan pun ujian akhir semester nanti. Itu semua salahku yang belum bisa mengajar kalian dengan baik. Tapi minimal aku ingin kalian bersikap baik :) agar do'a do'a indah nan baik mengucur pada kalian tiap waktunya. Aku ingin mereka tau kalo mereka mampu. Jujur pada diri sendiri. Dan mau belajar bersama denganku. Walau mungkin aku hanya bisa menyampaikan suatu kebaikan saja. Alhamdulillah, semoga kedepan aku dan anak anakku bisa menjadi orang orang yang jujur. Cianjur, 14 Oktober 2017 -Hari Terbaik
3 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
“Terkait rasa suka atau ketertarikan pada seseorang, kita tidak punya kendali kepada siapa ia akan tertuju. Kendali kita ada pada bagaimana kita menyikapi rasa itu.”
— Unknown
48 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Ada harga dari sebuah perjuangan dan susah payah yang sudah kita lakukan. Alhamdulillah, Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah. Hati ini rasanya dibersihkan dari kemalasan, setelah membaca surat surat cinta dari anak anakku. Jiwa ini seperti dibersihkan sehingga mengalir rasa penuh syukur dan kesabaran. Yah, secarik kertas yang mereka tulis sebagai penyemangatku kedepan. Aku memang masih banyak kekurangan. Dan masih sering lupa untuk terus semangat mengajar dan membimbing anak anakku. Akupun kadang patah semangat saat melihat hasil ujian yang tak karuan. Tapi itu semua pun bukan karna kalian, tapi karna aku yang belum benar mengajarkan kalian. Aku, yang masih kotor hatinya hingga sulit bersabar mengajar kalian. Aku yang lebih mendahulukan marah dari pada bersyukur atas kehadiran kalian. Itu semua sepenuhnya salahku, nak. Kedepan, aku akan mencoba lebih bersabar mengajar kalian. Aku akan lebih bersyukur tentang apa adanya kalian. Nak, semoga kelak saat diyaumul akhir. Kalian datang berbondong bondong menyebut namaku, bersama sama dengan kalian menginjakkan kaki disurga Nya. Walaupun masih banyak kurangnya diriku. Tapi aku ingin kalian mengingatku :) "Kita bukan sedang mencetak generasi pintar, tapi sedang mencetak generasi sholeh dan sholehah" -aku Cianjur, 7 Oktober 2017 -Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian SMKN 2 Cilaku
2 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Note
Kak, pernah merasakan gagal? sangat merasa kacau.
Hai,
tentu pernah. Bahkan itu adalah kegagalan yang mempertaruhkan kehidupan beberapa manusia.
Mau saran? Nih, ketika hidup memukulmu dengan keras…
1. Terima pukulan itu. Ikhlas. Akui. Ini penting, karena kita ngga akan bisa membalikkan keadaan kalau kita ngga mau menerima dulu keadaan itu.
Kalau masih ngga mau menerima keadaan (”This is not real!”), pikiran kita akan terisi gaung dari perasaan sakit akibat kegagalan. Ketika kita menerima keadaan, kita akan terkejut dan sakit sebentar, tapi perlahan perasaan itu akan mengalir, lalu pikiran kita akan lebih mampu memikirkan jalan keluar. 
2. Pukul balik! Jangan nyerah! Jangan berlepas diri dari urusan kehidupan yang terganggu akibat kegagalan itu—jika itu adalah sesuatu yang penting buat hidup kamu. “Oh men, gue harus cari cara lain!”, “Oke! Kurang keras ya usaha gue? Oke, fine!”.
Saya belajar gimana orang-orang besar bisa jadi besar. Kesimpulan saya, mereka besar bukan karena punya bakat istimewa. Mereka cuma ngga nyerah ketika orang lain akan menyerah. Mereka akan cari jalan lain ketika mentok.
3. Lagi-lagi, sebagaimana saya sering tulis di blog ini, lihat gambaran besar hidup ini. Apa yang esensial, matters, menjadi pembeda, adalah respon kita atas situasi yang datang kepada kita—bukan semata soal hasil yang kita raih.
Hidup ini cuma simulasi. Semua orang dikasih skenario, dimana Tuhan mengatur sedemikian rupa tingkat kesulitannya, kunci dan tantangannya, jalan keluar dan jalan buntunya. Yang mau Tuhan lihat adalah bagaimana kita melalui simulasi demi simulasi.
Bayangkan “Takeshi Castle”, nah pandanglah hidup ini semacam itu. Kamu masuk labirin, ada hantu, ada jalan buntu, ada jalan menuju empang, tapi ada satu jalan keluar.
Untungnya, dalam hidup, simulasinya punya banyak skenario. Ada yang kalau kamu gagal bisa kamu coba lagi terus menerus. Ada yang jalan keluarnya ngga cuma satu. Ada yang kalau ngga kamu lewati juga ngga apa-apa, kamu tetap bisa lanjut.
Poinnya adalah, itu semua cuma sesuatu yang perlu kita lalui dengan sebaik-baiknya, lalu manakala kita sudah selesai kita beranjak ke urusan lainnya.
Terakhir: “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat".
Demikian. Semoga membantu!
(Mari kita doakan segenap kawan kita yang sedang mengalami kebuntuan, kegagalan, kepayahan, agar diberikan kekuatan-kemampuan-kecerdikan untuk melalui keadaan-keadaan itu dengan sebaik-baiknya—disertai kesadaran bahwa mereka berada dalam pengawasan dan kekuasaan Allah, sehingga mereka dicatat oleh Allah sebagai hamba yang bertakwa).
249 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
Investasi Pendidikan pada Perempuan, Investasi Pasutri pada Keluarganya
Pendidikan telah terbukti meningkatkan produktivitas manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Pendidikan juga telah membuka akses kepada pekerjaan yang diganjar gaji yang lebih dari cukup buat ‘dapur ngebul’. Dewasa ini, dalam satu bentuk dan lainnya, pendidikan telah membawa banyak anak-anak muda Indonesia tidak hanya mencukupkan syarat gelar akademis tertentu, tapi juga mengunjungi berbagai tempat untuk belajar dari institusi dan orang-orang di berbagai penjuru dunia. Namun, bagaimana bila pendidikan tinggi dan pengalaman kerja pasca pendidikan ini dipakai (hanya) untuk mengasuh beberapa putra dan putri (saja)? 
To invest or to sacrifice?
Pendidikan bisa dilihat sebagai jalan atau akses kepada penghidupan yang layak. Pendidikan juga bisa dinilai sebagai jalan pemuasan hasrat belajar dan keingintahuan. Pendidikan bisa jadi sekadar pemenuhan bucket list atau niat menjadi cucuk kebanggaan nenek. Pendidikan juga bisa dianggap sebuah investasi. Nah, yang terakhir ini cukup merepotkan, terutama terkait bagaimana seorang perempuan berpendidikan tinggi dapat mengalah untuk (sekadar) menjadi istri dan ibu penuh waktu.  
Buat sampai di aula untuk sumpah dokter, misalnya, orangtua satu orang dokter perempuan sudah hampir pasti menghabiskan beberapa ratus juta rupiah (anak teknik non-Bidikmisi menghabiskan sekitar 100 juta rupiah buat uang semesteran, kosan, dan makan bulanan dalam 4 tahun masa studinya). Dalam kasus calon dokter perempuan, apakah orangtua akan legowo bila putrinya yang sudah jadi dokter (spesialis) memilih menjadi seorang ibu rumah tangga? Tentunya pertanyaan yang sama juga berlaku bagi mahasiswi jurusan lainnya yang disekolahkan orangtua.
Selain terkait investasi, pertanyaan lain yang juga berat dijawab adalah soal beban moral untuk ‘mengamalkan ilmu yang sudah didapatkan’. Belum lagi jika kuliahmu ke luar negeri dibiayai oleh negara, sampai S-3 pula. Pulang kuliah lalu sekadar mengasuh anak di rumah (setelah berkeluarga)? Pertanyaan yang cukup berat.
Sayangnya, profesi atau pekerjaan sebagai ibu rumah tangga masih dilihat sebelah mata. Padahal, mengasuh dan membesarkan para penerus mimpi dan cita-cita bangsa bukan hal sepele. Apalah arti beberapa juta rupiah tambahan uang bulanan bila anak-anak kita nanti hanya menjadi beban negara? Mengamalkan ilmu dan semua 'soft skill’ yang didapat semasa belajar dan berkarir di saat lajang pada sebuah institusi pendidikan dan kasih sayang bernama rumah tangga memang tidak seberat mengajar di kampus. Tapi, beban moralnya cukup besar, bukan? 
Bagaimanapun, ada yang mengganjal jika kita membandingkan dua hal yang sama-sama elok lagi mulia, seperti menjadi dosen dan menjadi ibu rumah tangga. Tapi satu hal yang pasti, jika mengasuh anak dan berkarir dipilih di saat yang bersamaan, akan ada masa-masa dimana salah satunya harus dikorbankan. Semua kembali pada kerelaan kita mengorbankan masa emas pertumbuhan anak kita dan kesiapan pasangan suami-istri untuk berjuang ekstrakeras untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 
Satu hal yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah sebagian besar para sarjana, dokter, master, dan doktor hari ini tidak banyak yang menyadari bahwa ibu-ibu mereka telah mengasuh mereka penuh waktu. Jika kamu diasuh oleh ibu dan ayahmu penuh waktu, kenapa kamu (laki-laki dan perempuan) tidak mengupayakan anak-anakmu juga diasuh penuh waktu?
Berkarir adalah pilihan, begitu pula memiliki anak dan mengasuh mereka penuh waktu itu juga pilihan. Jika kamu (perempuan) ingin berkarir sampai ke puncak, maka tirulah Angela Merkel. Beliau baru saja memenangkan pemilu Jerman untuk periode keempat. Dia adalah doktor di bidang Fisika, pernah menjadi menteri lingkungan, dan masih menjabat sebagai ketua partai konservatif di negaranya. Gampangnya, sejak selesai pendidikan S-3, ia menghabiskan usia produktifnya untuk negaranya dengan terjun langsung ke dunia politik. Dia menikah (lalu bercerai dan menikah lagi) dan tidak punya anak.
Commonsense?
Akhir-akhir ini, muncul tren baru bahwa makin tinggi pendidikan seorang perempuan, makin lama datangnya jodoh. Apalagi sejak ada LPDP, kuliah S-2 dan S-3 ke luar negeri menjadi sebuah kewajaran. Tapi, sebenarnya, apa kaitannya tingkat pendidikan dan jodoh?
Ada seorang teman yang bikin survei sederhana terkait hubungan gaji dan jenjang pendidikan terhadap kemungkinan (likelihood) seorang laki-laki memilih calon pasangan hidupnya. Bagaimana, bila gaji calon istrimu lebih besar? Bagaimana, istrimu seorang master sedangkan kamu cuma sarjana atau calon istrimu seorang doktor sedangkan kamu tidak? Hasilnya, memang ada kecenderungan laki-laki sedikit jiper dengan gaji dan gelar akademis. Bagaimanapun, menurut saya, kepelikannya sebenarnya bukan pada gaji dan tingkat pendidikan, melainkan pada proyeksi jangka panjang. Apakah calon istri mau mengalah untuk mengasuh anak penuh waktu? 
Lebih dari itu, mencari pasangan juga seperti mencari pekerjaan secara tidak langsung. Headhunter akan mencari applicant cocok, bukan yang overqualified maupun underqualified. Jadi, apapun pilihan yang diambil seorang perempuan, tidak ada salahnya. Toh, pilihan-pilihan hidup yang diambil akan mengarahkanmu padanya atau dia pada dirimu. Eaaa~
Baik bagi laki-laki maupun perempuan, memang cinta bukan soal memilih, tapi dipilih–buat laki-laki tentu saja kamu dipilih oleh calon mertuamu. Sekarang, tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri agar bisa dipilih oleh orang yang didambakan. Bagaimanapun, sebanyak perempuan yang memilih untuk berkarir, sebanyak itu pula laki-laki yang sadar pentingnya pengasuhan penuh waktu pada anak mereka nanti.
Mau mengalah?
Lalu, bagaimana bila keduanya (suami-istri) memilih berkarir? Itu pilihan yang masuk akal. Karena tidak ada pemaksaan dalam pilihan hidup bukan? Semua dipilih secara sadar. Saya tentu tidak dalam kapasitas mempertanyakan keseriusan sepasang suami-istri PNS, sepasang suami-istri mengambil PhD di kampus berdekatan, atau sepasang suami istri yang menjadi dosen/peneliti di kota yang sama untuk memiliki momongan. Semua orang berjibaku memberikan yang terbaik untuk keluarga kecil mereka. Seiring berjalannya waktu, kedua pasangan suami-istri belajar mengatur waktu secara efisien, membagi tugas, dan lain sebagainya–di situlah kelebihan orang berpendidikan tinggi dengan tidak. Orang berpendidikan tinggi itu berkomitmen, cerdas, punya kemampuan komunikasi yang terasah, manajemen waktu yang mumpuni, bi(a)sa bekerja dalam tekanan, bisa multitasking, IT-literate, punya daya serap dan adaptasi yang tinggi, dan seterusnya. Bagaimanapun, akan ada masanya salah seorang harus mengalah lebih banyak karena pendidikan lanjutan atau promosi karir. Sejenak, kadang kita perlu berkompromi.
Seorang teman (bapak tiga anak) pernah bercerita bagaimana putra-putrinya tidak seberprestasi mereka (dia dan istrinya) dulu. Dia dan istrinya bekerja di instansi yang sama. Teman yang lain berbagi keheranan, mengapa adik bungsunya jauh lebih berprestasi dibandingkan dia dulu saat di bangku SD dan SMP. Setelah digali, ternyata saat si bungsu kecil, ibunya sudah di rumah karena pensiun dini. Sedangkan ada juga yang bercerita dia dan semua saudara adalah para juara dari SD sampai SMA. Ayahnya hanya wirausahawan kecil lulusan madrasah tsanawiyah, sedangkan ibunya tidak lulus SD. Tapi, ibunya mengasuh mereka penuh waktu di rumah.
Faktor lain yang jarang diperbincangkan adalah faktor gizi dan perhatian ayah. Seorang teman bercerita bahwa saat baru punya anak satu, buat susu anak, mereka beli yang paling mahal. Tapi tidak begitu untuk anak kedua dan ketiga. Setelah mereka tumbuh remaja, anak pertama ternyata lebih cepat menangkap pelajaran dan lebih peka dibandingkan dua adiknya. Ini tergambar dari nilai rapor, lomba-lomba yang diikuti, dan perlakuan si anak pada orang-orang di lingkungan keluarganya. Sedangkan, satu lagi bercerita, bahwa di keluarganya semua anak diberikan perlakuan yang sama baiknya dan mereka tumbuh menjadi juara di bangku SD hingga SMA. Ibunya menambahkan daging belut di bubur tim mereka, katanya. Mungkin, ini rahasianya ibunya para juara!
Faktor yang tak kalah penting adalah sumbangsih ayah. Mengasuh anak bukan hal mudah. Maka para ibu butuh dukungan para ayah. Anak-anak yang mendapat perhatian ayah di masa kecilnya tumbuh menjadi orang yang lebih berani, baik dalam berkomunikasi maupun mengambil pilihan hidup (sumber: pengamatan pribadi). Tak dapat dipungkiri, ayah punya cara dan pendekatan yang berbeda dengan ibu dalam melihat hal baru (protektif/eksploratif), mengatasi krisis, memberikan reward and punishment, dan sebagainya. Dengan sentuhan keduanya, anak akan tumbuh lebih bijak dan luas pandangannya.
Sebagai penutup, barangkali memang ada kaitannya antara pendidikan tinggi yang diambil perempuan dengan jodoh yang tidak kunjung tiba. Tapi, menghambat aspirasi seorang anak bangsa, apapun gendernya, untuk belajar dan menimba ilmu tidaklah elok. Di setiap pilihan hidup yang kita ambil, kita baru saja mengambil satu atau beberapa langkah mendekati (atau menjauhi) sang jodoh kita idam-idamkan. Terlepas dari preferensi para akhwat sholihah intelektual dalam memilih pasangan hidup, jangan sampai ada yang menyalahkan jodoh yang belum juga datang melamar. Salahin yang lain gitu, apa kek–kurang banyak sedekah, kurang banyak istighfar, kurang banyak berbuat baik pada kedua orangtua. Pepatah bilang, semua akan indah–juga basi–pada waktunya.
798 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
Jika Anak Bertanya tentang Allah
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…
Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?” Tanya 2: “Bu, bentuk Allahitu seperti apa?” Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah? Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana? Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?
Jawablah :
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini :
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.
Jawablah begini :
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَم��ثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)
[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)
Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Jangan jawab begini :
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]
Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.
Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.
Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.
[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}
Jawablah begini :
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )
“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”
Atau bisa juga beri jawaban :
Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.
Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?
Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana ?“
Jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.” Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <— Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.
Juga jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.
Jawablah begini :
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)
Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)
Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini :
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”
Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”
“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
Jawablah begini :
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.
Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
Katakan juga pada anak:
“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
“Kenapa, Bu ?”
“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal
Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”
Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).
Wallahua’lam.
Sumber :  Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo’s
Being a mom is a big deal, preparation is a must. Karena nasib peradaban ini dipercayakan pada tangan para ibu.
Go follow @SuperbMother | superbmother.tumblr.com
5K notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Note
Ass.wr.wb ka choqi, i’m greedy person. try lots of things, i start and stop in the middle. i think i a really lazy person myself. ada saran buat menemukan suatu ke-konsistenan, because i already 22 y.o but still dont know what i want or need to do because too often change my way kak :')
Waalaikumsalam warahmatullahi Wabarakatuh. Ini sayabanget beberapa tahun yang lalu, saya coba share sedikit.
SETIAP ORANG PERLURELUNG
Dalam ilmu biologi yang saya pelajari, setiap hewanitu memerlukan relungnya masing-masing, dia akan terus mencari sampai tiba padarelungnya. Begitu pula manusia, ia pun butuh relung. Bedanya, jika pada hewanbiasa, relung itu tak lebih hanyalah sekedar tempat tinggal, tapi bagi manusia,relung itu bisa rumah, tempat pergaulan, pekerjaan, aktivitas, serta segala halyang rutin ditempati ataupun dikerjakan.
APAKAH SAYA TERLALUSERAKAH DENGAN MENGAMBIL SEMUA KESEMPATAN/TAWARAN?
Hmm, tidak juga. Menurut saya pribadi, kamu bukan serakah,tapi kamu hanya curious atau penasaran. Kamu sedang mencari relung,sedang mencari hal yang menarik untuk dikerjakan, hal yang sesuai untukdilakukan. 
Ada orang-orang yang mengambil semua kesempatan,karena orangnya tidak enakan untuk menolak. Ada orang-orang yang mengambilsemua kesempatan, karena ia merasa ia tahu solusi dari permasalahan yang ada.Ada orang-orang yang mengambil semua kesempatan, karena ia ingin menghadapisebuah tantangan yang ia rasa bisa ia lewati.
Mengambil semua kesempatan ini bukanlah hal yangburuk, apalagi di usia yang masih muda, setiap kesempatan yang datang itumemberikan pelajaran besar, bekal untuk masa depan.
Tapi ingat, kesempatan itu banyak, tapi waktu kita tidak.
AMBILLAH KESEMPATANSECARA EFEKTIF
Kita harus memahami, bahwa waktu kita itu tidaklahbanyak. Untuk anda orang-orang yang pandai bersosial, bergaul, berkomunikasi,kesempatan itu akan datang bertubi-tubi, mulai dari ditawari ini, itu, hingga kitasendiri ingin membuat sesuatu. Tapi ingat, setiap kesempatan itu memilikirequirement berbeda-beda. 
Ambillah kesempatan secara efektif, yakni kesempatanyang bisa mengupgrade kita secara cepat. Jika kita pernah mendapat kesempatanmenjadi anggota divisi, maka setelah itu jangan terima tawaran di level yangsama, cari lebih tinggi. Semakin tinggi level sebuah kesempatan, semakin tinggitantangannya, semakin tinggu pula pelajaran yang akan kita ambil.
Ingat, ambillahkesempatan secara efektif, karena setiap waktu yang kita punya, hanya kitalewati sekali dan tak berulang.
MEMAHAMI KONSISTENSIDALAM MELAKUKAN SUATU HAL
Setiap orang itu, sesungguhnya dia bisa menjadi malasdan rajin untuk hal-hal yang berbeda. Ada orang-orang yang malas mencari kerja,tapi dia begitu rajin tiduran di kasur. Ada pula, orang yang malas bermainbola, tapi rajin bermain badminton. Dan selalu begitu, setiap orang punya malasdan rajinnya masing-masing.
Rajin atau malasnya seseorang itu didasari oleh kesenangannyaakan hal tersebut. Jika kamu malas mengerjakan sesuatu, maka kamu kurangmenyenangi atau mencintai hal tersebut. Tapi jika kamu menyukai hal tersebut,seberat apapun, sesulit apapun, pasti kamu akan rajin melaukannya. Coba,tanyakan lagi pada hal-hal yang kamu malas mengerjakannya, apakah kamu sudahmenyukai hal tersebut?
Dan konsistensi lahir, ketika kita sudah menyukai dankita memberikan komitmen pada hal tersebut. Kalau merasa bosan, itu hal yangwajar, kita berhak istirahat sejenak, untuk mengumpulkan semangat, dan nantikembali lagi, selama kita tidak meninggalkan pekerjaan tersebut.
JIKA MASIH PUSING,TENTUKAN TUJUAN
Jika hari ini kita masih pusing, tidak tahu maumelakukan apa, tidak tahu hal apa yang kita inginkan, simple. Itu karena kitabelum menentukan tujuan, kita mau jadi apa di masa depan
Orang-orang yang ingin menjadi S3 di luar negeri,pastilah menghabiskan waktunya untuk mengikuti les bahasa. Orang-orang yangingin menjadi penulis, pastilah mengabiskan waktunya untuk berlatih menulisjuga membaca buku. Orang-orang yang ingin menjadi atlet, pastilah menghabiskanwaktunya untuk berlatih olahraga tersebut. Orang-orang yang ingin menjadipebisnis, pastilah menghabiskan waktuya untuk bergaul dengan sesama pebisnis.
Jika hari ini kita masih pusing, bingung mau ambiljalur yang mana, mau mengambil aktivitas apa, maka jawabannya adalah, tentukandulu tujuannya. Seperti orang yang naik bus, dia akan naik kendaraan yangsesuai dengan tujuannya. Jika dia tidak punya tujuan, maka jalan manapun yangdipilih, tidaklah jadi masalah, karena ia juga tidak tahu, dia mau kemana danmau menjadi apa.
Kurang lebih itu anon yang saya bisa share. Pertanyaan ini pula yang ada ketika saya menginjak usia 20. We still have time, lanjutkan.
Jawaban ini sekaligusmenjawab beberapa pertanyaan yang senada terkait visi hidup, pilihan hidup,serta cara menjalaninya.
Terima kasih
Choqi-isyraqi.tumblr.com
358 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
Terus datang
Seringkali ketika datang, kehadiranku tidak digubris. Seakan hanya udara yang datang tak terlihat. Ketika mencoba memberikan tanda akan kehadirankupun sama saja, mereka lebih senang dengan kehadiran lainnya. Baiklah, mungkin nanti aku coba datang lagi.
Kali kedua, aku datang kembali, aku mencoba lebih aktif lagi, aku menyapa lebih dulu. Tapi tak ada balasan atas sapaanku. Hanya pandangan mereka saja yang melihat kearahku kemudian melanjutkan canda tawa bersama orang orang disekitarnya. Baiklah, mungkn kali inipun belum waktunya aku datang.
Kali ketiga, keempat, kelima, keenam, dan kejutaan kalinya aku datang, mereka masih tetap sama. Tak memperdulikan kedatanganku. Baiklah, mungkin aku harus datang lagi nanti.
Aku mengerti, mungkin kedatanganku saat ini tidak dibutuhkan. Kehadiranku tak menggenapkan manfaat bagi kalian. Tapi aku tidak akan berhenti menawarkan kedatangan dan kehadiran, selagi aku masih mampu melakukannya.
Barangkali, kali kesekianlah, diantara kalian ada yang menerima kedatanganku dan kehadiranku. Tak apa. Mungkin caranya memang begitu. Tak perlu berkecil hati. Bersyukurlah, kamu masih bisa melakukannya.
0 notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
Disetiap waktunya, aku hanya harus berusaha dan bekerja keras agar tak mengganggu dan menyusahkan siapapun
-berbicaralah dengan diri sendiri
0 notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
Be patient and trust in Allah. Problems and hardships are not punishment. They are a test and a means of purifying you.
126 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
Tumblr media
We all get stressed at times; it’s part of life, part of Allah’s test and in fact, it is said that Allah tests those he loves most. The Prophet (pbuh) said: “If Allah wants to do good to somebody, He afflicts him with trials.” [Bukhari]
27 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Saya senang dengan (salah satu) cara berkomunikasi yang seperti ini.
Mengambil salah satu koleksi bukunya dari rak, memperhatikan kalimat-kalimat yang ia tandai, yang menurutnya penting; lalu merenungkannya.
Dengan cara ini, kami mungkin akan bisa saling memahami, tanpa harus berkata apa-apa. #ciegitu
Medan, 9.07 AM
27 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
TAKUT KEHILANGAN
Ada orang yang sesungguhnya, dari perilakunya saja, seluruh dunia sudah tahu, ia menyukaimu.
Dari cara menyapamu, cara memandangmu, cara memperlakukanmu, nampak jelas, bahwa ia menyimpan rasa padamu.
Namun, tak pernah sedikitpun ia mengucapkan atau mengutarakan perasaannya sama sekali, bahkan jika ditanya urusan hati, ia lebih senang mengelak atau menghindar.
Percayalah wahai kaum hawa, pria ini bukannya tidak menyukaimu, hanya saja ia takut, takut kehilanganmu.
Ia takut, jika ia mengucapkan lebih dahulu, perasaannya tertolak. Ia takut, jika ia mengutarakannya, kau justru mungkin akan mengselatankannya. Ia takut, jika ia mengeluarkan segala isinya, selesai pula perjalanannya malam itu. Ia takut, ia kehilanganmu.
Bukan tidak berani, bukan, ia hanya lebih berhati-hati, bergerak lebih perlahan, tidak terburu-buru, seperti orang yang sedang uji konsentrasi, setiap gerak-gerikmu ia perhatikan, setiap postinganmu ia pikirkan, setiap apapu yang kau lakukan tak pernah ia lewatkan.
Bukan tidak ingin segera, ia hanya tidak mau ceroboh, ia ingin memastikan bahwa memang, apa yang akan ia lakukan, pasti berbalas dengan baik, tanpa ada penolakan.
Ia paham, betapa berharganya kehilangan orang sepertimu, maka ia tidak masuk sembarang. Andai kau adalah orang asing yang tidak ia kenal sama sekali, mungkin ia akan datang lebih dulu, memintamu, lantas jika ditolak, ia akan melenggang seperti biasa, karena tidak ada perasaan yang ia libatkan. Namun kali ini, berbeda. Kisahnya, terjadi denganmu, yang mungkin kamu adalah kawannya, teman kerjanya, atau sahabatnya.
Ada, ada pria seperti ini. Yang mungkin berbicara begitu lancar, namun begitu gagu ketika membicarakan tentang perasaan.
Wahai kaum hawa, jika kau menyukai pria seperti ini, dan ingin menyegerakannya agar tidak terjerumus dalam dosa, cukup ucapkan padanya
“Mas, mas mau serius sama aku?”
Jika sudah begitu, lantas, apalagi yang bisa menghalangi dua perasaan yang saling mengasihi.
TAKUT KEHILANGAN Bali, 18 September 2017 | ©Choqi_Isyraqi 
950 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Quote
Kadang kala diantara banyaknya pertanyaan dan persoalan yang memenuhi isi kepala, tidak semua harus berlebihan dalam memikirkannya
Juga pada perasaan-perasaan yang terlanjur ada pada hati, tak perlu seluruhnya musti dimaknai.
Karena mungkin saja sebagian perasaan akan luruh hilang bersamaan dengan angin pagi.
Sebab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu mungkin saja akan selesai dijawab bersama dengan orang lain atau malah akan diselesaikan oleh orang lain.
Kita terkadang terlalu egois merasa mampu menyelesaikan semuanya, padahal bala bantuan Allah telah dikirimkanNya, namun kita saja yang terlalu hirau akan keberadaannya.
Berbahagialah~
(via creativemuslim)
308 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Photo
Ketaatan yang sempurna
Tumblr media
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji dengan berlapis perintah dan larangan, maka dia menunaikannya dengan sempurna..” (QS Al Baqarah: 124) Segenap Keluarga Besar NAK Indonesia Mengucapkan: “SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1438 H”
26 notes · View notes
cutputrihs-blog · 7 years
Text
Disaat semua sedang naik naiknya Masih juga harus menyisakan tenaga dan hati untuk orang orang yang tidak amanah Menahan sesak dalam dada Dan perempuan ini hanya bisa menangis dikamar yang gelap Sedangkan dipagi hari harus tetap merendah dihadap orang orang itu Seolah tak ada salah yang dilakukan Menahan diri untuk tidak meledak dihadapan mereka Mengingatkannya perlahan Sakit sekali Hanya saja, kita harus tetap baik dan santun Sakit Sakit sekali
0 notes