cybersolofighter

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

The right word to explain all about you.

[cybersolofighter]

Ya Allah, bahkan nikmat tidak merasakan mager saja adalah sebuah bentuk kasih sayang Allah ke aku.

Harus lebih iltizam biar nikmat ini ga Allah cabut, dan ga mau kalo kudu disentil dulu baru nyadar :(

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

Salah satu teman terbaik yang gue punya. Temen SMP, yang bisa temenan sama gue apa adanya. Selalu tuker kabar, ngobrol ngalor ngidul, suka ngingetin.

Finally, selamat untuk pernikahannya Yasir. Kadang gue masih kaga percaya lu mau nikah wkwkwkwk. Tapi emng itu adanya.

Doa terbaik terpanjat buat lu.

Semenjak lulus SMP, kita belum pernah lagi ketemu. Tapi selalu tuker kabar. Selamat sekali lagi. Gue sangat bahagia atas pernikahan lu dan Winda.

Jangan lupain temen lu yang kang bacod ini y wkwkwkwk.

Happy wedding Yasir dan Winda

[cybersolofighter]

Alhamdulillah.

Kesyukuran pagi ini, Kaka darla dapat nilai matematika 100.

Alhamdulillah.

Semuanya karena Allah yang mudahin Kaka darla dalam mengerjakan monthly test.

[cybersolofighter]

Baru tau ini kok relate ya (?)

[cybersolofighter]

Coba aja waktu itu, sore itu saya tidak berpura-pura tegar, sehingga terucap pernyataan bahwa saya tidak merindukan nya. Andai saja itu tidak terjadi. Dan, jika andai saja saat itu kita sudah benar-benar dewasa untuk menghadapi jarak yanh terbentang. Jika kita bisa bertahan, setidaknya sedikit saja, mungkin aku yg akan ada disisinya.

Benar-benar suatu penyesalan.

[cybersolofighter]

Jadi gini loh rasanya ditinggal nikah. Wkwkwk. Sakitnya baru berasa skrng, masa iya sampe gue kebawa mimpi ngobrol sama istrinya wkwkwkw.

Jadi gitu Bil, lu ditinggal nikah aja perihnya sampe kaya gini. Apalagi ditinggal mati?

Sedih si, semalem kenapa gue bs sampe mimpi kaya gitu.

[cybersolofighter]

Entah apa yang saya jalani sekarang ini, adalah bentuk dari menikmati kehidupan, atau justru saya sedang berlari dari kenyataan.

Sampai sekarang saya pun tidak tau, dari titik mana saya berangkat. Ibarat daun kering yang jatuh kedalam arus sungai yang panjang. Terkadang dia terbawa arus tenang, tersangkut di antara bebatuan, atau terbawa arus deras. Saya seperti daun kering itu. Entah kemana dia akan menuju.

Saya selalu merasa harus mempersiapkan segala kemungkinan terburuk, sehingga tidak terjatuh didalamnya terlalu lama. Dan meminimalisir kemungkinan terbaik. Rasanya kok lama kelamaan saya seperti mengutuk diri sendiri ya? Entahlah. Saya hanya mencoba agar tetap bertahan dikemungkinan terburuk.

[cybersolofighter]

[cybersolofighter]

Mungkin, sebagian orang akan meng-kasihani nasib saya. Nasib bagi mereka, dan pilihan bagi saya. Terlalu nelangsa rasanya jika disebut nasib. Pilihan untuk hidup sendiri, dan berfikir tentang apa saja kesibukan yg bisa saya kerjakan, untuk meminimalisir fitnah adalah bahan overthingking beberapa hari kebelakang. Tidak menikah bukan berarti setuju dengan apa yang ditawarkan oleh orang-orang pro feminisme. Pilihan saya untuk hidup sendiri, bagi sebagian orang adalah pilihan yang tabu, dan kelewat batasan koridor. Apakah nilai idealisme suatu kehidupan harus selalu berdasarkan format budaya? Mungkin memang bgtu kenyataannya. Terdengar egois dan miris, jika saya terus berpegang teguh seperti ini.

Saya sudah berusaha, setidaknya menurut saya. Tapi jika memang kemungkinan itu tidak kunjung datang, setidaknya ada nasib baik lainnya yang menunggu untuk saya jemput.

Saya harus optimis, saya harus semangat.

Karena keputusan ini berdasarkan atas pilihan pribadi, tanpa paksaan.