decraindrops
decraindrops
dandelion & burdock
122 posts
Still looking for sentence that fits
Don't wanna be here? Send us removal request.
decraindrops · 4 months ago
Text
Jakarta, 2022
Dimulai dengan pertanyaan ‘apa rasanya menjadi anak bungsu’, aku dan pacarku Bintang memulai percakapan berkepanjangan mengenai masa remaja dan segala turunannya, dan intinya, hal-hal di masa remaja yang membentuk kita seperti kita hari ini. Gak tahu mau mulai dari mana, just let me continue this with nonsense rambling and what sparks in my mind at the moment.
Usia belia, waktu itu usiaku masih belasan. 9 tahun di mana ada kata ‘belas’ itu merupakan masa-masa, yang boleh aku bilang, sejauh ini paling berdampak dalam membentuk diriku saat ini. Segala yang ‘pertama’ ada di rentang waktu 9 tahun tersebut. Jatuh cinta pertama, pacaran pertama, patah hati pertama, hang out bersama teman-teman pertama, pulang malam pertama, konflik pertama, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang sekitar, hingga peristiwa pertama yang membuatku merasa (waktu itu) diriku tidak berharga lagi. Berbauran dengan itu semua ada mimpi-mimpi masa kecil, realitas yang mulai berdatangan, hingga pergeseran paradigma mengenai banyak hal dalam hidup. Yang tadinya ku anggap benar dan lurus berputar balik begitu saja pada usiaku yang ke 18. 
Lucunya, masa-masa krisis tersebut seringkali lewat begitu saja dari kedipan mata orang tua. Seakan hanya tubuh yang bertambah besar, perlakuan orang-orang dewasa kepada insan-insan yang sedang menapaki usia belasan seringkali malah kontraproduktif dan mengakibatkan 9 tahun itu, manusia yang penuh potensi dan mimpi-mimpi masa kecil merasa tersesat.
Pembicaraan diakhiri dengan bagaimana seharusnya kita memperlakukan remaja tersebut. Jangan anggap mereka anak kecil, karena isi kepala mereka memang bukan isi kepala anak kecil. Beri mereka kepercayaan dan telinga yang secara tulus mendengar tanpa perasaan ingin menasehati, dan pkiran yang benar-benar tertarik dengan kegiatan mereka. Be the version of yourself that you wish to meet when you were in your teenage years.
0 notes
decraindrops · 4 months ago
Text
on trying to make sense of what went by - 1st week of february, 2025
I always want to have my life documented. And that is exactly the reason of Why I Write (borrowing Didion's phrase which she borrowed from I forget who). It's not for the 'audiences' (if there's any), but for me to be able to crystalized my moments, my feelings. Though I do not articulate it well most of the time. But if I'm the one who read my writings, I guarantee that I can always recall. So, this is always a self-centered and this is exactly the reason of Why I Write.
But yesterday when I came to Couvee Seturan (where I used to do study from cafe things during my one month getaway in Jogja back in 2021. I just came here again after >3 years), I had a cup of matcha latte-less sugar with my 22 year old self.
I told her that even though the path is not clear yet, I'm currently pursuing things that I truly want to do and I believe to be meaningful, while she said she's not sure about her future and just follow along her peers. I told her that I embrace failures as 'additional data points', and she said she just wanted to give up and felt like she's destined to fail in life. I said that I have finally been able to experience what it feels like to believe in humans, to be part of this 'human community', while she thought that everybody else must be making fun of her and that she's nobody's favorite. I told her how I finally dare to build a relationship, which turn to be full of laughter and discussions that peel off layers of thoughts, while she insisted that exclusive relationships are naive. I asked her to take silly pictures together to document our memory, but she hesitated and said she couldn't stand looking at her face in the camera.
And finally, we said goodbye. As an older sister, I told her that she'll get through. And one day, she will understand what it feels like to be comfortable in her own skin.
0 notes
decraindrops · 4 years ago
Text
love 101 : supposed to be a review (2020)
It’s started with a scene of a grown-up woman, in the rain wearing a hoodie, entering the abandoned house. In front of the house, there’s a dog she seemed to know barking loudly at her. She patted the dog to calm him, and freed the dog then teared the police line that crossed the front door. She entered the house to find her beautiful scrap of teenage memories. The time when she felt like she owned the world. The time when everything was possible.
Tan Malaka said “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda.”, idealism is the last privilage only the youths have. This is kinda out of topic, but I remembered that quote along the time I spent watching the series.
There are these young highschoolers, known as The Worst, (too lazy to continue haha)
2 notes · View notes
decraindrops · 4 years ago
Text
me, nonsense mumbling
hi, it’s me thinking about writing again. not writing tho. writing sounds like a very serious word, as if it only can be used by people who do serious things. meanwhile, i’m here just doing sort of brain dump. maybe a thing or two of self reflection.
once in a while, most likely you would be in a situation where you feel like you are being ‘tested’. if you pass, then you may continue to the next challenges and possibilities. if you ‘do not pass’, the universe will take you circling around the same ‘test’.
and for what happened recently, i learnt a thing or two about myself. even seems not much in number, if it was an exam it would make a big weight to total scoring. probably... 60%. so, the key takeaways are:
1.  it’s okay to be vulnerable with your emotion. you will always have friends who will calm you and make you comfortable, validate your feelings instead of thinking you’re being irrational and nonsense.
2. this ‘event’ also allows me to become more sensitive and accepting towards my own feelings, and talk it out to my circle.
3. talking to friends give me a new perspective, like they open up the new door, show me the new way of thinking method that i value a lot. one of them says “setiap dari kesalahan orang ada kesalahan kita juga” which i truly relate. or when she said “if you don’t make a decision, the universe will make it for you”, yeah.
some says that life is about gaining and losing. i have came to a revelation (???) years before that if you gain one, you lose another. there ain’t no such thing as free lunch, they said. but, one thing you will not ever lose and only accumulate as time passes is only one: experience.
0 notes
decraindrops · 4 years ago
Text
in the mood for love (2000)
Tumblr media
source: imdb.com
3 notes · View notes
decraindrops · 5 years ago
Text
day 2. things that make me happy
Belakangan ini, dialog tentang Bahagia selalu muncul ke permukaan. Terutama 2019, sih. Ketika terjadi pergeseran paradigma bahwa bahagia bukan tentang materi dan segala yang bisa dihitung. Bahagia datang dalam bentuk yang paling sederhana, hal-hal biasa yang sebenernya bikin haru, mungkin karena kesementaraannya.
Aku menemukan bahagia di hal-hal kecil yang mungkin dulu I took for granted. Di antara obrolan-obrolan jujur dengan teman-teman, lagu favorit, langit yang tiba-tiba biru seperti di film anime jepang, buku-buku, ya banyak sih. Tapi kalau mau ditarik benang merahnya, bahagia datang ketika aku bisa hanyut dalam apapun yang sedang aku lakukan, ketika fisik dan pikiran sinkron. Bahagia juga bukan datang dalam bentuknya yang hedonis, yang datang ketika aku hanya melakukan hal-hal yang ‘menyenangkan’. Bahagia berharga ketika ada usaha yang harus dibayar in exchange, seperti energi, niat, perhatian, pikiran...
0 notes
decraindrops · 5 years ago
Text
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Eka Kurniawan), sebuah ulasan
Kisah diawali dengan seorang lelaki bercakap dengan burungnya, meski entah sudah berapa lama ia tak kunjung bangun. Selanjutnya, banyak sekali percakapan antara laki-laki si tokoh utama, Ajo Kawir, dengan si Burung yang tak juga bangun dari tidur lelap dan mimpinya tentang entah apa, tidak peduli segala usaha si tuan untuk membangunkannya. Kontras dengan ketenangan si Burung, tuannya mengalami hidup yang penuh dengan kekerasan; pembunuhan, perkelahian, hingga perselingkuhan (ya, tak ada satupun peristiwa dapat membangunkannya). Burung sebagai alegori kehidupan yang tenang dan damai lambat laun mengajarkan kebijaksanaan kepada Tuan yang hidupnya tak pernah absen dari segala bentuk kekerasan.
Seperti novel Eka Kurniawan lainnya, karakter tokoh-tokoh dalam buku ini tidak bisa disebut normal (sedikit banyak sakit jiwa). Eka memberikan sebuah potret sosial tentang dunia gila tetapi mungkin ada di kenyataan. Bagaimana Penulis menggambaarkan kisah cinta Ajo Kawir dengan Iteung, persahabatan Ajo Kawir dengan Si Tokek, dan idealisme hidup Mono Ompong merupakan imaji-imaji yang kadang utopis dan melampaui kenyataan. Sesuatu yang kita umum rasakan tetapi digambarkan di luar garis batas wajar. Novel ini juga penuh dengan kata-kata serta penggambaran yang vulgar, serta hanya boleh dibaca oleh yang berusia di atas 21 tahun (di sampul belakang tertulis 21+). Digambarkan dengan alur loncat-loncat yang setiap bagiannya relatif pendek, novel ini terbilang sangat tidak membosankan untuk dibaca. Terakhir, saya sangat mengapresiasi cara Eka Kurniawan mengakhiri cerita dalam satu paragraf pendek yang lugas (hampir tanpa resolusi bertahap). Dengan cara itu, setelah titik terakhir cerita terus berlanjut di kepala pembaca.
-
"Kenapa kau selalu bertanya kepada burungmu untuk segala hal?" tanya Mono Ompong penasaran, sekali waktu. "Kehidupan manusia ini hanyalah impian kemaluan kita. Manusia hanya menjalaninya saja." Si Tokek akan mengatakan itu filsafat.
6 notes · View notes
decraindrops · 5 years ago
Text
It’s good to have some time when your mind just wanders far. Without attracted to addictive content that feeds you up but nothing keepworthy. It’s good when you’re listening to music, you enjoy every beat of it. It’s good to be talking to someone and you really pay attention to their words, as a way to understand their souls. It’s good to get inspired when you’re reading something, when information becomes insight. It’s good to enjoy moments.
0 notes
decraindrops · 5 years ago
Text
semeru
Ini cringe sori tapi bodo amat lah y
Gimana sih cara pandai bercerita? Aku pengen mengenang hal-hal yang udah dialami dengan tulisan panjang lebar... yang deskriptif dan argumentatif dan komunis. Bye. Intinya, yang bisa membangkitkan ingatan akan perasaan.
Juni lalu aku ke Semeru. Membernya ada 7 sama aku. Ada Achi (sepupu), Anfa (temen kuliah), Rima, Bang Gerut, Aan, Dzul mereka itu temennya Achi. aku gak akan cerita secara runtut di sini dan gak bisa jadi pegangan kalian juga kalo mau pergi ke Semeru karena di sini aku bakal mengenang kesan dan rasa (yang self-centered).
Semeru selalu jadi tempat spesial buat gue. Entah dari mana gue tau ada gunung yang namanya ‘Semeru’, dengan puncaknya yang bernama ‘Mahameru’. Kayaknya itu udah bawaan dari lahir aja, seperti.. kayaknya gue selalu tahu itu. Sebelum 5 cm, sebelum internet. Mungkin di masa-masa gue gencar menyerap informasi alias waktu kecil ada satu orang yang menyebut kata itu, lalu dia terbawa selamanya bahkan tanpa gue sadar. Selalu tersimpan di alam bawah sadar.
Waktu gue awal masuk SD, sekitar 2005 atau 2006, waktu itu abang gue yang pertama lagi seneng beli alat-alat gunung, inget banget ada sepupu yang kerja di eiger dia beli tas eiger, beli sepatu gunung, sleeping bag, matras, dan yang lainnya. Gue yang waktu itu udah mulai mengerti tentang duit mikir ini beli apaan sih mahal banget. Terus mulailah masa-masa dia naik gunung, walaupun gue dan abang gue jarang cerita-cerita juga sih. Fast forward 2010 abang gue yang waktu itu udah jadi anak kuliahan mau naik gunung. Semeru, katanya. Entah kenapa gue rasanya familiar sekali sama kata itu. “aku mau ikut”.. tapi waktu itu aku masih terlalu kecil (kelas 5). Rasanya beneran sedih deh waktu itu karena gak bisa ikut. Dan berjanji suatu saat aku bakalan ke Semeru!
Gue melewati masa remaja dengan pikiran ingin selalu jalan-jalan dan jadi anak yang some kind of ‘adventurous’. Ngebayangin ketika udah gede nanti, ingin hidup dengan jalan-jalan aja. Menurut timeline hidup ideal fitri yang dirangkai ketika SD-SMP, harusnya kuliah ini udah jadi fotografer profesional, udah jalan-jalan kesana kemari. Tapi there are many things i lost along the way becoming an adult. Yang jadinya.. yaudah lah. 
Soe Hok Gie, entah dari mana juga gue tau orang itu. Mungkin ada satu orang yang nyebutin kata itu ketika gue masih kecil, atau ga sengaja teringat sekali gue melihat namanya di buku-buku yang gue baca waktu kecil. Tapi ingatannya selalu ada, di alam bawah sadar. Dan dia bangkit lagi ketika gue SMA. Lewat buku Catatan Seorang Demonstran yang ga sengaja gue temuin (yang pada saat gue nemu itu rasanya familiar) di Perpus SMA, di waktu gue telat masuk sekolah dimana anak-anak yang telat harus ke perpus dan bikin rangkuman. Gue mulai baca-baca buku dia, terus ternyata suka naik gunung, dan pikiran-pikirannya yang tertuang di dalam buku itu keren sih. Terus jadinya gue inget keinginan lama pengen naik gunung beneran, maksa-maksa ortu biar bisa naik gunung karena selalu ga boleh. Ujungnya ikut Sispala buat nyari temen-temen yang mau diajak naik gunung, tapi ada constraint yang bikin kita ga bisa naik gunung jauh-jauh. Belum kesampean, deh, ke Semeru.
Flash forward di masa baru-baru ini, masa kuliah, gue punya temen-temen yang suka naik gunung dan sering sepik-sepik pengen ke Semeru. Gue juga punya sodara yang bisa diajak naik gunung, dan untungnya ga goscoy. Di suatu hari di jalan otw rumah, tiba-tiba Achi WA gue ngajak ke Semeru. Tanpa basa-basi dan pikir-pikir, satu detik setelah gue nerima dan baca pesan dia gue langsung jawab MAUUUUUU. Gue ngajakin temen-temen kuliah juga tapi yang betulan jadi cuman Anfa. 
Kita berangkat dari Stasiun Senen naik Matarmaja. Gue suka banget deh berada di momen kayak gitu. Bawa carrier, di stasiun, sama temen-temen even walaupun baru kenal sekalipun. Dengan cepetnya kita semua bisa langsung ngobrol seru walaupun baru ketemu. Thanks God ga awkward sama sekali padahal awalnya gue takut banget ga bisa bonding (as a person who can’t initiate social interaction) dan cuma jalan doang jadinya. Semuanya mudah dan ngalir gitu aja, dan jadi memorable. Dari awal kita sarapan di alun-alun deket stasiun, belanja barang carter angkot di Pasar Tumpang, sampai nyampe di tempat jeep (lupa namanya) mager-mageran, packing, ngobrol-ngobrol sama yang mau naik lainnya juga. 
Agak malem kita otw basecamp Ranu Pane naik jeep, lama banget di perjalanan dari tempat jeepnya. Karena proletar jadi kita bareng sama rombongan lain, di jeep berdiri deh. Si rombongan itu dari Bogor dan sering banget cerita ini itu yang kemudian jadi inside jokes di antara rombongan gue yang masih lucu aja nyampe kita pulang dan berpisah hahaha. Di jalan mulai gerimis dan jeepnya terbuka. Tapi entah kenapa ga kedinginan. Ketika udah nyampe basecamp Ranu Pane hujan makin deras dan kita cepet-cepet gelar matras + ngulet di sleeping bag biar ga kedinginan. Di dalem udah rame banget.
Hari-hari pendakian dimulai dari kita dengerin sosialisasi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama naik Semeru dari orang TNBTS-nya (yang jadi inside jokes juga). Kemudian long story short, malam minggu itu kita berkemah di Ranu Kumbolo. TUHAAAAAN RANU KUMBOLO TUH INDAH BANGET. The scenery and the feelings are undescribable. Malam itu Ranu Kumbolo banyak bintangnya, kita ngobrol-ngobrol banyak, tentang Polaris, tentang lagu, tentang kuliah/kerjaan, tentang apapun yang semuanya ngalir. Kemudian ada rombongan dari Malang yang nyamperin dan berbagi kopi asli Malang. Ngomongin teori Tanjakan Cinta yang katanya kalo orang mikirin nama seseorang pas naik Tanjakan Cinta tanpa nengok, dia bakal end up sama orang itu (yang menurut gue argumen di balik mitos itu adalah biar orang ga ngantri di Tanjakan Cinta. Ditambah kalau liat belakang, pemandangannya KEREN). Jujur hidup indah banget saat itu. Temen-temen, lagu, bintang-bintang, tawa, indomie, lalala lalalalalala.
Oro Oro Ombo lagi berbunga saat itu. Ungu. Bagus banget... ga ngerti lagi. Gue masih belum nemu cara gimana biar gue bisa balik ke momen itu kapan pun. Di sana juga setiap pos pasti jual semangka. Indomilk juga. Gorengan juga. Ga kebayang orang yang bawanya dari bawah, keren abis! 
Gue males ngedetailin satu-satu. Tapi kita nge-camp lagi di Kalimati setelah Oro Oro Ombo. Track setelah Ranu Kumbolo lebih nguras tenaga dibanding sebelumnya yang masih super santai. Indomie lagi, ngobrol sampe mampus lagi, terus tidur bentar. Dini hari jam 2 atau 3 gue lupa kita otw summit. GILA ABIS BROOOOO jalur pasir-pasir otw Puncak Mahameru itu, naik 2 turun 1 bikin capek dan agak bahaya, dan gak kelar-kelar. Madurasa selalu jadi teman terbaik karena udah cape juga ngobrol sama yang lain ga ada energi. Ujungnya kita sampe juga di Puncak sekitar jam 6 pagi. Liat letupan pertama dari Kawah Jonggring Saloka hari itu. DINGIN BANGET DI SITU KACAU. Setelah puas futa foto kita turun deh yang dimana turunnya tinggal serodotan beda banget sama perjuangan waktu naik. 
Kelar dari Semeru, kita jalan-jalan di Jogja. Gue ga ngerti kenapa kita jadi pada ke Jogja. Padahal asalnya gue doang yang mau ke Jogja, ujungnya semuanya. Dari Malang ke Jogja kita naik travel yang berasa tahun 1980-an alias jadul banget. Yang travelnya masih jemputin orang satu-satu ke rumah. Jadul banget itu travel. Di jalan kita berhenti di rumah makan yang super jadul juga. Muterin lagu-lagu keroncong dan serius deh tampilannya jaman dulu abis. Tapi gue suka. Di Jogja kita numpang di rumah temennya Achi di daerah Kotagede if I’m not mistaken. Jalan-jalan naik motor keliling Jogja cari angkringan, ke Taman Pintar, Malioboro, lewatin beringin Keraton, jajan pinggir jalan, ngobrol-ngobrol di Tugu Jogja jam 2 malem, Jogja bikin kenang-kenangan Semeru lebih memorable sih. Ujungnya kita pulangnya misah-misah. Yang barengan sama gue balik dari stasiun Wates (ada drama kenapa kita naik dari Wates bukan dari Lempuyangan) cuman Achi, Anfa, sama Rima. Ketika nyampe di Senen, asli gue sedih banget berpisah sama Rima wkwkwk. Seminggu itu indah banget pokoknya. Di masa kuliah ini gue kayak jarang banget punya petualangan yang jadi kenang-kenangan, dan Semeru itu yang paling epic dan yang paling gue sayang. Semua momennya sangat gue apresiasi. Ngecengcengin Bang Gerut, ngomongin buku sama Aan, curhat-curhat sama Rima dan Aci, dengerin komentar-komentarnya Dzul, dengerin kuliah umum tentang matkul hukum dari Anfa, dan semuamuamuamuanya yang pegel gue kalo didetailin satu-satu. Thank you ya! See you next time!
udah y cringe nya, sekian dan thanks
0 notes
decraindrops · 5 years ago
Text
numb, and nothing
actually i have nothing to say. all the words inside my head are cliche and just nonsense rambling. pandemi ini bener-bener bikin dunia jadi tempat yang berbeda 180 derajat. orang-orang terpaksa berdiam diri di rumah. ngelakuin apapun untuk ngusir rasa bosan. belajar masak, ikutan chloe ting challenge, main tiktok, belajar skill baru seperti gitar, ngelukis, apapun, jalan-jalan lewat google street view, oh ya, dan kegiatan perkuliahan dan organisasi/kepanitiaan yang semuanya dilaksanain secara online. 
rasanya gabut, bosan, dan tiap hari kayak berlalu begitu aja. no sparks nor thrill. sedikit nyinggung soal zodiak, gue sebenernya adalah orang yang mencoba (sok) scientific dengan ga percaya. ya.. kita cenderung focus on the hits but ignore the misses. mungkin sebenernya sifat kita ga kaya gitu juga cuman self perceptionnya aja karena kita merasa bagian dari kelompok itu (alias zodiak). barnum effect, i heard. tapi satu ketidakkonsistenan gue, tadi siang gue baca soal zodiak sagittarius yang katanya intinya “cuman mau ngejalanin sesuatu selama menyenangkan”. yang satu itu kayanya bener deh, entah karena zodiak atau bukan tapi personally gue merasa seperti itu. and i think it’s kinda untolerable as we grow up karena seiring kita tambah dewasa, banyak banget hal-hal tidak menyenangkan yang HARUS kita lakuin, for the sake of tanggung jawab. dan fulfilling tanggung jawab juga buat gue bikin ada sense of self worth dari pada cuma senang-senang yang cenderung bikin numb lama-lama. yaudah sih. it’s supposed to be ngisi kegiatan aja yang jam 8 malem gini udah gabut karena gue jenuh banget moga-moga cepet kelar ini korona dan hidup bahagia selamanya. amen.
0 notes
decraindrops · 6 years ago
Text
des
22.15
Sufjan Stevens - The Only Thing
November sudah tiba dengan hujan sepaket dengan wangi tanahnya. Lalu Desember akan datang dengan suasana yang sama tetapi lebih semerbak dan selalu patut dikenang. 2009... 2012... 2016... Gue bisa jadi lupa dan terasing dari momen-momen yang terjadi di 10-11 bulan sebelumnya. Namun Desember dengan suasana khasnya, hujannya, selalu menjadi penutup yang akhirnya gue kenang dengan sayang, dan bertahan. Entah kenapa suasana seperti ini, dimana pun tempatnya, selalu membawa gue ke suatu tempat familiar. Tempat dimana kami, gue dan orang-orang terkasih dari berbagai fase hidup yang tidak begitu-begitu saja, saling menggoreskan kisah walau mereka tidak saling tahu. Entah itu Bandung atau Jakarta. Entah itu SD Banjarsari atau FEUI. Desember selalu membuat gue merasa kembali, kembali ke tempat familiar tidak bernama namun ada, namun nyata (nyata di dunia dimana kasih juga nyata). Dan rasanya familiar. (dan familiar mungkin mempunyai kata dasar famili.. tempat dimana kita merasa diterima). Dan di situ gue merasa dikasihi, oleh semesta. Sekali lagi, siapapun engkau pencipta, atau apapun, terima kasih untuk menyediakan desember lengkap dengan hujan dan wangi tanahnya. Dan orang-orang yang mengisinya.
0 notes
decraindrops · 6 years ago
Photo
WOY GUE BARU LIAT HAHAHA LUCHU LUF
Tumblr media
so here are my deepest confession for all of you:
sometimes i act rough, seems like i dont care or i dont like whatever you are doing or talking but i know you know who i am. i know every little things that you love, i care about all the details about you, and one thing you need to know guys, that i’ve accepted you for who you are. every bad habbit, all the old mistakes, the hates, the tears, the broken hearts, the apologizes. let me say that i-dont-care who we used to be but i do care about who we are now and the future mistery. so, please let me keep these 12 hands (yes because we have a pair of hands). i understand that you have another gangs which is more fancy or something but whenever you need a shoulder, you need arms, you need ear, you all have me. you have a super-comfy-listener-capable-adaptable-fantastic-loyal-andanyothergoodtraits like me soooooo
mbong ya saya. gak deng ga akan bikin ngapung. abis fotonya -2 orang. bye
2 notes · View notes
decraindrops · 6 years ago
Text
It’s scary that the demons are actually inside you.
0 notes
decraindrops · 6 years ago
Text
Tumblr media
Desember sekali lagi..
0 notes
decraindrops · 6 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Meninggalkan tanah kelahiran, rasanya aneh
Seperti kisah yang kamu tidak lagi menjadi bagian daripadanya, (padahal masih ingin)
Jalan-jalan asing dengan wajah-wajah asing
Pulang untuk cucian kotor, lantai berdebu, dan pikiran ‘mau makan apa ya’; bukan lagi untuk sop hangat ditemani ayam goreng dengan nasi yang bisa diambil sesuka hati siap tersaji di meja
Tapi di sini aku belajar,
Untuk tumbuh besar dan akrab dengan kesendirian
Untuk menerima hidup apa adanya
Untuk mengenang kemudian merangkai
Utuk mempertanyakan kembali
Untuk orang-orang baru, kisah-kisah baru (entah apa yang menanti di ujung sana. Aku sudah belajar untuk menerima sebagaimana adanya)
Untuk mengalir.....
(Juga untuk menemukan surga kecil pelarian, jalan bernama Cikini)
0 notes
decraindrops · 6 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
—Pocin, 2019.
0 notes
decraindrops · 6 years ago
Text
Jogja
Selalu senang kembali ke Jogja. Selalu menemukan kepingan masa kecil di sana, di antara tukang gelang Malioboro dan kios bakmie di Sosrowijayan.
0 notes