Text
At this point, I realize that life is just a cycle of good and bad things taking turns. So whenever something good happens to you, stay grounded. And when something bad happens, don’t lose yourself in it—because neither will last forever.
dari depi buat depi
0 notes
Text
Pesan Sponsor: Don't Lose Yourself in This Chaotic Life
Be present. Be grounded. Be mindful. Be grateful. Don’t let moments pass by unnoticed—because they won’t greet you twice. Every experience in this life is a reminder that you are still living—whether it’s painful, blissful, or simply part of your daily routine.
Live every moment with mindfulness: so you don’t repeat the same mistakes, so you appreciate the moments that won’t come again, and so you learn something from each one.
(dari depi buat depi)
0 notes
Text
Apa banget udah setahun belum aku bikin Part 2 nya hahaha maaf maaf..
A Trip to Little Piece of Heaven on Earth - Part 1
Secara ajaib hari Kamis (4/8) sampai Minggu (7/8) lalu, Teletubies akhirnya benar-benar menginjakkan kaki di Labuan Bajo, Flores, NTT. Masih susah dipercaya betapa impulsive-nya kami berempat Desember 2021 lalu yang randomly membeli tiket promo dari salah satu maskapai. Sengaja plot di bulan Agustus dengan harapan punya cukup waktu untuk menyiapkan cuti, dana, dan keperluan lainnya. Sebetulnya disertai banyak drama menjelang berangkat, but, I think that's another story for another time.
D-1 (Rabu 3/8) rombongan dari Bandung (Aku, Riza, dan Cipuy) sudah berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta karena flight kami dijadwalkan pukul 3.40 WIB (cry). Transit dulu di Bandara Juanda Surabaya selama 1 jam 50 menit sebelum akhirnya lanjut ke Bandara Komodo. Kami sampai di Bandara Komodo pukul 8.30 WIB atau 9.30 WITA dengan selamat!




Oiya Rezky was on another flight karena sebuah drama jadinya kami bertiga berangkat dengan maskapai yang berbeda.
Setelah selesai ambil bagasi, kami langsung menuju hotel yang sudah dibook dari jauh-jauh hari. Dan kami beruntung dapat hotel yang proper banget pelayanan, kebersihan, makanan, dan lokasinya dengan harga yang kami bayarkan untuk menginap satu malam dari hari Kamis sampai dengan hari Jumat. Nih aku spill suasana hotel dan pemandangan di depan hotel kami.


Ini pemandangan dari balkon hotel

Ini beneran view di sebrang hotel pas sunset! Bagus banget sumpaaah!




Lokasi hotel kami juga dekat sama area Waterfront ini, jadi kami sepanjang sore jalan-jalan di sekitar hotel sambil cari makan malam.
Keesokan harinya, Jumat (5/8) sambil menunggu dijemput, kami sarapan di restonya yang ada di rooftop hotel. Dan lagi-lagi viewnya bikin melongo banget.


Sumpah ya, view di mainland-nya aja udah bikin kagum, saat itu kami belum terbayang akan seperti apa pemandangan di lokasi-lokasi utama tujuan trip kami. Lalu dimulailah perjalanan kami selama 3 hari 2 malam di dalam kapal semi pinisi dari hari Jumat sampai dengan hari Minggu. And I'll share with you on the next part yaa. ngantuk.
2 notes
·
View notes
Text
A Trip to Little Piece of Heaven on Earth - Part 1
Secara ajaib hari Kamis (4/8) sampai Minggu (7/8) lalu, Teletubies akhirnya benar-benar menginjakkan kaki di Labuan Bajo, Flores, NTT. Masih susah dipercaya betapa impulsive-nya kami berempat Desember 2021 lalu yang randomly membeli tiket promo dari salah satu maskapai. Sengaja plot di bulan Agustus dengan harapan punya cukup waktu untuk menyiapkan cuti, dana, dan keperluan lainnya. Sebetulnya disertai banyak drama menjelang berangkat, but, I think that's another story for another time.
D-1 (Rabu 3/8) rombongan dari Bandung (Aku, Riza, dan Cipuy) sudah berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta karena flight kami dijadwalkan pukul 3.40 WIB (cry). Transit dulu di Bandara Juanda Surabaya selama 1 jam 50 menit sebelum akhirnya lanjut ke Bandara Komodo. Kami sampai di Bandara Komodo pukul 8.30 WIB atau 9.30 WITA dengan selamat!




Oiya Rezky was on another flight karena sebuah drama jadinya kami bertiga berangkat dengan maskapai yang berbeda.
Setelah selesai ambil bagasi, kami langsung menuju hotel yang sudah dibook dari jauh-jauh hari. Dan kami beruntung dapat hotel yang proper banget pelayanan, kebersihan, makanan, dan lokasinya dengan harga yang kami bayarkan untuk menginap satu malam dari hari Kamis sampai dengan hari Jumat. Nih aku spill suasana hotel dan pemandangan di depan hotel kami.


Ini pemandangan dari balkon hotel

Ini beneran view di sebrang hotel pas sunset! Bagus banget sumpaaah!




Lokasi hotel kami juga dekat sama area Waterfront ini, jadi kami sepanjang sore jalan-jalan di sekitar hotel sambil cari makan malam.
Keesokan harinya, Jumat (5/8) sambil menunggu dijemput, kami sarapan di restonya yang ada di rooftop hotel. Dan lagi-lagi viewnya bikin melongo banget.


Sumpah ya, view di mainland-nya aja udah bikin kagum, saat itu kami belum terbayang akan seperti apa pemandangan di lokasi-lokasi utama tujuan trip kami. Lalu dimulailah perjalanan kami selama 3 hari 2 malam di dalam kapal semi pinisi dari hari Jumat sampai dengan hari Minggu. And I'll share with you on the next part yaa. ngantuk.
#fantastic four#mine#labuanbajo#komodo#komododragon#komodo island#kanawa island#padar island#nusa tenggara timur#indonesia#pink beach#kelor island#labuan bajo
2 notes
·
View notes
Text






Jejak liburan setitik 5 Januari 2021. Glamping Lakeside Rancabali
0 notes
Text
Sebuah Perjalanan Pulang
Awalnya aku tidak tahu akan melangkah ke mana. Jalanannya terasa begitu asing, gelap, dan sepi. Tapi aku terus berjalan. Sesekali sambil bernyanyi agar tak terasa begitu sepi. Seringkali aku menyadari nyanyianku berubah menjadi tangis, terkadang berubah menjadi teriakan dengan umpatan. Tapi aku tak pernah berhenti melangkah betapapun kecilnya langkahku.
Setelah lelah dan bosan bernyanyi, menangis, dan berteriak sendiri, aku baru menyadari kalau ada matahari, bulan, dan desir angin yang selalu menemaniku. Melalui teriknya hari dan gelapnya malam, panasnya siang dan dinginnya malam. Hujan pun sesekali datang menyapa dan mengingatkanku untuk berteduh atau mengajakku menikmati rintiknya. Mereka menuntun langkahku menuju tempat yang telah lama aku lupakan. Tempatku untuk pulang.
Bangunan itu masih berdiri kokoh, namun tak terawat. Atapnya bocor, lantainya terlepas di sana sini, dindingnya kotor terkena bercak air. Kuintip kamarku, isinya masih lengkap. Tempat tidurku, meja belajarku, lemariku, piala dan piagam penghargaanku, semua ada di sana.
"Look at this mess. Gosh, I've been out for too long..", ucapku.
Sambil tersenyum, matahari, bulan, dan desir angin berkata,
"take your time, kamu bisa perbaiki satu-satu".
Empat purnama sudah aku di rumah. Aku telah membersihkan debunya, memperbaiki atapnya, memasang kembali lantainya, dan mengecat dindingnya. Kini ia terlihat layak. Akan tetapi, sama seperti rumah lainnya, diperbaiki di sini, rusak kembali di sana.
But then, inilah rumahku. Tidak sempurna, memang, tapi ini tempatku pulang.
Dan tempat pulang itu adalah aku.

1 note
·
View note
Text
untukmu yang telah kembali ke pelukanNya..
Bu..
Hidup ini aneh ya.. Kenapa kita seolah ditakdirkan untuk melukai satu sama lain padahal tak satu pun dari kita pernah bermaksud demikian?
Maafkan aku yang selalu membuat hatimu gusar.
Terima kasih sudah melapangkan hati untuk menerimaku sebagai anak perempuan yang kebetulan Tuhan takdirkan untuk menjadi teman baik anakmu.
Terima kasih sudah memberikan kesempatan bagi hati ini untuk tenang.
Terima kasih sudah melepaskan jarum-jarum yang selama ini tertancap di hatiku.
Terima kasih sudah membebaskanku dari rasa bersalah.
Terima kasih sudah menyembuhkan sebagian luka hatiku.
Melalui sebuah pertemuan singkat di Bulan April. Pertemuan singkat namun hangatnya terus menyelimuti hati ini. Di hari itu akhirnya aku bisa melihat sosok ibu yang hangat, manis, dan lucu yang sebelumnya hanya menjadi sebuah mitos bagiku..
And lastly, terima kasih sudah melahirkan dan membesarkan seorang anak laki-laki paling baik yang pernah aku kenal.
Selamat jalan, Bu..Semoga engkau ditempatkan di tempat terindah bersamaNya. Memori indah tentangmu akan selalu bersemayam di hati orang-orang yang engkau tinggalkan..
0 notes
Text
Tentang aku dan hatiku yang babak belur
Cerita ini aku tulis untuk kamu yang tinggal di Neptunus. Bukan, bukan Neptunus Perahu Kertas. Neptunus Margahayu.
Pelajaran merelakan sepanjang bulan Mei-Desember ini aku rasa merupakan salah satu pelajaran merelakan terberat yang aku lalui sepanjang hidupku.. rasanya beda tipis dengan merelakan kepergian bapak. tapi bila diingat lagi, bahkan di hari itu masih ada kamu yang menenangkanku. jadi sepertinya yang kali ini aku nobatkan sebagai jawaranya.
Selama tujuh bulan ini aku harus ikhlas dan berdamai dengan banyak hal, termasuk mengikhlaskan dan berdamai dengan lautan perasaan yang ingin kuungkapkan padamu. Rasanya ingin ku puk-puk hati ini. karena perjuangannya sungguh berat. So, today, let me tell you story about me and my beaten heart.....
Pelajaran pertama yang harus ia (hatiku) terima adalah tentang kenyataan bahwa akhirnya ada ujung dari jalan yang kita tapaki bersama. Seperti dua baris pertama dari Puisi Cahaya Bulan yang dibawakan Nicholas Saputra:
“Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui”
Hari yang sudah mengintip sejak bertahun-tahun lalu namun kita putuskan untuk tidak menghiraukannya. Hari yang sedikit demi sedikit keluar dari persembunyiannya sejak kejadian di rumah sakit saat kamu kecelakaan. Akhirnya dia menunjukkan wajahnya lewat keberanian kamu untuk bilang.....
“Dep, kayaknya eki udah ga bisa ngejalanin ini lagi”
Rasanya seperti ditampar.. tapi sama Hulk. Anehnya aku lega. Lega karena akhirnya salah satu dari kita berani untuk mengakhiri. Lega karena setelah hampir 7 tahun hanya berputar-putar di rute yang sama, karena kita terlalu takut untuk jalan sendiri, akhirnya kamu lihat jalan lain sekalipun jalannya nggak bisa dilewati berdua. Dan di hari itu aku tahu, kamu sudah memasuki jalan itu lebih dulu daripada aku. Aku tertinggal beberapa langkah.
Hari itu memang datang melalui keberanianmu untuk mengucapkan kata-kata itu. Tapi aku juga mengamini ucapanmu. Tidak ada yang jahat dalam cerita ini. Ini tentang aku dan kamu yang sama-sama sudah kehabisan bahan bakar untuk terus berjalan. Tentang dua orang yang lelah melawan arus. Tentang harapan-harapan yang kalah dalam pertarungannya melawan kenyataan. Dibalik semua tawa dan tangis yang kita lalui, kita berdua sama-sama menunggu hari itu datang. Menunggu wangsit itu turun. Persoalannya hanya tinggal melalui siapa. Aku tidak menyalahkanmu. Aku tidak menyalahkan apapun atau siapapun yang menjadi sumber keberanianmu di hari itu.
Selama satu bulan hatiku mengalami lag. Hence the zen moment yang sempat bikin kamu, bahkan aku sendiri bingung
“Kok aku ngga nangis? kok aku biasa aja? harusnya kan ga gini”
Sampai suatu pagi, lewat merdunya lantunan lagu IU yang berjudul Full Stop dengan lirik:
True feelings we shared piece by piece Answers that were so easy Several seasons that we loved unforgettably Goodbye, Goodbye to it all
akhirnya rasa sakit itu mengalir ke sensor-sensor di hatiku dan tangisan pertamaku datang. Anehnya lagi-lagi aku lega. Tapi kali ini lega karena aku tahu ternyata aku baik-baik saja. Ternyata hatiku masih bisa bereaksi dengan normal meskipun telat. Pagi itu, ku putuskan untuk menerima segala rasa sakit yang datang dalam perjalananku menapaki jalan baru ini. Sendirian. Hanya aku dan hatiku.
“Bagai letusan merapi Membangunkanku dari mimpi Sudah waktunya berdiri Mencari jawaban kegelisahan hati” - Puisi Cahaya Bulan
3 notes
·
View notes
Audio
Have A Faith Don't Be Scared You Are Loved You'll be Fine So Am I I'm Prepare I'll Be Good As it Should
0 notes
Text
Film Review #1 - Fujicolor C200
Hello hello! di awal tahun ini aku mau mengawali tumblr ku dengan share info yang mudah-mudahan berfaedah, yaitu review film. Eits, bukan film bioskop ya, melainkan film buat kamera analog.
Setelah sekitar 3 tahun pake analog camera, rasanya aku sudah cukup hapal dengan karakter warna dari beberapa film yang pernah aku coba. Kali ini aku mau bahas tentang salah satu film paling common ditemukan di pasaran, yaitu Fujicolor C200. Penampakannya seperti yang bisa kalian lihat di bawah ini.
Harganya sekitar IDR 60000. Bisa dibeli di online retail atau di toko-toko/lab analog camera.
Sebelum mulai membahas lebih jauh tentang film ini, please note that kamera yang aku pakai adalah kamera tipe Point and Shoot (PNS) alias pocket camera: Ricoh RZ 800 Date dan Fujifilm Zoom Date 1000. Hasil foto menggunakan kamera analog dipengaruhi banyak hal, termasuk kualitas kamera yang digunakan. Sebagai beginner dalam peranalogan aku memilih untuk menggunakan Point and Shoot camera (PNS) karena segalanya yang serba auto jadi aku hanya perlu mengatur komposisi gambar saja. Pun kamera PNS yang aku gunakan adalah kamera dengan harga terjangkau, tapi bukan kamera level ciki ya! Hehe.
Film ini mempunyai ISO/ASA 200 seperti yang tercantum di namanya Fujicolor C200. Buat yang kurang paham ISO/ASA itu apa, google it! Haha! Basically ISO/ASA adalah tingkat sensitifitas film terhadap cahaya. Semakin tinggi nilainya, semakin sensitif film tersebut dalam menangkap cahaya. Misalkan dalam kondisi gelap, film dengan ISO 400 akan menghasilkan gambar yang lebih jelas dibandingkan ISO 100. Jadi menurutku ISO 200 yang diusung film ini quite safe untuk dipakai motret di berbagai kondisi cahaya. Karena film ini akan tetap menghasilkan gambar yang cukup jelas meskipun dalam keadaan low light. Meskipun kalau sudah terlalu gelap tetap membutuhkan bantuan flash.
Ada mitos (?) yang beredar di antara para pengguna film camera, yaitu, box atau kemasan dari sebuah film menggambarkan tone/warna gambar yang dihasilkan oleh film tersebut. Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas, film ini kemasannya berwarna hijau, jadi kalau mitos itu benar, film ini akan menghasilkan gambar dengan tone hijau yang lebih dominan. Menurutku sih mitos itu benar, berikut contoh gambar dengan objek, ambient, dan kamera yang sama, dilakukan di satu hari yang sama tetapi berbeda film.


Please don’t mind the blurry result (lol). Foto pertama (atas) diambil dengan menggunakan film Kodak Gold dan foto kedua (bawah) menggunakan film fujicolor C200. Apakah kalian bisa melihat perbedaan hasilnya? warna yang menonjol dari masing-masing film berbeda walaupun objeknya relatif sama. Bisa dilihat dari baju yang digunakan dan skintone objek, pada foto pertama warna merahnya terasa lebih vibrant dibandingkan foto kedua. Overall tone dari film Fujicolor C200 cenderung kehijauan. No? Lalu dua foto berikut juga serupa, diambil pada spot yang sama dengan slightly different angle, diambil dengan dua film yang berbeda.


can you tell which one is the fujicolor result?
Menurutku film ini aman untuk digunakan daily karena film ini cukup baik dalam mengambil baik foto portrait ataupun foto ambient, meskipun ada film lain yang menjadi favoritku dalam mengambil foto portrait, but that’s for another review. Untuk foto portrait, film ini menghasilkan skintone yang lebih natural dibandingkan film tandingannya di kelas yang sama. Film apa tuh? Tunggu di postingan review berikutnya ya. HIhihi
Buat yang mau lihat lebih banyak hasil jepretanku menggunakan film ini, sila mampir ke laman Lomography ku. ;)
0 notes
Photo










Sunflower Festival, Paris Van Java Mall. taken with my fujifilm zoomdate 1000 + fujicolor c200
#fujifilmzoomdate1000#fujicolorc200#35mm photography#staybrokeshootfilm#35mm#filmphotography#ishootfilm
1 note
·
View note
Quote
Akhirnya semua akan tiba pada satu hari yang biasa, pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Gie
0 notes
Audio
“Yeah, you feel right. so, stay a sec”
1 note
·
View note
Photo

Reflection
#35mm#35mm film#35mm photography#fujifilmzoomdate1000#zoomdate1000#fujicolorc200#filmisnotdead#ishootfilm
2 notes
·
View notes