Tumgik
dewimurniw · 4 years
Text
“Jika pada akhirnya bukan aku yang mendampingimu, tolong temui aku sebagai seseorang yang dulu pernah berusaha begitu keras mendapatkanmu meski harus dikhianati waktu.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 4 years
Text
“Beberapa tahun dari sekarang kau akan melihat aku bahagia. Dan aku bersumpah, saat itu bagiku mendengar namamu tak lagi mengartikan luka.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
Aku rindu :"
0 notes
dewimurniw · 5 years
Text
Padahal dari semua yang mengetuk, cuma kamu yang aku izinkan masuk.
2K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Kamu hanya perlu mengatakan kata-kata itu. Aku hanya perlu mendengar kamu mengatakan, “Aku tidak lagi mencintaimu.”Katakanlah. Karena jika kau mengatakan itu, aku akan berhenti dari ini semua sekarang juga. Dan aku akan benar-benar menghilang dari hidupmu.”
418 notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Pria; Janganlah sekali-kali melepaskan wanita yang pernah melihat sisi terburuk dalam hidupmu, namun ia tetap memilih untuk bertahan. Memilikinya, tidak berarti kau hanya memiliki wanita, tapi juga memiliki harta paling luar biasa yang dicari oleh banyak pria di dunia.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Walau pada akhirnya kita tidak bisa bersama, kembali saling asing dan tidak menyapa. Aku tetap bersyukur pernah mengenalmu. Aku tak menyesal kita pernah hidup bersama dalam satu waktu. Terima kasih.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Tak sadarkah kau? Aku yang masih kerap bertahan di segala baik dan burukmu ini, adalah bukti tertinggi dari arti kata setia itu sendiri?”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Mahalnya kata maaf itu tetap tidak ada apa-apanya di hadapan kata percaya. Kau mungkin dimaafkan, tapi di tiap penjelasanmu yang selanjutnya, percaya kerap tak akan lagi kau temukan di mata mereka.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Melepaskan itu mudah, yang sulit adalah mencoba untuk tidak mencari tahu. Begitupun dengan jatuh cinta. Yang sulit bukan jatuh cintanya, tetapi keraguan-keraguan di kepala karena masih meyakinkan diri bahwa ada kemungkinan seseorang yang dulu akan datang lagi.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Aku mohon jangan pergi. Seberapa sulit pun hubungan ini, sekeras apapun kita berjuang nanti, aku mohon janganlah menyerah seperti orang-orang yang dulu pernah ada untukku.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Aku merindukan aku yang belum pernah bertemu denganmu. Yang belum sepatah ini, yang tidak sepayah ini, yang tidak sepenakut ini hanya karena dikecewakan orang yang sempat aku percaya.”
— Aku merindukan aku yang dulu. (via mbeeer)
2K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
You are spesyeellll kirana :))
278 notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
“Aku tau aku keras kepala. Kadang aku marah di masalah-masalah kecil. Kadang aku mengeluh di hal-hal yang biasa. Ada hari di mana aku bahagia sekali, tapi ada juga hari di mana aku bosan dengan diriku sendiri.Jadi jika kau bosan, aku tidak menyalahkanmu. Tapi jika aku boleh meminta, tolong jangan menyerah.”
992 notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
Keresahan
Makin berumur, tampaknya cara saya bersosialisasi semakin inklusif. Berbeda dengan dulu yang tampak settled dengan kemandirian, justru sekarang saya sudah mempertimbangkan untuk hanyut dalam pikiran orang-orang mengenai kebutuhan berpasangan. 
Well, it’s too picky kalau misalkan ini akan jadi headline besar dalam hidup saya. Bagaimanapun, masih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan dan beberapa langkah kedepan harus dipikirkan berulang-ulang sebab di umur 24-an ini mestinya sudah mulai mengurangi kesalahan. Prioritas itu memang ada, tapi tak sebegitu mendesak bahkan rasanya timbul-tenggelam seiring aktivitas dan kesibukan. Belum lagi soal mimpi, belum lagi soal karir. Duniawi semuanya ini sudah terprogram juga seperti layaknya satu-persatu dari kita akan dituntut olehnya. 
…Hingga suatu hari, saya berpikir.
Entah disela-sela makan siang, entah di penghujung hari, entah di larut malam, bahwa menemukan seseorang yang paling mengerti siapa diri kita itu rasa-rasanya penting. Bukan sekadar menemukan, tapi bagaimana caranya membuat Ia menjadi salah satu orang yang dapat berpengaruh dalam hidup secara nyata. Well, saya pikir ini sudah dalam bentuk kebutuhan yang ‘lebih dalam’ untuk menyelami hidup dengan orang-orang yang cocok dan berhaluan sama. 
Terlebih, bila itu perempuan. Sebagai lelaki, saya sempat berpikir juga apakah ini sudah dalam fase dimana saya menimbang kadar perasaan saya? Mungkin juga benar. Bahwa diluaran sana ada banyak lelaki lajang yang hidup mandiri sampai 30-tahunan juga mapan, sudah banyak buktinya memang. Saya aminkan itu, tetapi satu hal yang mengganggu ; apakah kebutuhan inklusif soal ‘orang dekat’ jadi terabaikan?
Okelah, mungkin mereka belum memilih menikah atau mungkin sedang direncanakan sambil jalan. Tapi kan, mereka bukan robot yang hanya mengulang aktivitas dari hari ke hari dengan begitu-begitu saja? Ah, saya pikir juga begitu. Meskipun tampak tegar dan santai dari luar, mesti ada sesuatu yang kosong-melompong di dalam kalbu menunggu untuk diisi. Ya, barangkali kehadiran orang tua, saudara, atau teman sepergaulan bisa jadi substitusi, tetapi itu pasti memiliki porsinya sendiri-sendiri. Sedangkan satu bagian ini, belum memiliki nama yang jelas untuk direpetisi.
Oh, kalau begitu sama sajakah dengan mencari pacar? Barangkali kalau hanya istilah, bisa jadi. Tetapi di umur 24-an, kata pacaran sudah tidak sesakti dulu ketika remaja. Ada yang bahkan sudah berkali-kali mengalami dan ‘sudah bosan’ untuk memulai dan mengakhirinya suatu kali. Kalaulah konteks pacar itu sebagai ‘lifestyle’ mungkin masanya sudah terlewat. Sudah teramat basi kalau pacaran harus berlaku seperti template, malam mingguan template, menyapa ini-itu hahaha-hihihi seperti template. Ah untuk apa? Ternyata, saya paham itu seiring bertambah usia. 
Jadi, gimana? Menikah, dong? Oh, waduh. Gawat. Saya sendiri jujur saja masih belum siap, apalagi sosok-sosok sebelumnya yang sudah pergi juga belum genap mendewasakan. Khawatir berlaku terlalu terburu-buru, malah nantinya mengecewakan. Kalaulah ya saya memang harus siap, maka saya tidak seyakin itu di hari ini. Entah besok. Tetapi bagi saya, semoga sosok perempuan ini nanti juga dalam kondisi yang menuju mature seperti saya. Akan membuang waktu dan tenaga kalau segalanya harus disetel ulang, diotak-atik dari nol, Oh.. saya sudah tidak sepenasaran itu lagi dengan cara memulai hubungan. 
Kalau dikatakan maunya apa, mungkin bukan pacar deh disebutnya. Istilah lain, yaitu sebagai significant other. Yang mungkin lebih kurang memiliki frekuensi sama (terlepas perbedaan umur, tapi masih sejangkauan), juga sudah mulai merasa bahwa perlunya sebuah hubungan yang hangat dan ‘dalam lingkup terbatas’. Dengan kata lain, mengekpresikan hubungan dengan cara tidak berlebihan, juga sudah nyaman untuk berbicara tentang maturity material.
Wah, hahaha. Apakah ada yang sesempurna itu? Nope. Bahkan, saya pikir bahwa ketidaksempurnaan itu wajar. Toh, semua orang tidak langsung genap menjadi dewasa. Belajar selangkah-selangkah. Perlahan, sifat kekanakan mulai dikurangi. Perlahan, tidak ambil pusing soal pandangan orang kebanyakan meski sejurus itu sangat menghargai pendapat orang yang dianggap penting. Juga, ya… Tidak segan untuk merencanakan kehidupan, seperti membicarakan bagaimana karir, keuangan, mimpi, pandangan hidup, dan sebagainya. 
Kalaulah dikatakan fase ini sebagai cerita cinta dari buku Dilan, misalnya, maka ini adalah judul buku yang belum diterbitkan. Buku yang seharusnya menceritakan soal bagaimana sosok Dilan dan Milea mendewasa setelah mereka berpisah. Belum ada kan? Kalau bisa dikatakan, cerita transisi dari kisah cinta picisan dari remaja sampai di usia matang untuk menikah membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk dijalani. Ya, begitulah. 
Terakhir, kalau dikatakan saya kesepian saat ini, tidak sama sekali. Kecuali bila sudah dikupas kulitnya, maka saya akan menemukan bagian kecil definisi sepi yang aneh dan berbeda yaitu keinginan mencari sosok significant other ini. Sosok yang.. kalau diajak ngobrol itu nyambung, tidak banyak membuang waktu di medsos, dan saling pengertian satu sama lain. Tidak sesempurna itu? Setidaknya, sedang menuju ke arah sana lah, menuju mature bareng-bareng. Asik kan?
So, definitely, I’m looking for you someone as my significant other..
-miftahulfk
337 notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
Membangun visi misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.
Libatkan Allah terus, minta Allah untuk menuntun. Bersegera, tapi jangan tergesa. Pilihlah yang memiliki nilai dan prinsip yang tak berseberangan secara fundamental denganmu, apapun itu, yang menjadi peganganmu.
Sholeh/ah itu luas. Peranan yang mau diambil untuk berusaha menjadi alim atau takwa itu banyak. Yang wajib adalah wajib. Sisanya soal pemikiran, kedewasaan, karakter, keluarga besarnya, pekerjaan, dan lain-lain takarlah di takaran yang sekiranya bisa kita tolerir. Sesuai kemampuanmu menerima.
Bertanyalah saat proses, pelajari dirinya dari caranya memerlakukan keluarganya atau anak kecil, periksa hubungannya dengan teman dekatnya. Ikhtiar ini, bisa kita optimalkan.
Ini nasihat, buat teman-teman yang sedang berproses. Selanjutnya, sejak awal hingga akhir bertawakkallah kepada Allah..
Ingat, jangan dicari kesempurnaan itu. Tak bakal kamu temukan pun sampai habis daya kamu mencarinya.
Ingat-ingatlah, menikah ini ajang beribadah. Kalaupun kamu punya sedikit petunjuk tentang dia dari usahamu mencari, mengorek, sedang sudah istikharah, direstui, dan memiliki kemantapan hati, maka…selama kamu libatkan Allah dan restu kedua orangtuamu, Allah nanti yang akan menuntunmu dengan caraNya.
Berumahtangga itu tak mudah, tapi dengan kuasaNya, pasti kita sanggup melaluinya.
3K notes · View notes
dewimurniw · 5 years
Text
Siap-siap (4)
20 Juli.
Siang ini ke Flaurent, salon andalan di Jogja.
Mau ketemu anggota keluarga baru, jadi nyalon dulu. Potong kuku dan keramas. Wkwk. Berhubung kalau potong kuku (kaki) sudah megap-megap. Kalau lagi hamil gini, semoga mbaknya lebih memaklumi ya (makasih mbak-mbak floren!)
Sembari kuku kaki di potong, satu mbak lagi memijat punggung, sambil nunggu rambut yang sedang dibungkus handuk siap dibilas.
Kalau kata Lintang, puas-puasin dulu aja nyalonnya, sebelum jadi mbak-mbak salon yang tiap hari nyalonin anak wkwk.
Sabar ya nak, ibu lagi siap-siap. Biar ketemu kamu, kukunya kilat-kilat, rambutnya wangi, badannya bugar karena sudah dipijat. Wkwkwk.
124 notes · View notes