Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Media Convergence Causes Risks
Konvergensi yang terjadi pada media mengakibatkan risiko bagi industri keatif. Hal ini dikarenakan perusahaan media dituntut untuk berfikir ulang mengenai asumsi lama mengenai apa artinya mengkonsumsi media, asumsi yang membentuk keputusan pemograman dan pemasaran.
Konsumen media lama adalah pasif, sedangkan konsumen baru adalah aktif. Dari hal ini juga mengakibatkan perbedaan yang signifikan mengenai konsumen media. Konsumen lama dapat diprediksi, dan tidak banyak melakukan feedback, sedangkan konsumen baru sebaliknya.
Bentuk dari konsumen lama adalah secara perindividu, sedangkan konsumen baru secara sosial jauh lebih terhubung. Sehingga dapat saling berdiskusi mengenai ‘media’ itu sendiri, dan membawa media ke tangan mereka masing-masing.
Apabila kerjaan konsumen media pada awalnya silent dan invisible, kini mereka noisy dan public. Tapi, seperti John Hartley dan Toby Miller sarankan terkait akan isu ini, dengan tingkat pesimisme yang berbeda-beda, gagasan konsumen aktif dan kritis adalah memperoleh nilai baru di industri media, menciptakan peluang baru untuk intervensi akademis dalam debat kebijakan yang akan membentuk dekade berikutnya dari perubahan media.
sumber: Jenkins, Henry. 2004. The cultural logic of media convergence.
1 note
·
View note
Text
Re-engaging Citizens
Aktivis Asia Amerika menggunakan web tersebut untuk segera meluncurkan sebuah demonstrasi nasional melawan Abercrombie & Fitch saat merilis sebaris kaos yang menampilkan stereotip Asia yang berlebihan (misalnya, 'Two Wongs Make a White'). Berharap untuk meningkatkan visibilitasnya dalam budaya Amerika, APA First Weekend telah menciptakan milis besar yang dirancang untuk melepaskan grosing pembuka film dengan konten Asia atau Asia Amerika.
Adbusters menghasilkan iklan tiruan yang menggunakan konvensi Madison Avenue untuk menantang konsumerisme dan keserakahan perusahaan. Pelatih talk show Konservatif mengarahkan kemarahan mereka melawan The Dixie Chicks setelah salah satu pemain membuat komentar negatif tentang George W. Bush, yang menghasilkan penurunan dramatis dalam pendapatan mereka dan kemudian rebound saat membeli album Dixie Chicks menjadi tes lakmus untuk sentimen anti perang .
Selebriti media, seperti suporter World Wrestling Federation Jesse Ventura atau pahlawan aksi Arnold Schwarzenegger, muncul sebagai tokoh politik penting. Dalam lingkungan seperti itu, tidak mengherankan bahwa aktivisme menarik model dari budaya penggemar atau bahwa budaya populer menjadi tempat dimana isu sosial dan politik utama diperdebatkan.

0 notes
Text
Remapping Globalization
Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Banyak tulisan akademis tentang globalisasi berpusat pada arus produk media barat ke pasar global, jatuh kembali pada model lama imperialisme budaya. Namun globalisasi juga melibatkan arus barang, pekerja, uang dan konten media dari timur ke barat. Mario Brothers diakui oleh lebih banyak anak-anak Amerika daripada Mickey Mouse - bahkan jika banyak dari mereka belum menyadari bahwa Nintendo adalah perusahaan game yang berbasis di Jepang.
Seiring bertambahnya usia, mereka pasti mengenali asal-usul Asia sebagai penanda perbedaan budaya. Sama seperti remaja di negara berkembang menggunakan budaya populer Amerika untuk mengekspresikan perbedaan generasi, pemuda barat menegaskan identitasnya melalui konsumsi anime dan manga Jepang, film Bollywood dan film aksi bhangra dan Hong Kong.
Sebuah kosmopolitanisme pop baru dipromosikan oleh kepentingan perusahaan baik di Asia maupun di Barat, namun juga dipromosikan oleh kepentingan akar rumput, termasuk komunitas penggemar dan imigran, yang menegaskan kontrol yang lebih besar atas aliran konten media di seluruh perbatasan nasional.
0 notes
Text
Renegotiating Relations
Sejauh ini, industri rekaman telah menanggapi munculnya teknologi peer-to-peer melalui tindakan hukum dan pemanggilan nama daripada mengembangkan rencana bisnis baru atau mengumpulkan kembali hubungan konsumen.
Di industri game, di sisi lain, keberhasilan utama telah masuk dalam waralaba yang telah mendapatkan umpan balik dari konsumen selama proses pengembangan produk, mendukung penggunaan konten dan teknologi akar rumput dan telah memamerkan konten buatan pengguna terbaik.
Perusahaan game telah melihat nilai pembangunan, daripada mematikan, komunitas penggemar seputar produk mereka dan membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen mereka.
sumber:
0 notes
Text
Redefining Intellectual Property Rights
Intellectual Property Right atau Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan.
Di lingkungan media yang baru, masih dapat diperdebatkan apakah penyensoran pemerintah atau kontrol perusahaan atas hak kekayaan intelektual merupakan ancaman terbesar bagi hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam budaya mereka.
Seperti pada kasus Harry Potter. Di sekolah umum di Amerika Serikat, buku-buku JK Rowling diserang oleh konservatif religius yang ingin bukunya ditarik dari perpustakaan karena diduga mempromosikan paganisme.
Tetapi pada kasus lain, anak-anak memiliki hak untuk membaca buku Harry Potter, memiliki hak untuk mengetahuinya, dan memiliki hak untuk membuat feedback mengenai mereka.
Can these two rights be so easily separated in an era of read-write culture? Will the general public preserve and expand its right to participate or will corporate restrictions on intel- lectual property use gradually erode away the concept of free expression?
sumber: Jenkins, Henry. 2004. The cultural logic of media convergence.
0 notes
Text
Rethinking Media Aesthetics
Media aesthetics? Ya, hal ini adalah proses dimana kita menguji elemen-elemen yang ada pada media. Seperti lightingnya, soundnya, bagaimana interaksi yang ada pada media, dan persepsi kita yang selanjutnya akan menghasilkan apa reaksi kita terhadap media.
Rethinking media aesthetics diperlukan karena dari konvergensi media terbuka peluang-peluang yang besar untuk memperluas si ‘media’ itu sendiri. Walaupun pada dasarnya tujuan utamanya adalah untuk mengambil keuntungan.
Franchise media baru-baru ini, seperti The Blair Witch Project, Pokemon atau The Matrix, telah bereksperimen dengan struktur yang lebih terintegrasi dimana setiap manifestasi media memberi kontribusi tersendiri namun saling terkait terhadap terbukanya sebuah alam semesta narasi. Seperti apa yang sudah dipelajari sebelumnya, yaitu Transmedia Storytelling.
sumber: Jenkins, Henry. 2004. The cultural logic of media convergence.
0 notes
Text
Restricting Media Ownership
Kepemilikan media semakin meningkat, hampir di seluruh dunia. Salah satu perdebatan di Amerika Serikat, mendebatkan bahwa yang perubahan teknologi menghasilkan fenomena dimana semakin meledaknya kepemilikan media.
Satu hal yang paling dikhawatirkan atas konsentrasi pemilikan adalah ancamannya terhadap keragaman isi (diversity of content), terutama yang menyangkut pemberitaan. Pengaruh kekuasaan pemilik dan pengelola media terhadap pemberitaan, memang sempat dipertanyakan korelasinya. Namun berdasar berbagai studi, sebagaimana dilakukan oleh Altschull (1984) yang hasilnya sering disebut sebagai Second Law of Journalism, dikenal istilah; “the content of the media always reflect the interest of those who finance them” (McQuail, 2002 : 198).
sumber: Jenkins, Henry. 2004. The cultural logic of media convergence.
1 note
·
View note
Text
Redesigning the Digital Economy
Apa sih yang dimaksud dengan digital economy?
Digital economy merupakan aktivitas ekonomi (dan bisnis) yang berbasis pada teknologi digital, atau merupakan pelaksanaan kegiatan ekonomi dan bisnis melalui pasar yang berbasis internet.
Saat ini, dunia maya sudah didominasi dengan kegiatan komersial. Walaupun masih banyak konten gratis yang diproduksi oleh amatir atau akademisi, sekarang ini semakin banyak konten dibayar kalau ingin digunakan.
Banyak yang merasa bahwa pergeseran menuju model berbasis langganan akan menghasilkan konsentrasi media yang lebih besar dan pembangunan penghalang yang lebih tinggi untuk masuk ke pasar budaya, karena kebanyakan konsumen hanya akan membeli sejumlah langganan yang terbatas dan lebih cenderung membelinya dari perusahaan yang bisa menjanjikan jangkauan terluas dari konten yang mungkin ada.
sumber: Jenkins, Henry. 2004. The cultural logic of media convergence.
0 notes
Text
Regulating Media Content
Saat ini, (sebagian) besar khalayak tidak dapat lagi melakukan seleksi mengenai apa media yang akan dikonsumsinya, dan tidak lagi dapat menggunakan pilihan mereka sesuai apa yang sebenarnya diinginkan mengenai media apa yang ‘seharusnya’ mereka ingin konsumsi.
Tetapi faktanya, produsen media memang selalu mengerahkan usaha untuk menarik seluruh masyarakat untuk menjadi khalayak mereka, seluas mungkin. Self-regulation berusaha untuk memastikan bahwa semua konten yang dihasilkan sesuai untuk semua masyarakat.
Pada konteks regulation media content ini, konsumen media diharapkan untuk berperan lebih aktif dalam menentukan konten apa yang ‘sesuai’ untuk dikonsumsi. Jangan mau sekedar ‘disuapi’ oleh para produsen media saja tanpa ada peran yang setidaknya lebih aktif.

sumber: Jenkins, Henry. 2004. The cultural logic of media convergence.
0 notes
Text
Revising Audience Measurement
Impression. Impression merupakan hal yang sangat penting dari khalayak kepada media. Sehingga, industry televisi di Amerika semakin menargetkan konsumen yang aktif menggunakan media secara terus-menerus (kontinu), terlibat aktif dengan konten media, dan menunjukkan ketertarikan untuk terus menjelajahi konten media.
Riset saat ini memfokuskan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh konsumen terhadap konten media, dan memperhatikan seluruh interaksi. Setiap pergantian audience measurement, biasanya menghasilkan pergeseran kekuatan budaya, dengan beberapa kelompok yang selanjutnya mendapatkan pengaruh lebih besar.
sumber: Jenkins, Henry. 2004. The cultural logic of media convergence.
0 notes
Text
Bibliografi
Bibliograf atau datar pustaka adalah reerensi atau rujukan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Bibliograf menurut ahli Bahasa Indonesia adalah sebuah datar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikeldan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian karangan yang sedang dibuat. Melalui datar pustaka, pembaca dapat mengetahui kesulurahan sumber yang digunakan dalam tulisan yang dibacanya sehingga dapat merujuk pada sumber asli. Bagi seorang awam, datar pustaka mungkin tidak penting artinya, tetapi bagi seorang sarjana, calon sarjan, atau seorang cendekiawan, datar pustaka merupakan hal yang sangat penting. Melaluidatar kepustakaan yang disertakan pada akhir tulisan itu, para sarjana atau cendekiawan dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak
sumber: https://www.academia.edu/30552673/BIBLIOGRAFI.docx
0 notes
Text
Indonesia Copyright-Case
Salah satu contoh kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia adalah GIGI Desak "Toilet 105" Distop Pemutarannya.
Terkait penggunaan lagu "Ya...Ya...Ya..." dalam film "Toilet 105" milik grup band GIGI tanpa izin, Armand Maulana, vokalis GIGI, meminta agar film tersebut segeradihentikan penayangannya. “Kita ingin film itu dihentikan dulu karena sampai sekarang masih gue lihat atau pihak sana bisa mengeditnya.”
Pernyataan khilaf dari pihak Multivision itu kita anggap sudah setengah 'menghargai', tapi sayangnya sampai sekarang mereka masihmempertontonkan filmnya di bioskop," ujar Armand ditemui di markas GIGI dikawaan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (2/2/2010).
Armand mengakui, langkah hukum yang hendak diambil pihak GIGI merupakan bentuk pembelajaran bagi pihak lain yang ingin menggunakan karyanya. Dengan demikian, ada penghargaan terhadap karya orang lain.
sumber: https://www.academia.edu/4283144/Pelanggaran_Hak_Cipta
0 notes
Text
Are Fair Use and Copyright the Same?
Mengenai apa makna dari “fair use” yang tercantum dalam Pasal 15 huruf c (ii) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dapat ditemukan dalam penjelasan Pasal 15 huruf a UU HC, yang menyebutkan antara lain:
Yang dimaksud dengan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu Ciptaan.
Dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan “fair use” adalah kepentingan yang berhubungan dengan kepentingan ekonomi si pencipta atau pemegang hak cipta, keuntungan yang sewajarnya diterima oleh pencipta atau pemegang hak cipta atas ciptaannya, tanpa merugikan kepentingan masyarakat luas.
sumber: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f1523ec723aa/arti-kepentingan-yang-wajar-dalam-uu-hak-cipta
0 notes
Text
Copyright Law of Indonesia
Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas. Hal ini karena hak cipta mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang di dalamnya mencakup pula program komputer.
Perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur pelindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini maka diharapkan kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekonomian negara dapat lebih optimal.
Langkah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Pemerintah mengganti Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta adalah upaya dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral Pencipta dan pemilik Hak Terkaitsebagai unsur penting dalam pembangunan kreativitas nasional. Teringkarinya hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis motivasi para Pencipta dan pemilik Hak Terkait untuk berkreasi. Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Penggantian Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan Undang-Undang ini dilakukan dengan mengutamakan kepentingan nasional dan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait, dengan masyarakat serta memperhatikan ketentuan dalam perjanjian internasional di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait.
sumber: http://www.calonsh.com/2017/10/16/undang-undang-republik-indonesia-nomor-28-tahun-2014-tentang-hak-cipta
0 notes
Text
The Importance of Copyright
Pentingkah adanya copyright?
Mengapa copyright harus ada?
Kenapasih copyright menjadi hal yang penting?
Copyright menjadi hal yang sangat penting bagi para authors, karena it constitutes the ownership of one's original work. Memiliki ownership berarti karya kita dapat terlindungi.
Salah satunya adalah para penulis memiliki hak cipta atas buku mereka; kontrak buku mengendalikan bagian penggunaan hak-hak dan pembayaran yang mereka berikan kepada penerbit catatan mereka.
Copyright, sebuah bentuk hukum kekayaan intelektual, melindungi karya asli seseorang, termasuk karya sastra, drama, musikal, dan artistik, seperti puisi, novel, film, lagu, perangkat lunak komputer, dan arsitektur.
sumber: https://www.thebalance.com/what-is-copyright-and-why-is-it-important-to-authors-2800060
0 notes
Text
The Definition of Copyright
/ˈkäpēˌrīt/
the exclusive legal right, given to an originator or an assignee to print, publish, perform, film, or record literary, artistic, or musical material, and to authorize others to do the same.
Copyright. Sering mendengar kata ‘copyright’? Apa sih definisi dari copyright?
Jadi, copyright adalah bentuk perlindungan dibawah hukum terhadap karya original yang dipublikasikan, maupun yang tidak dipublikasikan oleh seseorang. Seperti lagu, novel, jurnal, skripsi, dan sebagainya. Selain copyright, terdapat istilah copywrong yang memiliki arti sebaliknya.
sumber: Vaidhyanathan, Siva. 2003. Copyrights and Copywrongs: The Rise of Intellectual Property and How It Threatens Creativity.
0 notes
Text
“Blockbuster Movies Always Use Fantastic Budget”, is that true?
Istilah blockbuster yang kerap dipakai untuk sinema-sinema Hollywood, memiliki arti tentang tayangan yang laku keras dan menghasilkan keuntungan melebihi US$100 juta. Cerita dari film tersebut, biasanya ampuh menarik perhatian publik hanya dalam waktu beberapa hari saja.
Upi Avianto, sutradara asal Indonesia, memiliki pandangan tersendiri soal film blockbuster, terlebih jika membahas soal pendanaan. Ia memaparkannya kepada VIVA.co.id.
“Kayaknya enggak juga deh, Pengabdi Setan adalah salah satu contohnya. Dia bukan film yang big budget banget,” ujarnya di Jakarta Convention Center, kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis 5 Oktober 2017.
Sejauh ini, film Upi yang laku keras salah satunya adalah My Stupid Boss. Ia menganggap bahwa hubungan antara blockbuster dan bujet sangatlah jauh.
“Sebenarnya sih, film berbujet besar, atau kecil itu enggak ada jaminannya. Ada orang bikin film bujet besar-besaran, tetapi enggak terjamin misalnya bakal laku,” kata Upi, yang akan segera merilis film terbarunya berjudul My Generation itu.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu sebuah film agar menjadi blockbuster. Di Indonesia sendiri, ia memaparkan cara yang kerap digunakan penggarap film.
“Biasanya nih, kalau produser suka cari aman biar jadi blockbuster, dia adaptasi novel yang laris atau remake, reboot, apalah itu bukan dari ide yang nol. Mungkin, itu bikin safe aja buat produser,” tuturnya.
sumber: https://www.viva.co.id/showbiz/film/963760-film-blockbuster-berbujet-besar-mitos-atau-fakta
0 notes