Text
Senja Kala Itu
Sebuah DM dari instagram membuat mataku terbelalak kali ini. Kusebut saja dia Desember. Entah angin apa yang membuatnya mengirim pesan padaku, selang 2 tahun kita tak pernah saling berkabar. Terakhir dalam ingatanku, aku kagum sekali dengan pacarnya. Bagaimana tidak, si Desember ini dulu notabene-nya bad boy (tingkat bad boy masih dibatas ambang normal), tapi dengan ketulusan hati nan kesabaran pacarnya, mereka mampu bertahan diusia pacaran yang menginjak 7 tahun. Keren bukan? Ah dulu sangking merasa kerennya dia sangat congkak. Dan ketika itu bertepatan pula dengan hubunganku yang kusut (bersama masa laluku), kuberitahu dia bahwa hati manusia itu sifatnya dinamis. Bisa berubah sewaktu-waktu. Allah Maha Membolak balikan hati hambaNya.
“Aku putus sama dia. Ah sakit hati banget rasanya. Udah hampir 9 tahun. Gimana caranya buat cepet move on?”
Sudah kuduga. Semakin lama suatu hubungan maka semakin rumit pula ujiannya. Bagai pohon yang makin tinggi makin kencang pula angin buat nerpa si pohon. Analoginya sama persis buat hubungan Desember sama mbaknya. Sayangnya diakhir kisah pohon yang telah mengakar kuat harus tumbang karna badai.
Percakapan kami berlanjut dalam pesan instan WA. Kutanya kronologinya seperti apa, karna yang kutahu dari ceritanya Desember dulu, dia adalah perempuan yang berbeda. Lagi dan lagi ternyata perkara jarak yang menjadi akar masalahnya. Setelah lulus si mbak nya kerja di suatu kota yang elit sedangkan Desember menetap di kota kelahirannya. Untuk mengakali rindu, mereka sepakat mengatur pertemuan rutin. Seminggu sekali rencananya. Satu tahun LDR, kadar cinta masih aman. Mulai berjalan di tahun kedua LDR intensitas pertemuan semakin menipis. Bodohnya temanku ini, dia tidak pernah sebersit pun menaruh rasa waswas ataupun curiga. Sekali dua kali bertemu tak pernah sekalipun cek isi handphone. Ingin jaga privasi si dia aja, katanya. Okelah biar nggak dibilang posesif. Tapi jangan terlalu los juga kan, sekalinya ketikung sakitnya minta ampun. Dan benar saja di tahun kedua yang intensitas pertemuannya semakin berkurang, si mbak nya udah mulai kelihatan gelagat nggak beresnya. Aku bilang apa. Hati manusia itu labil. Nggak konsisten. Berubah-ubah. Sudah kodratnya seperti itu. Detail betapa sadisnya mbak-mbak yang dulu sempat aku kagumi, nggak akan aku ceritakan disini. Yang jelas, dia tak ubahnya seperti kacang yang sok-sok an pikun sama kulitnya.
Dejavu.
Seolah aku kembali merasakan hal yang sama saat temanku patah hati. Dia datang untuk bisa menyembuhkan lukanya. Lalu diakhir kisah kita terjebak dalam curhatzone. Sama persis seperti masa laluku. Sejujurnya kali ini aku benar-benar takut. Terlebih lagi dengan seorang Desember. Karna tanpa dia pernah tahu, diam-diam aku mengaguminya. Jauh sebelum dia bercerita segala hal padaku.
Perasaan sedih dan bahagia tercampur aduk membuat logikaku kian hari makin tak waras. Maaf. Aku menari indah diatas deru tangisan masa lalumu.
Entah sihir apa yang kau punya hingga membuatku candu denganmu. Di September. Akhirnya kita bertatap muka, tak lagi terbatas pada layar semu. Aku tahu. Aku tahu aku hanya sebatas tempat singgahmu, bukan sebagai tempatmu menetap. Aku pun sadar diri. Porsiku tak sebanding dengan perempuan di masa lalumu. Tapi biar bagaimanapun, aku ikhlas terhadapmu. Yang aku pahami selama ini, kamu lelaki baik. Dan sesuai syariat yang aku tahu, yang baik akan dipertemukan juga dengan yang baik. Aku temani masa kesendirianmu hingga kau bisa menetap dengan yang baik pula. Di senja kala September itu, aku menyadari hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Bahwa cinta sejatinya tak perlu menuntut hak untuk dibalas.
Semoga hatimu lekas kembali pulih. Dunia memang tidak sedang menunggu bahagiamu kembali seperti sedia kala, tapi berbeda halnya denganku. Aku menunggumu. Menunggu hatimu.
Jember, 12 April 2018 22:33 WIB
2 notes
·
View notes
Text
Patah Hati Itu Asyik
Patah hati. Banyak orang yang benci mengalami fase ini. Meracau sana sini, galau kelimpungan dipojokan kamar, baper tingkat dewa, tiap liat orang pacaran rasanya pengen nimpukin tuh orang. Alay banget kan? Dulu temen-temenku banyak yang kayak gitu, bahkan ada yang lebih parah. Salah satunya, ada yang sampai jerit-jerit histeris pas liat konser yang notabene-nya nih lagu-lagu yang dibawain pas galau semua, eh padahal waktu itu dia dan beberapa temennya(termasuk aku) pakai jilbab. Dan dia maksa buat jingkrak-jingkrak kek orang nggak waras gitu. Sampai beberapa orang dibelakang ngomongin kita. Duh perutku ngilu lagi kalau inget kejadian itu. Haha lupakan, maaf buat temenku yang akhirnya jadi bahan ditulisan yang konyol ini. Tapi seenggaknya dia alay pada masa-nya. Baru saja kutunjukan pada dunia bahwa hanya dia satu-satunya pengecualian ketika aku tak percaya pada jarak. Hah lucu. Realita yang terjadi justru dia lah yang membuatku tak percaya lagi akan jarak. Bukan keadaan ataupun jarak yang harus kurutuki, bukan juga dia, apalagi takdir. Aku tak menyalahkan itu semua. Aku hanya kecewa dengan diriku yang tertipu oleh apa yang kureka sendiri. Setelah beberapa waktu, melampaui masa baper paling alay dalam hidup. Yap! Finally, aku bisa ambil sisi positif dari semua kejadian buruk. Patah hati itu emang semriwing rasanya dan sejujurnya aku belum sepenuhnya move away. Tapi apapun itu, aku tetap bersyukur. Bagaimana tidak? Mungkin salah satu doa terbaikku telah diijabah. Allah menjauhkan aku dari orang tidak baik. Allah mungkin sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik untukku diwaktu yang tepat. Allah memberiku masa 5 tahun untuk belajar. Cukup lama memang. Tapi kurasa, sudah seharusnya aku belajar dalam kurung waktu selama itu. Aku belajar untuk menghargai setiap pertemuan yang ada. Aku belajar untuk peduli satu sama lain. Aku belajar mendewasa untuk setiap amarah yang muncul. Aku belajar bersabar atas segala risau. Aku belajar setia dengan satu tujuan, bukan pada beberapa pilihan. Karna sakit sekali rasanya tidak dihargai, tidak dipedulikan, tidak dianggap ada, dan dijadikan salah satu dari sekian pilihan. Untuk itu aku takkan pernah melakukan hal yang sama kepada orang baru kelak. Patah hati itu asik, jika kita bisa memahaminya dari sudut pandang yang berbeda. Allah tidak sebercanda itu memberikan cerita hidup, selalu ada suatu pelajaran yg Dia ingin kita paham. Bahwa tertutupnya satu pintu adalah awal dari terbukanya pintu yang lain. Bahwa rencana manusia jauh lebih buruk dibanding rencanaNya. Bahwa tidak ada suatu apapun terjadi tanpa kuasaNya. Tidak juga Dia mengambil tanpa memberi gantinya. Ini soal pemahamanku tentang patah hati. Tidak untuk dirutuki, tidak untuk disesali, tidak untuk dikenang buruk. Ingatan otak tidak perlu bersusah-susah memelihara benci, memelihara kecewa atau memelihara sakit hati. Kenangan baik biarlah tetap terjaga dan yang buruk jangan biarkan ada ditempatnya. Sensasi patah itu emang nanonano. Cuman batu sama kerikil aja yang nggak bisa ngrasain patah hati. Percayalah, suatu hari semua akan berganti. Tangis akan jadi rekahan senyum. Sedih akan jadi bahagia. Dendam akan jadi damai. Benci akan hilang. Kau pasti tahu, roda kehidupan itu berputar. Boleh jadi memang kita sekarang yang dibawah, meronta-ronta atas sesak yang pilu. Dan dia yang diatas, sedang tertawa bahagia dengan dunia barunya disana. Kamu patut berbangga atas apa yang kamu miliki sekarang. Itu hakmu. Tapi sungguh kamu harus paham betul bahwa roda senantiasa berputar. Jangan cepat sombong, jangan berlagak bahagia diatas segala-galanya. Bahagia dengan cara mencuri senyum orang lain, tak akan berlangsung abadi. Jangan sedih berlama-lama. Hanya itu yang bisa aku sampaikan pada kalian yang baru merasakan sensasi patah hati seperti apa. Kau boleh jatuh sejatuh-jatuhnya, tapi kau juga harus berjanji untuk bangkit lagi. Tak peduli seberapa besar luka yang kamu terima. Tak peduli seberapa sakit yang kamu rasakan. Dalam hidup setidaknya kalian harus belajar perihal melepaskan agar kalian tau betapa berharganya rasa memiliki. Aku tau dalam hal melepaskan tentunya tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa kan? Berbicara tentang kehidupan setelah patah hati. Ada beberapa tahap yang harus kamu lalui. 1. Bersedihlah, luapkan semua rasa sedihmu. Meluapkannya bisa dengan menulis, menyanyikan, bahkan bercerita kepada keluarga, teman-temanmu juga mampu mengurangi beban yang kamu rasakan. Berbagilah semua rasa sedih yang kamu rasakan, jangan biarkan ia mengendap lebih lama didalam hatimu. 2. Belajarlah ikhlas kehilangan. Poin ini tentunya tidak mudah untuk dilakukan. Belajar ikhlas. Pada tahap ini kita masih melakukan penolakan atas kenyataan yang telah terjadi. Percuma saja kamu lari dari kenyataan, kemanapun kamu melarikan diri, tak akan mengubah apapun yang sudah terjadi. Ikhlas memang tidak akan menjanjikan apa-apa. Ia hanyalah sebuah rasa yang setia menjaga kita saat kehilangan apapun di dunia ini.Kamu hanya harus punya sedikit keberanian untuk melihatnya. 3. Mulailah dengan pola pikir hidup baru. Pada poin inilah kamu harus mampu bangkit lagi setelah jatuh terduduk selama beberapa waktu. Masih cukup tidak mudah untuk dilakukan. Tapi ayolah, sampai kapan hidupmu akan terus terkungkung seperti itu. Dunia tidak sedang menunggu bahagiamu kembali. Mulailah dengan hal-hal baru. Perbaiki pola pikir yang sudah terlanjur salah. Penyesalan ada untuk perbaikan diri. Mulai kembangkan senyummu dan optimis dengan janji Tuhan. Tetaplah baik untuk bisa dipertemukan dengan yang baik pula. 4. Sudah melewati 3 fase tadi? Selamat ! Selanjutnya akan lebih mudah lagi jika kamu telah mampu mengatasi 3 tahap awal seperti yang saya sebutkan tadi. ME TIME. Me time adalah momen dimana kita sedang fokus dengan diri sendiri, nggak ada salahnya melakukan me time untuk membuat diri kita lebih baik. Ketika dalam suasana sendiri, kita biasanya jadi lebih memahami apa saja yang terjadi dengan diri kita. Luangkan segala waktu untuk diri kamu sendiri. Pergilah ke kafe-kafe untuk sekedar "me time". Eits, jangan pesan kopi, masih terlalu pahit untuk kamu sesapi. Pesan es teh manis saja :) 5. Setelah berpuas-puas dengan Me Time, sekarang waktunya membentuk dunia barumu. Kamu yang sekarang tentunya berbeda dengan kamu yang dulu. Semoga dia yang meninggalkanmu bisa melihat kau di masa kini. Semoga dia bangga. Sebab apapun yang kau capai, adalah karena semua pelajaran di masa lalu begitu membekas dan mampu membentukmu.
1 note
·
View note
Text
Aku merindukanmu dengan utuh
Aku merindukanmu dengan utuh. Berbalut ingatan tempo lalu, aku mengeja namamu setiap mendung. Mengajakmu bercerita pada rintik dipenghujung senja. Di setiap jeda, aku mencarimu ditemani setiap lagu yang pernah kau nyanyikan. Menciptakan merdu lalu berhalusinasi seolah kau ada dalam sebatas pelupuk yang nyatanya kau ada jauh terhampar jarak. Aku merindukanmu dengan utuh. Tak perlu mencari alasan untuk apa aku merindukanmu sebab tak pernah ada alasan konkret yang bisa ditelaah hanya perlu menikmati setiap rindu itu datang. Cerita yang pernah kita mulai sedang mencari pemeran utama. Kau dimana? Aku memanggil hanya dalam gelap yang memekik. Aku pecundang cinta yang hanya menjerit dalam pena. Aku merindukanmu dengan utuh. Baru saat mencintaimu aku pernah menangis sampai memekik sendiri. Seperti mencari rongga tubuh yang leluasa untuk mencari udara. Tapi apa? aku lupa bernafas lalu tersiksa di tengah pencarian. Aku merindukanmu dengan utuh. Entah apa yang kurindukan darimu padahal kita tak pernah bercerita panjang. Entah apa yang kurindukan darimu padahal kita tak pernah berjalan berdua. Entah apa. Mungkin aku merindukanmu yang pernah merindukanku. Entahlah. Aku merindukanmu dengan utuh. Gravitasi yang masih menahan kita ku harap semoga lekas melepas tarikannya hingga kita bisa bertemu dan bersama. Biarlah aku yang menunggu dengan pilu walaupun kau tak pernah meminta untuk ditunggu. Aku menunggu karena aku sangat rindu, Sayang. Aku merindukanmu dengan utuh. Merindukan waktu yang berputar tak terasa setiap harinya karena kita saling melihat bahagia di sesama kita. Tapi aku tahu, waktu tak pernah berbalik arah. Ia akan tetap melaju tanpa peduli aku yang diburu rindu. Tanpa peduli aku yang mencarimu. Aku merindukanmu dengan utuh. Sebab aku tetap merindukanmu sekalipun kau tidak pernah tahu tentang keberadaan paragrafku untukmu.
0 notes
Text
Rahasia Sabar
aku tidak tau sejauh mana hidup membawaku berjalan beriringan dengannya. aku sering bertanya kenapa langit terus melindungiku dari atas dan tanah mau untuk aku injak. bukankah itu kesabaran atau siklus yang seharusnya ? lalu mengapa kesabaran harus berbatas sedangkan siklus hidup mengatur manusia dalam lingkaran keharusan dan unsur paksaan. takdir ? apabila kita berbicara takdir, bukankah manusia juga berasumsi itu adalah siklus hidupnya ? lalu mengapa manusia enggan sabar dalam derap langkah hidup yang semestinya. kemudian aku paham bahwa mengapa orang sabar begitu amat di sayangi tuhan karna dia percaya pada yang nyata dan tidak nyata, pada harapan dan masa lalu, pada ketetapan dan harapan. sedangkan yang tidak sabar dia hanya mengetahui bahwa semua itu ada tanpa tau ada itu sendiri harus mematri dalam hati dan terproses dalam pikiran. bahwa menunggu bukan sesuatu yang membosankan jika kau tau cara mempermainkan waktu, bahwa menunggu bukan sesuatu yang sia-sia jika paham bahwa dalam menunggu ada perbaikan hidup. dan kesabaran tidak akan pernah berbalas semu pada orang yang percaya dan berfikir bahwa abstrak adalah nyata dan nyata adalah abstrak.
0 notes
Text
Untuk kamu, yang dulu lelakiku
Sudah hidup berapa lama hingga bisa-bisanya bertingkah; seolah paling di cinta nestapa? Padahal ini hanya perihal; kita ingin menjadi berhak pada bahagia yang tidak memihak? Di hujani sendu tiada henti, galau sana sini, lalu meracau hingga berdoa ya Tuhan kapan semua ini berganti? Dan menyalahkan diri sendiri, adalah bukan sebaik-baiknya solusi. Aku pernah, begitu bahagia, hingga tau betapa lelahnya tertawa. Melupakan sejenak luka yang terbuka menganga, oleh apa saja bertemakan penghilang derita. Terlalu muda untuk kata derita, tapi tidak terlalu tua untuk mencoba mencicipinya. Berlebihan? -mungkin. Namun ingatlah, setiap insan punya skala rasa sakitnya masing-masing. Tuhan belum sempat menciptakan standar internasional untuk hal demikian. Meremehkan Tuhan? Tidak. Sebab benar adanya setiap orang punya sisi kuatnya sendiri-sendiri. Sosok A, mungkin begitu tegar menghadapi semua getar getir kehidupan tanpa gentar. Sosok B, mungkin selalu mampu bangkit kembali atas apa-apa yang buatnya terseok, lalu tak bisa melakukan apapun selain bertumpu. Sosok C, mungkin keduanya. Satu hal yang pasti adalah, mereka tidak akan pernah bisa hidup sendiri -meski mengakunya mandiri. Butuh teman hidup? Ya. Tapi tidak sekarang. Sebab walaupun hati ini buatan Tuhan, ia selalu rentan akan kekecewaan. Takut jatuh -bersama ia yang mengaku cinta- terlalu dalam, lalu ditinggal sendirian. O, Tuan sungguh jatuh cinta bukan wahana permainan. Jatuh, luluh, utuh, seluruh, -pada satu namamu- adalah tidak se-bercanda itu. Jodoh memang di tangan Tuhan, tapi tolong, saat ikhtiar, jangan menganggap ajang tinggal atau meninggalkan adalah jua rencana Tuhan belaka. Keputusan tetap berada ditangan sang wayang, sayang. Tugasmu adalah berusaha mempertahankan apa yang kamu punya sekarang. Dan tugasku adalah memeluk pertahananmu karena aku tau bertahan sendirian, rasanya bak menggenggam bahagia yang dipaksakan. Pun jangan memaksakan untuk bertahan sebab keputusan tetap ditanganmu sebagai pelakon skenarionya Tuhan. Maaf, aku belum menjadi apa maumu. Terima kasih, sudah menyediakan apa mauku hingga melepasmu bisa lebih sulit dari melepas masa laluku. Maaf, untuk kesalahan kesalahan hingga kau tak sanggup bertahan. Terima kasih, sudah pernahbergenggaman hingga akhirnya merenggang dan perpisahan menjadi pilihan. Yang perlu ditekankan, tolong, Tuan. Jangan pernah menyederhanakan perpisahan. Sebab tidak semua hal yang pergi, bisa kembali lagi. Karena ada hal-hal yang cukup hanya terjadi satu kali saja. Namun tak apa, terluka adalah hal biasa, kan? Sempatkanlah bertanya pada Tuhan, seberapa sering namamu disisipkan pada doa-doaku. Aku memang bukan Ibumu, tapi aku pernah berharap menjadi Ibu dari calon anak-anakmu. Terlalu dewasa? Iya. Jika berjika-jika tentang masa depan bersamamu adalah kesalahan, dipenjarakan namun tetap bersamamu akan menjadi pilihan yang menyenangkan. Semoga berbahagia, jangan lupa tertawa, mudah-mudahan tidak menyesal dengan keputusan yang sudah ditentukan. Aku beruntung pernah dipertemukan dengan pria sebaik kamu. Pria yang pernah berkata “Kalo nyakitin doang mah, mantanmu juga bisa” -dan kamu lebih dari dia. Dalam ke-sok bisa-an tanpa kamu, Perempuan yang (katamu) isi kepalanya menyenangkan
1 note
·
View note
Text
Pinta Yang Terkabul
Hai kamu.. Duduklah disampingku malam terakhir aku di tanahmu, sebentar saja Aku hendak kembali pulang, mengemasi doaku yang terwujud indah Tuhan Maha Asik ternyata Kukira Dia mengirimkan sakit tanpa memberi penawarnya Dia Maha Asik, memberi lebih dari yang kupinta Aku melafalkan pintaku menjelang keberangkatanku Soal kamu yang masih mengganjal tanya dihatiku Aku mohonkan Dia untuk memberi tanda tepat setepat Dia menurunkan titik embun di tiap butir tanah Aku mohonkan Dia menghapuskan luka secepat Dia mengirimkan petir di tiap lapisan udara Aku mohonkan Dia membawa ingatan tentangmu pergi, sejauh aliran sungai Musi beserta anak-anaknya Aku mendapati sisi lain dirimu yang memberi kejutan tersendiri untukku Aku bersyukur, karena akhirnya aku melunasi janjiku menjejaki tanahmu Aku bersyukur, karena akhirnya kau dengan sendiri menunjukkan jati dirimu Aku bersyukur, karena patah hati tak lagi sesakit dulu Aku bersyukur, karena setidaknya bukan aku yang menyebabkan luka hati Tuhan, ajarkan dia arti membahagiakan diri Ajarkan dia untuk tak lupa diri Ajarkan dia soal mencintai sesungguh hati Ajarkan dia bahwa perempuan ini tak main-main dengan hati Jaga dia dari langkah salahnya Jaga dia dari pikiran sesaatnya Jaga dia dari penyesalan tiada akhirnya Tuhan, terimakasih atas segalaMu, atas doa yang Kau luluskan sesuai pintaku Atas kelegaan melepas yang tak berkesudahan Selamat tinggal kamu Yang kini resmi menjadi masalalu Untuk kutengok sesekali tanpa perlu aku rindu..
0 notes
Text
Cinta
Aku pernah jatuh hati pada sesorang, sampai pada akhirnya dia jadi milikku. Hari-hari yang ku lalui hanya ada dia, dan aku disampingnya. kemudian aku patah hati dengan orang yang membuatku jatuh hati. Aku pernah membanggakan seseorang, bangga sebangga-bangganya. menurutku dia memang seorang yang berjuang dan tipe yang bekerja keras. Kemudian kebanggaan ku patah, dipatahkan sama orang yang selalu ku banggakan. Aku pernah tertawa dengan seseorang, bahkan untuk hal yang tidak lucupun aku bisa tertawa. bukan karna apa yg ditertawakan, tapi karna caranya menyampaikan sebuah cerita. kemudian dia yang membuatku tertawa adalah dia yang juga membuatku menangis. Aku pernah berjuang untuk seseorang, dan memperjuangkannya pun aku pernah, Bagiku tak ada yg mustahil atas nama cinta. kemudian yang ku perjuangkan bahkan seakan tak mau menggenggam tanganku dan berjuang bersama, lalu buat apa ku berjuang? Aku pernah berkorban untuk seseorang, kataku dalam hati, "..asalkan kamu bahagia, aku juga bahagia. Kemudian tak lama kemudian, ku temukan dia dengan kebahagiaannya. Ku atas-namakan itu cinta, Cinta yang mengizinkanku menikmati prosesnya.
0 notes
Text
Tentang Jeda
Untuk yang sedang bermimpi. Jangan tanya berapa lama jeda ku. Tanya saja seberapa lama sabar ku. Aku sudah terbiasa belajar melawan waktu bernama menunggu. Menunggu kepastian datang satu per satu. Sebab, bukankah janji Tuhan itu benar berlaku? Janji Tuhan itu seperti antrian. Dia datang bergantian. Menghampiri sesuai nomer urut & kebutuhan. Karena itu, yakin saja yang terbaik hanya dari Tuhan. Jangan tanya berapa lama jeda ku. Tanya saja seberapa kuat aku menahan keluh? Mengeluh dalam jeda, bukanlah dosa. Sebab, setingkat nabi pun bisa berkeluh kesah menahan sakit. Bukan membandingkan aku dan nabi, sungguh tak setara. Tapi ini hanyalah ungkapan “Mengeluh tak apa, asal usai keluh segera bangkit” Jangan tanya berapa lama jeda ku. Biarkan aku belajar sabar dan yakin pada Tuhan yang satu. Biarkan aku bersabar menanti mimpi mimpi itu setia mengantri. Hingga sibuk tak sanggup melayani mimpi mimpi yang terwujud silih berganti. Sampai akhirnya mimpi terakhir menghampiri diri sampai aku mati. Jangan tanya berapa lama jeda ku. Tanya saja seberapa yakin aku dengan Hadits Rasul saw ini : “Janganlah kalian merasa bahwa rezeki kalian datangnya terlambat. Karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir yang ditetapkan untuknya. Maka tempuhlah jalan yang baik menjemput rezeki, dengan yang halal, meninggalkan yang haram” Jangan tanya berapa lama jeda ku. Di sini, saat ini, aku kian sabar menanti.
0 notes
Text
Satu Senja Dibulan Kedelapan
Semburat jingga di langit barat Membakar ragu yang tersirat Mengungkap tanya tentang engkau yang hampir buatku sekarat Indera penglihatanku menikmati apa yang langit tengah pamerkan Kilau kemerahan yang senantiasa pancarkan kehangatan Kehangatan yang tak jua mampu mengalahkan hangatnya genggaman tangan kita sebelum semesta sepakat memisahkan Kemudian tanpa sepengetahuanmu, dibawah jingganya ini seringkali kuciptakan sajak dan puisi tentang rindu Dan beberapa kali terlintas tanya tentang bagaimana air mata tercipta Juga kemana air mata akan bermuara Akankah ia mengalir dengan derasnya rindu yang menggebu? Atau menguap dan bersatu dengan awan yang berarak mengiringi laju kereta yang membawamu Lalu dilepaskannya hujan tepat di kotamu Hujan yang setiap buihnya tercipta dari air mata rinduku Yang kuharap kau membiarkan setiap tetesnya memeluk tubuhmu Sebab sebenarnya akulah yang ingin melakukan itu Aku terpaku setiap melihat pameran langit itu Hatiku masih saja meneriakkan namamu Kau tahu? jauh sebelum ini aku selalu mengaitkan perginya matahari dengan kepergianmu Karena perginya matahari dan kepergianmu sama-sama meninggalkan janji Janji yang ditepati dan janji yang diingkari Matahari selalu kembali setiap pagi namun kamu lupa kembali bahkan sampai saat ini Dan pada satu senja di bulan kedelapan, tepat dimana aku menuliskan ini Aku percaya bahwa tak ada yang bisa diharapkan lagi dari sesuatu yang telah pergi Sebab meskipun kembali, ia tak akan pernah sama lagi..
0 notes
Text
Soal Perjalanan
Bagaimana kita tercipta dan saling menemukan, menapaki jalan yang berbeda. Sekilas beda haluan, namun akhirnya dipertemukan. Misteri jagad raya yang tak perlu selidik, karena aku sampai pada pemahamanku. Bahwa engkau tidak untuk dikejar, aku pun tidak untuk kau cari. Seperti jam pasir yang bermuara pada satu lubang yang sama, seperti itulah kita. Bejana yang dibuat, mengharuskan kita menempuh jarak berjuta detik atau bahkan puluhan tahun. Kau mungkin saja bersingguhan takdir denganku. Menatap cermin di hadapmu, seperti melihatku berada di dimensi lain, akupun begitu. Jutaan detik berlalu, dan detik berikutnya tiba kita pada muara yang berpadu. Kita satu. Mungkin tak ada tanya yang kulempar soal kemana saja kamu? Atau pelukan siapa saja yang telah kau lewati? Karena tidak seperti itu pemahamanku tentang kasih. Hei, lagi-lagi kau mengintip celah dimensi kita. Sabarlah barang sedikit saja. Aku pun ingin memejam di samping lenganmu. Menikmati hangat kasih yang telah aku lunaskan hanya padamu. Menjadikan kesendirian sebagai sahabat, memang cara yang kupilih untuk memerdekakanmu. Jika kau tanya kenapa baru sekarang? Karena pada saat inilah kita mampu; mampu tak hanya menantang dunia. Bermimpi tak lagi terasa berlebih hanya denganmu, bersedih tidak lagi segelap itu,dan semuanya mudah hanya dengan bersisian denganmu. Itulah kamu dan kita. Ketiadaan yang mendewasakan. Kesendirian yang menguatkan. Juga kematangan yang menuntaskan. Aku katakan siap. Aku siap menempuh sisa perjalananku bersamamu, terlepas dari muara jam pasir kita.
0 notes
Text
Perpisahan 7
Saya ucapkan selamat bagi setiap diri kita yang pada akhirnya mencapai titik ini. Titik yang saya namakan pelepasan, melepas diri yang lama dan tergantikan diri barumu. Ocehan panjang saya tentang tahapan perpisahan akan selesai sampai disini. Mungkin hanya butiran lisan yang tak beraturan, namun semoga berarti bagi diri yang membutuhkan. Aku tidak sedang menganggap diriku yang terhebat, justru dengan catatan kecil ini akan saya jadikan ingatan bahwa saya pernah jatuh. Sakit, tapi bukan untuk disesali. Pada fase ACCEPTANCE ini akan banyak hadiah yang ternyata sudah Alam sediakan untuk setiap kamu yang mau memahaminya. ~ACCEPTANCE AND HOPE Pada fase ini akan kita temukan perbedaan signifikan soal mengingat kenangan, sakit yang dulu pernah kau rasakan ketika mengingatnya, akan berganti senyuman ketika kita cukup bijaksana untuk mengenangnya. Tiba waktunya kita menyadari ketidakperluan untuk menyesali atau sekedar merutuki nasib diri. Pada akhirnya kita akan menertawakan ketakutan-ketakutan dan kesedihan-kesedihan kecil kita yang lalu. Jika aku tak cukup pandai dalam mencintaimu, semoga aku cukup bijaksana dalam mengenangmu. Dirimu yang baru tentu tidak sama dengan dirimu sebelum mengalami sakit yang menjelma dalam bentuk perpisahan. Beberapa pola pikir mungkin akan berubah, semoga lebih baik. Bukan untuk memelihara trauma, tapi cukuplah ini menjadi anugerah bahwa dirimu masih terus disiapkan menjadi lebih tangguh. Pada akhir fase ini, kita sudah bisa menerima perpisahan ini dan menyusun kembali harapan-harapan baru yang mulai.bermunculan. Sudah rindukah kamu untuk mencintai? Pemahamanku bukan soal mencintai dicintai. Lebih dari itu, memilih hati untuk mengikat kesepakatan pribadi, seumurl" hidup butuh persiapan khusus. Berbenah diri itu perlu, jangan merendahkan diri. Mimpi masih jauh lebih tinggi daripada atap jemuran, bukan untuk.kau gadaikan sebab perpisahan. Menerima diri dengan segala kondisinya itu tidak sekedar perlu. Memupuk mimpi juga bukan cuma ilusi. Bahwa akhirnya kita menerima perpisahan bukan sebagai suatu kesalahan dan kekalahan. Bahwa pada akhirnya menyadari bahwa kita sedang didewasakan. Bahwa pada akhirnya Pemilik jagat raya sedang menyusun skenario yang Dia Ingin engkau turut serta. Bahwa pada akhirnya ada kuasa diluar manusia yang mengatur setiap pergerakan hati dan kewarasan kita dalam batas kendalinya. Bahwa pada akhirnya, aku menerimamu sebagai kenangan yang ingin kujaga saja, tanpa perlu aku turut serta didalamnya. Aku memaafkanmu, mohon kau maafkan juga aku. Aku menerima diriku, maka terimalah dirimu sendiri. Allah ampuni aku, dan ampuni dia. Aku mengenangmu, semoga kaupun begitu. Aku disini, cukup dari sini, melambaikan tangan, tersenyum, dan berkata: "kita sudah melewatinya”. Akhirnya, harus aku cantumkan lirik lagu Six Degrees of Separation by The Script untuk melengkapi tema tulisan saya seminggu ini. Semoga tulisan ini tidak sekedar jadi sampah dashboard, lebih dari itu, ini mini album hidup untuk anak-anakku kelak. “Six Degrees Of Separation” You’ve read the books You’ve watched the shows What’s the best way no one knows, ye Meditate, get hypnotized Anything to take it from your mind But it won’t go, ohhhh ohhh You’re doing all these things out of desperation Ohhh ohhh You’re going through six degrees of separation You hit the drink, you take a toke Watch the past go up in smoke, ye Fake a smile, yeah, lie and say that You’re better now than ever, and your life’s okay Well it’s not, no You’re doing all these things out of desperation Ohhh ohhh You’re going through six degrees of separation First, you think the worst is a broken heart What’s gonna kill you is the second part And the third is when your world splits down the middle And fourth, you’re gonna think that you fixed yourself Fifth, you see them out with someone else And the sixth is when you admit you may have fucked up a little (Oh no there ain’t no help, it’s every man for himself) (No no there ain’t no help, it’s every man for himself) You tell your friends, yeah, strangers too Anyone who’ll throw an arm around you, yeah Tarot cards, gems and stones Believing all that shit’s gonna heal your soul Well it’s not, no You’re only doing things out of desperation Ohhh no You’re goin’ through six degrees of separation First, you think the worst is a broken heart What’s gonna kill you is the second part And the third, is when your world splits down the middle And fourth, you’re gonna think that you fixed yourself Fifth, you see them out with someone else And the sixth is when you admit you may have fucked up a little No there’s no starting over Without finding closure You’d take them back, no hesitation That’s when you know you’ve reached the sixth degree of separation Oh, no there’s no starting over Without finding closure You’d take them back, no hesitation That’s when you know you’ve reached the sixth degree of separation First, you think the worst is a broken heart What’s gonna kill you is the second part And the third, is when your world splits down the middle And fourth, you’re gonna think that you fixed yourself Fifth, you see them out with someone else And the sixth is when you admit you may have fucked up a little No, no, there ain’t no help It’s every man for himself You’re goin’ through six degrees of separation No, no, there ain’t no help It’s every man for himself You’re goin’ through six degrees of separation [x3: fading] No, no, there ain’t no help It’s every man for himself You’re goin’ through six degrees of separation (sumber: http://www.azlyrics.com) Karena jika sedih itu mutlak, maka bahagia itu relatif. Jika sedih itu pasti, maka bahagia adalah pilihan. Kebahagiaan murni kewenangan kita. Life is never ending rollercoaster.
0 notes
Text
Perpisahan 6
Apa definisi bahagia menurutmu? Karena bahagia menurutku adalah sebahagia apa orang disekitar kita karena kehadiran kita. Jadikan bahagiamu mandiri, tanpa perlu faktor lain untuk mewujudkannya. Selalu belajar dari setiap salah, melihat sekitar kita, melihat ke dalam diri bahwa semuanya ada, semua kau miliki, termasuk bahagia itu sendiri. Selamat jika pada akhirnya aku, kau, dan kalian sudah sampai pada tahap ini yaitu tahap keenam dari stages of grief, RECONSTRUCTION. Hidup sudah didepan mata, tantangan sedang menunggu untuk ditaklukkan, hidup bukan sekedar menjadi tak berdaya karena harus berpisah. Hidup tidak sesia-sia itu. ~RECONSTRUCTION AND WORKING THROUGH Berubah itu penting, menjadi lebih baik itu perlu, dan menyadari kekurangan diri itu wajib. Melihat kebelakang untuk sekedar mengambil pelajaran, lalu membawa serta untuk bekal perjalanan berikutnya. Berterimakasihlah kepada perpisahan, karenanya kau tahu bahwa kau cukup tangguh untuk sekedar melewati, tentu juga kau cukup pantas untuk memperbaiki diri. Di fase ini kita akan lebih berfokus pada melanjutkan kehidupan yang sempat terkacaukan, menata rencana hidup yang sempat terbengkalai, dan menyadari ternyata kita baik-baik saja. Menyalahkan orang lain tidak pernah menjadi solusi tepat untuk sebuah perpisahan. Seberat apapun penyebabnya, sesakit apapun kenangannya, kembalilah kepada keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah salah rencana. Satu langkah ini memang harus terjadi, memang harus dijalani. Untuk bekalmu menghadapi kehidupan yang entah sekompleks apa. Memaafkan dirimu sendiri itu perlu, juga memaafkan dia yang mungkin juga menyakitimu. Mungkin akan perlu waktu untuk berdamai dengan masalalu, tapi tidak selamanya. Menjadi indahlah, bersinarlah, dan raih banyak kasih sayang pada jagat raya. Sudah mulai longgar beban hatimu? maka bersyukurlah. Bersyukur karena kamu makhluk terpilih untuk dipercaya melewati ini semua. Titipkan pintamu pada Pemilik Alam. Untuk terus meluaskan pikir, memahamkan tafsir, dan juga merapalkan takdir. Pemahamanku sampai pada, bahwa yang betul memperjuangkanmu tidak akan menyerah hanya sekedar jarak yang memisah, yang betul menyayangimu tidak pula membentak seolah kau tak berharga, yang betul memilihmu akan diikuti tindak nyata bahwa kau segalanya (terinsipirasi hasil curhatan kanca). Bahagialah, karena tanpa kesedihan mendalam kau tak akan tahu ada bahagia berupa persahabatan. Aku mengulurkan tangan bagi sesiapa saja yang ingin bercerita, kita saling membagi arti bahwa bahagia itu nyata, dan aku ada bagimu. Saya masih akn melanjutkan fase berikutnya sekaligus fase terakhir, yaitu ACCEPTANCE. Jika sedih itu pasti, bahagia adalah pilihan. Menjadi bahagia sepenuhnya kewenangan kita. Life is never ending rollercoaster.
0 notes
Text
Perpisahan 5
Selamat bagi kita yang sudah melewati fase depression. Kita akan memulai fase-fase yang menyenangkan. Sudah paham sekarang? Sedih itu hanya soal waktu. Kecuali jika kau ingin menjadikannya nama tengahmu, kelar hidupmu. Selamat datang di fase menjelang bentuk.baru dirimu. Fase ini disebut the upward turn. Hal-hal positif dari awal coba saya selipkan. Terlebih lagi di fase yang saya bilang positif ini, akan saya lebihkan. ~THE UPWARD TURN Fase dimulainya langkah baru kedepan, setiap kita yang mengalami perpisahan akan menjadi lebih kalem dan terorganisir dalam menjalankan hidupnya. Optimis yang timbul bukan tanpa perjuangan. Kekuatan baru yang dihimpun telak mengukuhkan bentuk baru dirimu. Sudah cukup bekal, kenyang tangis dan juga kenangan, mungkin juga perenungan. Sudah kau siapkan langkahmu? Bergegaslah! Di fase ini, kita mulai menyadari arti sebuah perpisahan. Cara manusia melampaui fase depression pun berbeda. Melupakan samasekali, menganggapnya tidak pernah terjadi, atau justru bersyukur semuanya terjadi dengan hadiah utama sebentuk diri yang baru. Tidak ada yang perlu dibenci, tidak perlu juga memelihara luka hati. Tuhan tidak memberikan sebentuk sakit tanpa penawarnya. Mungkin kenyataan tidak selalu seperti yang diingini, tapi percayalah bahwa terkadang segala peristiwa memang harus terjadi, untuk sebuah alasan yang bernama pelajaran. Ini sekolah kehidupan, bagaimana pendewasaan langsung dikecap berdasarkan pengalaman. Tidak selalu mudah, tapi bukan tidak ada kesempatan untuk melampauinya. Lihatlah mereka, yang sekarang berbahagia, tentu mereka pernah merasakan sakit dulunya. Bagaimana kita meminta pendewasaan jika kita terlalu betah dengan sifat kekanakan? Memelihara duka hanya memperlambat bahagiamu. Memelihara benci menolak ketenangan diri. Biarkan kenangan tetap ditempatnya, mereka akan selalu punya ruang sendiri, mungkin sesekali perlu kita tengok tanpa perlu kita sesali. Bukan soal siapa yang paling benar, siapa yang paling salah dalam perpisahan. Namun bagaimana kita pandai mengambil untung dari sebuah kejadian, untung bahwa kamu dikasi kesempatan mengenyam pendidikan cinta (mungkin). Setiap sakit dan bangkitmu berujung pada kebersyukuran. Bahwa kamu pernah diberi kesempatan mencintai dan dicintai. Dan jika akhirnya kau mampu berdiri lagi, betapa diri barumu kini adalah hasil juang dan tangismu. Tersenyumlah. Post berikutnya akan saya bahas fase keenam dari stages of grief, yaitu RECONSTRUCTION. Bahwa setiap kejadian adalah tidak luput dari rencana semesta. Jangan melogikakannya, takut kewalahan tidak menemukan jawaban. Kebahagiaan itu murni kewenangan diri. Jika sedih itu pasti, bahagia adalah pilihan. Life is never ending rollercoaster.
0 notes
Text
Perpisahan 4
Setelah melalui fase anger and bargaining, tibalah kita di fase keempat yaitu depression. Yang sebenarnya bukan fase yang melegakan, ya ya ini akan panjang memang, tapi sangat sarat pelajaran didalamnya. Saya tidak mengatakan ini mudah, hanya saja setiap kita perlu untuk memahami arti hidup, mungkin saja caranya harus melalui perpisahan ini. DEPRESSION, REFLECTION, LONELINESS Pada fase ini kita akan kembali jatuh, terjun bebas, merasa diri tak berdaya, merasa diri tidak cukup sempurna, tak berharga, merasa sendiri, merasa tidak mampu, merasa hampa. Seringkali orang pada fase ini akan mengisolasi diri untuk sementara waktu. Individu dengan kepribadian yang mempunyai kontrol diri yang kuat akan cenderung cepat dalam mengatasi fase ini. Mungkin setiap kita perlu untuk menyendiri, sekedar bercakap dengan diri sendiri, mengevaluasi, mengkoreksi, kemudian kembali tegap untuk menantang dunia. Kembali siap untuk menyunggingkan senyuman, menghadirkan kebahagiaan lebih banyak bagi sekitar. Mari kita lihat sisi positif dari perpisahan, guna mempermudah proses melewati fase ini. Ketika kita tidak sendiri, kita akan banyak waktu untuk menikmati hal-hal yang sebelumnya terlewati. Kita lebih terorganisir, hidup lebih teratur, dan mungkin juga kita bisa mendalami hobi yang selama ini terabaikan. Guys, perpisahan mungkin menyakitkan juga menyedihkan, tapi mau berapa lama kita mengubur diri dalam ketidakberdayaan? Kita perlu untuk menikmati setiap fase yang saya jelaskan ini (stages of grief), namun cukuplah gunakan sedikit waktu untuk ini. Apa yang harus kita lakukan? Segera sadari kekurangan diri, kesalahan yang lalu, tancapkan dalam-dalam targetmu kedepan. Siap? Tersenyumlah, dunia tidak berhenti berputar, dunia masih terus meninggalkanmu, dunia tidak menunggu kamu bangkit, dunia tidak pernah bercanda dengan segala yang terjadi pada setiap kita. Lekas keluar dari isolasimu, lakukan apa yang kau suka, benahi diri, me time, pantaskan dirimu untuk yang lebih pantas. Jauhkan diri dari hal-hal yang mengingatkan tentang dia, tidak perlu memaksa lupa, tapi dengan meminimalisir stressor, kita bisa sedikit merasa lega. Jauhkan diri dari lagu-lagu mellow, sudah waktunya berganti playlist, lagu beat up mungkin perlu, sekedar mengingatkan diri bahwa dunia tak hanya berisi dia. Setiap manusia memiliki definisi kebahagiaannya sendiri-sendiri. Jangan melihat orang lain dan membandingkan dengan diri kita, itu sama seperti ikut serta dalam pertarungan yang tidak mungkin kita menangkan. Kebahagiaan menurutku? Ketika aku menjadi berguna bagi orang lain. Sudahkah kamu menemukan arti bahagiamu? Maka lakukan. Setiap fase sedih ini bukan tidak mungkin untuk dilewati, hanya saja apakah kita mau? Berikutnya setelah kita melewati fase ini, kita akan mulai mendapatkan pencerahan yaitu fase THE UPWARD TURN yang akan saya jelaskan di postingan berikutnya. Bahagia itu murni kewenangan kita. Jika sedih itu pasti, maka bahagia itu pilihan. Life is never ending rollercoaster.
0 notes
Text
Perpisahan 3
Yak, kamu yang membaca ini semoga sudah sukses melewati fase pain and guilt, dimana yang menurutku fase paling ga enak dari semua tahapan perpisahan. Tibalah kita di fase ketiga yaitu kemarahan dan tawar-menawar. ANGER AND BARGAINING Kemarahan dan tawar-menawar disini muncul seperti “kenapa ini terjadi?”, “kenapa harus aku?”, “kenapa harus begini?”, “aku akan jadi lebih baik, asalkan dia kembali padaku”, dll. Hal-hal yang sebetulnya menyedihkan, karena kita ada di fase “bagaimana caranya agar keadaan kembali seperti semula”. Di fase ini timbul banyak pertanyaan yang mungkin tidak bisa semuanya terjawab oleh hati maupun logika kita sebagai manusia. Pertanyaan yang sebelum-sebelumnya tidak terpikirkan, tidak bermunculan, tiba-tiba membanjir seketika. Coba tegakkan badanmu, angkat wajahmu, engkau dan engkau yang tengah bersedih atau mencoba mengulas kenapa ini terjadi, bangunlah. Dunia tidak sedang menunggu air matamu kering. Sudah berapa hari dari 365 hari setahunmu yang kau habiskan dengan meratap? Sudah berapa juta detik yang kau buang untuk mengorek kenangan yang seharusnya perlahan sudah kau kemas? Kenangan yang baik biarlah tetap baik, setiap nama punya ruangnya sendiri dihati, pun kuncinya. Biarkan tetap disana, terbingkai, dan bukan untuk diloakkan. Berdamai dengan diri sendiri itu perlu, menerima perasaan kehilangan pun juga perlu, tapi lebih dari itu kamu perlu untuk menghargai dirimu sendiri. Sudah puas marahnya? Sudah puas tawar-menawarnya? Terkadang pertanyaan yang muncul tidak perlu jawaban, just let it happens, and let them go, far away, from your now. Sudah dapat intinya? Bersedihlah jika memang harus bersedih, menangislah, marahlah, puaskan semuanya, lepasbebaskan semuamu, lalu sudahi, berjanjilah hanya untuk dirimu bahwa itu tangis terakhirmu, sedih terakhirmu, marah terakhirnya soal perpisahan ini. Sekarang? berkemaslah! Saya masih akan melanjutkan tahapan perpisahan ini sampai dengan poin ketujuh nanti. Setelah fase anger and bargaining, setiap kita yang berpisah akan memasuki fase DEPRESSION. Pernahkah kita berpikir, bagaimana Tuhan menguatkan dengan memberikan pelajaran? Pernahkah kita berpikir bahwa ini bagian alur semesta untuk menyudahi satu episode salah dan mengakhirkan dengan episode sebenarnya? Tersenyumlah, sahabatmu sudah lama merindukan senyumanmu. Bahwa dunia tidak sebercanda ini mempertemukan kau dan dia pada satu titik usia kalian. Percayalah. Bahagia itu murni kewenangan kita. Life is never ending rollercoaster.
0 notes
Text
Perpisahan 1
Tidak ada yang menyukai perpisahan tentu saja, termasuk aku. Menyiapkan hal terburuk dengan berharap yang terbaik termasuk usaha meminimalisir rasa tidak nyaman yang ditimbulkan setelah perpisahan. Namun ternyata tetap saja rasanya akan tidak nyaman. Bukankah pertemuan pasti ada perpisahan? Bagiku pertemuan bisa diusahakan, begitu juga perpisahan. Tapi tidak semulus ini dengan kenyataan. Perpisahan tetap menjadi hal pahit yang ditakuti. Ditakuti karena berbagai rasa yang ditimbulkannya. Coba dengar six degrees of separation by the script, lagu yang menceritakan bagaimana proses berpisah ini akan dilalui oleh setiap kita. Tidak ada yang mau mengalami, tapi tidak salah jika kita cukup memahaminya. Disini saya akan coba mengulas fase-fase perpisahan dari sudut pandang saya pribadi berdasarkan pengalaman ataupun curhat temen sendiri. Yang pertama shock and denial. ~SHOCK AND DENIAL Tidak ada yang menyukai berpisah, kecuali berpisah dengan keterpurukan atau berpisah dengan tanggal tua. Setiap perpisahan membawa kejutannya sendiri. Beberapa saat terdiam, beberapa saat terhenyak, beberapa saat tertawa, beberapa saat akan menyangkal realita dengan meyakini “ini tidak mungkin”. Shock dan penyangkalan adalah respon umum akibat perpisahan. Bentuknya bisa berbeda-beda. Terdiam, karena terlalu terkejut dan tidak ingin menerimanya sebagai kenyataan. Tertawa, karena menganggap ini hanyalah becandaan semesta. Di fase ini seseorang yang mengalami perpisahan akan menyangkal dengan berbagai pembenaran-pembenaran yang menurutnya masuk akal. Masih terkejut dan belum benar-benar terbangun bahwa kenyataannya yang dihadapinya adalah perpisahan. Respon yang seringkali muncul adalah “ah ini tidak mungkin terjadi”, “ah semua masih baik-baik saja”, “ini pasti mimpi”, dan sebagainya. Lama tidaknya proses ini bergantung kepada kepribadian si pelaku. Seberapa tangguh mau mengakui dan menerima rasa sakit yang timbul? Seberapa yakin bahwa ini hanyalah fase hidup harus dijalani? Seberapa mampu mengakui status baru? Seberapa berani melangkah dan terus maju walau sakit? Dear kalian, Tuhan tidak sebercanda itu memberikanmu cerita hidup, selalu ada suatu pelajaran yg Dia ingin engkau paham. Bahwa tertutupnya satu pintu adalah awal dari terbukanya pintu yang lain. Bahwa rencana manusia jauh lebih buruk dibanding rencanaNya. Bahwa tidak ada suatu apapun terjadi tanpa kuasaNya. Tidak juga Dia mengambil tanpa memberi gantinya. Ini soal pemahamanku tentang perpisahan. Tidak untuk dirutuki, tidak untuk disesali, tidak untuk dikenang buruk. Ingatan otak tidak perlu bersusah-susah memelihara benci, memelihara kecewa atau memelihara sakit hati. Kenangan baik biarlah tetap terjaga dan yang buruk jangan biarkan ada ditempatnya. Sehingga nanti mempermudah prosesmu untuk melangkah lebih maju. Jadi, setiap kejadian dihidupmu, baik ataupun buruknya bukan untuk disesali. Andai kita bisa menggeser sedikit cara pandang kita. Perpisahan memang buruk, namun akan tampak nilai lainnya jika kita sedikit menggeser kehilangan dengan kebersyukuran. Selalu ada pelajaran, diambil positifnya. Mungkin kau gagal menemukan tambatan hati, tapi kau menjadi punya sandaran kursi (skip ini). Berikutnya akan saya jelaskan fase perpisahan kedua, PAIN AND GUILT. Tulisan ini bukan ditujukan untuk menceramahi, lebih dari itu saya sedang mengingatkan diri sendiri. Bahagia itu sepenuhnya kewenangan kita. Life is never ending rollercoaster.
0 notes