dillangit
dillangit
bentalaaa~
230 posts
ini bukan hanya tentang diriku tapi juga tentang sekelilingku. ~
Don't wanna be here? Send us removal request.
dillangit · 6 months ago
Text
Opiniku Soal: Posting Foto Buku
Lagi banyak yang speak up soal "gapapa posting foto buku (yang sedang dibaca)"—dalam rangka ajakan untuk menggerakkan literasi orang². Memantik minat baca.
Khususnya disosial media yang kita tahu sendiri, Indonesia punya banyak pengguna aktif.
Tapi ternyata ada orang² yang justru merespon negatif, memandang aneh dan nyinyir dengan posting foto buku itu.
Padahal, sebetulnya mereka yang nyinyir kayak gitu tuh karena justru mereka ngga baca buku. Ngga tau seberapa powerfulnya kegiatan membaca.
Belum ngerasain nikmatnya konsumsi buku yang sesuai, yang bagus dan yang mantap!
Belum tau mereka betapa dahsyatnya isi buku yang bagus itu mempengaruhi kehidupan mereka.
Andai mereka mau berpikir; menormalisasi posting foto (misal) lagi makan di resto, punya kendaraan apa, tren yang macam², lagi liburan kemana itu ngga keren. Ngga ngasih dampak apa² selain risiko memunculkan iri dengki, komparasi hidup, dlsb.
Tapi kalau soal posting buku bacaan/lagi baca buku, itu bisa bikin pengaruh baik!
Seenggaknya bikin orang penasaran sama bukunya, kenapa kita mau baca buku ini, isinya apa. Kalau belum mampu beli, masih bisa pinjam. Ngga beli bajakan.
"Oh ternyata seru yaa, oh bagus juga ya isinya.."
Seketika, orang bisa jadi tergerak untuk membaca juga. Dan itu bagus untuk kehidupan orang tersebut.
Mari tetap sebarkan influence yang baik meski masih ada sebagian orang yang belum tercerahkan.
Mari dakwahkan; membaca buku itu asyik! 📖✨️
Tangerang, 14 Desember 2024 | 00.58 WIB
94 notes · View notes
dillangit · 8 months ago
Text
Serial Tadzkirah - Integritas Seorang Da'i
Pernahkah suatu kali, karena ucapan kita seseorang tersadar? Atau mungkin karena tulisan kita, seseorang merenung? Atau juga karena tindakan kita, orang lain bermuhasabah?
MasyaAllah, betapa luar biasa ketika kita bisa menyentuh hati orang lain. Terkadang, "tamparan" kecil dari kita dapat menggerakkan mereka untuk berbenah.
Namun pertanyaannya, bagaimana dengan diri kita sendiri? Kadang kita terjebak dalam keinginan ingin mengoreksi orang lain, tetapi sulit menerima koreksi. Ucapan, tulisan, atau perbuatan kita yang menginspirasi orang lain, justru kerap kita abaikan sendiri.
Ini berbahaya!
Allah sangat membenci sikap seperti ini, sebagaimana dalam firman-Nya pada Q.S. Ash-Shaff: 2-3:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Integritas itu adalah soal keselarasan antara ucapan/tulisan dengan tindakan kita. Ini berarti seseorang da'i yang memiliki integritas tidak hanya menginspirasi orang lain dengan kata-kata atau nasihatnya, tetapi juga menuntut untuk menjalani kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia bagikan. Tanpa keselarasan ini, kepercayaan akan luntur, dan pesan yang disampaikan akan kehilangan kekuatan.
Teringat kisah Ibnu Umar, yang tidak hanya membaca Al-Qur'an dengan penuh perhatian, tetapi dia juga tidak akan berpindah ke ayat atau surah berikutnya sampai ia memahami dan mengamalkan, lalu setelahnya menyampaikan ajaran dari ayat yang telah dibacanya.
Ayat tersebut bukan bermaksud tentu bukan untuk menakut-nakuti kita, melainkan sebagai pengingat bahwa ketika kita berikhtiar dalam mengajak kebaikan kepada orang lain, perlu juga kita perhatikan bagaimana penerapannya dalam kehidupan kita sendiri.
Ini menjadi pengingat kita bahwa teladan adalah bagian penting dari dakwah. Perkataan yang selaras dengan perbuatan memiliki kekuatan lebih besar. Dengan begitu, ajakan kebaikan bukan hanya kata-kata, tapi menjadi tindakan nyata yang dapat ditiru orang lain.
Semoga kita terhindar dari sikap ini dan semoga apa yang kita ucapkan, tuliskan, dan lakukan jauh dari dorongan untuk hanya sekedar mendapat pujian dari orang lain.
46 notes · View notes
dillangit · 10 months ago
Text
Serial Tadzkirah—Ujian dalam Berjamaah
Salah satu konsekuensi logis dari keputusan bergerak di wadah perjuangan (jamaah) yang sama itu adalah memahami tabiat wadah pergerakan itu dan dengan siapa kita bergerak. Ini adalah keniscayaan, sebab dengan kepahaman yang mengakar itulah seseorang akan mampu bertahan dalam menghadapi gejolak dan dinamika keberlangsungan hidup dari jamaah itu.
Memang, pada akhirnya tidak mudah memahami karakter maupun watak dari setiap individu yang ada di dalamnya. Akan tetapi, kita harus sadar bahwa ini adalah konsekuensi logis yang harus dipenuhi agar tercipta harmonisasi sehingga mendukung adanya ketercapaian dari sebuah tujuan bersama itu.
Ya begitulah tantangannya, masing-masing orang punya watak dan karakter yang berbeda, punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Akan tetapi justru disitulah peranan seni dan nilai estetikanya. Ketika dari kebersamaan itu dapat saling melengkapi dan menutup kekurangan dari setiap individu. Tentunya itu semua harus diawali dengan saling mengenal dan memahami satu sama lain.
Maka seringkali, saya pesankan dalam banyak forum, saat sesi closing statement (selain agar menjadi tamparan dan mengakar dalam mindset saya) yaitu :
"Ikhwah fillah.. Ada dua bekal yang antum harus miliki dan tumbuh suburkan dalam kesiapan hidup berjamaah, yaitu kesabaran dan kedewasaan."
Sabar ketika kita harus dihadapkan pada keputusan yang tidak selaras, seharap dengan harapan kita, ataupun hal-hal lain yang menguras dan menguji habis ego kita; hasil syuro, arahan qiyadah, dsb. Kesabaran yang melibas semua ego, maupun kesombongan diri yang tak terkendali.
Setelah kita bersabar dengan hasil itu. Kemudian sikap selanjutnya adalah kedewasaan yaitu bagaimana kita menyikapi persoalan itu. Maka disinilah, pentingnya kita hadirkan sudut pandang yang lebih luas (helicopter-view) yang akan diperlukan dalam memahami dinamika yang ada.
Kedepankan sikap prasangka baik terhadap saudara kita, para pemimpin kita.
Wallahua'lam bish showab.
53 notes · View notes
dillangit · 10 months ago
Text
Pemutus Tawakal
Pernah dikisahkan kisah Khalid bin Walid -sang panglima yang tidak pernah kalah dalam memimpin perang baik sebelum beriman maupun sesudahnya- saat masa Umar bin Khattab, Khalid bin Walid pernah diberhentikan sebagai panglima.
Alasannya? Inilah menariknya.
Umar bin Khattab tidak mau ummat "menggantungkan" tawakalnya pada Khalid bin Walid. Berpikir bahwa ketika Khalid bin Walid yang menjadi panglima, pasti akan menang. Seolah-olah kemenangan dari Khalid bin Walid, bukan dari Allah.
Dari kisah itu, agaknya diri ini mulai berpikir.
Entahlah -ini bisa dibenarkan atau tidak- aku menghabiskan 100% tabunganku untuk keperluan yang sebenarnya bisa ditunda (membantu biaya adik kuliah) meski tidak banyak -karena tabunganku cuma segitu- tapi aku habiskan semuanya bulan ini.
Alasannya? Inilah -entahlah ini bisa dibenarkan atau tidak-
Sejak memiliki tabungan, aku merasa tawakalku berbeda. Berpikir bahwa setiap masalah bisa diselesaikan dengan uang. Seolah melupakan hakikat solusi adalah dari Allah. Kemudahan dari Allah.
Aku masih menabung -untuk hal-hal yang akan memakai uang tabunganku nantinya- semoga dengan ini aku bisa menggantungkan semua urusan pada Allah.
342 notes · View notes
dillangit · 11 months ago
Text
Bagian paling melelahkan dan menyakitkan saat sedang jatuh cinta dengan seseorang adalah saat kita tahu bahwa kita tidak punya masa depan dengannya.
Hari-hari memiliki perasaan padanya, selalu saja diisi dengan pemikiran bahwa kita teralu berbeda. Kita berupaya untuk mencari 'celah' untuk bisa bersamanya. Namun lagi-lagi kehidupan orang dewasa mau gak mau membuat kita harus selalu bersikap 'realistis'. Bahwa apa yang kita sukai, belum tentu menjadi apa yang kita butuhkan.
Kadang ada keadaan di mana kita ingin kembali ke masa-masa kita remaja dulu. Di mana saat kita menyukai seseorang, kita tak perlu menjadi serumit ini. Perasaan kita menjadi sangat sederhana dan apa adanya. Kita hanya fokus menikmati momen-momen 'merah jambu' di saat itu: perasaan excited sekaligus gugup saat bertemu dengannya, pipi yang merona, debaran di dada, dan juga perasaan hangat saat berada di dekatnya.
Kehidupan orang dewasa memang semenyebalkan itu. Kita tak pernah menginginkan hal sederhana di masa kecil kita menjadi serumit ini. Namun keadaanlah yang membuatnya menjadi rumit. Menyukai seseorang di usia dewasa berarti harus siap memikirkan:
Apakah dia seseorang yang tepat dan juga baik untuk kita?
Apakah orang tua kita akan setuju bila kita dengannya?
Apakah dia seseorang yang benar-benar kita butuhkan?
Rasanya, kita tidak boleh bersama seseorang hanya karena sesederhana kita menyukai bersama dengannya. Perasaan kita harus selalu punya alasan. Bahkan pada saat kita pun juga tidak tahu apa yang membuat kita menyukainya. Kita jatuh hati padanya begitu saja.
Menjadi orang dewasa berarti harus siap menjadi manusia yang mati rasa. Perasaan kita harus ditaruh di paling belakang. Kita harus selalu rasional di semua keadaan. Namun bukankah itu semua melelahkan?
Sebab lagi-lagi, kita ingin kembali pada masa-masa di mana menyukai seseorang tak harus selalu sesulit dan semenyebalkan ini...
@milaalkhansah
385 notes · View notes
dillangit · 1 year ago
Text
Menunda untuk menggapai.
Adakalanya kita perlu menunda sesuatu yang sangat kita inginkan untuk menggapai hal lain yang kita butuhkan.
Bahwa apa yang selalu berada di pikiran kita, tidak selalu harus tercapai di saat yang kita mau. Menunda satu hal untuk menggapai hal lain, mungkin adalah salah satu pilihan terbaik. Bukan melupakan sebuah keinginan, tetapi memprioritaskan hal yang lain.
Untuk kita yang selalu berusaha hidup dengan mimpi-mimpinya, yang selalu berpikir bagaimana mewujudkannya walau seorang diri, jika ada kesempatan untuk menggapai hal lain yang dibutuhkan, maka lakukan lah.
Karena kebutuhan lebih penting daripada keinginan, dan hal-hal yang menjadi prioritas perlu dikejar lebih dulu dari sebuah keinginan.
Mungkin ini saatnya untuk mengatur ulang waktu yang tepat untuk keinginan-keinginan tersebut.
@faramuthiaa
Cranfield, 22 Juni 2024 || 23.22 BST
135 notes · View notes
dillangit · 1 year ago
Text
Tumbuh & Ditumbuhkan
Murni ditulis karena konsep ini mengubahku, menguatkanku, sehingga kumerasa harus segera membagikannya!
“This is how my parents raised me!” Said someone, in defense.
On other occasion, “Don’t blame me, blame the environment I was brought up.”
And even, “Life shapes me this way.”
Dan banyak bantahan lain yang digunakan ketika orang (tampak) bertanya: kok lo kaya gini sih.
Lalu muncul-lah, segala alasan-alasan atas sikapmu dengan harapan mereka memaklumi dan mengerti.
Siapa orang itu?
Aku.
Ya. Aku pernah berada di titik selalu menyalahkan kejadian-kejadian kelam di masa laluku. Aku pernah dalam posisi terus meratapi memori menyakitkan di usia belia yang tak bisa kuhapus. Aku, menjadikan orang lain sebagai alasan terbentuknya diriku.
Tidak sepenuhnya salah. Memang. Tapi tentang ini, mari kita bicarakan dalam kesempatan lain.
To me, excuses are spaces of comfort.
But it leads me: nowhere. Sibuk menyesali kondisi membuatku tidak produktif. Meredupkan asa.
“Excuses are lies we tell ourselves so that it doesn’t have to be our fault.”
Ketika disadarkan, aku menyesal atas betapa banyak waktu yang dirugikan cuma bersirkulasi dalam grief and sorrow.
(maka itu aku menulisnya, berharap kalian jika merasakan ini akan cepat menemukan jawabannya! bersabar ya dengan panjangnya tulisan)
Ayat ini berkisah tentang seorang wanita. Nah, aku sebagai orang yang kritis (dan bersyukurlah kita atas akal ini) dulu bertanya-tanya: kenapa di antara milyaran kisah, tokoh, hanya satu nama wanita yang disebut secara gamblang di Alquran, bahkan diabadikan jadi nama surat?
Se-spesial apa wanita ini hingga dapat kemuliaan itu? Kan banyak sosok wanita keren kalau kita baca kisah-kisah. MasyaAllah. Allah ternyata pengen ngajarin kita sesuatu! Siapa beliau? Yep, satu-satunya wanita yang disebut di Alquran adalah Maryam binti Imran, ibu dari Nabi Isa alaihissalam.
Ibarat guru, yang punya stok kisah murid-muridnya yang sudah jadi alumni. Tapi ketika beliau cerita di depan kelas: “Ini lho satu orang murid saya yang sukses. Kalian belajar ya dari dia. Kalian contoh ya langkah dia. Biar kalian sukses juga.”
Maryam adalah anak yang dinanti pasangan Imran dan Hannah selama bertahun-tahun. Dengan keinginan kuat itu, Hannah pun bernadzar apabila anaknya lahir akan dikhidmatkan untuk menjadi pelayan masjidil Aqsha. Betapa kagetnya ketika lahir anak perempuan. Dalam suatu dialog dengan Allah yang membuktikan kedekatan sang ibu dengan-Nya, ia mengadu. Hingga pada akhirnya beliau tetap menunaikan janjinya.
Singkat cerita, adalah sang Paman, Nabi Zakaria alaihissalam yang dipercayakan mengasuh Maryam.
Now this is where it gets even cooler.
Tumblr media
Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
“…Membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik…”
Secara tata bahasa, kalimat seperti ini tidak ladzim didengar. Inilah tingginya level Bahasa Arab yang tidak dapat diterjemahkan semudah itu ke bahasa lain.
Konsep 1: dalam bahasa Arab untuk memberi penekanan pada kalimat digunakan pengulangan kata benda setelah kata kerjanya. Misal: “aku menabung tabungan”, “aku menulis tulisan”. Hal ini pun sering ditemukan di Alquran.
Konsep 2: hampir pada semua bahasa, kata kerja dibagi menjadi transitif dan intransitif. Kata kerja transitif berarti berefek ke orang lain sementara intransitif hanya berefek ke diri sendiri. Nah, penggunaan transitive dan intransitive verb diikuti dengan kata noun yang sesuai. But Alquran breaks this rule! Coba lihat lagi,
Quran mentioned “…he raised her a beautiful growing…”
instead of saying: “he raised her a raising.”
when you say: a plant grow, you’re giving it credit
when you say: I grow a plant, you’re giving yourself credit
the first part of the ayat: “he raised her” gives him (Nabi Zakaria alaihissalam) credit
the second part of the ayat: “a beautiful growing” gives her (Maryam) credit
Kenapa susunan kata demikian yang dipilih? Ternyata untuk menunjukkan satu poin penting dari tumbuhnya Maryam dengan keren.
Tumblr media
Yaitu.. keshalihan sosok Maryam adalah hasil dari dua hal: faktor internal dan eksternal.
Seorang pendidik, pengasuh Maryam (Nabi Zakaria alaihissalam) sudah jelas adalah seorang shalih. Beliau adalah seorang Nabi.
Tapi ibarat menumbuhkan tanaman, faktor eksternal seperti menyiapkan tanah terbaik, memberi pupuk, memastikan kondisi cahaya yang tepat, menakar volume air yang diberikan… tidak akan tumbuh tanaman itu apabila bibitnya buruk.
Allah highlighted her awesomeness and his awesomeness together: the best environment and the best child come together. Subhanallah. 
I made a mental note: to never rely on the environment only. I would have to have the nurturing (like the desire to want to grow) and the inherent goodness for this to work.
“Ya Allah, anugerahilah kami pemahaman para nabi, hafalan para rasul, dan ilhamnya para malaikat yang dekat (dengan-Mu), sebab kasih sayang-Mu, wahai Dzat yang Mahapengasih.”
and Alhamdulillah, Allah leads me to read a book on how to grow yourself. I’d be sharing this bits of knowledge soon, inshaAllah. Karena.. untuk menulis ini saja butuh beberapa hari, beberapa kali mengulang rekaman, dan meminta pada Allah dimudahkan.
Wallahu’alam bis shawab.
Jog-jakarta,
(fakir ilmu) Habibah
Sumber:
- Al Quran
- Buku Maryam, Perempuan Penghulu Surga
- Tarbiyah Dzatiyah
- Lecture Ustadz Nouman Ali Khan “Maryam’s Upbringing”
- Diskusi MQMM
171 notes · View notes
dillangit · 1 year ago
Text
Larilah
Beberapa orang yang mungkin ada di sekitar kita, menjalani kehidupan ini dengan penuh keluhan. Hampir setiap hari kita mendengarkan keluhannya. Setiap hari mendengarnya mengkritik segala hal. Melihat kehidupan ini dengan sinis. Membaca perkataan orang lain sebagai sindiran terhadap hidupnya. Dan melihat segala hal yang berjalan di sekitarnya dari sisi negatif yang kuat. Kalau ketemu yang demikian, lari.
261 notes · View notes
dillangit · 1 year ago
Text
Kenapa kita takut jika teman menemukan akun tumblr kita?
Karna kita takut akan judge-nya. Kita lebih nyaman berada diantara orang asing yang tidak mengenal kita dibanding berada diantara orang-orang yg mengenal kita.
81 notes · View notes
dillangit · 1 year ago
Text
Teman Berjuang •
Jika kita banyak persamaannya, semoga lebih luas lagi kebermanfaatan serupa yang bisa kita berikan ke sekeliling kita.
Jika kita berbeda, semoga akan tercipta lebih banyak warna untuk menciptakan banyak corak yang indah di sekeliling kita.
Yang penting, kita mau dan akan terus berjuang bersama-sama.
Seiring sehaluan untuk meraih ridho-Nya.
•••
Tumblr media
Untukmu yang masih dirahasiakan-Nya.
1 note · View note
dillangit · 1 year ago
Text
Ra,
Aku suka panggilan itu, panggilan yang ku buat sendiri untuk diriku. Gabungan awal huruf dari nama pangkal dan belakangku.
Panggilan yang biasa aku gunakan untuk menyemangati dan menyayanginya.
Seperti: Semangat, Ra.
0 notes
dillangit · 1 year ago
Text
Bagiku, perasaan cinta itu suci, penuh tanggungjawab bahkan ketika mengungkapkannya.
Ketika berani mengungkapkan perasaan, maka seseorang punya konsekuensi lebih untuk hal itu.
Sebab itu bukan hanya tentang perasaanmu, tapi juga tentang perasaan orang lain, tentang hati orang lain juga.
Setelah diungkapkan, hal itu tidak bisa berlalu begitu saja bagi si penerima, ada banyak rasa dan gejolak di dalam hatinya. Bedanya ada yang menunjukkannya dan ada juga yang memilih memendamnya.
•••
0 notes
dillangit · 1 year ago
Text
Yakinlah bahwa tak ada sabar yang sia-sia dan tak ada ikhlas yang cuma-cuma.
0 notes
dillangit · 1 year ago
Text
📍Bumi Sedulang Setudung
Ahad, 28 April 2024
Tiga anak berjilbab panjang dengan senyuman manis mereka menyambutku dari balik rumah berpagar hitam.
"Kami baru saja saling menanyakan, kenapa kakak belum datang, kami rindu pada kakak"
Ah bisa saja adik-adik kecil ini membuatku jadi salah tingkah.
Terimakasih dik, terimakasih untuk tidak malu mengekspresikan cinta kalian, terimakasih sudah saling merindukan.
"Ternyata rinduku tidak bertepuk sebelah tangan hehe"
0 notes
dillangit · 1 year ago
Text
Semoga kamu dihebatkan dalam jalan kebaikan.
0 notes
dillangit · 1 year ago
Text
Aku 'berpikir keras' untuk mencipta karya yang bisa dinikmati, namun aku kehilangan rasa untuk sekedar 'berpikir'.
Seseorang pasti memiliki ambisi dalam tujuan yang ingin dicapai. Namun beberapa lupa untuk menjaga keutuhan niat, rasa dan intuisi dalam setiap perjalanan.
Jika 'niat' hilang, Perbarui. Hilang lagi, perbarui lagi. Hilang lagi lagi, perbarui kembali. Selama waktu masih berpihak, hati kita masih bisa digenggam dan diarahkan. Hingga sampai saatnya tiba, hati kita akan mati. Time is over, Waktu telah berakhir. Dan semua hanya kenangan abu-abu yang tak ada siapapun yang dapat mengingat kita lebih lama.
~Faa
36 notes · View notes
dillangit · 1 year ago
Text
Tumbuhlah dalam diam. Tak usah berisik. Tumbuhlah untuk dirimu sendiri. Tumbuhlah agar Tuhan semakin menyayangimu. Kamu tak perlu pengakuan manusia, kan?
@terusberanjak
401 notes · View notes