Salah satu amal jariyah (amalan yang pahalanya akan terus menerus mengalir hingga hari kiamat, walaupun orang tersebut telah meninggal dunia) adalah dengan menyebarluaskan ilmu. So, rajinlah menulis ataupun copas ataupun mereblog tulisan-tulisan yang...
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
***
Janganlah kau memahat kesalahan-kesalahan istrimu di batu, lalu kau mencatat kebaikan-kebaikannya di air… Akan tetapi baliklah perkaranya, niscaya kehidupanmu akan penuh kebahagiaan…
Allah ingin kalian bahagia, akan tetapi iblis ingin kalian bertengkar dan berpisah…
👤 Dr. Firanda Andirja
37 notes
·
View notes
Text
BOLEH JADI DAJJAL SUDAH ADA DI INDONESIA
👤 Zainal Abidin Syamsuddin
Sesungguhnya Tamim bin Aus bin Kharijah Ad-Dari adalah salah seorang shahabat rasul yang mulia, masuk islam ketika Rasulullah di Madinah.
Setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, Tamim meninggalkan kota Madinah dan menetap di Baitul Maqdis hingga meninggal disana pada tahun 40 H dan dikubur di daerah Jibrin, Palestina.
Sebelum masuk Islam, Tamim beragama nasrani dan pernah melihat dan berbicara dengan Dajjal. Hingga kemudian Allah lapangkan dadanya untuk menerima islam dan ia beritakan kisahnya kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi wassallam.
Dimana Tamim Ad-Dari melihat Dajjal? Bagaimana kisahnya ? Seperti yang dilansir zizaal.
Tiba saatnya kita baca bersama sebuah riwayat shahih mengenai Dajjal dalam sebuah hadits yang dikenal dikalangan ulama dengan sebutan Hadits Jassasah. Hadits ini dikisahkan seorang shahabiyah, Fathimah binti Qois.
‘Amir bin Syarohil Asy-Sya’bi berkata kepada Fathimah binti Qais: “Kabarkan kepadaku sebuah hadits yang kau dengar dari Rasulullah yang tidak kamu sandarkan kepada seorangpun selain beliau.”
Fathimah mengatakan: “Jika engkau kehendaki akan aku sampaikan.”
“Iya berikan aku hadits itu.” jawab Asy Syabi.
Fatimahpun berkisah : “Suatu hari Aku mendengar seruan orang yang berseru. Penyeru Rasulullah menyeru: “Ashsholatu jamiah !”
Akupun segera keluar menuju masjid. Aku shalat bersama Rasulullah dan aku berada pada shaf wanita yang langsung berada di belakang shaf laki-laki. Tatkala Rasulullah selesai dari shalat, beliau duduk di mimbar dan tertawa seraya mengatakan:
لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلَّاه
“Hendaknya masing-masing kalian tetap berada ditempat shalatnya !”
Lalu beliau bersabda:
أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ
“Tahukah kalian, mengapa aku kumpulkan kalian ?”
Para Shahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui!”
Kemudian Rasulullah saw kembali bersabda dengan kisah yang cukup panjang, beliau berkata:
إِنِّي وَاللَّهِ مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلَا لِرَهْبَةٍ وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ لِأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلًا نَصْرَانِيًّا فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلَاثِينَ رَجُلًا مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ فَلَعِبَ بِهِمْ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبْ السَّفِينَةِ فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقَالُوا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قَالُوا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ أَيُّهَا الْقَوْمُ انْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ قَالَ لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلًا فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً قَالَ فَانْطَلَقْنَا سِ��َاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ قُلْنَا وَيْلَكَ مَا أَنْتَ قَالَ قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ قَالُوا نَحْنُ أُنَاسٌ مِنْ الْعَرَبِ رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقُلْنَا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قُلْنَا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ اعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً فَقَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا هَلْ يُثْمِرُ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لَا تُثْمِرَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِيهَا مَاءٌ قَالُوا هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ قَالَ أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ قَالُوا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ الْأُمِّيِّينَ مَا فَعَلَ قَالُوا قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ قَالَ أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ فَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنْ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ قَالَ لَهُمْ قَدْ كَانَ ذَلِكَ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي الْأَرْضِ فَلَا أَدَعَ قَرْيَةً إِلَّا هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَائِكَةً يَحْرُسُونَهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَطَعَنَ بِمِخْصَرَتِهِ فِي الْمِنْبَرِ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ يَعْنِي الْمَدِينَةَ أَلَا هَلْ كُنْتُ حَدَّثْتُكُمْ ذَلِكَ فَقَالَ النَّاسُ نَعَمْ فَإِنَّهُ أَعْجَبَنِي حَدِيثُ تَمِيمٍ أَنَّهُ وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْهُ وَعَنْ الْمَدِينَةِ وَمَكَّةَ
“Sesungguhnya demi Allah, tidaklah aku kumpulkan kalian untuk sesuatu yang menggembirakan atau menakutkan kalian, namun aku kumpulkan kalian karena Tamim Addari.”
“Dahulu ia seorang nasrani yang kemudian datang berbaiat (memberikan sumpah setia) dan masuk Islam, serta mengabariku sebuah kisah yang kisah itu sesuai dengan apa yang pernah aku kisahkan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal.”
Ia memberitakan bahwa ia naik kapal bersama 30 orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Ditengah perjalanan, mereka dipermainkan badai ombak hingga berada ditengah laut selama satu bulan sampai mereka terdampar disebuah pulau ditengah lautan tersebut,
saat tenggelam matahari merekapun duduk di perahu-perahu kecil. Mereka pun memasuki pulau tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku, hingga mereka tidak tahu mana kubul mana dubur karena demikian lebat bulunya.”
Merekapun berkata: “Celaka, kamu ini apa?
Ia menjawab: “Aku adalah al-jassasah .”
Mereka mengatakan: “Apakah al jasasah itu ?.
Ia berkata: “Wahai kaum, pergilah kalian kepada seorang lelaki yang ada dalam rumah ibadah itu, sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian!”
Berkata Tamim: “Ketika dia menyebutkan untuk kami seorang laki-laki, kami menjadi khawatir kalau-kalau binatang itu ternyata setan. Kamipun bergerak menuju kepadanya dengan cepat sehingga kami masuk ke tempat ibadah itu.”
“Ternyata didalamnya ada orang yang paling besar yang pernah kami lihat, dan paling kuat ikatannya. Kedua tangannya terikat dengan leher, antara dua lutut dan dua mata kaki terikat dengan besi.”
Kami katakan kepadanya: “Celaka, kamu ini apa?”
Ia menjawab: “Kalian telah mampu mengetahui tentang aku, maka beritakan kepadaku siapa kalian ini.
Rombongan Tamim menjawab: “Kami ini orang-orang Arab, kami menaiki kapal ternyata kami bertepatan mendapati laut sedang bergelombang luar biasa sehingga kami dipermainkan ombak selama satu bulan sampai hingga terdampar di pulaumu ini,
Kamipun naik perahu-perahu kecil memasuki pula ini dan bertemu dengan binatang yang sangat lebat dan kaku rambutnya, tidak diketahui mana kubul dan mana dubur karena lebat rambutnya.
Kamipun mengatakan: “Celaka kamu, kamu ini apa?”
Ia menjawab: Aku adalah jasasah.
Kamipun bertanya: Apa itu Jassasah,
Ia malah berkata: Wahai kaum, pergilah kalian kepada laki-laki yang ada dalam rumah ibadah itu, sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian.”Kami pun segera menuju kepadamu, kami khawatir kalau binatang itu ternyata setan.
Lalu orang itu mengatakan: “Kabarkan kepadaku tentang pohon-pohon korma di Baisan.
Kami mengatakan: Tentang apa engkau meminta beritanya ?”
Dia berkata: “Aku bertanya kepada kalian tentang pohon korma apakah masih berbuah.”
Kami menjawab: Ya.
Ia mengatakan: “Sesungguhnya hampir-hampir dia tidak akan mengeluarkan buahnya.”
“Kabarkan pula kepadaku tentang danau Thobariyah ?” tanya orang ini.
Kami menjawab: “Tentang apa engkau meminta beritanya?”
“Apakah masih ada airnya, jawabnya.
Mereka menjawab: Danau itu melimpah ruah airnya.
Dia mengatakan: Sesungguhnya hampir-hampir air akan habis.
Kabarkan kepadaku tentang mata air Zughor
Mereka mengatakan: Tentang apa kamu minta berita?
Apakah di mata air itu masih ada airnya? Dan apakah penduduk masih bertani dengan airnya? Jawab Dajjal.
Kami menjawab: “Ya, mata air itu deras airnya, dan penduduk bertani dengannya.”
Ia berkata: “Kabarkan kepadaku tentang nabi ummiyyin apa yang dia lakukan ?”
Mereka menjawab: “Ia telah muncul dari Mekah dan tinggal di Yatsrib.”
Ia mengatakan: “Apakah orang-orang Arab memeranginya?”
Kami menjawab: “Ya.”
Ia mengatakan lagi: “Apa yang ia lakukan terhadap orang-orang Arab.”
Maka kami beritakan bahwa ia telah menang atas orang-orang Arab dan mereka taat kepadanya.
Ia mengatakan: “Itu sudah terjadi?”
Kami katakan: “Ya.”
Ia mengatakan: “Sesungguhnya amat baik bila mereka menaatinya.“
“Sekarang aku akan beritakan kepada kalian tentang aku: “Sesungguhnya aku adalah Al-Masih dan hampir-hampir aku diberi izin untuk keluar, hingga aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak kutinggalkan satu negeripun,
kecuali aku akan turun padanya dalam waktu 40 malam, kecuali Mekah dan Thaybah (Madinah), keduanya diharamkan bagiku. Setiap kali aku akan masuk pada salah satu kota ini,
malaikat menghadangku dengan pedang terhunus ditangan menghalangiku darinya, dan sesungguhnya pada tiap celah ada para malaikat yang menjaganya.
Fatimah mengatakan: Maka Rasulullah Sallallahu Alaihiwassallam bersabda sambil menusukkan tongkat di mimbar lalu bersabda: “Inilah Thaiybah, Inilah Thaiybah, Inilah Thaiybah, yakni Kota Madinah.”
Apakah aku telah beritahukan kalian tentang hal itu ?
Orang-orang menjawab: Ya.
Nabi bersabda, Sesungguhnya cerita Tamim menakjubkanku, kisahnya sesuai dengan apa yang aku ceritakan kepada kalian tentang Dajjal, serta tentang mekah dan Madinah.
Kemudian beliau bersabda:
أَلَا إِنَّهُ فِي بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ لَا بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ
Ketahuilah bahwa ia berada di lautan Syam atau lautan Yaman,” Oh, tidak! Bahkan dari arah timur! Tidak Dia dari arah timur, Tidak Dia dari arah timur, dan beliau mengisyaratkan dengan tangan ke arah timur (Hadits Jassasah diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya Kitabul Fitan Wa Asyrotis Sa’ah. bab Qishoshul Jassasah (4/2261 no. 2942).
Mungkinkah arah timur yang dimaksudkan oleh Rasulullah adalah indonesia. Karena al-Masudi dalam kitabnya "Muruj adz-Dzahab” menuturkan daerah Maharaja Sriwijaya, dimana disebelahnya ada pulau yang setiap saat terdengar suara kendang dan tabuh-tabuhan, pertunjukan (wayang kulit),
dan berbagai jenis musik (gamelan), serta tarian yang diiringi tepuk tangan. Sementara para pelaut yang datang kesana mengira bahwa Dajjal akan keluar disana.
45 notes
·
View notes
Text
GOMBALAN SUAMI ?
👤 Dr. Firanda Andirja
Hendaknya jika seorang suami mencintai istrinya maka ia ungkapkan kepada istrinya, dan tidak ada salahnya jika sedikit bergombal ria terhadap istrinya (selama tidak berlebihan).
Gombalan tersebut ternyata sering menumbuhkan dan mempererat rasa cinta… Dan ternyata sebagian para wanita tetap aja suka -meskipun ia menyadari suaminya sering gombal- …
Sungguh merupakan kebahagiaan yang sangat indah jika seorang lelaki dianugrahi seorang istri yang sangat sholehah, dan sebaliknya sungguh merupakan penderitaan jika seorang suami diuji dengan istri yang selalu menyakiti dan menyebalkan hati..
Berikut ini gombalan seorang penyair yang menggambarkan kecintaan yang sangat mendalam terhadap istrinya yang sangat sholehah:
زَوْجَتِي أَنْتِ حَبِيْبَتِي أَنْتِ ZAUJATI (ISTRIKU) ENGKAULAH KEKASIHKU…
أُحِبُّكِ مِثْلَمَا أَنْتِ ………..أُحِبُّكِ كَيْفَمَا كُنْتِ Istriku, aku mencintaimu apa adanya dirimu… aku mencintaimu bagaimanapun juga kondisimu…
وَمَهْمَا كَانَ مَهْمَا صَارَ …أَنْتِ حَبِيْبَتِي أَنِت .. Apapun yang terjadi, engkau tetaplah kekasihku…
زَوْجَتِي …أَنْتِ حَبِيْبَتِي أَنْتِ .. Istriku…, engkaulah kasih dan cintaku…
حَلاَلِي أَنْتِ لاَ أَخْشَى عَذُوْلاً هَمُّهُ مَقْتِي….لَقَدْ أَذِنَ الزَّمَانُ لَنَا بِوَصْلٍ غَيْرِ مُنْبَتِّ Kekasihku, aku tidak pernah khawatir dirimu adalah seorang istri yang hobinya hanya memarahiku… Sungguh zaman telah mengizinkan kita untuk bersatu dengan sambungan yang tidak terputuskan…
سَقَيْتِ الْحُبَّ فِى قَلْبِي بِحُسْنِ الْفَعْلِ وَالسَّمْتِ….يَغِيْبُ السَّعْدُ إِنْ غِبْتِ وَيَصْفُو الْعَيْشُ إِنْ جِئْتِ Engkau menyiram hatiku dengan indahnya akhlak dan perangaimu… Sungguh kebahagiaan sirna tatkala engkau pergi dan kehidupan menjadi indah jika engkau datang….
نَهَارِي كَادِحٌ حَتَّى إِذَا مَا عُدْتُ لِلْبَيْتِ…لَقِيْتُكِ فَانْجَلَى عَنِّي ضَنَايَ إِذَا تَبَسَّمْتِ .. Siang hariku terasa kacau hingga tatkala aku kembali ke rumah.. dan tatkala melihatmu maka dengan senyumanmu sirnalah semua gundah gulana dan kegelisahanku…
أُحِبُّكِ مِثْلَمَا أَنْتِ …أُحِبُّكِ كَيْفَمَا كُنْتِ Istriku…, aku mencintaimu apa adanya dirimu… aku mencintaimu bagaimanapun juga kondisimu…
تَضِيْقُ بِيَ الْحَيَاةُ إِذَا بِهَا يَوْماً تَبَرَّمْتِ …فَأَسْعَى جَاهِداً حَتَّى أُحَقِّقَ مَا تَمَنَّيْتِ Terasa sempit kehidupan ini jika sehari saja engkau gelisah … Maka aku akan berusaha untuk bisa mewujudkan impianmu…
هَنَائِي أَنْتِ فَلْتَهْنِئي بِدِفْءِ الْحُبِّ مَا عِشْتِ ….فَرُوْحَانَا قَدِ ائْتَلَفَا كَمِثْلِ الْأَرْضِ وَالنَّبَتِ Kebahagiaanku adalah engkau, maka berbahagialah engkau dengan hangatnya cintaku selama hidupmu… Maka sungguh kedua ruh kita telah bersatu sebagaimana bersatunya tanah dan tanaman…
فَيَا أَمَلِي وَيَا سَكَنِي وَيَا أُنْسِي وَمُلْهِمَتِي ….يَطِيْبُ الْعَيْشُ مَهْمَا ضَاقَتِ الْأَيَّامُ إِنْ طِبْتِ Wahai harapanku, wahai ketenanganku, wahai ketentramanku dan pemberi ilham dalam hidupku… Kehidupanku menjadi indah meskipun bagaimanapun sulitnya hari-hari jika engkau baik…
92 notes
·
View notes
Text
MENGEJAR HATI YANG BAHAGIA

👤 Dr. Firanda Andirja
Kegelisahan, kesedihan, sulitnya hati khusyu’, galau, sesaknya dada… Semua itu bisa hilang dengan berbuat baik pada orang lain…
Seseorang pernah mengeluh kepada Nabi tentang kerasnya hatinya,nmaka Nabi berkata ((Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan kepada si miskin))…
Hati yang prihatin terhadap orang lain, maka akan diperhatikan oleh Allah dan dilapangkan… Hati yang turut merasakan kesulitan saudaranya, akan luluh dari kesombongan dan kenikmatan dunia yang menipu…
Janganlah pernah meremehkan sikap berbuat baik kepada orang lain… bahkan sebuah senyuman kepada saudaramu semoga merupakan sebab yang akan membahagiakan hatimu…
Orang yang prihatin terhadap orang lain, sesungguhnya telah prihatin terhadap hatinya sendiri… orang yang berbuat baik kepada orang lain, sesungguhnya dialah yang lebih dahulu meraih kebaikan itu sendiri…
Nabi bersabda : ((Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi manusia)),… ((Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah rasa senang yang kau masukan ke hati seorang muslim))…
Kunjungilah orang sakit… bantulah faqir miskin… Senangkanlah hati anak yatim…
Ibnu Taimiyyah berkata : Barangsiapa yang ingin sampai derajat al-abroor (sholihin), maka hendaknya setiap hari ia berniat untuk memberi kemanfaatan kepada manusia" (Al-Iman Al-Awshoth)
116 notes
·
View notes
Text
Jadilah Engkau Seperti Tanda Baca Koma
👤 Dr. Firanda Andirja
Ada yang bilang, “Jadilah engkau seperti tanda baca koma (,)
tatkala ada kesedihan yang menghadang maka berhentilah sejenak, lalu lanjutkanlah kembali perjalananmu…
Dan janganlah engkau seperti tanda titik (.) yang jika ada kesedihan yang menghadang, lantas engkau berhenti total dan kau buyarkan cita-cita dan tujuanmu”… Seringkali syaitan memupuskan harapan dan cita-cita seseorang dengan kesedihan…
Allah berfirman :
إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا “Sesungguhnya najwa (pembicaraan rahasia) dari syaitan agar menyedihkan orang-orang yang beriman” (QS Al-Mujaadalah : 10)
151 notes
·
View notes
Text
RAHMAT ALLAH BAGI KITA PELAKU DOSA...!!!!!
👤 Dr. Firanda Andirja
Allah masih sayang kepada kita,tatkala kita bermaksiat…
1. Allah masih menutup aib kita…, seandainya Allah membongkar satu saja dosa/aib kita, maka betapa malunya kita..
2. Allah tidak langsung mengadzab kita…, seandainya Allah langsung mengadzab setiap dosa yang kita lakukan, tentu kita tidak akan bisa hidup diatas muka bumi ini… tentu kita akan segera binasa sebelum sempat bertaubat…
3. Bahkan Allah masih terus memberikan rezki kepada kita… bahkan terkadang ditambah rizki kita, apakah kita tidak malu?… Bermaksiat tapi terus dibaiki oleh Allah…??
4. Allah selalu memberi kesempatan bertaubat bagi kita… bahkan hingga nafas terakhir kita…
5. Bahkan Allah sangat gembira pada hambanya yang bertaubat… (padahal baru saja sang hamba tenggelam dalam kemaksiatan)…
6. Allah juga memberi ganjaran besar bagi kita yang bertaubat… Lantas, kenapa kita masih menunda taubat?… kenapa masih beristigfar tapi dengan hati lalai?…
Apakah kita akan terus demikian hingga Allah cabut rahmatNya sehingga kita meninggal dalam berlumuran dosa…?
96 notes
·
View notes
Text
LEBIH BAIK TERUS TERANG DARIPADA REPOT/MEREPOTKAN BELAKANGAN:
👤 Dr. Firanda Andirja
Membantu saudara sangatlah baik, akan tetapi jika terkadang kita tidak bisa membantunya maka lebih baik sejak awal kita terus terang “tanpa sungkan-sungkan” untuk berkata kepadanya “Maaf akhi/ukthi saya tidak bisa membantu anda kali ini”…
Daripada kita memberikan harapan kepadanya dengan mengatakan “IN SYAA ALLAH SAYA USAHAKAN” padahal dalam hati sebenarnya kita tidak mau atau tidak mampu membantunya…
Akhirnya diapun terus berharap dan terus menagih “IN SYAA ALLAH” yang telah kita ucapkan, Sehingga kitapun membohonginya dengan memberi harapan palsu dan kitapun terganggu dengan tagihan-tagihannya…
Seandainya sejak awal kita menyatakan ketidaksiapan kita, maka dia akan mencari bantuan orang lain dan tidak berharap dengan janji kosong kita belaka…
45 notes
·
View notes
Text
PETUAH-PETUAH IMAM SYAIFI'I rahimahullah TENTANG ADAB BERGAUL
👤 Dr. Firanda Andirja
اِذَا كَانَ لَكَ صَدِيْقٌ فَشُدَّ بِيَدَيْكَ بِهِ, فَإِنَّ اتِّخَاذَ الصَّدِيْقِ صَعْبٌ, وَمُفَارَقَتُهُ سَهْلٌ “Jika engkau memiliki sahabat maka peganglah kedua tangannya erat-erat, karena mencari sahabat (sejati) sangatlah sulit, adapun meninggalkan sahabat adalah perkara yang mudah”
مَنْ صَدَقَ فِي أُخُوَّةِ أَخِيْهِ: قَبِلَ عِلَلَهُ, وَسَدَّ خَلَلَهُ, وَعَفَا عَنْ زَلاَّتِهِ “Siapa yang tulus menjalin persaudaraan dengan sahabatnya, maka ia akan menerima kesalahan-kesalahannya, mengisi kekurangannya, dan memaafkan ketergelincirannya”
مَنْ نَمَّ لَكَ نَمَّ عَلَيْكَ, وَمَنْ نَقَلَ إِلَيْكَ نَقَلَ عَنْكَ “Barangsiapa yang menyebarkan namimah (mengadu domba) kepadamu, maka ia akan bernamimah tentangmu… Barangsiapa yang menukilkan kejelekan orang lain kepadamu, maka ia akan menukilkan kejelekanmu (kepada orang lain)"…
Artinya jika ada seseorang berbuat namimah dihadapanmu atau mengghibahi (menceritakan aib) saudaramu dihadapanmu, maka berhati-hatilah, karena bisa jadi engkau adalah korban berikutnya… karenanya janganlah merasa aman bergaul dengannya…
57 notes
·
View notes
Text
***
👤 Dr. Syafiq Riza Basalamah
Berbakti kepada ibu dan bapak bukanlah seperti tugas piket yang dibagi jadwalnya antar saudaramu… Tapi itu adalah perlombaan apakah engkau berhak untuk mendapatkan salah satu pintu surga ataukah tidak… Sebelum pintu itu ditutup, berbaktilah…
رب اغفرلنا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغارا
Ya Rabb, ampunilah kami dan kedua orang tua kami. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka merawat kami ketika kami kecil
123 notes
·
View notes
Text
🔊 Jadilah Engkau Bersama Allah Sebagaimana yang Dikehendaki Allah
👤 Dr. Firanda Andirja
Seorang berkata :
“ كُنْ مَعَ اللهِ كَمَا يُرِيْدُ … يَكُنْ مَعَكَ فَوْقَ مَا تُرِيْدُ … ” “Jadilah engkau bersama Allah sebagaimana yang dikehendaki Allah….. Niscaya Allah akan bersamamu lebih dari yang engkau kehendaki”..
Sungguh jika seseorang bertakwa dimanapun dan kapanpun ia berada, maka Allah akan memberikan kenikmatan dan anugerah kepadanya lebih dari apa yang ia persangkakan,.. lebih dari apa yang ia harapkan,.. lebih dari apa yang ia khayalkan"..
46 notes
·
View notes
Text
🔊 YANG BERHAK DAN PANTAS UNTUK DITUNGGU-TUNGGU
👤 Dr. Firanda Andirja
Menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan….
Terlebih lagi menunggu sesuatu yang tidak menarik….
Akan tetapi lain halnya jika menunggu sesuatu yang dicintai…. sesuatu yang dirindukan…. maka penungguan tersebut terasa ringan untuk dilakukan….
Tanyalah pada hati anda… Apakah anda sabar dalam menunggu tibanya waktu-waktu sholat? Apakah selalu terbetik dalam hati anda untuk memperhatikan jadwal waktu sholat? Ataukah sama sekali anda cuek dengan jadwal waktu sholat? Ataukah merasa berat dan malas tatkala mengetahui sebentar lagi tiba waktu sholat?
Tahukah anda bahwa menunggu waktu sholat berikutnya bernilai pahala di sisi Allah? Sungguh sholat adalah perkara yang pantas dan berhak untuk ditunggu-tunggu kedatangannya….
Sebesar mana perhatianmu terhadap waktu-waktu sholat, sebesar itulah kerinduanmu terhadap sholat, sebesar itulah kesabaranmu menunggu waktu sholat, sekadar itulah kekhusyuan yang akan kau raih dalam sholatmu..
115 notes
·
View notes
Text
***
👤 Dr. Syafiq Riza Basalamah
Kalau ke masjid saja malas-malasan padahal untuk berjumpa dengan Allah, maka bagaimana dengan yang lainnya? Tentunya, dengan istri akan malas-malasan, dengan anak juga malas-malasan…
Umar radhiyallahu anhu berkata:
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يُضَيِّعُ الصَّلاةَ ، فَهُوَ وَاللَّهِ لِغَيْرِهَا مِنْ حَقِّ اللَّهِ أَشَدُّ تَضْيِيعًا
“Jika kamu melihat seseorang yang meremehkan shalatnya, maka demi Allah dia akan lebih meremehkan urusan lainnya” [HR. Ibnu Abid Dunya]
92 notes
·
View notes
Text
***
👤 Dr. Syafiq Riza Basalamah
Biasanya orang yang sudah berumur 40 tahun sudah mulai lupa dengan orangtuanya, dia sudah tidak lagi butuh sama bapak dan ibunya, dia sudah mapan hidupnya, dia sudah punya keluarga sendiri sehingga dia sudah tidak berpikir kepada ke-2 orangtuanya, 1 kota dia hanya bertemu dengan orangtuanya seminggu sekali…
Usahakan yang sudah mulai berumur 40 tahun yang merasa hidupnya sudah nyaman dan sudah mulai lupa dengan orangtuanya ingat sama orangtua, mungkin engkau tidak bisa seperti sekarang ini, ada doa orang tuamu, ada usaha orangtuamu, sehingga engkau bisa memiliki harta…
Biasanya kalau orang sudah berkeluarga beli hadiah buat istri dan anak - anaknya, ke toko emas beli gelang buat istrinya, buat orangtuanya “Ibu sudah tua ustadz, tidak butuh sama emas - emasan”…
kau tidak belikan emas maka belikan yang lain untuk ibumu, berikan duitnya untuk orangtuamu, ingat sama orangtuamu, jangan merasa tidak butuh…
Banyak anak - anak yang durhaka setelah umur 40 tahun, bapaknya dari kampung didatangkan, ibunya pun juga didatangkan dari kampung ditaruh dirumah yang mewah, sebagai apa?
Ibunya sebagai perawat anak – anaknya… Bapaknya sebagai tukang kebun di rumahnya…
Subahanallah…
44 notes
·
View notes
Text
Agar Lebih khusyu' Ketika Berdoa "اِهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ"

👤 Dr. Firanda Andirja
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ “Ya Allah berilah kepada kami hidayah/petunjuk kepada jalan yang lurus”
Sungguh merupakan perkara yang merugikan jika doa yang sangat agung ini, yang harus kita ucapkan berulang-ulang, ternyata kita ucapkan dengan hambar tanpa penghayatan yang dalam…
Agar kita lebih khusyu’ tatkala mengutarakan doa yang agung ini, maka hendaknya kita merenungkan 2 perkara, (1) keutamaan doa ini, (2) Kandungan doa ini yang sangat dalam
Pertama : Keutamaan doa ini :
1) Doa ini termaktub dalam surat teragung dalam al-qur'an yaitu surat al-fatihah yang dikenal dengan ummul qur'an (induknya/intisari al-qur'an)
2) Doa ini diucapkan dalam sholat yang merupakan ibadah yang sangat agung
3) Bahkan doa ini minimal harus dibaca dalam sehari 17 kali dalam sholat 5 waktu
4) Bagaimana lagi jika seorang hamba memperbanyak sholat sunnah, dalam setiap rakaat ia harus membaca doa ini, jika tidak maka raka'atnya tidak sah
5) Barangsiapa yang memperhatikan posisi doa ini dalam surat al-fatihah, maka ia akan dapatkan bahwa doa ini tidaklah terucapkan kecuali setelah melalui muqoddimah-muqoddimah yang sangat dahsyat :
- muqoddimah pertama : dalam ucapan الحمد لله رب العالمين “Segala puji bagi Allah penguasa alam semesta”,… mengandung pujian yang sangat tinggi kepada Allah…
- muqoddimah kedua: dalam ucapan الرحمن الرحيم “Yang maha pengasih lagi maha penyayang”,… berisi pengakuan hamba akan luasnya kasih sayang Allah terhadap sang hamba, bahkan kasih sayang Allah lebih dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya…
- muqoddimah ketiga: dalam ucapan مالك يوم الدين “Penguasa hari pembalasan”,… mengingatkan kepada hamba bahwasanya ada hari akhirat, hari persidangan dan pembalasan amal perbuatan,
tidak seorang raja dunia yang berkutik pada hari tersebut, Hanya Allah yang mengusai hari tersebut…
- muqoddimah keempat : dalan ucapan إياك نعبد “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah”,… mengandung pengakuan dan pengikraran sang hamba bahwasanya ia hanya beribadah ikhlas kepada Allah,
jauh dari riyaa dan sum'ah, sama sekali tidak mengharapkan pujian dan sanjungan manusia…
- muqoddimah kelima: dalam ucapan وإياك نستعين “Dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”,… mengandung pengakuan hamba bahwasanya segala upaya, usaha, dan keberhasilan semata-mata karunia Allah,
hamba hanya melakukan sebab, akan tetapi tidak memiliki peran sama sekali dalam keberhasilan…
Bahkan usaha hamba itupun karunia Allah, kecerdasannya, tenaganya, kepiawaiannya, pengalamannya, semuanya karunia dari Allah…
Jika demikian lantas apa yang hendak ia banggakan??. Maka terjauhkanlah sang hamba dari penyakit ujub…
Setelah lima muqoddimah ini lalu terbukalah hati sang hamba tatkala mengucapkan doa yang agung ini اهدنا الصراط المستقيم Seluruh muqoddimah ini menunjukkan akan agungnya inti pembicaraan, jika setiap muqoddimahnya/pembukanya agung, maka bagaimana lagi agungnya isi kandungan utamanya…
KEDUA : Kandungan doa agung ini :
Mungkin ada yang bertanya, kenapa kita terus mengucapkan doa ini (meminta ditunjukkan kepada jalan yang lurus),
sementara kita sudah berada di atas jalan yang lurus? Kita sudah berada di atas agama Islam? Barangsiapa yang merenungkan kandungan doa ini, maka ia akan mengetahui jawaban pertanyaan ini…
Sesungguhnya hidayah / petunjuk yang kita minta dalam doa ini memiliki kandungan yang dalam, diantaranya:
1) Meskipun kita telah berada di atas agama Islam, akan tetapi ternyata masih ada praktek-praktek yang keliru yang disandarkan kepada Islam, padahal ia bukan bagian dari Islam…
Karenanya kita meminta petunjuk kepada Allah agar ditunjukkan kepada jalan yang lurus yang benar-benar bagian dari Islam dan mengantarkan ke surga…
2) Jika ternyata kita telah berada di atas jalan yang lurus, ternyata masih terlalu banyak kebaikan yang belum kita ketahui yang akan memperindah perjalanan kita di atas jalan yang lurus tersebut…
Karenanya kita butuh petunjuk dan hidayah dari Allah agar ditunjukkan dan dijelaskan bagi kita kebaikan-kebaikan tersebut…
3) Setelah mengetahui kebaikan-kebaikan, kita masih butuh hidayah Allah dan taufiqNya agar menjadikan kita mengamalkan dan mencintai kebaikan-kebaikan tersebut…
4) Terkadang kita telah mengetahui suatu kebaikan secara global, maka kita butuh hidayah dari Allah agar kita ditunjuki sisi-sisi keindahan kebaikan tersebut secara detail dan rinci agar kita semakin sabar dan tegar dalam menjalankan kebaikan tersebut…
Tentu berbeda antara seseorang yang mengetahui ibadah sholat itu baik, dengan seseorang yang mengetahui dengan rinci indahnya ibadah sholat serta hikmah-hikmah yang terkandung dalam sholat…
5) Masih banyak keburukan dan jalan yang miring dan menyimpang yang menggoda kita dalam menempuh jalan yang lurus,
karenanya kita butuh petunjuk Allah agar menunjukkan batilnya keburukan dan menyimpangnya jalan-jalan tersebut, yang senantiasa mengancam, dan sewaktu-waktu bisa menggelincirkan kita tanpa kita sadari…
6) Setelah kita mengetahui kebaikan dan menjalankannya, juga telah mengetahui keburukan dan menjauhinya,
maka ketahuilah kita masih terus senantiasa butuh kepada hidayah Allah agar kita bisa istiqomah di atas jalan yang lurus…
Terlalu banyak orang yang di awal perjalanan berada di atas jalan yang lurus, akan tetapi menyimpang dipenghujung jalan… Kita butuh istiqomah terus hingga detik nafas terakhir….
Dari kandungan-kandungan di atas, kita mengetahui hikmah kenapa Allah di akhir surat al-fatihah mencela kaum nasrani dan yahudi…
Karena diantara jalan yang menyimpang adalah jalannya kaum nasrani yang semangat beribadah namun tanpa ilmu, jadilah mereka dicap sesat oleh Allah…
Demikian juga jalannya kaum yahudi yang berilmu namun enggan mengamalkannya…
Semoga penuturan singkat ini membantu dalam meraih kekhusyu'an dalam mengucapkan doa yang agung ini…
(kandungan-kandungan doa ini telah disinggung oleh ibnul qoyyim rahimahullah dalam kitabnya badaaiul fawaaid 2/35-38
Source: https://www.firanda.com/index.php/artikel/wejangan/374-agar-lebih-khusyu-ketika-berdoa-bagian-pertama
113 notes
·
View notes
Text
Dr. Firanda Andirja
(bimbinganislam.com)
PERISTIWA HALFUL FUDHŪL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH (BAGIAN 06 DARI 08)
Khadījah radhiyallāhu 'anhā memiliki banyak sekali keutamaan, diantaranya :
⑴ Dalam hadīts disebutkan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
خير نساء العالمين أربع: مريم بنت عمران، و خديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد، وآسية امرأة فرعون
"Sebaik-baik wanita di alam semesta itu ada empat orang, yaitu Maryam putri 'Imrān, Khadījah binti Khuwailid, Fāthimah bintu Muhammad, Āsiyah istri Fir’aun." (HR Bukhāri dan Muslim)
⇒Menurut para ulamā adalah yang terbaik di zamannya.
Tentang Maryam bintu 'Imrān, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (٤٢)
Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata: "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allāh telah memilihmu dan menyucikanmu dan melebihkanmu diatas segala wanita di dunia."
(QS Āli 'Imrān: 42)
Tentang 'Āisyah juga disebutkan dalam hadīts:
وإن فضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر الطعام. (رواه البخاري ومسلم)
"Dan sesungguhnya keutamaan 'Āisyah atas wanita-wanita seperti keutamaan tsarīd (roti yang diremuk dan direndam di dalam kuah) atas seluruh makanan." (Diriwayatkan oleh Al Bukhāri dan Muslim dari Abū Mūsā)
⇒Tsarīd adalah makanan yang dikenal di zaman Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai makanan yang lezat yang ada daging dan kuahnya dan makanan favorit.
Kata para ulamā, ini adalah dalīl bahwa 'Āisyah merupakan wanita terbaik di zamannya.
⑵ Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sering mengingat Khadījah, walaupun Khadījah sudah meninggal dunia.
Ini menunjukkan betapa cintanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada Khadījah, yang selama 25 tahun hidup bersama Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Dan Nabi saat itu tidak berpoligami, diantara alasannya adalah karena Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat cinta kepada Khadījah, dan tidak ingin menyinggung hati Khadījah radhiyallāhu 'anhā.
Setelah Khadījah meninggal, lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menikah lagi dan baru berpoligami.
Ini merupakan bantahan kepada orang-orang orientalis barat yang mengatakan bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam seorang yang mengikuti syahwat (syahwaniy), ini tidak benar!
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pun tidak poligami selama 25 tahun.
Dan meskipun poligami, wanita yang dinikahi rata-rata sudah tua dan janda, kecuali hanya satu yang masih gadis yaitu 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā, itupun karena perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menikahi 'Āisyah karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mimpi didatangi oleh malāikat Jibrīl 2 kali atau 3 kali membawa gambar 'Āisyah,
dan Jibrīl mengatakan kepada Nabi:
أَنَّ جِبْرِيلَ جَاءَ بِصُورَتِهَا فِي خِرْقَةِ حَرِيرٍ خَضْرَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ زَوْجَتُكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Bahwasannya Jibrīl datang kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersama gambar 'Āisyah dalam secarik kain sutera hijau,
lalu berkata: "Sesungguhnya ini adalah isterimu di dunia dan akhirat." (Jāmi’ At Tirmidziy nomor 3880)
⇒Kita tahu bahwa mimpi para Nabi adalah wahyu Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada asalnya, istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam semua adalah janda.
Jikalau Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengikuti hawa nafsu belaka, niscaya beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam akan menikahi gadis perawan.
Akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berpoligami karena ada mashlahat di dalamnya.
Diantara dalīl Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sering mengingat Khadījah adalah hadīts 'Āisyah :
عَنْ عائشة، قالت: ما غرت على امرأة من نساء النبي صلى الله عليه وآله الا على خديجة، واني لم أدركها، قالت: وكان رسول الله صلى الله عليه وآله إذا ذبح الشاة يقول: أرسلوا بها الى أصدقاء خديجة، قالت: فأغضبت يوما فقلت: خديجة ؟ قال: اني قد رزقت حبها
Suatu ketika 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā berkata: "Tidaklah aku lebih cemburu kepada istri-istri Nabi kecuali kepada Khadījah, meskipun aku belum pernah bertemu dengannya.”
'Āisyah pun menceritakan ketika Nabi menyembelih seekor kambing,
Nabi pun berkata: “Berikanlah sebagian sembelihan ini kepada teman-temannya Khadījah.”
Maka aku pun kesal dan berkata: “Khadījah lagi!?”
Nabi lalu menjawab: “Sesungguhnya aku diberikan anugerah yang lebih untuk mencintai Khadījah.” (HR. Muslim)
Ini adalah diantara bentuk inshafnya (obyektifnya) 'Āisyah, walaupun beliau melakukan beberapa kesalahan (yaitu merasa kesal), namun beliau tetap meriwayatkannya,
tidak beliau sembunyikan kesalahannya, karena di dalamnya terdapat ilmu.
Tidak seperti orang-orang syi'ah yang mencaci maki 'Āisyah, kata mereka 'Āisyah itu lisannya kotor.
Kita katakan, "Tidak", namun lisan orang-orang syiah itu sendirilah yang kotor.
Dalam riwayat lain, 'Āisyah pernah membicarakan salah seorang istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu Shafiyyah.
Kata 'Āisyah: "Shafiyyah adalah wanita yang pendek."
Lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam marah. Kalau seandainya kesalahan 'Āisyah adalah masalah duniawi, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak marah dan mengalah.
Akan tetapi kalau kesalahan 'Āisyah sudah sampai derajat ghībah dan menyangkut masalah agama,
maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menegur dengan berkata: "Wahai 'Āisyah, kau telah mengucapkan sesuatu yang buruk, kau mengghībah Shafiyyah,
Kalau seandainya ucapan kotor ini dicampur dengan air laut, maka akan merubah air laut tersebut."
Jika kita perhatikan, hadīts ini diriwayatkan oleh 'Āisyah sendiri, dan beliau sampaikan apa adanya.
⇒Ini menunjukkan bagaimana inshafnya beliau.
Sungguh mencela dan mencaci ibunda 'Āisyah sebagaimana tuduhan kaum syiah, bahwa 'Āisyah itu bermulut kotor adalah ucapan yang keji.
Bagaimana kita mencaci 'Āisyah, sementara:
- 'Āisyah adalah kekasih yang sangat dicintai oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
- Yang Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam wafat di pangkuan 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā.
- Yang Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dikuburkan dirumah 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā.
Hadīts ini adalah sekedar isyarat yang menunjukkan bahwa 'Āisyah itu sebagaimana wanita lainnya, yaitu bersifat pencemburu.
Suatu hal yang wajar apabila seorang istri cemburu dengan wanita lain. Khadījah bukanlah istri biasa, beliau memiliki peran dalam perkembangan Islam.
Bagaimana beliau berkorban dengan segala hal, termasuk harta untuk mendukung dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Karena itu tidak heran jika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam membanggakan kecintaan Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada Khadījah dengan mengatakan: "Aku telah di anugerahi Allāh untuk cinta kepada Khadījah."
Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh besok kita lanjutkan pada pembahasan selanjutnya.
____________________________
2 notes
·
View notes
Text
KHUTBAH IBLIS YANG SANGAT MENYENTUH HATI…

👤 Dr. Firanda Andirja
Iblis berkhutbah…??,
benar… ia berkhutbah…
bahkan khutbah yang paling menyentuh hati… tidak ada khutbah yang menyentuh hati sebagaimana khutbah Iblis ini…
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ، قَامَ إِبْلِيْسُ خَطِيْبًا عَلَى مِنْبَرٍ مِنْ نَارٍ ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ
“Tatkala hari kiamat Iblis berdiri di atas sebuah mimbar dari api lalu berkhutbah seraya berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya…” (Tafsiir At-Thobari 16/563)
Al-Haafizh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
يُخْبِرُ تَعَالَى عَمَّا خَطَبَ بِهِ إِبْلِيْسُ أَتْبَاعَهُ، بَعْدَمَا قَضَى اللهُ بَيْنَ عِبَادَهُ، فَأدخل المؤمنين الجنات، وأسكن الكافرين الدركات، فقام فيهم إبليس -لعنه الله -حينئذ خطيبا ليزيدهم حزنا إلى حزنهم (4) وغَبنا إلى غبْنهم، وحسرة إلى حسرتهم
“Allah mengabarkan tentang khutbah yang disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya, yaitu setelah Allah memutuskan/menghisab para hambaNya, lalu Allah memasukan kaum mukminin ke surga, dan Allah menempatkan orang-orang kafir ke dalam neraka jahannam.
Maka Iblispun tatkala itu berdiri dan berkhutbah kepada para pengikutnya agar semakin menambah kesedihan di atas kesedihan mereka, kerugian di atas kerugian, serta penyesalan di atas penyesalan….” (Tafsiir Al-Qur'an Al-‘Adziim 4/489)
Khutbah tersebut disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya pada saat yang sangat menegangkan…
tatkala mereka pertama kali dimasukkan ke dalam neraka jahannam… tatkala mereka telah melihat api yang menyala-nyala yang siap membakar mereka…!!!
Khutbah tersebut… Benar-benar masuk ke dalam hati para pengikut Iblis…, Khutbah yang mengalirkan air mata mereka…
khutbah yang benar-benar telah menyadarkan mereka akan kesalahan-kesalahan mereka… Khutbah yang menyadarkan mereka bahwasanya selama ini mereka hanya terpedaya oleh sang pemimpin… sang khotiib… Iblis la’natullah 'alaihi…
Allah menyebutkan khutbah Iblis yang sangat menyentuh tersebut:
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٢)وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ (٢٣)
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruanku,
oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian yang mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih".
Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka" (QS Ibrahim : 22-23)
Demikianlah khutbah Iblis tersebut…. setelah ia menggoda manusia… setelah menipu mereka… setelah menjerumuskan mereka dalam neraka… setelah tercapai cita-citanya…
lalu… iapun berlepas diri dari para pengikutnya… ia sama sekali tidak mau bertanggung jawab atas godaan-godaannya…
Bahkan ia sama sekali tidak mau disalahkan dan dicela… akan tetapi ia menyuruh mereka (para pengikutnya) untuk mencela diri mereka sendiri… Bahkan ia mengaku sejak dulu kufur/ingkar terhadap kesyirikan yang dilakukan oleh pengikutnya…
Yang lebih menjadikan para pengikutnya tersentuh, Iblis menutup khutbahnya dengan menyatakan bahwa “Sesungguhnya orang-orang zalim mendapatkan siksaan yang pedih"…
lalu Iblis menyebutkan tentang kenikmatan penduduk surga, yaitu orang-orang yang tidak mau menjadi pengikut Iblis…!!!
Sungguh kehinaan dan kesedihan yang tidak bisa terbayangkan dalam hati para penghuni neraka tatkala mendengar khutbah dari sang pemimpin…
Semoga Allah menjaga kita dari rayuan Iblis… jangan sampai kita termasuk dari orang-orang yang tersentuh karena kutbah Iblis ini…. orang-orang yang tatkala di dunia tidak tersentuh oleh nasehat-nasehat, tidak tergerak hati mereka tatkala mendengar pengajian-pengajian dan khutbah-khutbah…
hati mereka hanyalah tergerak dan tersentuh tatkala mendengar khutbah Iblis…. wal'iyaadzu billah…
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 14-02-1434 H / 27 Desember2012 M Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja www.firanda.com
Source: https://firanda.com/index.php/artikel/wejangan/366-khutbah-iblis-yang-sangat-menyentuh-hati
220 notes
·
View notes
Text
Dr. Firanda Andirja
(bimbinganislam.com)
PERISTIWA HALFUL FUDHŪL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH (BAGIAN 05 DARI 08)
In syā Allāh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan sayyidah Khadījah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā.
Umur Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika menikah dengan Khadījah adalah 25 tahun.
Sedangkan umur Khadījah saat menikah dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diperselisihkan oleh para ulamā dalam 2 pendapat:
⑴ Pendapat pertama
Yang disebutkan oleh Al Waqidiy dalam Musnadnya dan Ibnu Sa'd dalam Thabaqatnya, bahwa umur Khadījah adalah 40 tahun.
Tetapi menurut Al Waqidiy bahwa hadītsnya tidak diterima (matrūkul hadīts).
⑵ Pendapat kedua
Adapun Ibnu Ishāq menyebutkan bahwasanya umur Khadījah tatkala menikah dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah 28 tahun.
Kedua pendapat diatas tidak didukung dengan dalīl yang kuat.
Yang pertama, didalam sanadnya ada perawi yang ditinggalkan riwayatnya (matrūkul hadīts).
Sedangkan yang kedua, tidak ada sanadnya.
Oleh Karena itu, usia Khadījah menikah dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bisa jadi berusia 40 tahun atau 28 tahun.
Sebagian ulamā merājihkan bahwa umur Khadījah 28 tahun.
Dalīlnya adalah karena setelah menikah dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau melahirkan 6 orang anak, yaitu:
⑴ 'Abdullāh
⑵ Qāsim
⑶ Ummu Kultsūm
⑷ Ruqayyah
⑸ Zainab dan
⑹ Fāthimah
Dan sulit terbayangkan seorang wanita berumur 40 tahun masih bisa produktif melahirkan 6 orang anak.
Wallāhu A'lam bishshawāb, inilah yang rājih menurut sejumlah ulamā.
Namun ada dalīl yang menguatkan bahwasanya Khadījah waktu menikah adalah 40 tahun, karena Khadījah hidup bersama Nabi selama 25 tahun.
Kalau Khadījah menikah umur 28 tahun, maka Khadījah akan meninggal sekitar 53 tahun.
Dan umur 53 tahun, seorang wanita masih terlihat cantik.
Padahal ada sebuah hadīts 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā menceritakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَكَرَ خَدِيجَةَ أَثْنَى عَلَيْهَا فَأَحْسَنَ الثَّنَاءَ قَالَتْ فَغِرْتُ يَوْمًا فَقُلْتُ مَا أَكْثَرَ مَا تَذْكُرُهَا حَمْرَاءَ الشِّدْقِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا خَيْرًا مِنْهَا قَالَ مَا أَبْدَلَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا مِنْهَا قَدْ آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ بِي النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاءِ
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam jika menyebut tentang Khadījah, maka iapun memujinya, dengan pujian yang sangat indah,
Maka pada suatu hari aku pun cemburu,
maka aku berkata: "Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua (ompong),
Allāh telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya."
Maka Nabi berkata: "Allāh tidak menggantikannya dengan seorang wanitapun yang lebih darinya,
Ia telah berimān kepadaku, tatkala orang-orang telah kāfir kepadaku, ia telah membenarkan aku, tatkala orang-orang mendustakan aku,
ia telah membantuku dengan hartanya, tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku,
dan Allāh telah menganugerahkan darinya anak-anak, tatkala Allāh tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain."
(HR. Ahmad no 24864 dan dishahīkan oleh para pentahqiq Musnad Ahmad)
Jadi, Khadījah ketika meninggal dalam keadaan giginya telah ompong.
Ini menguatkan bahwa saat meninggal Khadījah umurnya sudah 60 tahun lebih. Sehingga menikah dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam saat berumur 40 tahun.
Dan wanita 40 tahun mungkin saja masih bisa melahirkan, apalagi orang-orang Arab. Wallāhu A'lam bishshawāb.
Setelah menikah dengan Khadijah, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjalani kehidupan yang luar biasa,
yang penuh dengan kebahagiaan, dan kebahagiaan takkan bisa diraih kecuali dari istri yang shālihah.
Karena kalau hanya sekedar cantik, kaya, dan keindahan tubuh dari seorang wanita,
maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan, tapi mungkin hanya mendatangkan kelezatan sesaat.
Kebahagiaan adalah sesuatu keindahan yang tertanam didalam hati seseorang, dan ini tidak bisa didapatkan kecuali dari istri yang shālihah.
Khadījah radhiyallāhu 'anhā adalah wanita yang sangat mencintai Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Beliau benar-benar membela suaminya dengan pembelaan yang luar biasa.
Seluruh hartanya diberikan kepada suaminya untuk berdakwah, dan inilah pentingnya kerjasama antara seorang yang berilmu, dan seorang yang berharta dalam berdakwah.
Dan 2 orang ini yang patut kita cemburu, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadītsnya:
Dari ‘Abdullāh bin Mas’ūd radhiyallāhu 'anhu, ia berkata
bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh hasad (ghibtah) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allāh anugerahkan padanya harta, lalu ia infāqkan pada jalan kebaikan,
dan orang yang Allāh beri karunia ilmu (Al Qurān dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya." (HR. Bukhāri nomor 73 dan Muslim nomor 816)
Karena dakwah sangatlah sulit bisa berjalan jika hanya mengandalkan ilmu, tanpa dibantu dari sisi dana.
Inilah diantara hikmah Allāh menikahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Khadījah, saudagar yang kaya raya dan benar-benar mendukung dakwah nabi secara totalitas.
Selain Khadijah, Abū Bakr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu termasuk saudagar kaya raya yang juga mensupport dakwah Nabi.
Oleh karenanya, tatkala Bilāl disiksa oleh tuannya, Umayyah bin Khalaf, Abū Bakr radhiyallāhu 'anhu membebaskannya dan memerdekakannya dengan hartanya.
Karena saat itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak memiliki harta, sehingga tidak mampu memerdekakan Bilāl.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah seorang yang miskin,
sampai-sampai beliau bekerja menggembalakan kambing orang lain untuk mendapat upah, dan kemudian diberikan kepada pamannya Abū Thālib.
Namun Allāh taqdirkan Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam menikah dengan Khadījah, saudagar wanita kaya raya yang seluruh hartanya diberikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk berdakwah.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memiliki 6 orang anak, dan semuanya diurus oleh Khadījah radhiyallāhu 'anhā,
karena Khadījah ingin suaminya bisa konsentrasi untuk berdakwah, sehingga seluruh urusan rumah tangga diurus oleh Khadījah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā
Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh besok kita lanjutkan pada pembahasan selanjutnya.
____________________________
2 notes
·
View notes