Tumgik
dimskipedia-blog · 7 years
Text
31 Baris
Gibran dalam, Reggy jenaka DA santai, Ivan jujur apa adanya tak kuduga inilah sisi lain mereka hingga tiga puluh satu sudah aku melebur bersamanya
Mamong mengaduk, Dilah bersabda Syarif beraneka, Lino penuh cerita Tak kupikir inilah sisi lain mereka hingga tiga puluh satu sudah aku meluber bersamanya
Ans pujangga, Candra pecinta Silvy cerkas, Renata belang tiga Tak kubayang inilah sisi lain mereka hingga tiga puluh satu sudah aku melibur bersamanya
Aji berpikir, Hawa jadi dirinya Fajar mendongeng, Bella lukis perasaannya Tak kusangka inilah sisi lain mereka hingga tiga puluh satu sudah aku melebar bersamanya
Aku pun menjelma ke alam maya untuk menelusurinya mencari pesan terselip diantara deretan kata
Aku pun menyelam kumpulkan makna lalu mengikatnya agar jadi mutiara di dasar samudera pikiran
Aku pun ingin mengucap sedehana untuk mengakhirinya
“Tiga puluh satu adalah ganjil, lalu cerita mereka hadir, untuk menggenapkannya hingga aku melebur, meluber, melibur dan melebar bersamanya”
1 note · View note
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Namaku Riung Gunung
Saat Sangkuriang membalikkan perahunya hingga terbendung. Aku lahir bersamaan dengan surutnya danau itu. Lahanku menjadi subur. Kebun teh hijau nan makmur. Akulah pusat kina dunia. Calon ibu kota Hindia Belanda.
Aku adalah titik nol kilometer dimana Daendels menancapkan tongkatnya beratus tahun yang lalu. Aku dikenal karena banyaknya noni Belanda yang nga-baraga untuk memamerkan busana mereka. Akulah kota yang dibentengi Tangkuban Parahu, dilintasi oleh Sungai Cikapundung.
Aku dipuja dan dicinta. Dinamakan Parisj Van Java yang artinya Paris di Jawa. Udaraku sejuk, dipenuhi taman dan bunga-bunga. Akulah si Kota Kembang  yang  nyaman ditinggali, aman ditempati. Akulah si  Kota Juara, yang penuh inovasi, terdepan dalam kreasi.
Kini aku adalah tempatmu tinggal dan berjalan-jalan. Aku juga tempatmu belajar dan tumbuh besar. Akulah arena kegiatanmu sehari-hari, sekaligus ruang terbuka untuk bercanda dan tertawa. Akulah harmoni dari jasa, marga, sarana, suka, dan penyempurna.
Aku lahir dari aktivitasmu,  dibangun atas kebutuhanmu. Yang membedakanku adalah kamu. Kamu yang membentukku. Aku menjadi indah karena cita rasamu. Aku menjadi gagah karena kebesaran pertumbuhanmu. Aku terjebak dalam ramai karena hiruk pikukmu.
Seringkali orang salah menilaiku. Mereka pikir aku itu kumpulan bangunan tinggi yang menjulang, jalan bebas hambatan yang melayang, atau pusat perbelanjaan modern nan rupawan. Katanya aku surga belanja, banyak makanan dan hiburan. Padahal nyatanya aku terjebak dalam kemacetan. Tak kuat menahan derasnya arus pendatang.
Tapi sungguhnya aku punya batasan. Yang entah kau sadar atau tidak, belum tentu kau pedulikan. Aku punya dukungan yang terbatas. Aku tetap ingin udara bebas. Aku ingin kembali pada saat kelahiranku. Aku tumbuh untuk memenuhimu. Aku selalu mendengarmu, menghadirkan maumu, menjadikan mimpimu.
Aku adalah ruang masa depanmnu. Akulah yang kamu bangun dan bangun kembali setiap hari. Aku ingin menjadi berkeadilan, hijau, sehat, penuh perasaan, agar bisa terus berkembang. Dan potensiku hanya dapat dicapai melalui kamu.
Namaku Riung Gunung. Ruh penjaga semesta Bandung.
 Imajinasikan aku. Bangun aku. Buat aku jadi nyata.
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Ngabandungan
Kalau ada yang tanya siapa cinta pertama saya maka jawabannya dua: satu Bandung, dua si dia. Begitulah rasa cinta saya pada Bandung sampai kadang- kadang si dia harus rela diduakan. Karena sejak dulu hingga kini, saya jatuh cinta dengan kota ini. Pisan euy!
Maka, saat saya mengetahui bahwa rekan sepunggungan saya (baca: duduk belakang-belakangan) adalah salah seorang perancang konten di Bandung Planning Gallery, membuncahlah segera diri saya. Seakan bangga, haru, -dan lebaynya sungkem- pada dirinya.
Terima kasih teh Hawa, karenamu Adam tidak lagi kesepian. Maksudnya si pecinta Bandung ini merasa menemukan teman seperjuangan yang sama-sama ingin berkontribusi pada kota tercinta ini meski hanya lewat hal-hal kecil nan sederhana.
Sesaat, saya bisa merasakan kesenangan apa yang teh Hawa rasakan. Karena beberapa hari sebelumnya, sistem bikesharing yang bernama Boseh a.k.a Bike On Street for Everybody Happy resmi diluncurkan. Dan meski tidak berkontribusi banyak, saya senang karena pernah berkontribusi khususnya di paruh awalnya.
Ya, Boseh sepintas adalah inovasi yang spektakuler. Pertama dan konon baru satu-satunya di Indonesia. Tapi seperti teh Hawa ceritakan tentang awal mula Bandung Planning Gallery, konsep Boseh pun sudah dimulai sejak lama dari tahun 2015 silam. Saya pun melihat bagaimana teman- teman saya berjuang sepanjang tahun lalu untuk mewujudkan - bukan sekedar projek- mimpi ini. Meski di baliknya banyak hal berdarah- darah yang terjadi.
Jadi melihat Boseh mulai mengaspal setidaknya saya ikut bersyukur. Seperti teh Hawa melihat hasil karyanya akan mengedukasi jutaan warga Bandung dan pendatang. Itu amal jariyah loh teh, hehe. Surprisingly, saya termasuk orang yang teredukasi dengan karya teh Hawa beberapa hari lalu. Karena sebagai pecinta Bandung sejati -apalagi saya alumni jurusan planologi- melihat Bandung Planning Gallery adalah impian yang jadi nyata.
Di tempat ini, kita bisa melihat Bandung masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bahkan saat melihat maket Kota Bandung masa depan atau virtual reality LRT, saya jadi ingat beberapa tahun lalu pernah mengajak anak-anak untuk membuat maket kota Bandung 2030 dalam tajuk Riung Gunung: Mari Reka Kota (https://youtu.be/fB82rr-Do0Q). Percaya atau tidak, ternyata aspirasi anak-anak waktu itu ada beberapa yang sama dengan Rencana Bandung 2031 mulai dari cable car, pembangunan jalan di gedebage, dll.
Jadi walaupun belum sespektakuler Shanghai Planning Gallery atau KL City Gallery. Tapi tetap saja menurut saya tempat ini inovatif dan Bandung banget. Selain karena ada konten Smart City dari teh Hawa yang ciamik, ada lagi satu area yang bahkan tidak dimiliki tempat-tempat tersebut. Namanya zona #Ngabandungan. Area dimana kamu bisa menuliskan harapan-harapanmu tentang Bandung, plus kamu bisa baca juga harapan orang lainnya.
Nah karena Bandung punya kita. Siapa lagi kalau bukan kita yang mewujudkannya. Sekarang bukan saatnya lagi pemerintah single fighter membangun kota, atau warga yang berjuang sendirian mewujudkan aspirasinya. Ini era kolaborasi mamen, dimana semua pihak bisa aktif terlibat. Jadi kalau kamu ingin kota kamu kayak gitu, kamu harus aktif juga berkontribusi dalam aksi nyata supaya aspirasi kamu terwujud.
Maka Bandung masa lalu adalah cerminan kejayaannya, Bandung masa kini adalah refleksi perilaku manusianya, dan Bandung masa depan adalah buah kerja keras seluruh warganya.
1 note · View note
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Bujang Bulan Juli
tak ada yang lebih tabah dari bujang Bulan Juli dirahasiakannya getir galaunya kepada doa dalam sujud itu
tak ada yang lebih bijak dari bujang Bulan Juli dihapuskannya kesal mangkal hatinya yang dipicu pembully itu
tak ada yang lebih arif dari bujang Bulan Juli dipahaminya takdir baik Tuhan karena hatinya bukan dari batu
tak ada yang lebih sabar dari bujang Bulan Juli dijalaninya lapang sempit hidupnya sambil meyakini dibaliknya ada sesuatu
tak ada yang lebih bersyukur dari bujang Bulan Juli saat ia lihat dua pasang mata renta masih menemaninya hingga ujung waktu
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Dialog Blok72
 Ivanka : Eh kalo kerja di bidang perikanan, kita ini kudu pinter dan tau segala jenis dan kondisi ikan terkini. Kalau nggak malu sama konsumen. Coba kalau lu tau nggak, ikan apa yg paling menderita di dunia ini?
 Dean : Hmm, apa ya? Ikan di akuarium sama ikan di baskom di pasar.
 Ivanka : Salah, ikan yg paling menderita tuh ya ikan yang nggak bisa berenang. 
 Dean: Yaelah coba gantian gw yang nanya. Sekarang dibalik, ikan apa yang nggak bisa berenang?
 Ivanka: Ikan males kali.
 Dean : Yeee, asal jawab aja lu. Ikan yang nggak bisa berenang itu ikan goreng sama ikan gulai di warung padang.
Ivanka: Beuh, yowis sekarang ikan apa yang paling bego?
Dean: I..kan.. itu elu.
Ivanka: Kampret, salah tau. Yang bener ikan kembung. Udah tau kembung, masih aja nyelem di air.
Dean: Oke sekarang ikan apa yang paling bau?
Ivanka: Ikan asin lumayan bau kayaknya.
Dean: Itu mah nggak ada apa-apanya. Yang paling epic baunya ikan teri diselipin ke ketek, hehe.
Ivanka: Buset, emang kayak apa?
Dean: Kalau nggak percaya lu cobain aja sendiri. Nah, kalau sekarang ikan apa yang paling wangi?
Ivanka: Ikan teri disemprot parfum.
Dean: Haha salah, yang bener i..kan.. itu aku.
Ivanka: Cape deh. Masih seputar ikan tapi sekarang lebih berbobot nih. Dengarkan baik-baik. Di sebuah akuarium ada 10 ekor ikan. Setelah dilihat, 4 ekor tenggelam, 2 ekor masih berenang, dan 3 ekor mati. Jadi tinggal berapa nih ikan yang tersisa di akuarium?
Dean: Wah nanyanya sama orang yang jago itung-itungan. Jelas dong jawabannya 10. Karena semuanya dari tadi tetep di akuarium.
Ivanka: Salah dong.
Dean: Kok bisa?!
Ivanka: Jawabannya nol. Karena nggak ada ikan di akuarium. Yang ada dari tadi ekornya doang.
Dean: Hadeuh. Tadi sebenernya ada satu ikan yang belum diceritain di akuarium. Dia nggak kelihatan karena diem aja. Ikan apa coba yang nggak bisa gerak?
Ivanka: Ikan bakar, ikan asap, ikan mati, ikan busuk, ikan setengah mateng, ikan sop.
Dean: Maaf kurang tepat. Jawabannya adalah.. IKAN PAUSE
Ivanka: *Tarakdungcess*
1 note · View note
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Senyum Araselo
Senyum itu adalah senyum anak-anakku . Yang penuh dengan kepolosan. Tanpa alas kaki dan pakaian yang membungkus rapi tubuhnya, mereka berlari riang kesana kemari. Aku pun tergerak untuk ikut mengejar, sekedar untuk berkenalan. Tapi mereka malah menghindar secepat kilat. Sambil sesekali mengintip di balik pepohonan, mereka melirik ke arahku. Mungkin bertanya-tanya pada sosok yang baru dilihatnya. Siapa dia, mau apa dia, sedang apa dia? Dan aku hanya membalasnya dengan senyuman lagi. Senyuman yang seolah berkata, aku pak guru, datang kemari untuk belajar bersamamu, maukah kau bermain denganku. Itu jawab senyumku. Senyum itu adalah senyum anak-anakku .Senyum malu-malu yang buatku hati pilu. Kulihat dia sedang menggembala lembu, yang bukan satu atau dua, tapi bisa jadi lima. Usianya masih kurang dari sewindu, tapi kerjanya berat sekali. Ada lagi yang sedang menggendong balita kecil. Mungkin adiknya. Saat orang tuanya ke kebun, dialah pengurus semua pekerjaan di rumah. Mengambil air di sungai, mencuci, memasak, dan menjaga adik adalah tugasnya. Sudah seperti mamak-mamak saja dia. Untunglah dia masih bisa sekolah, jika sempat. Atau sekedar belajar di balai, jika dapat. Maka aku tak hiraukan jika ia sekejap datang terlambat. Masih dengan senyumnya yang malu-malu, kupersilahkan ia duduk, untuk segera belajar bersama kawan-kawan. Senyum itu adalah senyum anak-anakku. Senyum riang tatkala kuajarkan mereka senam pagi di sekolah. Sambil setengah bernyanyi, mereka gerakkan badan ke kanan dan kiri penuh semangat. Lain hari mereka begitu hikmat mengikuti upacara. Kadang masih dengan kelinglungan di kepala, menebak-nebak rangkaian kegiatan di setiap senin pagi. Sikap sempurna, hormat pada bendera, menyanyi lagu wajib, istirahat di tempat, mengheningkan cipta. Semua ritual itu adalah baru bagi mereka yang bahkan tak tahu senandung Indonesia Raya. Maka begitu sang merah putih berkibar di puncak bendera, rasa kagum tak terelakkan lagi. Mengukir senyum di wajah mereka. Riang dan penuh kebanggaan sebagai anak Indonesia. Senyum itu adalah senyum anak-anakku. Senyum binar yang memancar saat mereka melihat buku dalam tas besar yang kugendong. Berkali-kali mereka menawarkan bantuan untuk membawa ‘perpustakaan berjalan’ itu. Buku, jadi semacam oase pengetahuan di tengah gersangnya aktivitas dusun tanpa listrik dan air bersih. Buku, layaknya goresan pelangi saat hujan tiba, yang menghadirkan warna baru di hari-hari mereka. Barisan huruf, deretan gambar, beserta lembaran penuh imaji, ibarat santapan lezat yang selalu tak pernah puas dilahap. Mereka akan menagih lagi untuk meminjam buku, datang lagi untuk membaca buku, dan dengan binar di matanya, mereka tersenyum untuk bahkan meminta buku. Senyum itu adalah senyum anak-anakku. Senyum semangat kala mereka turun gunung untuk pertama kalinya. Lintasi jalan nan berbatuan, hingga tiba di padatnya jalur menuju kota. Tiga jam perjalanan pun sungguh jadi tak terasa. Mereka lelah, mereka lemas. Tapi ini adalah pengalaman berharga, yang belum tentu hadir lagi di esok lusa. Ini sebuah lomba, yang sedari dulu selalu dinanti, hanya jadi khayal dalam lamunan sepi. Maka ketika semua menjadi nyata dan di depan mata, semangat itu terasa semakin bergelora. Ada rasa was-was, sekedar gelisah melihat lembar jawaban yang baru pertama dilihat. Kuyakinkan mereka untuk terus berjuang, tanpa perlu pikir kalah menang. Ini kesempatan, ini pencapaian. Bahwa setiap orang bisa berpetualang ke luar batasan dunianya, asal punya semangat dan keyakinan. Lagi-lagi mereka tersenyum. Senyum itu adalah senyum anak-anakku. Senyum bahagia setiap kali mereka lihat aku kembali pulang ke dusun Dama Buleuen. Membawa sejuta angan-angan yang siap kutebar dan kutanam di benak mereka. Anak-anak itu girang, mereka kesenangan. Seolah sang induk semang mengantongi makanan untuk anak-anaknya. Sungguh seketika aku jadi tak tega, mengabarkan pada mereka, inilah kepulangan terakhirku. Dan setelah ini, aku akan mengenang mereka hanya dari  foto dan cerita, lewat kenangan lagu dan surat lama, hingga celotehan bocah yang terlanjur bersarang di kepala. Jadilah kutinggalkan tanda senyumku untuk mereka. Kutempelkan erat di dadanya, kulekatkan sangat dalam jiwanya. Senyum bahagiaku untuk anak-anak tercinta. Senyum itu adalah senyum anak-anakku. Lama kupandangi senyum itu dalam bingkai. Hingga kusadar, sudah terlalu lama wajah ini berkerut. Tercekat oleh riuhnya pekerjaan dan keseharian. Hingga kusadar, sudah terlalu lama, bibir ini cemberut. Terjebak oleh penatnya hidup dan udara yang kuhirup. Untuk kesekian kalinya, senyum itu kembali mengingatkanku. Senyum tulus yang ajarkanku tentang arti kesabaran dan keikhlasan. Senyum sederhana yang sadarkanku tentang mudahnya tertawa dan bahagia. Senyum simpul yang di dalamnya ada tanda syukur. Aku pun kini merindukan senyum itu. Senyum itu, senyum Araselo.
1 note · View note
dimskipedia-blog · 7 years
Text
What If
"What if you could see your whole life from the start to finish, would you change things?" Sometimes I could. Then that things makes me try to change it as it seems that I force others Sometimes I feel. Then that things makes me responsible to keep others in good feeling as it resonance to my feeling Sometimes I confuse in between. Neither intuition or premonition. Analytical thinking or just a feeling But from you I learn one thing: Despite knowing the journey and where it leads, I will embrace it, and I welcome every moment of it. Even I know it is gonna be worse and pain, and that's nothing that i change.. ..cause i couldn't. Just like you.
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
His Name is Ismail
He is the son of Abraham. The father of the prophets. Because of the endless patience, a never ending prayer, as well as confidence in the generosity of Gods heart, Ismail is a greatest gift for Abraham. Little kids who has been awaited for so long. A smart role model. Kind and lovable. When he was a kid in his mother’s caress, Ismail has been taught the meaning of a struggle. Siti Hajar ran from Mount Safa to Marwah, looking for a sip of water for little Ismail. Until finally she sat under a palm tree and prayed humbly. The Almighty knew His creature had tried her best. He gave help as requested. So with His mercy, Zam Zam water emerged from the bowels of the earth. The sources of water that hunted by millions of people. Symbol of blessing and incomparable love. As time goes by, one day Ismail brought a dillema for his father. The Lord almighty asked Abraham to slaughter his lovable son. He was testing, which is Ibrahim love for the most. His son or The Creator of the universe? Ibrahim’s heart are cracked. He couldn’t imagine, his baby should be died in a way beheaded. Then the temptation of Satan began. Subtle whisper on Ibrahim. For what purpose  he did this stupid thing? Shake Ibrahim on divine love. Ibrahim faltered. Siti Hajar showed  the sad face. Prepare sorrow for my dear son. Ismail looked cute with smiling face, and say, “Just do it father. If this command of God, I am willing to do that. Because I know there is God’s plan behind it all. ” So Ibrahim thrown small stones towards demon seductress. In an effort to against all temptations around him. As a proof of his faithfulness with his belief. As the highest form of devotion. That there is nothing more beloved to exceed his Lord. Shortly before the dagger splitting Ismail’s pulse. He is transformed into fat goat. There is twisted ending when God has replaced Ismail with a goat. Ibrahim’s tears just dropping. His faith was unshakable. Her baby was saved. Story of Ismail is a mirror of a sacrifice. Taught about sincerity. Exemplary for an inner struggle. Remind people of the power of belief. To fight all the challenges and temptations. To believe in the goal. To understand all of His will. *** That day I met him. But he was not a prophet. Not a saint. He is just a boy who often made me stunned. He suddenly appeared in the crowd. Teach me about something. Without said anything. Without realizing what he was doing. He always make annoyed. Say what he want to say, but do inspiring action. Irony that drives my mind pondered as he asked a choice. “Do you want any compliment or sincerity of my heart?” Flat but slapping. Slowly but deeply. Banging all beliefs He said he was created to help people. His brilliant ideas are always fresh, like Zam Zam water that become oasis in the desert. But believe me, he isn’t seemed like noble person. He just did simple things but meaningful. Just ordinary things that become extraordinary. Encourage the soul. Rising hope. Makes me walk fast to a destination. He is like a mirror that reveal the past. Reflected light of honesty. Displaying my ugly face and stupidness. Teasing me for my noise and hesitations. So I throw small stones at each challenge. In order to turn every sorrow into smile. This time he taught me about a sacrifice. When I have to “slaughter” all the mortal illusion of the ocean life. About my sickness of two full-moon phase. Take me to the inner struggle while i’am trying hard to get back to the real world. His name is Ismail. Little kids who has been awaited for so long. A smart role model. Kind and lovable.
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Balada Si Pecinta
“What will u choose? To be loved or to be trusted?”
Seandainya ada seseorang yang bertanya seperti itu.. apa yang akan kau jawab.. mana yang kau pilih.. dicintai atau dipercaya.. oh mungkin saja jawabannya tergantung situasi.. mungkin juga tergantung pada siapa yang bertanya.. atau mungkin semua kembali pada pribadi masing-masing..
Tapi mengapa juga mesti repot-repot menjawab pertanyaan seperti itu.. bukankan kadang kita mengharapkan keduanya.. jadi kenapa harus memilih.. kalau memang bisa dapat dua-duanya.. ah dasar kau ini ada-ada saja..
Hmm, saya sedang tidak bercanda.. tidak juga sedang mengada-ngada.. tapi bagi saya pertanyaan itu sangat penting.. ya karena tanpa disadari saya sering keliru dan terjebak diantaranya.. siapa sih yang tidak ingin dicintai, disayangi, dipahami, dimanjakan, dan sejuta perhatian lainnya.. tapi saya kadang lupa semua sifat itu cenderung semu.. apabila maksud dan keperluannya sudah terpenuhi.. semuanya akan berkurang dari sebelumnya..
Coba saja lihat orang yang sedang jatuh cinta.. jika ia bertumpu pada rasa cinta pada kekasihnya.. maka hal itu akan berkurang manakala sang kekasih sudah tidak mampu memenuhi kebutuhannya.. dan akhirnya yang muncul hanya rasa kecewa..
Tapi.. coba kau pikirkan kalau yang dikedepankan adalah rasa percaya.. dan bukan sekedar cinta.. apapun yang terjadi.. pasti tidak akan mengubah pandangan dan kesetiaan si pecinta pada kekasihnya.. ya boleh dibilang.. dalam hal ini cinta adalah sesuatu yang relatif.. tetapi rasa percaya adalah keteguhan hati.. yang sifatnya nyaris absolut..
Bayangkan saja jika seorang pemimpin sudah tidak dipercayai lagi oleh anak buahnya.. itu pertanda kalau ketaatan dan kedisiplinannya anak buahnya hanya sekedar basa-basi.. kewibawaan sang pemimpin hanya akan menjadi hal yang semu.. tak heran jika seorang ayah atau suami sudah tidak dipercaya lagi oleh istri dan anak-anaknya.. itu pertanda kehancuran rumah tangga akan segera tiba..
Hal ini juga berlaku juga pada si pecinta.. ketika dia sudah tidak dipercaya.. semua rayuan, pujian, dan kelembutan yang ia rasakan hanyalah ilusi.. karena sejatinya tak pernah ada keteguhan hati dari sang kekasih..
Masalahnya sekarang kita hidup di zaman titanium.. dan bukan lagi era milenium.. di saat semuanya serba canggih, serba bisa diatur, plus serba dimanipulasi.. percaya dan dipercaya jadi barang yang langka.. tengok saja kasus korupsi yang selalui jadi headline di media-media.. itu bukti kalau nilai-nilai kepercayaan jadi semakin sulit dicari..
Padahal kalau kita mau mengingat.. dulu pada saat Rasulullah SAW menyebarkan Islam.. yang pertama kali dilakukan bukan berusaha agar dicintai oleh orang sekitarnya.. tetapi justru berusaha bagaimana agar meraih predikat dipercaya.. bahkan orang-orang kafir Quraisy sampai bingung dibuatnya.. mereka ingin bilang kalau Rasullullah SAW itu pendusta.. tapi kenyataanya beliau memang sangat bisa dipercaya.. bahkan jauh sebelum beliau diangkat sebagai Rasul.. gelar Al-Amin atau yang berarti “dapat dipercaya” sudah disematkan oleh orang-orang Arab kepadanya..
Terus terang saja.. saya bukan ahli ilmu agama.. bukan juga ulama.. saya cuma sekedar tahu sedikit tentang ajaran Islam.. dan cuma mau kita ingat.. dari sifat dipercaya itulah peradaban dunia berubah total.. dari masa “kegelapan“ ke fase “terang benderang” hingga kini..
Nah kalau kita merenung.. sebenarnya Bulan Ramadhan yang lalu adalah saat dimana kita mendapat tuntunan agar bisa “dipercaya” oleh Allah SWT sebagai sosok yang bersikap jujur.. ya karena ibadah puasa adalah ibadah kejujuran.. seandainya kita mau berpura-pura puasa.. tak ada yang tahu toh.. tapi karena merasa diawasi oleh Sang Khaliq.. kebanyakan diantara kita pasti enggan untuk membatalkan puasanya.. dan kita rela menahan rasa lapar dan dahaga..karena percaya akan mendapat kebaikan dari–Nya..
Maka ketahuilah seandainya kita sudah dipercaya.. maka tanpa diminta pun.. pertolongan akan datang dengan sepenuh hati dan setulus-tulusnya.. dari arah mana saja yang tak kau pikirkan.. jadi kalau sudah dipercaya.. mengapa mesti khawatir kalau kau akan ditinggalkan..
Ah kalau saja si pecinta tadi dapat memahami makna dipercaya yang sesungguhnya.. pastilah dia tak merasa galau lagi kalau tak dicinta.. karena baginya.. yang terpenting kini adalah bagaimana ia bisa terus dipercaya oleh sang belahan jiwa..
Jadi lakukan saja yang mau kau lakukan.. tak jadi soal kau dicintai atau tidak.. selama dia masih mempercayaimu.. selama itu pula kau masih ada di hatinya.. meski entah sebagai apa..
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Lipatan Kertas
“..ada yang pernah mengatakan bahwa orang-orang dengan tujuan yang sama akan dipertemukan dalam perjalanan..”
Itulah refleksi Lino dalam perjalanannya ke timur Indonesia. Lebih dari sekadar jalan-jalan, ia menemukan makna dari sebuah pertemuan. Pertemuan dua sahabat lama, pertemuan sang anak dengan alam, pertemuan ia dengan dirinya.
Lantas sebuah pertanyaan kecil menggelitik hati saya. “Bagaimana orang-orang baik berkumpul? Mungkinkah mereka dipertemukan oleh kesempatan kebaikan?"
Sedikit saya ingin bercerita ketika Pak Anies Baswedan mewawancarai saya dulu. Dia memberikan saya selembar kertas putih. Kertas biasa yang tak berwarna. Tepat di depan saya, kertas segi empat itu terlentang diam. Apakah saya disuruh menggambar? Atau menulis?
“Lakukan sesuatu pada kertas itu! Do not draw or write anything on it! Dan ceritakan pada saya maksudnya”! Perintah beliau.
Sejenak saya tertegun. Andai saja saya disuruh menggambar tentu jauh akan lebih mudah. Ok, saya bisa buat jadi bentuk lain. Origami? Origami kodok, kapal atau pesawat terbang? Ah saya lupa detail caranya. Tak ada waktu untuk mengingat lagi. Opsi kodok dan kawan-kawan dicoret.
Lalu, baiknya saya apakan selembar kertas putih ini?
Tiba-tiba tangan saya bergerak mengambil kertas. Pokoknya pegang dulu dan pikir belakangan. Ok baiklah!
Tangan saya (ya, bukan saya tapi tangan saya yang melakukan kontrol 🙂 ) membolak balik kertas dan melipatnya menjadi empat bagian.
Sret…sret…
Di salah satu sudut lipatan, tangan saya menekan kuat-kuat. Dan kemudian kertas itu saya buka lagi dan diletakkan di atas meja.
“Bisa dijelaskan atas apa yang barusan kamu lakukan”?
Yang barusan saya lakukan? Apa yang barusan saya lakukan? Saya benar-benar tak tahu apa yang saya lakukan. Namun ketika saya melihat kertas yang tadi dilipat tiba-tiba saya membaca sesuatu. Melihat polanya dengan sangat jelas. Dan segera saya “menerjemahkan” kertas saya tersebut kepada Pak Anies.
“Tadi kertas ini bersih tak berjejak. Lebar dan utuh. Ada empat sudut yang saling berjauhan, tidak bertemu, tidak bersentuhan “.
Ok, saya pikir saya kerasukan 🙂
“Lalu, saya pertemukan keempat sudut tersebut pada satu titik”, saya ingat ujung lipatan yang saya tekan kuat-kuat. “Pada saat saya lipat, ujung-ujung tiap sudut kertas tersebut bertemu dan bersentuhan”.
“Ketika kertas saya buka, kertas ini telah berubah. Ia mempunyai bekas lipatan yang terlihat jelas yang masing-masing mengarah ke tiap sudut kertas”.
Saya masih kerasukan.
Pak Anies kelihatan bingung.
“Jelaskan maksudnya”!
“Kertas yang dilipat ini ibarat orang-orang baik yang dipertemukan. Anggap ada empat orang baik yang tak pernah saling mengenal sebelumnya, yang tak saling tahu dan “bersentuhan”. Mereka kemudian disatukan ke satu momen, titik atau tempat untuk saling mengenal. Di sini, keempat orang-orang baik itu bertemu “.
Sambil menelan ludah, saya melanjutkan,
“orang-orang baik itu mungkin bertemu sebentar dan kembali ke sudutnya masing-masing, ke asal dan tujuan sebelumnya. Namun lihatlah, ketika mereka telah berpisah, jejak-jejak kebaikan (sambil menunjuk ke arah bekas lipatan) tetap ada dan terlihat jelas. Masih terhubung dan bersambung. Ketika hendak melipat ke bentuk semula akan lebih mudah karena polanya sudah ada. Tidak perlu garis permanen untuk melihatnya, jejak kebaikannya sangat jelas untuk dibaca”.
Selesai.
***
Sepulang dari bank, hari itu tanpa direncanakan Lino saya ajak mampir di sebuah acara sharing session. Awalnyanl hanya berncana mampir, tapi malah terlena sampai akhir. Apalagi Lino menemukan sosok baru yang sejalan dengan kesukaanya. Hari itu adalah lipatan kertas yang baru buatnya.
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
What a Miracle
“..saat yang tak mungkin jadi mungkin, yang tak ada jadi ada, yang tak bisa jadi bisa, semuanya tergantung kamu..”
Kita sering mengeluh tentang hidup yang tak bahagia..tentang harga-harga yang naiknya terus melambung di udara..tentang rutinitas yang yang membosankan..tentang masa lalu yang memilukan..dan sejuta ocehan lainnya yang tak pernah dipilah..hingga membuat kita gelisah, gundah, resah..sampai kita berharap ada keajaiban datang dan bisa mengubah semuanya..
Keajaiban memang ada..tapi kadang tak seperti kisah cinderella..yang didatangi ibu peri dan pangeran berkuda.. hingga akhirnya bisa tinggal di istana..bagiku, ia hanya hadir untuk mereka yang benar-benar percaya..untuk mereka yang berani punya asa..dan memiliki keyakinan bahwa itu semua akan menjadi nyata..meski kadang dengan cara yang berbeda..
Setitik keajaiban sebenarnya telah lahir di dunia..saat kau mulai mengubah cara pandang dan persepsimu tentang sesuatu di depan mata..ia hadir dengan cara yang sederhana meski kadang sulit dicerna..ia datang seperti secercah cahaya di tengah laut dalam..menghampirimu sesaat hingga bahkan kau pun tak sempat sadar..bahwa ia ada tepat ketika kau mencoba berdamai dengan hidup dan isinya..berkompromi dengan nasib dan takdirnya..serta menghargai apa yang terjadi sebagai persembahan terbaik dari-Nya..
Lihat saja tukang patri yang sedang berjalan..di tengah zaman yang semakin canggih dan kekinian..mengapa kau selalu berpikir kalau ia akan menderita..coba sedikit tengok dan kau lihat pedagang asongan disana..mengapa juga kau berpikir bahwa ia tak berbahagia..atau kau malah mengasihani mbok-mbok jamu yang setiap hari memikul gendongan..apa kau pikir hidupnya sepahit jamu yang ia bawa..padahal ia begitu bugar dan masih tersenyum sambil menawarkan aneka rasa..
Mereka boleh jadi bukan orang kaya..atau mungkin mereka memang kaum papa..tapi siapa bilang mereka sengsara..mereka itu justru orang bahagia yang punya sedikit uang..ya, karena yang mereka pahami bahagia bukanlah ratusan juta rupiah di bank..atau rumah mewah yang besarnya sekebun binatang..bahagia itu ketika mereka bisa bersyukur atas apa yang mereka punya..dan mereka bisa bermanfaat bagi orang lain dengan sedikit keahlian yang ada..
Itulah persepsi sejatinya..kau lihat yang ingin kau lihat..kau dengar yang ingin kau dengar..kau rasa apa yang ingin kau rasa..meski itu hanya bersumber dari satu sudut pandang..yang kau yakini sebagai sebuah kebenaran.. andai saja kau sudi lihat sisi lainnya..kau pasti akan temukan hal yang berbeda..bukan..bukan berarti kau salah dengan sebelumnya..hanya saja masih ada kebenaran lainnya..yang bisa jadi tak pernah muncul dalam pikiran..
Kebenaran absolut memang hanya bersumber dari Tuhan..kita, manusia, hanya bisa memberi pandangan sebatas wawasan yang kita punya..mungkin kau masih ingat kisah tiga orang buta yang mencoba menebak seperti apa bentuk seekor gajah..bagi yang meraba kulitnya, gajah tampak seperti makhluk yang besar dengan kulit kasar dan liat..bagi yang memegang buntutnya, gajah hanyalah hewan yang tinggi dengan ekor berbulu kasar..sementara bagi yang memegang belalai, gajah adalah binatang raksasa yang hidungnya saja sebesar paha manusia..
Hidup bukanlah sebuah kompetisi atau permainan..ia adalah sebuah perjalanan..dimana pengalaman masa lalu adalah kenangan..dan indahnya masa depan masih dalam angan-angan..tetapi hari ini adalah anugerah.. that’s why today we call it present day..karena itu, dalam hidup semua orang berhak jadi pemenang..sesuai caranya masing-masing yang didefinisikan..tentu saja semuanya berhak untuk berbahagia..dalam persepsi yang ia yakini dan percaya..
Akhirnya awan mendung di langit-langitku sirna..berganti menjadi pelangi berwarna warni penuh jingga..karena aku tahu langit tak selamanya gelap..hingga ada kalanya terang..dari sana kulihat secercah harapan mulai berbinar..menyambutku dengan sayapnya yang membentang dan bergumam..” Tuhan tidak selalu memberi apa yang kita inginkan, tetapi Dia selalu memberi yang kita butuhkan”..sejenak aku pun tersadar..ada cahaya keajaiban mulai bersinar dalam genggaman..
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Menggagas Bandung
Adalah sebuah gagasan tentang ibu kota Hindia Belanda yang dikelilingi benteng alami pegunungan di sekitarnya. Dilengkapi aneka bangunan masterpiece karya arsitektur ternama pada zamannya. Imajinasi tentang sebuah kota eropa di nusantara. Paris Van Java, begitu orang menyebutnya.
Ratusan cara telah dilakukan untuk mengembalikan identitas Braga sebagai ikon klasik Kota Bandung. Pemerintah bahkan rela merogoh kocek hingga miliaran rupiah untuk ‘sekedar’ menambal aspal Jalan Braga dengan kepingan batu andesit. Semua itu dilakukan agar Jalan Braga dapat menjadi kawasan pedestrian menyaingi Malioboro-nya Jogja.
Tidak hanya Braga, jalanan utama seperti Asia Afrika, Riau, dan Dago ditata cantik dengan kursi kayu yang berderet sepanjang trotoar. Pedestrian juga dimanjakan dengan lampu klasik ala eropa. Ditambah shelter bikesharing yang konon akan menjadi perdana di negeri ini. Semua lagi-lagi agar warga Bandung punya gaya hidup berkelanjutan. Layaknya tinggal di Kota Paris yang berada di Jawa.
Memang jika kita berbicara Kota Bandung rasanya sulit untuk lepas dari kisah-kisah romantisme masa lalunya. Julukan Parisj van Java yang pernah melekat pada kota ini, gaungnya masih terasa hingga kini. Padahal kondisi Bandung saat ini sangat jauh berbeda dengan suasana Bandung tempo dulu.
Jejak-jejak kejayaan Bandung di masa silam hanya dapat kita temui di beberapa sudut jalan kota ini. Itu pun dalam kondisi yang memprihatinkan. Beberapa diantaranya banyak yang rusak dan tidak terawat atau telah berubah menjadi bangunan-bangunan modern yang tidak mempunyai nilai sejarah.
Hal ini memang sangat disayangkan. Kota yang pernah disebut-sebut sebagai Kota Arsitektur dunia ini, kini malah kehilangan identitasnya. Para pengelola dan warga kotanya lebih menyukai pembangunan mal-mal dan pusat pusat keramaian lainnya dibanding pemugaran dan pelestarian bangunan bersejarah.
Citra Parisj van Java barangkali memang tinggal kenangan. Sebuah kota yang indah dengan tata letak yang teratur hanya tersisa dalam cerita. Dalam pembangunannya, Bandung berkembang semakin cepat dan bahkan kurang terkendali.
Saat ini, relasi antara pengelola kota dan warganya kurang terbina dengan baik. Pihak pengelola kota seakan nggan membeberkan rencananya ke publik dan membiarkan warga kotanya untuk memilih sekian alternatif cara membangun kotanya. Ruang yang diberikan bagi mesyarakat untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut kepentingan publik sangatlah mini.
Alhasil, jadilah Bandung yang semakin semrawut dari hari ke hari. Di usianya yang semakin senja, kota ini tampak letih menanggung beban perkotaannya sendiri. Bahkan pada saat hari-hari libur menjelang, Bandung seringkali hampir ‘pingsan’ karena tak kuat lagi menahan derasnya arus pendatang.
Apa yang terjadi di Bandung hanyalah potret yang mewakili kondisi kota-kota besar lainnya di Indonesia. Ketidakselarasan para pengelola kota dengan para perencana membuat penataan kota-kota Indonesia ‘nyaris’ tak ada yang beres. Rendahnya interaksi dan koordinasi tergambarkan ke dalam kondisi kota yang begitu carut marut dan tampak kurang terencana.
Kita amati saja perbedaan antara wilayah Bandung inti dan Bandung perluasan. Lihatlah, betapa terstrukturnya kota yang direncanakan oleh pemerintah kolonial. Mereka begitu apik dalam menata jalan dengan pohon peneduh di kedua sisinya. Mereka juga begitu manusiawi dalam menyediakan ruang-ruang terbuka hijau dalam kota.
Namun, jika kita berjalan sedikit ke arah timur kota. Lihatlah betapa gersang, berantakan, dan kurang indahnya daerah tersebut. Adakah ruang-ruang terbuka hijau di sana yang menjadi tempat bagi publik untuk berolahraga atau sekedar berekreasi? Kalau pun ada, mungkin masih bisa dihitung dengan jari.
Hal lain yang menjadi sorotan ialah mengenai masalah penggunaan lahan di kota ini. Banyak orang yang bilang kalau di Bandung, kita bisa membangun apa saja dan dimana saja. Lho, kok gitu? Memang itulah kenyatannya, selama yang dipikirkan oleh pengelola kota ini hanya konsep kota “maruk” jasa.
Lihat saja kondisi di sepanjang jalan Dago yang dulunya diperuntukkan untuk kawasan perumahan. Saat ini, sebagian besar lahan yang ada di sana telah berubah fungsi. Ada yang jadi plaza, kantor, factory outlet dansebagainya. Itu baru satu jalan.
Kasus-kasus yang terjadi di daerah-daerah lainnya juga hampir serupa. Belum lagi kasus kawasan Babakan Siliwangi yang masih menjadi pro-kontra. Setiap lahan benar-benar dilihat sebagai peluang bisnis tanpa diantisipasi dampak jangka panjangnya. Kalau sudah begini lantas orang sering bertanya,” Kamana atuh insinyur planologina?”.
Bandungku dulu dan kini memang telah banyak berubah. Kota taman yang dulunya penuh dengan pepohonan yang rindang serta bunga-bunga yang bermekaran, kini telah menjadi sebuah kota metropolitan yang ramai dengan segala fenomenanya. Kemacetan, polusi, dan slum area telah menjadi bagian dari keseharian kota ini.
Tapi Bandung tetaplah Bandung. Sejak dulu hingga kini, kota ini senantiasa menawarkan nuansa yang berbeda hingga membuat orang betah untuk berlama-lama di kota ini. Meski kini kondisinya kurang nyaman, pesona yang dihadirkannya tetap mampu menjadi magnet yang menarik banyak orang untuk datang dan singgah di kota ini.
Lalu akankan ada masa depan Bandung yang lebih baik di tengah kekiniannya yang begitu semrawut? Tentunyaitu semua yang kita harapkan. Semoga saja para pengelola dan warga kota ini mampu bersikap lebih arif dan bijak dalam membangun dan menjaga kota ini.Agar pesona Bandung tak lekas hilang ditelan masa. Agar kecantikannya bisa tampak kembali dan senantiasa terjaga.
Mari kita bersama-sama menggagas Bandung, karena Bandung bukanlah milik sang walikota semata. Karena kisah Parisj van Java bukan hanya jadi legenda. Siapapun bisa datang dan pergi, tapi kota ini akan tetap berdenyut selama warganya terus memiliki gagasan untuk Bandung tercinta, harapan untuk Bandung yang lebih baik.
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Dia dan Masa Kecilnya
“..dia yang mungkin kau kenal atau malah tak kenal sama sekali..”
Desar desir warna, bahan baju dari dari sutra, Bubur jagung dan susu, ‘tuk makan pagi sederhana, Sihir menarik, horor membuat ngeri, Aku cuma manusia, yang ingin menyenangkan hati.
Pantai berpasir putih, samudera berair biru jernih, Itulah yang paling kusukai, cintaku yang sejati. Alam dan musik, digabungkan jadi satu, Lupa pada pekerjaan rumah, tugas-tugas sekolah, dan buku-buku.
Teman-teman salah mengerti, Itulah yang membuatku sedih, Tak bisakah mereka menerimaku Seperti apa adanya ini? Aku berontak, dengan alasan, Untuk mengubah yang di dalam, Yang perlu perbaikan.
Pahamilah aku, Itu sama sekali tidak sukar. Emosi-emosi memainkan peran sangat besar, Warna-warni pikiranku, terbang seiring dengan waktu, Menyanyikan lagu-lagu, dalam nada-nada indah merdu. Cobalah lihat lebih dekat tentangku, hanya itu yang kuminta, Cobalah memahamiku, dan inipun akan lewat
1 note · View note
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Memori Wahyudin
Saya masih dan akan selalu ingat kisah perjalanan menarik ini. Enam tahun silam. Ketika saya menghabiskan ribuan jam untuk belajar tentang ketulusan, tentang aneka tantangan hidup di negeri ini, tentang berdamai dengan diri sendiri dan menemukan arti dari itu semua.
***
Hari itu dua makhluk mungil dengan sabar menunggu kedatangan saya di simpang tiga kedai kopi Mamak Ponah. Mereka tampak bersemangat dengan senyum penuh energi. Cerah ceria seperti udara pagi di Dusun Araselo, Sawang, Aceh Utara. Membuat saya semakin penasaran dengan perjalanan hari itu. Semua bermula dari obrolan ringan sehabis les sore di balai seperti biasanya. Tiba- tiba saja Wahyudin dan Aldi tampak antusias bercerita tentang keindahan desa ini jika dilihat dari puncak bukit.
“Ayo Pak, kita pergi ke 26! Disana pemandangannya bagus,” celoteh Aldi
“Iya Pak, disana juga ada mesjid dua lapan. Ada bunga bagus yang tumbuh disana,” sahut Wahyudin tak mau kalah.
Jujur saya cukup tertarik untuk menerima ajakan mereka. Meski awalnya bingung dengan istilah tempat yang mereka sebutkan, belakangan saya paham bahwa yang dimaksud adalah km 26 dan km 28. Begitulah cara orang disini memberi nama pada kedua tempat itu. Tanpa pikir panjang, saya pun kemudian meng-iya-kan seruan mereka. Maka jadilah hari ini kami bersiap berpetualang menuju masjid dua delapan, yang sering dibicarakan orang.
Tanpa berlama-lama, kami bergegas memulai perjalanan. Rupanya Alda, adiknya Aldi, ingin ikut juga. Di tengah jalan, meski dengan luka bisul di dagunya, Hamal juga mau turut serta. Ditambah lagi Muji yang menyusul dengan nafas terengah-engah. Jadilah saya dan lima bocah petualang pergi ke puncak bukit Dama Buleuen, untuk sekedar merekam indahnya lukisan alam Dusun Araselo sekaligus memuaskan keingintahuan saya tentang masjid dua lapan.
Benar saja begitu tiba di km 26, saya dan bocah-bocah itu tak henti-hentinya berfoto. Dari sini rumah-rumah kami terlihat sangat kecil. Indah nian dusun tempat tinggalku. Puas memandang, kami pun melanjutkan perjalanan. Rupanya ada satu hal yang tak pernah mereka ceritakan pada saya. Ternyata mesjid dua lapan berada di tengah hutan! Wah kalau tahu begini saya akan berpikir-pikir lagi mengajak mereka. Bukan apa-apa, saya cuma khawatir dengan keselamatan mereka karena di hutan itu konon banyak jenazah orang yang dibuang pada masa konflik.
Pantas saja ketika melintasi sungai, Hamal begitu ketakutan. Mulutnya tampak komat kamit seperti sedang kumur-kumur. Waktu saya bertanya apa maksudnya, dia menjelaskan kalau dia sedang minta pamit pada jin yang tinggal disana, tepatnya dengan menggunakan bahasa jin. Entah benar atau tidak, yang jelas kami semua jadi mengikuti ritual itu. Kata Hamal yang penting mulutnya was wes wos. Geli juga kalau saya pikir. Tapi agar perjalanan lebih seru, saya mencoba menikmatinya.
Ada lagi cerita lucu dari Muji tentang gajah yang seringkali menampakan diri di hutan ini. Saya bilang saya ingin lihat gajah. Tapi mereka malah ketakutan. Katanya, kalau gajah muncul nanti bisa merusak rumah penduduk. Masuk akal juga, pikir saya. Malah mereka mengajarkan saya ‘mantra’agar gajah tersebut tidak menampakan diri. “Wahai putro merak, jangalah menampakkan diri. Baik-baiklah kau disana”, begitu kira-kira mantranya. Bagi sebagian orang disini konon gajah adalah jelmaan dari sesosok Putro Merak (semacam tuan putri) yang diusir ke hutan sehingga sesekali kadang datang ke desa untuk mengobati kerinduannya. Hmm, menarik juga ceritanya. Sangat lokal dan terasa orisinil.
Setelah berjalan sekitar 3 jam akhirnya kami tiba juga di masjid dua lapan. Ternyata masjid ini tidak seperti yang saya bayangkan, karena bahkan bangunannya belum ada, melainkan hanya fondasinya saja. Namun tempat berwudhu, kamar mandi, dan balai sudah terbangun dengan cukup apik dan sedikit mewah, mengingat lokasinya yang berada di hutan. Sampai-sampai saya pikir, untuk apa dan siapa yang membangun masjid di tengah hutan seperti ini. Bahkan mesjid ini kalau sudah jadi bisa lebih bagus daripada mesjid di dusun saya. Pantas saja orang suka membicarakannya. Jangan-jangan mereka juga belum tahu kalau mesjidnya memang belum jadi. Ah, ada-ada saja.
Untunglah, tak lama kami menemukan bunga yang dicari oleh anak-anak. Tidak terlalu istimewa bagi saya. Seperti bunga chrysant panjang berwarna merah. Tapi di mata mereka bunga itu sangat indah nan rupawan. Hanya ada di masjid dua lapan, jelas mereka. Hingga mereka terus merajuk untuk setiap orang berfoto dengan latar belakang bunga itu. Anak-anak memang selalu unik. Belakangan saya tahu bahwa di dekat mesjid ini ada sebuah rumah yang jadi pondokan bagi ornag jika pergi ke hutan. Bisa jadi itu juga alasan mengapa masjid ini dibangun disini. Mungkin untuk transit orang-orang yang menginap di hutan.
Matahari sudah lumayan terik, dan kami harus segera pulang. Perjalanan berat di awal jadi tampak ringan ketika menuju rumah. Apalagi sepanjang perjalanan kami bernyanyi-nyanyi sambil membuat topi dari dedaunan. Sungguh anak-anak itu sangat kreatif dan pandai. Semua pernak-pernik alam bisa dikreasikan jadi karya seni yang cantik. Belum lagi, gaya mereka yang mendadak ‘banci kamera’. Sebentar-sebentar minta foto, asal menemukan latar belakang yang menarik. Jadilah perjalanan yang harusnya lebih singkat, jadi terasa sama lamanya. Hingga akhirnya tepat pukul tiga sore kami tiba di rumah masing-masing dengan perasaan lelah bercampur senang.
***
Keesokan harinya Wahyudin memberikan secarik kertas pada saya. Begini isinya:
“Pada Hari Minggu kami bersama teman-teman pergi berlibur dengan Pak Guru ke mesjid dua lapan yang sedang dibangun. Kami dan Pak Guru sama-sama berjalan kaki sambil mendaki bukit yang tinggi tanpa merasa lelah. Kami berjalan kaki sambil bernyanyi dan tertawa melihat pemandangan alam yang indah. Sungguh mengagumkan ciptaan Tuhan.
Sambil disana kami dan Pak Guru berfoto-foto bersama melihat pemandangan di sekitar mesjid. Sungguh mengagumkan. Tanpa terasa hari sudah siang, kami dan Pak Guru melepas lelah di balai yang ada di situ. Kami sangat lelah sekali karna tidak membawa makanan siang, cuma membawa makanan ringan saja. Tapi kami lapar karena Pak Guru selalu bercanda. Dalam perjalanan kami melihat mobil jelek naik ke bukit.
Tanpa terasa hari hari sudah sore, kami dan Pak Guru sama-sama kembali pulang. Tak terasa perjalanan yang begitu jauh selama empat jam. Kami berjalan kaki kembali pulang. Sampai di tengah jalan kami dan Pak Guru membeli minum di warung kopi. Sampai di tempat, kami kembali ke rumah masing-masing. Sungguh menyenangkan berlibur dengan Pak Guru. Pemandangan yang indah sepanjang jalan.”
Antara haru dan senang, saya hanya bisa menatapnya sambil tersenyum. Membelai lembut kepalanya.
“Terima kasih Wahyudin, Bapak akan simpan cerita ini untuk kenang-kenangan. Boleh kan ceritanya untuk Bapak?” rayu saya.
“Iya Pak, jangan dibuang ya, supaya Bapak ingat terus waktu kita jalan-jalan,” balasnya.
***
Hari ini, saya ingat hari itu, dan rasa haru kembali menyelimuti saya saat membaca kembali kisahnya dalam secarik kertas itu. Tapi kali ini dengan diiringi kesedihan. Rasanya baru kemarin saya menghabiskan minggu ceria dengannya. Rupanya Tuhan begitu sayang padanya, hingga Ia juga ingin segera menempatkan dia di sisi-Nya. Usianya masih belia, tapi saya yakin ini yang terbaik untuknya. Sebuah peristiwa perampokan tragis menamatkan hidupnya dan keluarga. Begitu pesan singkat yang saya dapat dari rekan saya yang bertugas disana kini.
Selamat jalan Wahyudin, semoga kamu tenang dalam lindungan-Nya. Doa Pak Dimas untukmu di alam sana.
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
A Letter From Moana
Daddy… You are my Cinderella’s Prince Charming Do you know, this is my first love letter Special love letter I dedicate to you. As a sign of love and my dear you.
Daddy … You are my Mufasa The only man who loved and loves me unconditionally. The faithful that keep and guide me without feel tired. Embrace the happy and sad moment without judge.
Daddy … You are my Peter Pan We always have a little secret. A secret between a Wendy and its Neverland. Secrets that keep unknown to anyone. Even for Tinkerbell and Mom .
Daddy … You are my Geppetto The number one father for me. That always believe and support for whatever I do. Although sometimes I’m behaving mischievously and disappointing.
Daddy… You are my Superman The hero in my eyes, the saviour of my life That was always there when I need your help. Even though sometimes I was too selfish and did rebellion
Daddy … You are my Mickey Mouse I miss your smile node. When the Sun is shining fiercely, I run to greet you. Hope there is something for me and I’m never disappointed because of that.
Daddy … You are my Winnie the Pooh With the soft of your swipe When the night before, I hard to shut my eyes. Then you keep accompany me with your patience While telling stories until I fell asleep innocent.
Daddy … You are my Ayah. Happy 40th birthday and thanks for becoming my superdad. I love you beyond my cartoon collection As you always love me as your little princess.
Cuddle and kiss, Your Moana
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Kereta Api Rapshody
Baru kali ini perjalanan dari Bandung ke Jakarta terasa berbeda.. ini seperti sebuah petualangan.. naik kereta dengan tiket berdiri, tanpa teman, uang pas-pasan, berangkat kesorean.. semuanya penuh keterbatasan.. tapi di balik itu ada perjalanan seru menanti.. menyenangkan?? pasti.. setidaknya selama di jalan.. aku sempat senyum-senyum sendiri dan bergumam.. Tuhan terima kasih atas semua pengalaman ini.. kubahagia dan ‘kan kukenang.. Tiba di stasiun 15 menit sebelum kereta bergerak.. tentunya bukan awal yang baik.. tapi itu bukan niatku.. semuanya bermula saat jalanan tiba-tiba menjadi padat merayap.. angkot yang kunaiki terjebak.. hanya maju seperti siput, merayap seperti ular.. duhh.. aku geram.. kereta akan berjalan setengah jam lagi.. tapi aku masih disini.. dihimpit kendaraan yang hanya bisa maju perlahan.. aku jadi gelisah.. kuputuskan saja untuk pisah.. hanya itu cara.. untuk sampai tepat pada waktunya.. Kuberlari sedikit kencang.. hingga nafasku jadi tersengal.. tapi apalah daya.. ternyata waktuku tak cukup ‘tuk dapatkan tempat tersisa.. arghh, ini kereta pamungkas.. jadi bagaimana?.. sedikit termenung.. pilih sekarang atau pergi esok saja.. aku putuskan yang pertama.. toh aku sudah terlanjur datang.. lagipula dengan sedikit uang yang tersisa.. tak bisa kunaik kereta yang lebih tinggi kelasnya.. ah sudahlah, yang penting sampai.. paling aku tinggal berdiri diantara dua gerbong kereta.. sambil melihat pemandangan hitam ketika malam menjelang.. sepertinya seru juga.. Terlintas ‘tuk berdiri di balkon gerbong belakang.. rasakan sensasi udara terbuka saat kereta melaju tanpa bimbang.. tapi sayang.. pintu dikunci, jadi aku tak bisa.. kucari tempat lain dengan segera.. dimana ya aku bisa merasa lebih nyaman.. akhirnya ku melangkah ke tengah kereta.. disana ada gerbong restoran.. hmm, tempat ini boleh juga.. mujur, aku bisa dapat tempat duduk di sana.. ya, anggap saja sedang duduk di sebuah kafe.. yang bergerak dari selatan ke utara.. pesanku hanya satu.. jangan lupa memesan makanan.. nasi gorengnya satu ya pak.. !! Kereta lalu berjalan.. tampak orang mulai lalu lalang kebingungan.. mereka juga sama.. cari tempat.. untuk sekedar melipat kaki agar tidak kesemutan.. beberapa duduk lesehan di ruang kosong tempat beristirahat.. tepat di sebelahku, masih di gerbong yang sama.. memang bisa? siapa bilang tidak.. aku juga baru tahu.. tenyata aku tak sendirian.. rupanya mereka juga bernasib sama sepertiku.. Suasana sedikit ramai ketika pegawai kereta itu mulai menyiapkan makanan.. berbagai aroma merebak disana.. nasi goreng, mi rebus, kopi susu, juga teh panas.. semuanya menggoda.. kecuali satu tak kusuka.. bau asap rokok yang menyebar dimana-mana.. fiuhh, untungnya jendela terbuka.. jadi aku tidak akan mati sesak.. tapi yang membuatku senang.. mereka semua tersenyum.. dan selanjutnya kami saling bertegur sapa.. seolah teman lama yang kembali bersua.. “Kamu tinggal di mana?”.. “Mau ke mana?”.. pertanyaan seperti itu mulai meluncur satu demi satu.. kadang aku tanya duluan.. kadang giliran orang.. kami memang tak saling kenal.. tapi alangkah bodohnya jika aku hanya bermuram durja.. bukankah ini akan sangat jarang.. setidaknya aku tak tahu kapan ini ‘kan terulang.. jadi aku mulai blingsatan.. tanya kiri kanan.. ngobrol depan belakang.. hingga berjam-jam pun rasanya jadi sebentar.. Ternyata di gerbong makan.. banyak peristiwa yang terjadi.. aku bisa lihat ada kondektur nakal.. yang menawarkan kursi kosong tak bertuan.. kalau kau mau, hanya dengan sedikit uang. kita bisa duduk lebih nyaman.. anehnya lagi.. kadang ada harga makanan yang bisa berubah sesuai kesepakatan..ah dasar.. tak lama beberapa orang disana tampak berbinar saat kondektur itu datang, dan mulai memasarkan.. tapi aku tidak tertarik.. aku lebih suka hiruk-pikuk disini.. lagipula aku juga tak berdiri.. jadi kuputuskan untuk bertahan.. dan terus menikmati perjalanan.. Ada yang cerita tentang kisahnya semasa SMA.. ada juga yang malah bertukar nomor telepon.. bahkan seseorang mengajak pulang bareng esok harinya.. padahal baru saja saling kenal.. kami bercanda, tertawa, meski tak tahu kapan lagi akan berjumpa.. rasanya sangat singkat.. sampai akhirnya kereta tiba di Jakarta.. tadinya aku berniat pindah stasiun untuk naik KRL.. tapi rupanya kereta yang kunaiki akan parkir di tiga stasiun sebelumnya.. aku pikir, lebih baik aku naik kereta ini saja.. jadi tak perlu repot naik kopaja atau gojek untuk pindah stasiun.. betul tak.. ?! Kereta lalu berjalan mundur.. dan aku, satu-satunya penumpang yang tersisa.. aku berbincang dengan pekerja di sana.. rupanya mereka suka bermalam di kereta.. tentunya di gerbong paling nyaman dengan pendingin udara.. sebagian tampak sibuk menulis laporan.. sementara lainnya asik membersihkan.. wow, sebelumnya sama sekali tak terpikir olehku.. oh seperti itu ya cara mereka bekerja.. dan setibanya di stasiun kecil itu.. aku langsung melesat keluar.. sambil tak lupa mengucapkan salam perpisahan.. pada mereka yang telah jadi temanku.. Barulah aku sadar.. telepon genggamku kehabisan baterai di jalan.. aku agak ragu arah pulang.. dan dengan kereta apa kulanjutkan perjalanan.. sampai kulihat sebuah panah menuntunku.. untuk menyeberang menuju jalan keluar.. tapi ada kereta lain melintang.. lalu kutembus saja.. sambil ku bertanya pada seseorang tentang arah yang kutuju.. alamak, pintu kereta tiba-tiba tertutup.. aku terbawa justru ke arah berlawanan..wusss, mau kemana aku ini.. kulihat sekeliling, tampak sepi dan lengang.. maka tertawalah aku.. hahaha.. Orang di depanku nampak tersenyum.. aku pun balas tersenyum.. walau sebentar, kami masih sempat berbincang.. hingga aku harus turun di stasiun beikutnya.. sebenarnya aku tak mau pindah.. aku suka kereta ini.. bersih, dengan kursi empuk, dan pendingin ruangan.. segar rasanya.. sudah terbayang kereta sebenarnya yang akan kunaiki nanti.. banyak orang penuh sesak seperti pindang.. aah, aku mau naik ini saja.. sayang arah yang ditempuhnya berbeda.. ini kemana itu kesana.. Aku tersentak saat di peron.. pak satpam minta tiketku.. tapi aku tak punya.. aku ini terjebak.. mana sempat aku beli tiket.. kuperlihatkan saja tiket keretaku sebelumnya.. dengan sedikit penjelasan, dia pun mau mengerti.. bahkan dia beri tahu.. kereta yang harus kunaiki.. tapi apa? Keretanya sedang berhenti di stasiun ini.. kapan? Sekarang.. dan segera pergi lagi tanpa permisi.. secepat kilat aku beli tiket dan berlari ke arah rel.. rasanya nyaris terlambat.. tapi aku berhasil masuk.. tepat sebelum kereta bergerak perlahan.. Wajahku masih tampak tegang.. dan lututku masih gemetaran.. tapi kali ini aku harus bisa bertahan untuk berdiri sepanjang jalan.. kupandangi wajah orang-orang.. mereka tampak kelelahan..ya, sedikit lagi aku sampai.. tapi aku tak tahu dimana aku harus turun.. lebih tepatnya berapa stasiun lagi.. untung saja suara wanita di kereta menjadi penolongku..dia bimbing aku hingga aku tiba di tujuan.. Berjam-jam semenjak aku tinggalkan Bandung.. aku sampai Jakarta, Kota Metropolitan.. tak menyangka kalau perjalananku akan dipenuhi kisah kereta.. dengan segala pernak pernik di dalamnya.. duduk, berdiri, tertawa, cemberut, berdesakan, terjebak, berlari.. semuanya menjadi bagian dari cerita perjalananku dengan kereta.. dan inilah kereta api rhapsody.. tentang lompatan petualangan dari satu kereta ke kereta lainnya..
0 notes
dimskipedia-blog · 7 years
Text
Ini Holacracy
Beberapa hari lalu bos divisi saya sharing tulisan tentang kebijakan top down versus bottom up. Saya jadi keingetan ada temen saya yang sering ngeluh gara-gara birokrasi perusahaan yang ribet akibat hierarki berlapis-lapis plus kebijakan yang top down? Ada juga temen saya yang lain malah bingung waktu mau mengakomodir berbagai kebutuhan anggota pas dia menerapkan kebijakan bottom up?
Nah, di masa depan, hierarki ini kayaknya bakal berubah. Organisasi bakal jadi lebih flat, dan less hierarchical. Ada suatu gaya struktur organisasi baru yang mulai diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan besar. Let’s introduce: the holacracy way.
Holacracy diciptakan oleh Brian J. Robertson, yang menawarkan gaya baru dalam menjalankan sebuah organisasi atau perusahaan dengan menghapuskan power yang dimiliki para manajer. Nah lho? Terus gimana kalau gak ada bos atau manajer yang micro-manage sana-sini?
Caranya, di Holacracy, perusahaan membentuk tim-tim kecil yang independen dan saling terhubung. Tiap tim punya otoritas mengambil keputusan sendiri: mereka diberi suatu purpose, lalu mereka memutuskan sendiri gimana caranya mencapai purpose tersebut. Jadi, gak perlu kesel dan capek nungguin keputusan dari atasan. It’s about self-management.
Keuntungan lainnya, adalah tiap orang dan tim jadi punya sense of belonging yang lebih tinggi ke perusahaan, karena mereka merasa berkontribusi langsung atas keputusan-keputusan yang mereka ambil. Dengan sendirinya kepentingan dan keinginan mereka akhirnya jadi terakomodir.
Terus kalau di organisasi konvensional, tiap orang punya satu job description yang jelas, di Holacracy gak ada job description, tapi roles. Satu orang gak secara “saklek” punya satu role, karena roles di sini gak didefinisikan berdasarkan people, tapi berdasarkan work. Satu orang bisa punya lebih dari satu role.
Nah, role ini sifatnya gak permanen, dalam arti bisa aja beberapa bulan pertama ada role Z, terus di beberapa bulan berikutnya role Z ini dihilangkan, karena misalnya perusahaan lagi gak butuh role ini, jadi semua role akan terus relevan. It minimizes the chance of having “gabut” people.
Walaupun Holacracy ini keren banget, tapi mungkin gaya ini gak untuk semua orang. Holacracy cocok buat organisasi yang karyawan-karyawannya berinisiatif tinggi dan penuh ide kreatif. Makanya, Holacracy banyak diterapkan oleh startup.
Untungnya bos divisi saya yang baik hati dan tidak sombong, tampaknya menerapkan holacracy ini. Walau dia mungkin nggak nyadar banget. Lagian satu divisi kita juga cuma berdua. Jadi bukan top down atau bottom up yang kita pilih. Tapi holacracy. Iya nggak bu?!
0 notes