dinotauruz
dinotauruz
𝙎atria 𝘼ldino
7 posts
Mahasiswa semester akhir Ilmu Komunikasi Universitas Pancawarna.
Don't wanna be here? Send us removal request.
dinotauruz · 3 months ago
Text
SETAHUN
Tumblr media
Gue gak pernah benar-benar menandai tanggal, apalagi merayakan sesuatu yang katanya penting. Tapi pagi itu beda. Ada sinar matahari yang menepi pelan di sela jendela, dan aroma kopi sachet yang nggak sengaja gue rebus terlalu manis. Hari itu bukan cuma Minggu. Hari itu kami genap setahun.
Hugo masih lelap, tergeletak di karpet dengan hoodie milik gue yang udah mulai luntur sablonnya. Tidurnya sembarangan, tapi damai. Gue sempat mikir, mungkin ini cara semesta memberi tau kalau gue gak pernah benar-benar sendiri.
Sarapan kami seadanya—mi instan, telur dadar setengah matang, dan bakso sisa malam sebelumnya yang gue rebus ulang. Tapi Hugo senyum kayak itu brunch bintang lima. Katanya, “Mewah banget. Tapi bukan rasanya. Yang bikin yang buat jadi mewah.” Gue cuma ngangguk sambil pura-pura gak terharu.
Kami keluar setelah makan. Menyusuri jalanan Bandung yang belum ramai. Toko buku tua di gang sempit itu masih buka, dan gue masuk cuma buat beli buku puisi yang sampulnya udah kusam. Di halaman pertamanya, gue coret kecil,
Untuk Hugo Senandhyatika
Sore hari, kami berkendara tanpa arah pasti. Angin menerpa jaket tipis, dan Hugo, dari boncengan, bersenandung kecil. Tujuan kami danau kecil yang dulu dia ceritakan sambil lalu—tapi entah kenapa tertinggal di kepala gue.
Kami sampai tepat sebelum matahari condong sepenuhnya ke barat. Di pinggir danau itu, kami bentangkan kain, sambil makan roti isi keju, dan berbagi teh botol. Tidak ada lilin. Tidak ada bunga. Hanya langit yang muram cantik dan percakapan kecil yang jatuh di antaranya.
Gue kasih dia catatan. Kertas kecil yang dilipat empat kali, dengan tulisan tangan seadanya,
Terima kasih sudah menerimaku satu tahun yang lalu. Mau perpanjang premiumnya gak, Kak?
Dia gak jawab. Cuma menarik napas dan sedikit terkekeh. Hugo menyilakan kakinya dan menepuk area pahanya seperti mengisyaratkan gue untuk beristirahat di pangkuannya. Seperti angin segar, gue segera menempelkan kepala di arah tepukannya, membiarkan tangannya menautkan jemari kami tanpa perlu perayaan spesial. Diamnya hangat. Jawabannya jelas.
Malamnya, kami pulang. Nonton Netflix yang bahkan kami sudah setengah hafal alurnya sampai ketiduran di kasur sempit kosan gue. Tapi malam itu, gue ngerasa dunia lagi lembut-lembutnya terhadap gue.
Mungkin cinta memang bukan soal kejutan, tapi soal siapa yang tetap bertahan walau dunia gak selalu seru. Dan malam itu, kami tahu—kami sedang bertahan. Bersama.
0 notes
dinotauruz · 4 months ago
Text
Apa Itu Cinta?
Tumblr media
Gue gak pernah kepikiran buat nanya apa arti cinta. Buat apa? Selama ini, hidup gue baik-baik aja tanpa harus muter otak soal perasaan yang sering kali ribet sendiri. Tapi, suatu malam, obrolan santai kami berubah jadi diskusi yang bikin kepala gue panas.
“Menurut lo, cinta tuh apa?” tanya Senja tiba-tiba. Senja, gue, Alif, dan Raksa lagi duduk di rooftop kosan gue. Kami baru saja melakukan kegiatan pria dewasa. (Main PS 5 di kamar gue) Senja, selalu punya cara buat mulai topik yang bikin kita mikir keras.
Gue nyengir dan terkekeh sedikit mendengar pertanyaan tiba-tibanya itu, mencoba menghindari pertanyaan. “Tanya ke yang lebih ahli aja, gue gak ada pengalaman.”
“Tai kali,” timpal Alif yang dibalas gelak tawa kami berempat.
“Ya udah ya udah, gue dulu deh,” kata Senja, matanya berbinar-binar. “Menurut gue, cinta tuh semua yang dilakukan sama crush gue. Kayak... kalau dia minjemin pulpen, itu cinta. Kalau dia nanya tugas, itu cinta. Bahkan kalau dia gak sengaja nyenggol bahu gue di lorong, itu juga cinta. Pokoknya, semua hal kecil yang dia lakuin, gue anggap cinta.”
Gue dan Alif saling lirik, nahan ketawa. “Jadi lo jatuh cinta sama kejadian-kejadian kecil?” tanya Alif yang udah sering banget ngalamin krisis percintaan.
Senja ngangguk penuh keyakinan. “Iya! Karena cinta itu sesuatu yang gak harus selalu gede dan megah. Kadang, cinta bisa datang dalam bentuk sederhana.”
Alif nyender ke pagar rooftop, napasnya berat. “Kalau buat gue, cinta itu sahabat gue.”
Kami bertiga diem. Gue tau, kita semua tau siapa yang dia maksud. Sejak dulu, Alif selalu punya perasaan buat sahabatnya sendiri. Masalahnya, cewek itu udah lama punya pacar.
“Gue gak bisa nyalahin perasaan gue sendiri dong?” tanyanya dengan santai.
Gue ngehela napas mendengarnya, ngerasa sedikit gak nyaman. “Anjing, Lif. Lo beneran nggak capek?”
Dia ketawa kecil, tapi pahit. “Capek, Sat. Capek banget malah Bang Sat. Tapi mau gimana lagi?”
Gue gak bisa bayangin ada di posisi Alif. Cinta yang gak bisa dimiliki, tapi juga gak bisa sepenuhnya dilupain. Rasanya kayak nunggu sesuatu yang lo tau gak bakal terjadi.
Raksa, yang dari tadi diem aja, akhirnya buka suara. “Kalau gue ditanya apa itu cinta, gue gak bisa jawab. Soalnya, gue sendiri gak pernah ngerasain cinta. Dari keluarga juga gak pernah dapet.”
Gue, Alif, dan Senja langsung fokus ke Raksa. Anak Farmasi itu gak pernah banyak cerita soal keluarganya, tapi kali ini, suaranya terdengar lebih berat.
“Dulu, gue pikir cinta itu sesuatu yang bersyarat. Lo harus jadi anak yang nurut, yang pinter, yang selalu memenuhi ekspektasi orang lain. Tapi sekarang, gue mulai sadar kalau cinta bisa datang dengan cara yang gak terduga.” Raksa diam sebentar, matanya menerawang. “Gue ketemu seseorang di kampus. Dan perlahan, gue mulai paham, cinta itu bisa berarti kehangatan, rasa nyaman, ketulusan, dan perlindungan.”
Gue ngerasain sesuatu di dada gue. Sebuah pemahaman baru.
“Kalau ditanya apakah semua orang layak mendapatkan cinta?” Raksa melanjutkan. “Jawaban gue, jelas. Semua orang layak. Karena, pada akhirnya, cinta bukan sesuatu yang harus dimenangkan atau diuji. Cinta itu ada buat siapa aja yang mau percaya kalau mereka pantas menerimanya.”
“Nah, sekarang giliran lo, Sat,” kata Senja tiba-tiba.
Gue yang lagi asik dengerin malah kaget sendiri. “Hah? Tiba-tiba banget kocak?”
Alif langsung nyengir lebar. “Udah, jangan pura-pura bloon. Menurut lo, cinta tuh apa?”
“Jawab dong, Sat!” Senja ikut nyorakin.
“Anjir lah, males banget ditanya ginian,” gue ngelus tengkuk gue yang mendadak gatal. “Gue... gak tau, kali. Gak kepikiran aja.”
Raksa nyengir tipis. “Atau jangan-jangan, lo sebenernya udah punya definisi sendiri tapi malu ngakuinnya?”
Gue langsung ngerasa ada sesuatu yang gak beres. “Hah? Apasih? Apa maksudnya?”
Senja dan Raksa saling lirik sebelum akhirnya Senja buka suara. “Hugo.”
Gue hampir keselek kopi yang gue minum untuk menutupi rasa gelisah gue. “AP—Apa sih? Gak ada hubungannya sama Hugo.”
Alif ngakak sambil nepok-nepok bahu gue. “Tai kucing, ini sih jelas banget. Gak usah malu, Sat. Sumpah dah. Kayak ABG baru pertama kali naksir orang ege lo. Emang karakter-karakter gak bisa bohong lo.”
“Anjing lo, Lif.” Gue nimpuk Alif pake botol kosong, tapi dia makin ketawa.
Senja ikut ketawa, tapi tetep dengan ekspresi kepo. “Jadi, bener dong, lo punya definisi cinta sendiri?”
Gue ngusap muka gue yang udah mulai panas. “Bangsat, gue gak bilang gitu.”
Raksa cuma geleng-geleng sambil ketawa kecil. “Ya udah guys, biar kita tunggu aja sampai lo sadar. Sampai denial lo ini lenyap!”
Gue mendengus, tapi gak bisa ngelak. Mereka semua ketawa, dan gue cuma bisa menatap langit malam yang dihiasi lampu-lampu kota di kejauhan.
1 note · View note
dinotauruz · 4 months ago
Text
0 notes
dinotauruz · 4 months ago
Text
Tumblr media
Gue nemuin dia di taman kampus, duduk di bangku kayu, tangan sibuk scroll ponsel. Begitu lihat gue, dia ngangkat alis, kayak udah siap buat berdebat.
“Gue mau lo jelasin, Ra,” gue buka pembicaraan tanpa basa-basi.
Clara nyender ke belakang, nyilangkan tangan di dada. “Jelasin apa? Lo kok yang lebih tau.”
Gue menghela napas. “Lo nuduh ada duit ilang, tapi lo sendiri gak tau fakta pastinya kan? Gembar-gembor di sosmed, lo pikir itu keren?”
Clara ketawa kecil, tapi matanya tajam. “Gue gak asal gembar-gembor, Sat. Gue lihat laporan pengeluaran. Ada angka yang gak masuk akal keluar begitu aja. Dan lo, sebagai kadiv PR, lo pasti tau ini.”
Gue diam sejenak. Gue tau laporan itu, dan emang ada satu transaksi yang mencurigakan. Tapi gue dan team lagi berusaha ngecek ke bendahara. Sekarang, sebelum gue bisa pastiin apa pun, gue memilih untuk diam, dan Clara udah main tuduh?
“Lo bisa nanya langsung ke gue Ra, bukan bikin drama di sosmed,” kata gue, nada suara gue mulai naik.
“Lo pikir kalau gue nanya baik-baik, lo bakal jujur? Jaman sekarang gak ada maling yang ngaku Sat,” balas Clara cepat.
Gue mendengus, kesel. “Gue gak ada urusan buat nutupin apa pun. Dan gak ada sepeserpun yang gue ambil dari uang itu. Mentang-mentang arsip keuangan terakhir gue yang pegang, bisa seenaknya lo tuduh gue begini? Tingkah lo malah bikin lo keliatan cuma cari panggung.”
Clara berdiri, nyorot gue dengan tatapan tajam. “Gue gak butuh panggung, Satria. Gue cuma gak suka orang yang pura-pura bersih.”
Gue maju selangkah. “Dan gue gak suka jadi kambing hitam buat asumsi lo.”
Hening. Beberapa mahasiswa mulai melirik ke arah kami, sadar kalau ada ketegangan di sini.
Akhirnya, Clara buang napas. “Lo mau cuci tangan, kan? Buktiin. Gue tunggu.”
Dia pergi sebelum gue bisa bales. Gue diem di tempat, tangan mengepal di sisi.
Bukan buat Clara. Tapi buat diri gue sendiri.
Karena kalau ada yang harus gue buktiin, itu bukan buat orang lain. Itu buat gue sendiri.
1 note · View note
dinotauruz · 4 months ago
Text
0 notes
dinotauruz · 4 months ago
Text
Satria Aldino
Tumblr media
Jalan pulang selalu punya caranya sendiri buat bikin kepala penuh jadi lebih ringan. Bandung selepas hujan, lampu-lampu jalan berpendar di aspal basah, udaranya dingin, tapi nyaman. Gue melepas jaket, duduk di warkop pinggir Jalan Setiabudhi, pesan kopi kayak biasa.
Dunia rasanya gak pernah kasih jeda. Tugas numpuk, proker gak kelar-kelar, ekspektasi datang dari segala arah. Kadang, rasanya kayak lagi lari di treadmill—capek, tapi gak ke mana-mana. Gue sering nanya ke diri sendiri,
apa harus selalu segini beratnya?
Seteguk kopi, satu tarikan napas panjang, dan jalanan yang masih ramai. Bandung masih berisik, tapi malam ini, gue memutuskan untuk rehat sejenak.
⠂⠁⠈⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠂⠁⠈⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂
PROFIL SINGKAT
Tumblr media Tumblr media
Nama Lengkap: Satria Aldino
Nama Panggilan: Satria/Sat/Abang (panggilan di rumah)
Tempat, Tanggal Lahir: Palembang, 5 Mei 2002
Domisili KTP: Bogor
Agama: Katolik
Zodiak: Taurus
MBTI: ISTP 6w5
Golongan Darah: A rhesus +
⠂⠁⠈⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠂⠁⠈⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂
Mengenal Satria Lebih Lagi...
Anak laki-laki ke tiga sekaligus satu-satunya dari pasangan Melayu-Sunda. Ibunya berasal dari Palembang dan Ayahnya berasal dari Purwakarta.
Memiliki tiga saudara perempuan. Dua kakak perempuan dan satu adik perempuan.
Ibunya adalah seorang fashion designer kenamaan dan Ayahnya adalah seorang pemilik showroom mobil.
Ayahnya telah tiada saat umurnya 19 tahun. Sejak itu, ia merasa sangat berat menjalani hari-hari di dunia dan merasakan tekanan berlebih saat harus pulang ke rumah.
Waktu kecil, Satria sering dipakaikan bando, dipakaikan skincare, atau dijadiin model eksperimen fashion kakak-kakaknya. Sekarang sedikit banyaknya ia jadi paham apa-apa saja yang perempuan sukai dan tidak sukai.
Lemari Satria isinya hanya hoodie, jaket oversized, kaos hitam polos atau putih polos, dan celana cargo. Paling malas kalau disuruh pakai baju formal kecuali ke acara penting.
Mempunyai nol toleransi terhadap rasa pedas dan berbagai sayur mayur. Rasa pedas membuatnya sembelit, dan baginya sayur mayur rasanya terlalu sehat.
Kalau lagi suntuk, Satria bakal langsung naik motor dan jalan-jalan keliling Bandung tanpa tujuan. Kadang muter-muter aja buat nikmatin suasana Kota Kembang ini.
Sering banget nangkep barang yang jatuh tanpa disengaja. Kalau lagi diam pun tangannya pasti sibuk mainin kunci motor atau muter-muterin pulpen.
Satria gak bakal bilang terus terang kalau dia perduli, tapi bakal kasih bantuan tanpa diminta. Kayak ngasih jaket kalau kamu kedinginan atau bawain makanan waktu kamu bilang lapar.
Kalau lagi punya waktu luang di kosan, Satria bakal sibuk main game kayak Valorant, Need for Speed, Genshin Impact, dan Honkai: Star Rail. Gak terlalu peduli menang atau kalah, atau sebau apa relic dan artefak yang dia dapat, yang penting seru aja dan bisa buat refreshing.
Sering berpikir kalau harusnya dia yang meneruskan usaha Ayahnya demi menebus semua dosa yang sudah ia lakukan kepada keluarga yang sangat menyayanginya. Harusnya Teh Dewi bisa mengejar mimpi S2 nya untuk profesi dosen kalau bukan karena dia keras kepala. Harusnya dia bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan keluarga daripada aktif sebagai babu kampus.
Tak banyak yang tau kalau namanya diawali dengan Michael karena ia tak ingin orang tau nama baptisnya. Kalau kamu tau, ya sudah. Berarti kamu circle terpilih. (Spesial)
Sebenarnya Satria bukan tipe yang suka banyak bicara. Itulah alasan kenapa ia merasa kalau dia salah jurusan.
Karena adanya mata kuliah Jurnalistik Foto saat ia semester 6, kini ia tertarik mendalami dunia fotografi. Style fotografi kesukaannya adalah street photography.
Orang yang baru bertemu dengannya pasti akan mengawali obrolan dengan, “matanya kenapa?” yang sudah pasti hanya dibalas kekehan singkat. Jika ia bersedia menjawab, Satria hanya akan membalas, “sebenarnya gue itu wibu. Ada naga dalam diri gue.” Namun sebenarnya alasannya tidak se-simple itu.
Satria adalah atlet bela diri saat kecil. Di usia 12 tahun, ia mengalami kecelakaan saat bertanding yang mengenai mata kanannya. Ia masih bisa melihat, namun akan sangat sensitif dengan cahaya. Itulah sebab Ibunya membuatkan penutup mata agar ia masih bisa beraktivitas.
Penyuka berbagai jenis kopi. Kamu mau ajak ngobrol di cafe? Boleh. Di warkop? Juga boleh. Yang penting ada kopi aja, dijamin Satria anteng sampai lima jam kedepan.
Saking aktifnya di kampus, Satria jadi salah satu mahasiswa paling diandalkan, baik diandalkan para dosen maupun sesama teman mahasiswanya.
Satria gak suka basa-basi. Dia akan selalu straight to the point. Basa-basi menurutnya ribet dan menyusahkan.
Teman yang baik. Satria bisa membicarakan apapun dengan temannya dan juga tipe pendengar yang baik. Dari politik sampai velocity, dari obrolan ringan sampai deep talk, dia bisa. Rahasia terjamin.
Secara romansa, Satria adalah tipe laki-laki yang akan memberi orang yang ia suka act of service. Dia suka diandalkan dan dia mau menjadi satu-satunya tempat bersandar bagi orang yang ia suka itu.
0 notes
dinotauruz · 4 months ago
Text
0 notes