dubesdrmnajib
dubesdrmnajib
DubesDrMNajib
16 posts
Spanyol
Don't wanna be here? Send us removal request.
dubesdrmnajib · 3 months ago
Text
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 4 months ago
Text
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 5 months ago
Text
Dubes RI Spanyol Dr. Ir. M. Najib, Kepariwisataan Indonesia-Spanyol
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 5 months ago
Text
Expo Indonesian Tourism Terbesar di Dunia
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 10 months ago
Text
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-11): Ziarah ke Makam Alfatih
Post Views: 55
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-11): Ziarah ke Makam Alfatih
Dr Muhammad Najib, Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
Jika merujuk pada Al Qur’an secara benar, maka kita tidak saja menemukan betapa kitab suci ini memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap akal manusia. Logika dan berfikir menjadi proses untuk memahami ciptaanNya yang akan bermuara pada mengimani keberadaanNya. Dengan kata lain antara hati dan otak atau antara keyakinan dan fikiran bukan saja seharusnya berjalan seiring, lebih dari itu seharusnya saling menopang dan saling melengkapi. Jika muncul ketidak serasian atau ketidak sinkronan diantara keduanya, maka kita harus introspeksi diri, mungkin saja ilmu yang terakumulasi di kepala belum cukup atau perkembangan sain dan teknologi belum menjangkau atau pemahaman kita terhadap ayat-ayat Al Qur’an keliru.
Novel ini berkisah seputar masalah ini.
Karya: Dr Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism
================================
SERI – 11 : ZIARAH KE MAKAM ALFATIH
Siang itu seperti biasanya aku bekerja di ruangku dengan ditemani komputer, tumpukan kertas dan buku-buku yang berserakan. Kebiasaanku di rumah yang membuat istri sering ngomel terbawa ke kantor. Buku-buku tebal yang aku pinjam dari perpustakaan yang belum selesai aku baca kuganjal halamannya dengan berbagai benda yang aku temui diruangan untuk menandai halaman-halaman yang memuat informasi yang sedang aku perlukan.
Ketika sedang asyik mengetik di komputer pintu ruanganku dibuka seseorang tanpa mengetuknya terlebih dahulu sebagaimana biasanya jika sekretaris datang atau petugas mengantarkan sesuatu. Aku menoleh spontan. Ternyata Mr.Zarif berdiri di belakangku sambil membawa amplop besar tersenyum seakan mentertawai cara kerjaku.
“Nih ada tawaran dari Turkish Air yang sedang promosi, jika tertarik anda boleh memanfaatkannya, tetapi tolong diambil saat musim libur sehingga tidak mengganggu tugas”, katanya sambil meletakkan amplop yang dipegangnya kemudian berlalu dengan mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Spanyol: “Hasta luego”.
Sebuah tiket business class yang masih belum diisi nama dan nomor paspornya, dapat dimanfaatkan dalam rentang waktu tiga bulan. Aku baca dalam surat pengantarnya yang berisi petunjuk untuk mengaktifkannya harus dibawa langsung oleh calon penggunanya ke kantor cabang Turkish Air di kota Madrid dengan dilengkapi paspor. Jika memerlukan visa nanti kantor Turkish Air yang akan mengurusnya.
Keesokan harinya aku langsung membawa amplop tersebut ke alamat yang diberikan, dilampiri dengan paspor dan foto sesuai ukuran yang diminta. Aku mendapat penjelasan bahwa seluruh perjalanku selama di Turki akan ditemani oleh seorang pemandu dari kantor pusat Turkish Air di Istanbul. Petugas lalu meminta nomor HPku dan memberitahukan setelah mendapatkan konfirmasi dari Istambul aku akan diberikan nama dan nomor telpon calon pemanduku.
“Claro ?”, katanya dalam Bahasa spanyol.
“Claro !”, jawabku.
Pada hari-H aku berangkat dari Bandara Adolfo Soarez di kota Madrid. Sejak memasuki pesawat aku sudah mulai terkesan dengan keramahan crewnya yang menampakkan pelayanan sangat profesional. Kemudian aku perhatikan interior pesawatnya, jenis pesawatnya, juga makanan yang disajikannya, semuanya terasa sangat memuaskan. Setelah pesawat take off seperti biasanya makanan disajikan. Aku yang berada di business class diberikan menu saat mereka menyuguhkan tiga macam juss yang bisa dipilih: jeruk, apel, atau tomat. Sang pramugari lalu mencatat pilihanku: Lamp chops dengan kentang goreng.
Beberapa saat kemudian makanan dihidangkan dalam keadaan panas dan aku sangat menikmatinya karena rasanya melebihi ekspektasiku. Sesudah selesai Capuchino pesananku disuguhkan bersamaan dengan diambilnya piring kotor. Aku lalu memanfaatkan kesempatan ini untuk mengetahui beberapa hal, memulai dengan menanyakan pramugari yang melayaniku dengan menggunakan Bahasa Inggris:
“Boleh tahu nama anda ?”.
“Sirin”, jawabnya sambil tersenyum
“Saya melihat semua pramugari yang berlalu-lalang berwajah Turki”, kataku
“Ya betul termasuk pilotnya juga”, katanya menjelaskan.
“Ada masalah ?”, tanya Sirin balik kepadaku.
“Tidak ! Aku sering naik Qatar Air dan Emirate yang pramugarinya berasal dari manca negara”, jelasku.
“Ini kebijakan perusahan yang mungkin dimaksudkan untuk mengurangi pengangguran yang ada”, jawabnya.
“Emangnya pengangguran di Turki besar ?”, kataku menyelidik.
“Dulu besar sejak Presiden Erdogan berkuasa jumlahnya terus semakin kecil”.
“Anda menyukai Presiden Erdogan ?”.
“Setiap rakyat harus mencintai pemimpinnya”, jawabnya diplomatis sambil tersenyum kemudian berlalu.
Pesawat mendarat di Bandara Istanbul Havalimani yang nampak sangat megah, luas, dan indah. Aku hanya berdecak kagum melihatnya. Seorang pemuda lalu menghampiriku saat aku meninggalkan pesawat sambil mengenalkan namanya Arslan, meminta pasporku untuk distempel pihak imigrasi agar tidak antre.
“Bandaranya hebat sekali !”, komentarku spontan.
“Bandara ini memiliki lima runway dan akan terus ditambah sesuai kebutuhan, Presiden Erdogan berambisi menjadikan bandara ini sebagai bandara terbesar di Eropa bersamaan dengan programnya menjadikan Istanbul sebagai Hub penerbangan di tingkat global”, katanya sambil melangkah memanduku.
“Apakah anda yang akan menemaniku selama aku di Turki ?”, tanyaku untuk memastikan.
“Mulai menginjakkan kaki di Istanbul sampai meninggalkannya kembali”, jawabnya menegaskan sambil tersenyum.
Kami meninggalkan bandara melalui jalur VIP sehinga semuanya terasa cepat dan mudah. Sebuah mobil dengan drivernya sudah menanti di depan pintu.
“Kita sekarang menuju hotel, anda bisa beristirahat malam ini, besok sesudah sarapan kita akan mengelilingi Kota Istanbul. Ini tempat-tempat yang akan kita kunjungi”, katanya sambil menyerahkan stopmap yang berisi agenda dan sejumlah informasi yang diterbitkan oleh Turkish Air.
“Jika makan malam tadi di pesawat tidak memuaskan, anda boleh memesannya di hotel dan cukup dengan mencantumkan nomor kamar, karena hotel yang akan anda tempati merupakan bagian dari group kami”.
“Terimakasih dan sampai jumpa besok”, kataku setelah selesai chek in dan kunci kamar aku terima.
Sesudah sarapan pagi aku ditemani Arslan mengunjungi Museum Panorama 1453 tiga dimensi yang menggambarkan peristiwa jatuhnya Konstantinopel ke tangan Dinasti Turki Usmani. Nampak Muhammad Alfatih menunggang kuda memberikan aba-aba kepada pasukannya. Suara drumband yang memainkan lagu-lagu penyemangat diselingi suara dentuman meriam sehingga kita seakan berada ditengah medan perang.
“Kapan diorama ini dibangun ?”, kataku.
“Beberapa tahun lalu”, jawabnya.
“Di era Erdogan kan ?”, kataku menegaskan sekaligus menyelidik.
“Ya !”, jawab Arslan.
“Tahukah anda pesan apa yang berada di baliknya ?”, kataku lagi.
“Menurut anda ?”, kata Arslan balik.
“Erdogan ingin mengingatkan orang-orang Turki bahwa mereka adalah bangsa besar yang pernah menaklukkan Bangsa Eropa saat dibawah Turki Usmani”, kataku lugas sekaligus untuk memancing posisi politiknya mengingat terbelahnya orang Turki menjadi dua kelompok besar sejak berdirinya Republik Turki yakni kelompok Sekuler dan Islam.
“Banyak pengamat yang berspikulasi seperti itu”, katanya datar tidak bergairah.
“Yuk kita bergerak !”, ajak Arslan seakan tidak ingin meneruskan perbincangan tentang politik.
Kami lalu meluncur ke Makam Muhammad Alfatih sang pemimpin yang merebut Konstantinopel pada tahun 1453. Makamnya berada di kawasan sebuah masjid yang cukup besar dan indah. Tampak banyak orang Turki yang berziarah dan memanjatkan doa di atas pusaranya. Akupun ikut memanjatkan doa. Setelah itu aku menunaikan Shalat Atahiyatul Masjid dua rakat di dekat mihrabnya tempat imam memimpin shalat berjamaah.
Makam Sultan Muhammad Al-Fatih di Turki
“Kalau ingin melihat kehebatan Al Fatih tontonlah film berjudul: ‘Fetih 1453’”, katanya.
“Aku sudah menontonnya”, kataku.
“Oh…!”, reaksi Arslan dengan wajah terkejut.
“Bagaimana menurut anda ?”, katanya menyelidik.
“Ada beberapa film terkait Alfatih saat menaklukan Konstantinopel yang kemudian diganti namanya menjadi Istanbul. Yang paling bagus yang dibuat oleh sutradara Turki, beberapa film yang dibuat sutradara Barat sarat dengan distorsi sejarah”, komentarku.
“Ya Barat sulit sekali menerima kekalahan apalagi jika yang menaklukannya bangsa Timur”, katanya sambil tersenyum kecil.
“Sekarang Kita menuju Eyup Sultan Camii “, kata Arslan sambil bergegas menuju tempat parkir mobil.
“Tempat apa itu ?”, kataku.
“Makam Eyup Sultan yang sangat dikeramatkan oleh Masyarakat Turki sejak era Turki Usmani, khususnya sejak penaklukan Konstantinopel”.
Masjid Eyup Sultan, sahabat Rosulullah yang meninggal dalam penaklukan Konstantinopel yang pertama. Di halaman masjid ini makam Eyup Sultan berada
“Bagaimana ceritanya ?”, kataku penasaran.
“Nama lengkapnya Abu Ayyub al Ansari, beliau adalah salah seorang Sahabat Rasulullah yang gugur saat upaya penaklukkan Konstantinopel pertama kali pada tahun 670-an. Beliau ikut serta dan gugur dalam upaya penaklukkan saat itu karena mendengar ungkapan Rasulullah yang menyatakan: Sesungguhnya Konstantinopel akan ditaklukan oleh Islam, sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya”.
“Emangnya berapa kali upaya penaklukannya ?”, kejarku ingin tahu.
“Banyak kali dan baru berhasil tahun 1453 M”.
“Tadi anda mengutip sebuah hadits. Apakah hadits itu sahih ?”, tanyaku.
“Diriwayatkan oleh Imam Buchari. Nanti saat mengunjungi Istana Topkapi Kita akan lihat hadits tersebut diabadikan di gerbangnya”, jelas Arslan.
Tanpa terasa kami telah tiba di sebuah masjid yang jauh lebih kecil dibanding Masjid Al Fatih tetapi yang berkunjung jauh lebih ramai. Aku merasakan ada aura spiritual yang sangat tinggi yang melingkupinya. Kami terus melangkah pelan memasuki halaman depannya. Aku langsung mengambil wudhu kemudian shalat dzuhur dan Ashar sekaligus karena waktu sudah masuk waktu Dzuhur.
Usai shalat aku langsung bertanya: “Dimana Makamnya ?”.
“Disini agak berbeda, makam Eyup tertutup untuk umum tidak seperti makam Alfatih”, katanya.
“oh……”, responku spontan.
“Apakah bisa minta ijin ?”, kataku mendesak.
“Biasanya dibuka kalau ada pejabat negara atau ada tamu negara yang berkunjung”.
“Tolong dicoba dan sampaikan bahwa aku adalah pejabat UN Tourism yang diundang untuk mengunjungi negri ini!”, kataku mendesak.
Arslan kemudian melangkah menuju kantor pengelola yang berada di samping masjid ini, sementara aku berdoa dengan penuh harap semoga Allah mengijinkan aku mendekati pusaranya. Arslan kemudian kembali mendekatiku bersama seseorang yang agak berumur berjenggot panjang mengenakan sorban khas Turki sambil menenteng sebuah anak kunci.
Aku diberikan isyarat oleh Arslan untuk mengikutinya. Kami bergerak melewati banyak orang yang berdoa hanya dari dinding luarnya yang didominasi warna biru dan seorang petugas yang sedang mengatur para pengunjung agar tidak berdesak-desakan dengan cara tidak mengijinkan untuk berlama-lama berdiri di tempat itu.
Setelah mengucapkan salam, pintu kemudian dibuka secara perlahan, dan aku bersama Arslan dipersilahkan memasukinya, setelah itu pintu ditutup kembali. Ternyata makamnya dipagari dengan tralis yang sangat kokoh tetapi sangat indah, Aku perhatikan di bagian kepalanya diletakkan tarbus tinggi yang dililiti serban putih sebagaimana sering digunakan oleh para Darwis di Turki.
Aku lalu mendekat ke bagian kepalanya seraya mengangkat tangan dan memulai doa. Bau wangi yang khas terasa menelisik lubang hidungku sementara suasana magis semakin kental menyelimuti seluruh tubuhku. Aku pejamkan mata untuk merasakan lebih dalam suasana spirutal yang belum pernah aku rasakan. Setelah puas aku buka mata, kuturunkan tangan, lalu memberikan isyarat bahwa aku sudah selesai berdoa. Kami lalu keluar dan makam itu dikunci kembali.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
0 notes
dubesdrmnajib · 1 year ago
Text
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 1 year ago
Text
Expo Makanan & Minuman di Barcelona Sebagai Pintu Masuk ke Pasar Eropa & Amerika Latin
https://youtu.be/F25EMdAlGjE
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 1 year ago
Text
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 1 year ago
Text
Indonesia Semakin Menarik Perhatian Elite Spanyol
https://youtu.be/Sob0pwpGpds
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 1 year ago
Text
Dubes Najib: Expo Pariwisata Terbesar di Dunia
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 2 years ago
Text
Dubes RI Dr M Najib: Saatnya Kuliah di Spanyol
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 2 years ago
Text
Dubes Dr M Najib Kunjungi Pesantren Imam Buchori Timba Ilmu
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 2 years ago
Text
0 notes
dubesdrmnajib · 2 years ago
Text
Tumblr media
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-27): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
Post Views: 9
Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO Dr Muhammad Najib
Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)
**********************************************************
SERI-27
Persaingan di antara Para Penjajah Nusantara
“Inggris juga sempat menduduki Indonesia, meski singkat. Bisakah diceritakan?” tanya Usted.
“Jejak bangsa Inggris di Indonesia dimulai dari Francis Drake, kemudian Thomas Cavendish. Tahun 1579, Drake mengikuti rute pelayaran yang sudah dilakukan Magellan, yakni melintasi Samudra Atlantik, kemudian menelusuri ujung Amerika Selatan, lalu masuk ke Samudra Pasifik dan mencapai Filipina. Akhirnya Drake tiba di Ternate dan membeli rempah-rempah di sana, kemudian membawanya pulang ke Inggris. Maka resmilah Drake menjadi orang Inggris pertama yang berhasil mengelilingi dunia. Thomas Cavendish bertekad mengikuti jejak Drake untuk mengelilingi dunia. Perjalanannya dimulai tahun 1586. Sesudah tiba di Filipina, Cavendish meneruskan pelayaran ke Nusantara, termasuk Maluku dan Jawa, pada awal 1588. Pada September 1588 Cavendish tiba kembali di Inggris. Penjelajahan yang dilakukan para pelaut besar Inggris ini mendorong Ratu Elizabeth I mempromosikan pelayaran internasional kerajaan Inggris. Terlebih saat disadari bahwa berbagai komoditas di belahan dunia lain, seperti rempah-rempah, bernilai ekonomi tinggi. Akhir tahun 1600, Ratu Elizabeth I memberikan hak istimewa kepada EIC atau East India Company, perusahaan dagang Hindia Timur, untuk menangani perdagangan di Asia dan sekitar Samudra Hindia. Tahun 1601, James Lancaster menjadi orang pertama yang memimpin armada EIC. Lancaster mengikuti jalur yang digunakan Portugis, yakni melewati Afrika. Ekspedisi Inggris ini diserang Portugis dan bajak laut Melayu di Selat Malaka. Catatan sejarah menunjukkan, Lancaster berhasil melanjutkan perjalanan ke Jawa dan mendarat di Banten. Ia mendirikan kantor dagang EIC pertama di sini serta mengirim utusan ke Maluku. Tahun 1603, Lancaster berhasil kembali ke Inggris dengan membawa kapal yang dipenuhi lada. Sepeninggal Lancaster, EIC terus berkembang. Perusahaan Inggris ini mendirikan pos-pos dagang di Malaysia, Singapura dan sejumlah kota pelabuhan di Nusantara, seperti Ambon, Makassar, Jepara dan Jayakarta,” uraiku panjang lebar.
Kemudian Usted memberikan lagi satu pertanyaan penting. “Bagaimana kisah tukar-menukar koloni antara Belanda dan Inggris?” tanyanya.
Baca Juga:
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-25): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-26): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
“Ceritanya berawal dari kedatangan VOC di Kepulauan Banda. Tujuannya satu, menguasai langsung satu-satunya sumber pala di dunia kala itu. Ketika itu pala bernilai sangat fantastik dan dikonsumsi oleh bangsawan Eropa untuk berbagai fungsi. Saat itu di Eropa harga pala bisa melonjak 60 ribu kali lipat dari harga aslinya. Sebuah catatan Jerman dari abad ke-14 menyebutkan bahwa harga setengah kilogram pala setara dengan ‘seven fat oxen’ atau tujuh lembu jantan gemuk. Sangat luar biasa. Dengan berbagai cara Belanda berupaya menaklukkan Kepulauan Banda. Penduduk setempat tentu tidak tinggal diam. Namun VOC menggunakan kekerasan tanpa ampun. Di Pulau Banda terjadi genosida terhadap penduduk asli. Dari 15 ribu jiwa jumlahnya menciut jauh menjadi 600 orang. Penduduk asli yang tersisa kebanyakan memilih hengkang dari Banda. Untuk menggarap pala, VOC mengimpor buruh kebun dari tempat lain di Nusantara. Di pulau-pulau besar, seperti Banda Neira dan Lontor, didirikan belasan benteng kokoh. Contohnya benteng Nassau yang dibangun tahun 1609. Inggris, yang juga berminat menguasai pala, datang ke wilayah ini pada 1616. Kongsi dagang Inggris, EIC, hanya bisa masuk ke salah satu pulau terkecil yang sangat terpencil, yakni Run, karena hampir seluruh Kepulauan Banda sudah dalam genggaman VOC. Kehadiran EIC otomatis membuat VOC merasa terancam. Apalagi Inggris kerap memberikan berbagai dukungan kepada penduduk setempat untuk melawan VOC Belanda. Sejak 1621, Belanda telah mencengkeram 10 dari 11 pulau di Kepulauan Banda, kecuali Pulau Run. Maka keberadaan Inggris laksana ‘duri dalam daging’. Selama lebih 40 tahun berikutnya terjadi pertikaian berdarah antara keduanya untuk memperebutkan Run. Akhirnya muncul kesepakatan damai melalui Perjanjian Breda tahun 1667. Perjanjian ini sebenarnya melibatkan beberapa negara, yakni Inggris, Belanda, Prancis, Denmark beserta Norwegia terkait koloni masing-masing. Salah satu yang diatur adalah pertukaran antara Pulau Run di Kepulauan Banda dengan Pulau Niew Amsterdam yang berlokasi dekat New York sekarang. Belanda rela memberikan Niew Amsterdam, daerah jajahannya di benua Amerika, kepada Inggris untuk ditukar dengan Run. Meski luas Niew Amsterdam, yang sekarang bernama Manhattan, 18 kali lipat dari Run, kesepakatan itu sangat menguntungkan Belanda. Akhirnya seluruh Kepulauan Banda, satu-satunya kawasan penghasil pala di dunia kala itu, dapat digenggam seutuhnya. Dan Belanda menjadi penguasa tunggal dunia untuk pala.”
BERSAMBUNG
0 notes
dubesdrmnajib · 2 years ago
Text
youtube
0 notes
dubesdrmnajib · 2 years ago
Text
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-25): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
Post Views: 71
Dr Muhammad Najib, Dubes RI untuk Spanyol dan UNWTO
Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)
**********************************************************
SERI-25
Persaingan di antara Para Penjajah Nusantara
Sesuai permintaan Usted, Aku menyiapkan tulisan tentang pertarungan Belanda melawan Kerajaan Portugal di Nusantara. Aku lalu memaparkannya di hadapan Usted.
“Permusuhan antara Belanda dengan Kerajaan Portugal sedikit banyak merupakan kelanjutan dari konflik mereka di daratan Eropa, meski kali ini motivasinya berbeda. Pada tahun 1602, Belanda menyerang koloni Portugal di Amerika, Afrika, India dan Timur Jauh, untuk kepentingan hegemoni perniagaan. Portugal menang di Amerika Selatan dan Afrika, sementara Belanda menang di Timur Jauh dan Asia Selatan. Di wilayah Nusantara, Portugal hanya mampu bertahan di ujung tenggara Nusantara, yakni Pulau Timor,” ujarku.
“Bisa diberikan beberapa contoh tentang pertarungan Belanda dan Portugal ini?”pinta Usted.
“Pada tahun 1575, bangsa Belanda, yang saat itu masih berupaya memerdekakan diri dari Spanyol, mulai menduduki Maluku dan menggeser kekuasaan bangsa Portugis. Pada tahun 1579 masih terdapat empat gereja Katolik di Ambon yang dibangun Portugis, di antaranya Gereja Santiago dan Sao Tomas. Satu terletak di dalam benteng dan tiga lainnya di luar. Gereja-gereja ini diampu oleh Ordo Jesuit. Namun kemudian, semua gereja itu dihancurkan Belanda. Contoh lainnya, pada tahun 1605 terbentuk aliansi di Ambon antara Belanda dengan Suku Hitu yang beragama Islam. Mereka bekerja sama menyerang benteng Portugis di Ambon, yang berdiri sejak 1575. Portugis hengkang dan Belanda mengambil alih benteng itu. Nama benteng tersebut diubah menjadi Victoria. Di Pulau Timor, sisa-sisa pasukan Portugis terus dikejar Belanda sehingga mereka harus bersembunyi di hutan dan harus meminta perlindungan masyarakat setempat,” paparku agak panjang.
“Apakah sekarang Anda bisa melihat bahwa permusuhan Belanda dengan Portugal jauh lebih keras dibandingkan permusuhan mereka dengan masyarakat setempat?” tanya Usted.
Pertanyaan ini membuatku harus berpikir sesaat.
“Apakah ini ada hubungannya dengan pertentangan antara Katolik dengan Protestan di daratan Eropa?” ujarku menjawab pertanyaan Usted.
“Si!”, katanya tegas dalam Bahasa Spanyol yang berarti: “Ya”.
Lalu beliau melanjutkan: “Motif ekonomi tentu saja menjadi alasan mereka untuk memperebutkan wilayah-wilayah strategis. Tetapi itu bukan satu-satunya alasan,” tegas Usted.
“Apakah Usted ingat sesuatu? Saya jadi teringat cerita Filipina dari Anda dulu,” ujarku memancing ingatannya tentang Filipina.
“Ya… Di dekat Kota Manila ada tempat bernama Ternate, yang sampai kini dihuni banyak keturunan Maluku Utara. Kampung Ternate ini terletak di Cavite, di sebelah Selatan pantai Manila. Tempat ini didirikan oleh orang-orang Mardica, Mardika atau Mardijker, salah satu puak Melayu yang berasal dari Ternate dan Tidore. Saat Spanyol berjaya di Maluku Utara, mereka diangkut ke Filipina untuk melawan bajak laut.
Ketika Spanyol diruntuhkan VOC Belanda, Katolik pribumi beserta orang Spanyol asli maupun turunan yang bermukim di Maluku, mengungsi ke Manila. Hingga kini keturunan Maluku tersebut berkomunikasi dengan dialek berbeda dari komunitas lain di sini.
Mereka juga telah berasimilasi dengan budaya dan bahasa Portugis. Orang Filipina menyebut mereka Caviteno atau Ternateno Chavacano. Kisah komunitas ini juga disinggung oleh Pigafetta, seorang penulis yang berlayar bersama Magellan,” kata Usted dengan mimik murung. Ia diam sejenak seperti berpikir keras, kemudian menarik napas panjang dan melanjutkan diskusi Kami.
0 notes