About dys journey’s journal. There is always a new chapter that can be begin.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Daripada tampil di dalam frame, aku lebih suka tampil di balik frame. Aku tidak suka dunia mengenalku, tapi aku suka mengenal isi dunia melalui caraku.
Orang bilang, aku banyak bicara. Tapi menurutku, aku banyak bicara ketika di tempat yang tepat. Aku tidak suka dunia yang berisik. Karenanya, kadang memilih menjauh dan menikmati waktu sendiri, caraku mengembalikan energiku.
Ketika sudah yakin dengan pribadi introvert-ku ini, belakangan aku menguji ulang diriku. Ternyata sisi ekstrovert-ku muncul lebih dominan menonjol sedikit dibanding hasil uji diriku sewaktu beberapa tahun lalu.
Lalu, aku tertawa getir. Hahhaha. Kok bisa? Aku eksrrovert? Di mana letak E-ku?
Dipikir-pikir aku memang suka bicara, lewat cerita, melalui tulisan. Bahkan kadang, banyak protes dari orang terdekat karena tak suka dengan gaya ceritaku lewat tulisan pun lewat lisan, katanya aku terlalu banyak bicara dan terlalu terbuka. Karenanya, aku sering jatuh murung. Selalu membuatku bertanya-tanya di mana letak salahku, atau aku harus bagaimana supaya orang tak berlaku seperti itu kepadaku. Dan selalu berakhir dengan menyalahkan diri sendiri. Kalau kata orang sekarang, overthinking. Hahaha.
Tapi dari semua kritik orang-orang itu, aku paling suka dukungan dari teman terbaikku. Dia bilang, "Dis, gak semua yang terjadi bukan karena kita begini atau begitu. Kadang, semua yang terjadi ya karena memang harus terjadi, mereka yang begini dan begitu."
Karena itu, aku mulai belajar dari dia untuk nggak semuanya kuambil hati.
Hal-hal yang kadang malah menyusahkan diriku sendiri semakin mendorongku untuk menjauh, menarik diri. Kotak kecil ini, di beberapa tahun aku berada sangat mempengaruhi pola pikir, perilaku dan pribadiku. Ternyata, aku sudah terlalu lama terduduk dan menyerap semua energi di dalam kotak itu...
Itu kenapa, terkadang keluar dari kotak memberikanku energi baru...
0 notes
Text
I wanna tell you about my traveling story, but please don’t judge me. This is only based on my experiences, if not related with you, ya gapapa..
Jadi ges, penting banget buat memilih travelmate dengan segala konsekuensi dan kondisi yang mungkin kedepannya akan kita hadapi.
Aku tuh udah mulai traveling dari jaman belum kelar kuliah, traveling pertamaku ke bali-lombok ramean ber-6 mungkin (aku lupa), backpacker-an, naik kereta yg jaman itu masih desek-desekan, yg masih banyak pedagang asongan keluar masuk gerbong, yg masih kalo lo gak dapet tempat duduk ya berdiri, masih liat orang bisa aja tidur di antara sela-sela kursi. Jaman itu, teman-temanku lebih pengalaman, aku yg kala itu masih bocil banget, yang cuman bisanya ngekor dan banyak belajar dari mereka.
Aku pernah dibilang “unflexible” sama salah satu travelmateku. Wkwk yaudah aku cuman bisa ketawa di dalam hati. Its okey, aku tuh beneran deh udah terbiasa banget di-judging sama orang. Saking terbiasanya, sampe-sampe membentuk pola defense-ku yg sekarang kadang malah jadi menyulitkanku.
Ges, traveling itu gak sekedar seneng-seneng doang. Ketika traveling, mode bertahan hidupmu tuh auto ON. Bagi orang-orang yg punya banyak duit, mungkin gak akan berfikir kalau traveling tuh bukan sekedar tentang duit, gue punya banyak duit bisa ngeluarin apapun yg gue mau. Gak gitu konsepnya~ if you have this mind, totally our point of view about traveling is different.
Traveling pertama keluar negeriku itu tahun 2016 kayaknya, backpackeran langsung 3 negara (asean doang sih) dengan budget yg sangat tipis dan kita bener-bener pernah merasakan di mode survival. Traveling pertamaku juga ngajarin aku, kalau traveling itu gak melulu tentang “dunia berputar di diri kita aja” ada kepala lain yg juga punya pemikiran, perasaan yg belum tentu sama dan seirama dgn diri kita. Dan itu bikin aku jadi lebih open mind untuk menghargai orang lain, menghargai keputusan dan preferensi mereka, kompromi untuk mencari solusi bersama.
Ini sepertinya cerita sepele, hal-hal tentang duduk di pesawat atau tidur di ranjang sebelah mana. Sepele tapi penting untuk diketahui bagi para traveler. Aku yang terbiasa bertanya dengan travelmateku seperti “kamu mau di sebelah sana atau sini?” Supaya tidak menguntungkan aku sepihak, dan memberikan kesempatan mate kita untuk menyampaikan pendapatnya. Kita gak lagi sedang berdebat untuk memenangkan pendapat kita di rapat loh, kesampingkan dulu kebiasaan kita ketika seperti sedang di area pekerjaan kita. Karena tanpa kita sadari, kadang ada loh orang yg gak enakan cuman bisa bilang“terserah” please jangan gitu ges, kaum-kaum “terserah” ini kalian juga berhak memperjuangkan preferensi kalian kok. Jika memang keberatan, sampaikan aja.
Aku tuh beberapa kali jalan dengan travelmate berbeda dan rupa-rupa warnanya. Jadi aku bingung letak “unflexible”ku di mana. Kayak ada nih temenku, dia suka juga duduk di window-seat. Sama, aku juga. Bold ya, aku juga suka duduk di window seat. Kalaupun aku memilih gak duduk di window seat dan sebelahan dengan travelmateku itu artinya aku gapapa dan memberi kesempatan ke mateku.
Nah, dalam trip itu aku gakpapa duduk gak di window seat, kalaupun aku gak mau ya aku akan misah sama dia.
Jadi, jangan langsung memutuskan orang yg traveling bersama kita “kita satu row aja ya, tapi aku di pinggir window.” Mungkin kita gak tau kan, apa orang itu berkenan? Bisa jadi dia juga suka window seat tp karena kitanya memutuskan sepihak, dia jadi gak enak untuk speak. Kita perlu loh, concent dgn orang lain apakah orang itu benar-benar berkenan. Jangan memutuskan apapun seperti dunia ini berada di genggaman kita ketika keputusan itu melibatkan orang lain… inget, dunia itu gak berputar di sekeliling kita aja… (note to my self, too)
About my last trip in Philippine… to be honest, my last trip ini aku berangkat dalam keadaan kurang excited. Dengan segala macam drama yg sedang kuhadapi di awal tahun ini, trip di Januari ini menjadi Trip ter-unexcited ku. Aku terlalu lelah untuk menghadapi dunia, jujur aja… saking gak punya energinya untuk marah, diam-ku sering disalah artikan as the biggest part of negatif emotion yang melekat diriku. Or look like as my biggest sin, may be? I dunno. Yaudah gapapa~ aku bahkan beneran terlalu lelah untuk menanggapi segala bentuk tudingan, or something like that~
I am an “i” person, then my mate is an “e” person, may be i guess. Bisa dibayangkan…Jadi, ketika bertemu dengan mate yang personality-nya keterbalikan denganku, akan jadi semakin sangat menguras energi-ku.
Waktu tiba di Manila, kebetulan kakak-kakak sepupuku transit jg di Manila untuk trip ke Jepang. Refleks dong ku ajak“ayok dong kita trip bareng”, dan dia jawab “berantem gak ya kita dis?”
Wkwkwk~ di situ aku langsung paham bahwa dia sedang mulai belajar tentang “ketidaksamaan”. Welcome to your journey, anyway🙏
Jadi, yah memang gitu ges. Namanya traveling pasti ada aja namanya “ketidakcocokan, ketidaksamaan, gak sefrekuensi”. Pasti itu, tinggal kita-nya gimana bisa membawa diri.
By the way, terima kasih untuk kalian yang pernah berkenan menjadi travelmateku. Sama seperti kebanyakan manusia, aku juga banyak menyebalkan atau gak seirama-nya dengan diri kamu, jadi maaf-maaf untuk banyak hal.
Mungkin ada travelmateku yg baru pertama kali keluar negeri, dan terkaget-kaget mengikuti pace travelingku kemudian jadi kapok pergi sama aku hahahahh dan itu malah jadi bikin dia menjaga jarak sama aku yaudah gpp hahahahah
Aku tuh orangnya emang tegas dan terbiasa bergerak cepat “cekat ceket kalo orang jawa bilangnya” 😭 jadi kalau memang mungkin ada yg gak cocok dengan pace-ku ya berarti karena memang gak cocok aja, ya gapapa loh, its okey sangat amat wajar terjadi..
Dan mungkin juga ada travelmateku yg gak pernah kapok pergi sama aku, i really appreciate it all buat yg kapok maupun gak kapok 🩵 hahahhhah
Oiya, Temen-temenku yg sering ngelihat storyku taulah, dulu aku pernah survey tentang preferensi traveling. Buat apa? Ya biar aku tau preferensi orang-orang yg mungkin kedepannya berpotensi jadi travelmateku itu ke mana. Bukan sok-sok milih-milih. Ya sebenernya tetap harus milih sih, krn ini tentang perjalanan. Journey. Traveling is journey for me~
Traveling is not a validation of people for me, nope~
Gak ada yg perlu kutunjukkan pada Dunia, i just wanna capture my journey for my self, of course. Bukan untuk mengesankan orang lain, bukan untuk membuktikan apapun ke orang lain~
1 note
·
View note