Tumgik
ekahardiyanti · 6 years
Quote
Selamat datang kembali tumblr :')
4 notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Text
Dibalik "Sudah makan?"
meski pertanyaannya biasaa dan mungkin beberapa menganggapnya hanya basa basi. But for me, it so happy if answer Yes!
1 note · View note
ekahardiyanti · 7 years
Text
Dan pada akhirnya, kita akan sama-sama megerti bahwa perasaan hanya diungkapkan dari dua hati, tidak lebih.
1 note · View note
ekahardiyanti · 7 years
Text
Hidup jauh lebih indah ketika kamu belum mengenal kata cemburu
66 notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Text
Menyikapi Persamaan dan Perbedaan (Part 1)
Aku dan kamu memiliki persaamaan dan perbedaan, begitupun mereka dan kalian, dan bahkan segala yang menjadi "subjek" dalam bahasa Indonesia akan memiliki persamaan dan perbedaan. Nah, ketika saling mengenal satu sama lain secara tidak langsung, persamaan dan perbedaan kita terhadap orang yang kita kenal sudah sepantasnya kita saling mengetahui, satu atau dua hal persamaan dan perbedaan yang kita bisa tahu.
Sama halnya kata aku, kamu, dia, mereka, dan kalian, sama-sama adalah subjek namun semuanya memiliki perbedaan dalam hal arti. Seperti itu juga, ketika kita menjalin hubungan dengan orang lain, akan selalu ada persamaan dan perbedaan. Jadi, ketika kita mampu menerima kesamaan, secara tidak langung kita sudah bisa menerima pula perbedaan. Tak perlu karena mereka sama dengan keyakinanmu, kamu memilih mengenal dan lantas tak akan ada perbedaan denganmu. Karena kamu memilih mengenal mereka meskipun berbeda keyakinanmu, lantas tak akan ada persamaan denganmu. Persamaan dan perbedaan akan selalu ada. Bukan hanya dari segi keyakinan, tapi juga dari segi pendapat, perilaku, tujuan hidup, dan segalanya.
Jadi, bisakah kita saling menghargai saja ketika kita berbeda dan saling mendoakan ketika kita sama?
0 notes
ekahardiyanti · 7 years
Text
Menjadi Tidak Terkenal Adalah Kehidupan
Pekerjaan saya saat ini mengharuskan saya untuk punya kebiasaan memantau tren dan mode yang sedang berkembang. Mulai dari melihat artis – artis yang saat ini sedang di gandrungi, selebgram yang sedang diminati, youtuber yang subscribe nya gila gilaan. Semua itu mesti dilakukan supaya saya bisa mendefinisikan desain – desain baju yang cocok bareng teman teman. Membuat brand yang kuat. Serta menyusun strategi marketing yang tepat sesuai situasi dan kondisi pasar.
Kadang kala saat melihat kehidupan orang yang sedang saya pelajari lewat media sosialnya itu, membuat saya tertegun kok bisa ya punya follower ig sampe 18 juta orang (sambil geleng – geleng kepala). Saya menemukan mereka – mereka yang terkenal di media sosial umumnya memiliki kemampuan yang baik dalam menampilkan sebuah sisi kehidupan mereka. Sambil memperhatikan dan mempelajari itu semua, saya suka istighfar banyak – banyak karena seperti yang dipublikasikan oleh United Kingdom’s Royal Society for Public Health beberapa media sosial terutama instagram merupakan media sosial paling buruk bagi kesehatan mental. Bagaimana tidak home kita sering kali disajikan secara gratis kehidupan teman – teman kita yang menyenangkan (karena tentu sebagian besar orang lebih suka membagi sisi menyenangkan hidupnya). Melihat teman – teman kita jalan – jalan sementara kita terkurung di depan laptop ngerjain segudang kerjaan. Kita melihat banyak orang memiliki pencapaian di usia yang sama, sementara kita masih berjuang dengan mimpi – mimpi kecil kita. Kita sejenak dibuat lupa, bahwa yang kita lihat ibarat bagian depan purnama yang cemerlang, bagian gelapnya kita sama sekali tidak tahu. Kita terlanjur membanding – bandingkan diri kita mungkin hanya karena jumlah likers dan komen yang tidak sebanyak si anu. Kita melihat teman – teman kita melakukan banyak hal berarti, sementara kita karena sibuk membandingkan jadi lupa melakukan hal berarti. Sering kali saya istighfar saat mulai membandingkan diri dengan orang – orang terkenal itu, lebih sulit lagi kalau godaannya adalah keterkenalan teman yang kita kenal.
Sejak media sosial menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan kita, kita mungkin sedikit atau banyak terobsesi untuk menunjukkan diri kita. Menampilkan apa – apa yang kita punya. Menunjukkan kita telah melakukan ini itu. Tapi hal – hal seperti itu takkan memberikan kebahagiaan permanen, seperti permen yang terasa selama ia tak mencair sepenuhnya di mulut.
Saya jadi ingat perkataan abang di suatu hari, “biarlah abang hidup di dunia nyata”. Dan benar, sedikit sekali waktu yang abang habiskan untuk media sosial. Abang cuma punya facebook itupun jarang disentuhnya.  Kehidupan nyata yang membuat kita lupa untuk ingin terlihat, untuk ingin terkenal, untuk ingin diketahui eksistensinya. Kerjaan abang baca buku, belajar, melakukan kegiatan – kegiatan bermakna yang tak perlu diketahui orang lain. Tahu – tahu ngasi kabar kalau semua nilai – nilainya A+ mumtaz, dapet IPK di atas 4,9 dari skala 5,00. Sepertinya kehidupannya baik – baik saja tanpa keterkenalan, bahkan saya baru tahu bahwa di kalangan mahasiswa madinah dari berbagai negara abang terkenal sebagai  seorang cendekiawan. Dan yah, kehidupan abang baik – baik saja tanpa lampu sorot mengarah ke arahnya. Abang hanya melakukan hal biasa dengan cara terbaik, kualitasnya yang membuatnya bersinar dengan sendirinya tanpa perlu diminta. Karena menjadi tidak terkenal justru kehidupan yang sesungguhnya.
Seperti kehidupan yang dijalani oleh salah seorang ulama besar generasi tabiut tabi’in, Abdullah bin al-Mubarak. Beliau mengatakan tidak dikenal dan tidak disanjung adalah kehidupan. Menjadi biasa di mata manusia adalah harapan. Salah seorang murid beliau, Hasan bin Rabi’, bercerita, “Suatu hari, aku bersama Ibnul Mubarak menuju tempat minum umum. Orang-orang (mengantri) minum dari tempat tersebut. Lalu Ibnul Mubarak mendekat ke tempat peminuman umum itu, tidak ada orang yang mengenalinya. Mereka memepet-mepet bahkan mendorong-dorongnya.
Ketika keluar dari desak-desakan tersebut, Ibnul Mubarak berkata, ‘Yang seperti inilah baru namanya hidup. Ketika orang tidak mengenalmu dan tidak mengagung-agungkanmu’.” (Shifatu Shafwah, 4/135).
Terkenal ataupun tidak yang terpenting kita mestilah bahagia menjalani hidup yang hanya sekali ini, tak perlu membanding - bandingkan cukup bergerak dengan sekuat tenaga. Tak perlu merasa rendah diri disadari ataupun tidak eksistensinya sebagai manusia, sebab kita itu sama istimewanya dengan manusia manapun di muka bumi. Sebab, sama sama di perhatikan Allah sampai ditugaskan dua malaikat untuk memperhatikan kita raqib dan atid. :)
  ©Alizeti
1K notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Photo
Tumblr media
Bila nanti, nyatanya kita saling menghindari dan tidak lagi saling mencari, ingatlah dengan baik; bahwa setidakmenyenangkan apapun akhir kisah ini, aku pasti akan mengingatmu sebagai seseorang yang pernah mengasihiku dengan baik dan bijak.
Bila nanti, kamu mendadak meragu, kamu sangat boleh percaya hal ini; bahwa jauh sebelum aku mengenali senyummu, jauh sebelum cerita-ceritamu mencanduku, jauh sebelum aku meletakkan kekagumanku pada kalimat-kalimat cerdas nan manismu, aku bersyukur seseorang sepertimu bersedia singgah di sini.
Bila nanti, kamu mengenang masa di saat aku masih ingin bersamamu–meski seberantakan apapun kamu, ketahuilah, itu hanya upaya sederhanaku untuk memastikan; bahwa perasaanmu padaku masih cukup banyak untuk membuatmu menyayangiku hingga besok dan besoknya lagi.
Bila nanti, seseorang yang kamu pilih di kemudian hari untuk menjadi penyebab bahagiamu bukan lagi aku, maka aku hanya ingin menyampaikan terima kasih;
• Terima kasih karena telah mengajariku cara untuk membaik dan terus membaik.
• Terima kasih karena sudah mau memahami semua duka dan luka yang kurasakan, yang ternyata, lebih baik dari siapa pun.
• Terima kasih karena pernah menolongku dari semua ide-ide burukku dan pemikiran yang salah.
• Terima kasih untuk waktu, kisah, argumen, dan diskusi menyenangkan yang pernah mau kamu bagi denganku. . . . . . Aku pernah bahagia saat itu. Sangat. Dan jikalau tidak lagi saat ini, tidak apa-apa,
aku telah cukup bahagia karena pernah bahagia di saat itu, dengan kamu.
Art: @misscyndiii
2K notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Text
Sepulang dari tabligh akbar
Ramai dan padat. Dua kata yang tepat untuk menjelaskan secara singkat mengenai Tabligh Akbar yang diadakan di salah satu Mesjid terbesar di Makassar, yaitu Mesjid Al- Markaz Al Islami. Ini kali pertama, saya datang dalam acara tabligh akbar seperti ini. Sejujurnya kegiatan seperti ini sudah sering kali dilaksanakan dibeberapa mesjid di Makassar, namun tabligh akbar inilah yang saya pertama kali ikuti. Alasannya sangat sederhana karena yang menjadi narasumber adalah ustadz Khalid Basalamah. Ustadz yang biasa saya dengar ceramahnya via youtube atau bahkan postingan akun sosial berbau islam di instagram.
Tema yang menjadi perbincangan dalam tabligh akbar ini adalah "Inilah Dunia dan Inilah Akhirat, Pilihan ditanganmu". Awalnya, saya mengikuti tabligh akbar ini karena narasumbernya. Namun, setiba di mesjid tepat setelah shalat duhur berjamaah, saya baru menyadari mengenai tema pada tabligh akbar ini. Tema ini sangat menarik bahkan menjadi salah satu alasan mengapa hari ini mesjid begitu ramai, serasa shalat tarwih di awal bulan Ramadhan.
Beberapa menit kemudian, ucapan salam mengawali tabligh akbar ini dari ustadz Khalid. Saat itu, dengan ribuan wajah yang tersenyum hampir secara bersamaan menjawab salam dari ustadz yang sejak dari tadi ditunggu. Beberapa jamaah tiba-tiba berdiri dengan memegang handphone yang mengarah ke ustadz dan ada pula jamaah yang mengambil buku dan pulpennya. Sekitar kurang lebih 60 menit, ustadz menjelaskan perihal akhirat dan duniawi. Dari penjelasan dengan durasi 60 menit itu, benar yang dikatakan ustadz bahwa kita di dunia ini bagaikan orang musafir, orang yang hanya berhenti sementara di dunia. Tujuan hidup kita adalah akhirat. Dunia hanya menjadi jembatan ke akhirat, tempat menjalankan tugas-tugas kita sebagai hamba Allah. Dan setiap yang kita kerjakan di dunia akan dipertanggungjawabkan diakhirat. Sisa kita yang memilih apakah menjadikan tujuan hidup kita adalah akhirat atau menganggap dunia sebagai tujuan hidup. Dari berbagai banyak nasehat dan ilmu yang dilontarkan oleh ustadz Khalid ada satu kalimat yang selalu saya ingat. kurang lebih dikalimat itu menjelaskan bahwa jika kita mengejar akhirat, dunia akan ikut bersama kita. Namun, ketika kita mengejar dunia maka akhirat akan menjauhi kita. Tabligh Akbar ini sungguh membuat saya sadar dan kembali mengingat bahwa tujuan hidup itu bukanlah sesungguhnya kekayaan atau seberapa berhasil mendapatkan sesuatu yang diinginkan, namun tujuan hidup yang sebenar-benarnya adalah akhirat. Seberapa baik kita menjadi hamba-Nya dan seberapa banyak amalan yang menjadi tiket kita diakhirat.
Sepulang dari tabligh ini sebenarnya, saya masih terpikirkan bahwa saat ini kita sudah tau tujuan kita hidup itu apa. Tapi, kenapa masih saja tiap menit dengan mudahnya, berbuat dosa? Dan beberapa hal, saya sendiri masih berbuat apa yang dilarang oleh Agama. Sedih? Sangat. Tapi, untuk menjadi pribadi lebih baik tidak akan secepat kilat, butuh proses didalamnya, butuh doa ditiap waktunya.
0 notes
ekahardiyanti · 7 years
Text
Setiap kali selesai membaca buku apapun itu, tiap kali terbesit keinginan untuk menulis yang sudah menggunung dalam pikiranku. Namun, mengapa susah untuk memulai?
0 notes
ekahardiyanti · 7 years
Quote
Kebaikan dari para pria sepertinya sudah sangat langka sehingga para wanita sering salah mengartikan dengan menganggap pria itu menyimpan rasa lebih untuknya.
Padahal pria tersebut hanya dibesarkan dengan sangat baik oleh orang tuanya.  // A. W.
(via surat-pendek)
Ohh begituuu yah :')
2K notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Text
Tempat yang kunamakan kamu (Part 1)
Disebuah tempat yang kunamakan kamu dalam ingatanku tak akan pernah kuberhenti berkunjung disana. Setiap malam, setiap kali kumenutup mata. Aku selalu bermain bersamamu dalam ingatanku, melepas kerinduan dan bahkan menjelma menjadi pelukan erat. Namun, ketika kuhabiskan beberapa menit bermain ditempatmu. Ada yang masuk tanpa mengetuk, tanpa bertanya, dan tanpa alasan. Ketika itupun aku bergegas membuka mata, pergi dari tempatmu. Dan aku sadar, aku hanya harus pergi~
0 notes
ekahardiyanti · 7 years
Quote
Terima kasih pernah ada, lalu tidak ada. Terima kasih pernah bertahan, lalu berhenti.
@cindyjoviand (via kunamaibintangitunamamu)
:')
298 notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Quote
Seperti hujan yang memutuskan jatuh dimusim kemarau, seperti itu pula kita saling memutuskan untuk berhenti. Perihal lalu, perihal janji dan angan2, kita sepakat bahwa semua hanya sebatas perihal saja
0 notes
ekahardiyanti · 7 years
Quote
Sejujurnya, bagaimanapun dirimu aku akan selalu belajar menerima dengan sabar dan tabah. Tapi, jika kamu meragukanku aku bisa apa?
2 notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Text
Tulisan : Peran
Beberapa tahun ke belakang, saya mengamati beberapa teman saya yang dulu aktif di media sosial. Terutama di tumblr. Pada tahun 2011-an, banyak sekali orang yang saya kenal melalui dunia maya satu ini. Sebut saja semisal @namasayakinsi @kuntawiaji @aliyahani-blog @satriamaulana @ourmetime @nayasa dan lain-lain. Orang yang dulu begitu aktif tulisannya, ada perubahan-perubahan yang menarik. Baik dari segi konten maupun intensitas,
Seiring pertumbuhan kami. Ketika dulu sama-sama mahasiswa dan kini setiapnya telah berperan sebagai orang tua dari bayi-bayi lucu mereka yang baru saja lahir. Juga dunia pekerjaan yang kini dijalani, dari yang menjadi dokter spesialis, pengusaha batagor, ibu rumah tangga, barista kopi, penulis, dan sebagainya.
Kini, ketika saya sendiri sudah lulus dari dunia perkuliahan, kemudian bekerja, menikah, dan mungkin nanti akan menjadi orang tua seperti teman-teman yang lainnya. Saya semakin mengerti bahwa peran yang kami jalani pun bertumbuh dan bertambah. Dan baru akan dimengerti ketika sudah dijalani.
Intensitas tulisan saya di dunia maya berkurang, drastis. Tapi itu tidak menjadi sebuah indikasi mutlak bahwa tulisan saya berhenti. Hanya berpindah media. Seperti ketika dulu tidak memiliki teman untuk bercerita sehingga semuanya tumpah dalam tulisan-tulisan. Kini saya memiliki @ajinurafifah untuk berbagi keresahan itu. Juga tulisan saya menjadi naskah-naskah tersendiri.
Peran yang bertambah, sebagai suami. Saya juga menyadari ada kehidupan nyata yang harus dihadapi. Dulu ketika peran masih sebagai pemuda lajang, begitu banyak waktu untuk bermain-main, berbicara ke sana ke mari di dunia maya. Kini saya mengerti bahwa ada tanggungjawab besar di hidup saya yang harus saya tunaikan. Dan dunia nyata jauh lebih penting untuk dijalani daripada di dunia maya. Mungkin, kenyataan ini belum bisa diterima oleh teman-teman yang sedang asik dan menikmati betapa menariknya dunia maya ini. Tapi itu tidak masalah, hanya memang fasenya kita berbeda.
Saya menjadi mengerti mengapa teman-teman yang dulu tulisannya begitu banyak dan rajin, semakin hilang dari dunia maya. Ada ruang-ruang pribadi yang menjadi tempat lebih aman untuk keresahan. Dan memang tidak semua keresahan harus dipublikasikan.
Peran kita akan bertambah dan bertumbuh. Sadarilah itu dan hadapilah kenyataannya. Dunia maya ini memang menyenangkan sekaligus melenakan, karena kita bebas menjadi seperti apa yang kita mau. Tapi di luar rumah, bertemu dengan orang, berbicara secara langsung, berjuang mencari rezeki di bawah terik matahari, berbuat membantu sesama dengan terjun ke lapangan adalah hal-hal yang nantinya akan sangat berarti.
Selamat bersiap untuk peran-peran yang sudah menantimu di depan sana.
Yogyakarta, 30 April 2017 | ©kurniawangunadi
327 notes · View notes
ekahardiyanti · 7 years
Quote
Hallo, tumblr. How are you?
0 notes
ekahardiyanti · 8 years
Quote
Kapan aku bisa jatuh cinta pada buku? Seperti dia, aku ingin sejatuh2nya pada buku, memahami, mengerti, dan memaknai hasil pemikiran seseorang lewat tulisan. Aku ingin jatuh cinta kembali pada buku, pada beberapa kalimat yang harus dibaca, pada beberapa imajinasiku yang bisa kutuliskan. Aku ingin jatuh cinta pada buku! Kumohon bantu aku.
0 notes