Tumgik
enolsyahyadi-blog · 7 years
Text
My life
Ada Apa dengan Hidupku? Pertengahan bulan Mei 1998 lahirlah seorang bayi laki-laki dari rahim seorang pahlawan yang rela berjuang selama 8 bulan lebih. Kala itu kondisi keluarganya yang yang diambang kemiskinan dan kerasnya kehidupan siap menanti kehidupan anak tersebut. Sejak balita makanan dan susu untuk pertumbuhan anak tersebut tak lagi terpikirkan khalayak anak-anak pada umumnya. Meranjak usia kanak-kanak ia sering menyaksikan bagaimana prahara rumah tangganya, hanya menyaksikan dan menganggap sebagai hal biasa waktu itu berhubung belum kenal bagaimana kehidupan dan belum mengerti apa yang dilakukan oleh orangtuanya, bahkan sebuah tamparan keras dari setapak tangan seorang ayah meleset di pipi kanannya sehingga membuatnya jatuh tersungkur di sudut ruang tengah dipapan rumah panggung tua peninggalan sang kakeknya, suara tangis serta rasa sakit yang tak layak dirasakan oleh seorang bocah yang baru beberapa umur, dan ironinya ia ditampar oleh sang ayah kandungnya sendiri, sungguh pertengkaran rumah tangga yang tak ada harapan untuk rujuk kembali. Sejak kelas 2 SD ia sudah menempuh pendidikan tanpa seorang ayah yang menemani kesehariannya, ia harus menjalani kesehariannya dengan hidup mandiri belajar menempuh hidup tanpa seorang ayah, panggilan "Bapak" kala itu sudah tak pernah lagi keluar di mulutnya untuk panggilan orangtua lelakinya, maka tidak wajar memanggil kata "bapak" sudah kaku di lidahnya, bahkan ia pernah sejenak berfikir "sebenarnya saya masih ingin memanggil kata bapak, tapi apa boleh buat dia sudah pergi bersama wanita lain dan meninggalkan sang ibuku yang malang ini" kata-kata itulah yang terlintas di pikirannya, tapi sudahlah semua itu sudah berlalu lebih memikirkan kehidupan kedepannya. Menempuh pendidikan SD selama 6 tahun bukanlah hal mudah baginya, ia harus bekerja sampingan untuk membantu penghasilan orang tuanya mengingat perceraian itu terjadi beberapa tahun yang lalu, keseharian ibunya bekerja sebagai petani dan kadang pula jualan buah dan sayuran di pasar, tak wajar kalau hubungan seorang anak dan orang tua jarang ketemu. Setelah bocah lelaki tersebut tamat SD kini ia berfikir untuk menentukan dua pilihan yakni antara lanjut sekolah atau putus sekolah karena kasihan terhadap orang tuanya, akan tetapi hal tersebut mendapat keputusan setelah mendengar untaian kata dari sang ibunya yang menuntutnya untuk tetap sekolah karena ia tidak mau keturunannya diinjak-injak oleh orang-orang yang lebih diatas. Suatu keputusan yang berat ia harus lanjut sekolah, dan beban hidupnya semakin besar. Menempuh pendidikan di SMP hinga tamat SMA adalah hal yang kebetulan terjadi menurutnya karena tak pernah ia pikirkan sebelumnya melihat kondisi perekonomian keluarganya serta jarak antar rumah dan sekolah yang cukup jauh suatu rintangan yang luar biasa akan tetapi jika sang Khalik berkehendak maka semuanya terjadi. Setelah selesai sekolah SMA kini ia sudah dilarang untuk lanjut kuliah karena pemahaman orang tuanya kala itu dengan bekal ijasah SMA sudah mampu mendapatkan pekerjaan, tapi naluri lelaki tersebut yang ingin tetap melanjutkan kuliah yang disertai rasa yakin maka ia mendapatkan restu dari Ibunya untuk melanjutkan kuliah, waktu ia masih sempat mendaftar di PTN secara gratis dengan jalur undangan alhasil ia lulus di salah satu PTN terbaik di daerahnya, sungguh hal yang luar biasa ia mendapatkan kesempatan kuliah di tempat yang bagus dengan dilatar belakangi perekonomian keluarga yang minim dan lika-liku keluarga yang panjang dan akhirnya ia tetap kuliah sampai sekarang. Namun satu hal yang masih terus terlintas dipikirannya yakni "Aku masih ingin mengucapkan kata Bapak kepada orang tua lelakiku tapi sudah kaku lagi karena telah mengdapatkan keluarga yang lain".
0 notes