Sebuah dialog dengan diri sendiri. Menyajikan sisi lain fadhilanls.blogspot.com dan medium.com/@fadhilanls
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Too busy numbing my feelings by reading and watching other stories, sometimes I forget to live my own
0 notes
Text
...
This is not planned but totally related to this challenge, watching the following:

Me: Still in the process of processing the information....
#harike9#tantanganzona1#manajemengadget#tantangan12harikalender#bundasayangbatch7#institutibuprofesional#semestakaryauntukindonesia
0 notes
Text
Nafas hari ini
Kalau hari ini masih bernafas, sudahkah kita mensyukurinya? Kalau hari ini masih bernafas, apa yang berbeda dari hari kemarin? Kalau hari ini masih bernafas, akankah kita mengusahakan yang terbaik? Kalau hari ini masih bernafas, sudahkah merenungkan kenapa kita masih diberi nafas hari ini?
0 notes
Text
Untuk Memulai
Sebuah refleksi dari kegiatan a Moment to Recharge pagi ini.
Salah satu kutipan favorit saya adalah pesan Baiduzzaman Said Nursi, seorang ulama asal Turki yang kisahnya disajikan secara apik oleh Kang Abik dalam novelnya "Api Tauhid".
"Bismillah", pangkal segala kebaikan, permulaan segala urusan penting, dan dengannya juga kita memulai segala urusan.
Begitulah, betapa hebatnya ayat pertama di surat al-fatihah ini. Mampu mengubah perbuatan sehari-hari yg kita kadang anggap remeh-temeh, menjadi amalan-amalan yang penuh kebaikan.
Sudah seberapa terbiasanyakah kita mengucap "bismillah" di awal tindakan kita? Sebuah kata yang kebiasaan mengucapnya akan menghindarkan dari hal-hal yang buruk. Karena betapa tidak pantas dan kurang ajarnya kita apabila menyebut nama-Nya untuk apa-apa yang dilarang dan dibenci-Nya.
0 notes
Text
The Book
Another sunday, another moment to recharge from Kelas Ramadhan Maksimal
Here I'll share with you some of the key takeaways I got...
One
Sebuah reminder untuk diri saya dan orang-orang seperti saya yang suka lihat kanan-kiri lalu merasa kalau rumput tetangga lebih hijau, lalu overthink, lalu insecure:
Sesungguhnya manusia boleh iri hanya pada 2 jenis manusia. Yang pertama, yang menggunakan hartanya untuk beramal jariyah walaupun sedang sempit ataupun lapang. Yang kedua, yang dikaruniai Allah kemampuan untuk memahami Al-Qur'an dan mengamalkannya, sehingga hidup dengan karakter yang baik dan menyebar kebaikan untuk orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, nggak perlu! Nggak usah bikin ribet diri sendiri bro dan sis... use that abundant energy of yours for something more meaningful ☺
Two
Sesungguhnya banyak dari kita (oh tentu saja termasuk saya), tau betul bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk kehidupan. Tapi sudah seberapakah kita bersungguh mempelajarinya? Sudah seberapakah berdamai dengan tuntunannya dan menjalankannya dengan ikhlas? Sudah seberapakah usaha kita mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang di sanalah ada jawabnya?
0 notes
Text
At Times
Well, there are times, when we don’t wanna do things that we don’t like doing. Things that are not wrong nor are they against your value or anything. They’re just things you don’t like doing.
Well, at times like that, I’d like to remind myself this:
You don’t always get to do what you like to do. But you could always learn to love the things that you do.
#BeResponsible
0 notes
Text
Hold that Judgement
Hold that judgement If it lets you see the worst of yourself If it lets you perceive only the bad from others If it brings over-skepticism towards the future If it stops you from doing something good
Don’t waste your energy judging things and ending up beating those that come in your way
0 notes
Text
Pulang
Di rumah kami, semua adalah murid, dan semua adalah guru. Semuanya, di bawah bimbingan ibu kepala sekolah tentu saja, ibu saya.
Saya akan bilang bahwa ‘pulang’nya kami ke rumah, adalah salah satu blessing in disguise dari kondisi pandemi ini. Sebelumnya, bagi saya sendiri paling tidak, rumah lebih berlaku layaknya kos-kosan bagi teman-teman mahasiswa perantau. Saya pulang ke rumah untuk menumpangkan badan dan beristirahat, mencomot makanan dari meja makan, membersihkan badan, dan sesekali menumpang rapat atau mengerjakan tugas di kala lembur dengan teman-teman lainnya. Selebihnya? Saya lebih sering beraktivitas di luar rumah. Kuliah, kerja, nongkrong, kumpul organisasi/komunitas, atau belajar hal-hal lainnya.
Semenjak kondisi pandemi memburuk dan kita semua mau tidak mau dibatasi aktivitasnya di rumah saja, keluarga kami jadi lebih sering bertemu satu sama lain. Selain aktivitas seperti makan, tidur, dan mandi, aktivitas lain yang biasa dikerjakan di luar rumah kami kerjakan di rumah. Nyaris 24 jam sehari, manusia yang bisa kami temui secara fisik ya hanya anggota keluarga ini. Akhirnya, kesempatan ini berubah menjadi momen kembalinya peran rumah sebagai madrasah bagi penghuninya.
Semua dimulai dengan sederhana, sedikit demi sedikit, merespon kondisi dan keadaan kami di rumah. Tidak bisa ke masjid untuk shalat berjamaah? Kami mendirikan jamaah kami sendiri. Tinggal serumah tapi tidak pernah bertemu bersama? Momen makan malam bersama menjadi waktu apel malam yang tidak boleh dilewatkan. Sisanya, ada kurikulum wajib yang harus semua ikuti, serta kurikulum tambahan menyesuaikan kebutuhan masing-masing.
Prinsipnya, semua murid, semua guru.
Sesi kultum wajib ba’da waktu shalat jamaah isya, mulanya kami bergantian menyampaikan kultum dengan tema yang dipilih masing-masing. Di sini kami belajar mendengarkan, pun belajar juga menyampaikan. Semuanya, sesuai kemampuan dan minat tentunya. Adek saya misalnya, di suatu malam menyampaikan tentang bagaimana kita semestinya bersikap pada kucing, karena hal ini merupakan salah satu bentuk sedekah dan cara kita menunjukkan kasih sayang ke sesama makhluk hidup. Di momen yang lain, ibu saya akan membuka kitabnya dan membacakan tafsir surat-surat pendek. Apapun topiknya boleh dibahas, tidak sempurna juga tidak masalah, nantinya kami bisa memperbaiki kekurangannya bersama (atau lebih seringnya, ibu menambahkan hal-hal yang kurang tersebut).
Selain itu, kami jadi lebih bertanggung jawab juga dengan pekerjaan-pekerjaan rumah, melatih kepekaan terhadap satu sama lain. Siapa yang memberi makan kucing, siapa perlu dibangunkan jam berapa, kapan berolahraga bersama, dsb. Tentunya semua dilakukan dengan kesepakatan bersama. Kalau ada yang off track, jadi yang saling menguatkan dan mengingatkan. Karena pada akhirnya banyak momen adaptasi yang kami lalui bersama dan begitu berasa.
Kalau ditanya yang paling seru apa, bagi saya, yang paling seru adalah memahami bagaimana memainkan The Sims 4 dan Cities Skyline, setelah vakum bermain game selama kuliah hahahaha. Walaupun, ada yang lebih berharga daripada itu tentunya. Yang paling berharga di antara semua, adalah menemukan kembali anugerah masing-masing individu di keluarga ini, serta membiasakan untuk menempatkan keperluan keluarga sebelum kepentingan dunia lainnya (yang kadang masih butuh ditampol juga sih biar ingat hahaha).
So, how’s your pandemic story? Adakah anugerah-anugerah yang kamu temukan di kala pandemi ini?
0 notes
Text
Oleh-oleh #2

Awal-awal tergabung dalam Ibu Profesional, kami member baru dikenalkan dengan nilai-nilai, sejarah, dan juga sistem yang berlaku dalam keanggotaannya. Mungkin kesannya boring, apaan sih, sampe-sampe ada waktu sepekan untuk belajar tentang hal-hal ini. Tapi, it actually gave me a strong impression.
1. Tentang menghargai sejarah. Besarnya Ibu Profesional saat ini, tidak terlepas dari langkah-langkah kecil yang dilakukan mulai dari foundernya, penggerak-penggerak awalnya hingga semua anggotanya saat ini. Sesuatu yang mungkin akan terlupa dan terlewat kalau tidak dibahas di awal perjalanan anggota.
2. Tentang kelembagaan profesional. Siapa yang dulu sering berantem antara profesionalitas dan kekeluargaan di organisasi? Wkwkwkwk. Somehow, yang ditanamkan di Ibu Profesional ini adalah tentang tanggung jawab pribadi dan konsekuensi. Plus, yang penting adalah ibu-ibu bahagia. Cara yang menarik untuk bridging dua hal yang sering jadi bahan perdebatan di organisasi mahasiswa. Rasanya, Ibu Profesional ini dikelola dengan profesional, tapi tetap menghadirkan rasa kekeluargaan.
3. Code of conductnya bikin melongo. Hehehe. Code of conduct ini, menanamkan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh seorang anggota. Dan membaca CoC ini, bahkan bikin aku belajar banyak tentang adab dalam organisasi.
Jadi belajar terus deh~ Terimakasih Ibu Profesional!
0 notes
Text
Oleh-oleh #1

Sudah lama mendengar tentang Institut Ibu Profesional, besutan Bunda Septi Wulandari, baik dari obrolan dengan beberapa teman hingga hasil kepo-kepo di sosial media. Alhamdulillah tahun ini, sukses mendaftar dan tergabung dalam program Foundation 9, setelah bergegas memenuhi segala syarat karena ketar-ketir ketinggalan kesempatan lagi. Maklum, komunitas ini terus berkembang setiap tahunnya dan terus diisi oleh para ibu dan calon ibu pembelajar.
Kalau dipikir-pikir agak lucu dan wagu, masuk komunitas ibu-ibu ketika belum berperan sebagai ibu. Tapi karena yakin bahwa perjalanan menjadi ibu ini akan panjang dan butuh bekal tidak main-main, maka bismillah saja. Mari belajar dan menemukan tantangan baru di Ibu Profesional.
p.s. Konsep program Foundation ini keren! Kita diajak buat belajar tapi seakan-akan sedang bermain!
0 notes
Text
2020
By far, I think I’ve made some of the best decisions in life this year, some of them lead to good consequences, the results that I’d wanted On the other hand, I also made some of the worst decisions in life, as they lead to some of the most unexpected yet unwanted consequences All those, had me feeling ups and downs, facing the perceived failures and success
But you know, just like the chinese word ‘crisis’, a crisis consists of both danger and opportunity Means, everything that happened, the best and worst decisions, are what allow me to grow
How are you guys? Feeling the same thing?
On to the next half of 2020 Bismillah!
0 notes
Text
A Meaningful Encounter #1
I was looking through my messenger that morning, didn’t really expect of finding something interesting. I was just... bored, you know. Life had been so boring, so full of me trying to ensure myself that everything was okay, when everything wasn’t.
It was the same old stuff. Old messages I hadn’t read, boring conversations, broadcasted messages I didn’t actually need. But you know, life has a fair share of surprises. I stumbled upon a group I barely opened (cause you know, I didn’t think I actually fit in there for some reasons), yet I found a broadcasted message there, offering to join a certain discussion group. Well, a discussion shouldn’t be more boring than my life right? So, I decided to give it a go. Maybe there could be something that would make my life more interesting, who knows.
Turned out, there were barely any speakers of the discussions which I knew personally. Though some of their stories were intriguing, at the very least, nothing really made its way deep into my heart. However, the last person speaking caught my attention.
He was someone who’d rather be mentioned by name (no honorifics, something that’s quite unusual here), introduced himself by sending a picture of him crossdressing, yet getting acceptance from others and made me wonder whether I was the only one who hadn’t known him beforehand. But it was not all, as he started his discussion, I couldn’t stop myself from anticipating what his next words would be, what story would he tell next. Unlike the previous speakers, he’d drawn me in his stories.
And you know what, as cliché as it sounds, my life started changing, since then.
(tbc)
0 notes
Text
The Awkward Call
A buddy of mine asked whether or not I’ve ever contacted a certain person. Told her that I haven’t, which reminded me of a certain situation a few months back. This is between me and someone else, a trainer of mine at that time (M&T). T: -text- “I got a free time for about an hour, who wants to have a coaching call with me?” ... 3 seconds later ... M: *pick up the courage to call* “Hi! This is Ipeh” T: “Ah hi Ipeh, wait which one are you?” M: *explaining shortly* T: “I see, okay, so what is it you wanna talk about?” M: “Umm, well... (not knowing what to say) Umm, I feel like lately I’m too stressed because of all these things” (that was all I could say cause it was the only thing that bothered me at the time)
Then the conversation went on, with some questioning and some explanation from him, replied with my “Ah yes”, “I see”, “Hmm”, “Right”, which ended with me getting good offer to a tension release session.
Well you know what? There’s always first time for everything. There’s always this first conversation with someone you might not feel comfortable at first. But who knows how it’ll end up?
However awkward, why not giving it a try?
0 notes
Text
When You Feel Like Having a Bad Day
Stop running through the bad thoughts Feel all the emotions Cry it out if you need to Take a long deep breath Istighfar, istighfar, istighfar See what’s around you
If you still need some more support Call your best friend Smile to the nearest person around Or if you forget how to smile Scroll through your photo albums And see all the things that have passed
Dear, you’ve gone so far! A bad day doesn’t last forever
0 notes
Text
It’s okay to be...
It’s okay to be lost in your venture Cause it means that you’re moving Cause it means that you’re aware of your surrounding Cause it means you’ll continue looking
It’s okay to be suck at something Cause it means that you’re aware of your being Cause it means that there’s a lot of room to improve Cause it means you get to learn something
It’s okay to be you Even at times when you don’t feel like it
1 note
·
View note
Text
On Having 0 Expectation
Been 6 weeks since I start my Rabu Review on Instagram (check it out: instagram.com/fadhilanls). It started out simply as a challenge from some of my fellas, which forced me to practice my speaking skill in general. I didn’t know what to talk about at first, as I felt like heck man, there was nothing I know much about. But knowing myself a bit too well, these fellas asked me to do review on books I loved. Then, everything started from there.
I’d say, this is only the very beginning of something I’m not even sure about. I see that there’s a potential, a potential of maximizing this as a way to promote literacy (yea I wouldn’t just talk about books you know!), which has always been my concern since a long time ago. Although for now my job is to continue exploring and improving, cause there’s still a lot to be improved!
However, from the short 6 weeks of the journey, I suddenly realized that there’s something that I unknowingly train myself to do. Which is, having 0 expectations on how people would respond to my work. Which is a great thing!
Lemme tell you what I do almost every week: 1. I look at my bookshelves, wondering what to review 2. I pick something that I’ve read, re-read it again halfway through the book 3. I might end up putting the book back to the shelf, then start to find something new, or even pick a friend in my contact whom I know is having a good perspective to share 4. Record, edit, post! 5. Collecting feedbacks
Emm, well, you could say there’s a lot of impulsiveness going on and a bit of research and planning are involved.
I never actually expect people to like what I do, even for them to watch or listen, is a blessing for me! All I know is I wanna finish what I start. And simply by giving my 100, and having 0 expectations, there’s no disappointment attached to whatever other people’s responses are...
The only disappointment is coming from myself and I have full control of that, so, it doesn’t matter!
2 notes
·
View notes