fathimah-hidayat-blog
fathimah-hidayat-blog
Penyuka Senja
267 posts
saya adalah laut,tempat pulangnya senja. saya adalah laut yang setiap orang bisa menyentuh permukaannya tapi tidak semua bisa menyelami kedalamannya.
Don't wanna be here? Send us removal request.
fathimah-hidayat-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
"Apa kau yakin dengan pilihan mu?" Dia bertanya sambil memainkan rumput yg masih basah oleh embun pagi tadi. Perempuan yg ditanya itu tidak segera menjawab pertanyaan temannya. Perempuan itu menengadah perlahan, menghela napas panjang seolah melepas suatu himpitan di dadanya. Sudah hampir separuh umur mereka berteman, karenanya sulit untuknya menyembunyikan apa pun dari dia. "Entahlah Nyah" akhirnya perempuan itu menjawab. "Saya tidak benar-benar yakin apakah saya menyayanginya seperti rasa seorang perempuan yg menyayangi laki-laki ataukah seperti seorang manusia yg menyayangi manusia laiinnya. Dia sedang terjatuh, terkapar tanpa daya dan tidak memiliki upaya. Saat ini seolah dia hanya memiliki saya diujung tujuannya. Saya membuka kedua tangan saya, Dan membuatnya terbangun dari rasa sakit itu, dia terduduk dan sekarang perlahan tertatih merangkak menuju saya. Lantas bagaimana cara saya menutup kembali tangan saya? Bagaiman cara saya berpaling saat dia mulai belajar untuk berlari menuju saya?" Tutur perempuan itu sambil nanar matanya masih menghadap langit, berharap semesta menuliskan sesuatu disana. Sepi. Dialog itu terhenti. Menggantung tanpa tau jawaban selanjutnya. Tidak sekarang, mungkin nanti.
9 notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
jika diminta untuk memilih karir atau anak,,semua tentu akan memilih anak. tapi yang sering saya lihat pada kenyataannya adalah banyak perempuan yang masih “menyusahkan” orang lain demi untuk “menyeimbangkan” karir dan keluarganya. orang lain itu bisa berarti orang tuanya, atau “pembantu” yang lainnya. entahlah,,mungkin hanya menurut saya saja, tapi bagi saya, ini terkesan kurang bertanggung jawab pada keduanya..
0 notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
begitulah masa lalu,, sejauh apa pun kita pergi meninggalkannya, tapi ada kalanya dia kembali menyapa. ya, hanya menyapa. dia menjelma dalam senja yang jingga atau harumnya secangkir kopi hangat. memaksa kita terbawa lamunan sesaat dan senyum yang simpul.. ya, hanya sebatas itu..
0 notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
* WANITA WAJIB TAU *
TIPS KEREN SEPUTAR DUNIA PERDAPURAN
1. agar telur rebus tidak susah dikupas, jangan lupa celupkan kedalam air es saat telur tersebut baru matang/masi panas
2. agar cabe tidak meletup-letup ketika digoreng, jangan lupa tusuk ato lukai sedikit cabe tersebut dengan pisau sebelum digoreng
3. saat mencuci kangkung, arnong/selada air ato genjer serta tanaman air lainnya jangan lupa dibilasan pertama bubuhkan sesendok garam lalu diamkan sejenak agar binatang-binatan kecil yang mungkin hidup dibatang dan daunnya mati .. biasanya yg hobi nongkrong disitu lintah, keong, ulat dan cacing air.. ( brokoli dan kembang kol juga sering ada ulatnya jadi jangan lupa pula gunakan cara ini
4. agar tahu awet ketika disimpan, cuci bersih dengan air, kemudian siram dengan air panas, setelah itu lap dengan tisu dapur, simpan didalam tupperware tutup rapat, kemudian letakkan didalam kulkas insya allah bisa tahan 1minggu
5. untuk mengetahui telur busuk atau tidak bisa gunakan tes apung air, jika mengapung diatas air tandanya telur busuk
6. ketika akan mengocok telur untuk berbagai macam kue, pastikan telur dalam keadaan suhu ruang (bukan dingin karena baru keluar dari kulkas, hal ini bisa membuat adonan tidak ngembang)
7. jika menyimpan sayuran di dalam kulkas, jangan pakai keresek tapi gunakan koran dan majalah bekas, sebab ini bisa mencegah air embun sayuran menggenang yang bisa mengakibatkan sayur cepat busuk
8. untuk menetralisir bau dalam kulkas belah kentang dan letakkan di rak kulkas, kentang bisa menghilangkan bau tak sedap dalam kulkas
9. agar ikan tidak lengket dipenggorengan, gunakan wajan yang khusus untuk menggoreng, jangan sekali-kali menggoreng ikan diwajan yang pernah atau sering dipakai untuk menumis, sebab sudah pasti ikan goreng akan lengket dan hancur ketika dibalik, bisa juga olesi sedikit garam ke wajansebelum dituangi minyak
10. untuk menghilangkan rasa panas ditangan akibat terlalu lama berkontak dengan cabe ato sambel, (kata orang jawa tangan wedhangen) bisa dengan cara cuci bersih tangan dengan sabun sampai 2 atau 3kali, kemudian lap dan masukkan tangan kedalam beras, benam dan remas-remas beras sebentar,, fiuuhhh dijamin rasa panas ditangan akan hilang
11. agar mata tidak pedih ketika mengiris bawang merah, letakkan wadah berisi garam disamping talenan, cara ini insya allah ampuh menghindarkan mata agar tidak pedih
12. agar beras tidak dikunjungi kutu beras, letakkan sebungkus plastik yg berisi beberapa sendok kopi bubuk, kemudian beri sedikit lubang plastiknya.. kutu beras tidak suka aroma kopi jadi insya allah dia tidak akan berani datang ke beras
13. jika peralatan masak kusam akibat noda dari bumbu yang berwarna seperti kunir, ato panci yang terlalu sering dibuat merebus air jadi kekuningan.. ambil sesendok baking soda beri sedikit air gosok-gosok ke panci.. diamkan sebentar, lalu bilas.. jika masih ada noda bisa diulang lagi
14. agar kembang kates, daun kates/pepaya dan pare tidak terlalu pahit ketika dimasak, baiknya sebelum ditumis .. rebus sebentar di air rebusan daun jambu biji .. (caranya, rebus air, ambil beberapa lembar daun jambu biji, tunggu hingga mendidih, masukkan daun jambu, tunggu 5menit, masukkan kembang/daun pepaya/pare) diamkan sebentar matikan api.. baru setelah itu tiriskan dan siap untuk dimasak sesuai selera.. (kalo daun pepayanya untuk kulupan, bisa direbus hingga matang bersama daun jambu)
15. agar tempe tidak mudah busuk, jangan simpan didekat garam
16. jika menyimpan daging di freezer, pastikan daging tidak keluar masuk freezer berualangkali karena hal ini bisa membuat bakteri berkembangbiak, jadi potong-potong dulu dagingnya sesuai dengan perkiraan kebutuhan per tiapkali masak dan simpan di plastik kecil-kecil secara terpisah sehingga ketika akan mengambil, bisa ambil seperlunya saja..
Semoga bermanfaat
copas dari grup sebelah, 
3K notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
TUhan,,
ada seorang lelaki lancang yang datang untuk membawa pergi adik ku.. aku tidak mengenal siapa dia,, bagi ku, tidak ada laki-laki lain yang bisa menjaga adik ku sebagi sebaik penjagaan ayah kami.. banyak sekali keraguan yang datang mengganggu,, teramat sering rasa kuatir menghampiri... tapi, Tuhan,,bagaimana jika lelaki itu memang orang yang Kau kirim untuk adik ku,,sementara aku masih sering terbesit untuk menahannya.. Aaaah..betapa dosanya aku,, Tuhan,,
jika memang ini adalah jalan Mu,,
semoga Engkau tetap memberi kami petunjuk dan kekuatan..
1 note · View note
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Note
assalamualaikum kk, jagung rebus, sya ingin bertanya , apa yang membuat kk benar benar jatuh hati dengan yang namanya tulisan khususnya tulisan kk pasti, apa yang kk bisa dapatkan dari tulisan yang telah kk buat sendiri?terima kasih kk saya harap kk bisa menjawabnya
Waalaikumsalam
Kok kamu tahu kalo saya jatuh hati pada tulisan saya sendiri? Hmmm, yes, saya senarsis itu dengan menggemari tulisan2 saya sendiri, membacanya berulang - ulang untuk menikmatinya; mengambil pesan yang disampaikan oleh diri saya sendiri; mengingat orang2 yang saya tuliskan atau yang membuat saya punya pikiran seperti yang saya tuliskan; dan mengecek jangan2 ada tulisan yang punya potensi besar untuk salah dimengerti.
I’m the biggest fans of my own writing. 
Saya jarang baca tulisan orang lain di blog atau media sosial, tapi saya punya akun2 yang saya senang membacanya. Yang membuat saya jatuh cinta pada tulisan mereka adalah cara mereka berpikir. Bahasa bagi saya bukan sekedar estetika, tapi kecantikan pikiran seseorang dalam menghadapi banyak persoalan. Tulisan2 yang disusun dengan argumen dan logika yang baik, bahasa yang baik atau asik, dan yang terpenting adalah tulisan itu manfaat, bukan malah melemahkan. Saya ngefans dengan beberapa pemilik akun tumblr juga, cara mereka menghadapi pertanyaan2 dan menyajikan informasi jauuuuuuuhhhh di atas kemampuan saya. Hehehe. 
Kalo kata Nyta, melemahkan atau gak nya sebuah tulisan tergantung yang membaca. Betul, tapi tidak sepenuhnya betul. Karena penulis pun punya kuasa untuk menentukan seperti apa gagasannya, seenggaknya dengan pangkal ini penulis bisa meminimalisir akibat.
Bisa menyampaikan gagasan yang bermanfaat dalam bentuk visual maupun verbal, buat saya sangat seksi kalo minjem bahasa anak jaman now. 
59 notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
Dulu kamu serupa jingga teduh nan sayu..sekarang pun begitu.. Esok Dan seterusnya
0 notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Note
Kak aku mau nanya deh. Kenapa cowok suka atau hobby melihat/menikmati aurat aurat yg disuguhkan oleh cewek cewek yg berpenampilan terbuka? Bahkan mereka bisa tergoda untuk menggoda cewek tsb. Tapi, kenapa ada diantara mereka yg bercita cita punya istri sholeha? Kenapa Kak? Why oh kenapa? Ngeselin banget ga sih.
Itu naluri say. Cek di Al Quran bahwa lelaki diwajibkan menjaga pandangan dan kemaluan. Naluri laki memang mudah tertarik sm fisik perempuan, kayak kita yg ga bisa gak liat kalo ada diskonan. Itulah nafsu.
Nah, manusia kan punya akal yang mengendalikan nafsu. Kalo akalnya jalan, laki ga akan ngumbar nafsunya dengan godain atau melototin itu perempuan. Apalagi secara blak blakan, malu2in tahu. Kalopun nafsu muncul karena perempuan di luar rumah, jika si lakik emang wise dan punya akal, dia akan pulang ke rumah menemui istrinya. Eh itu jg kali punya istri, kalo gak ya puasa aja. Kesian kan jadi lakik? Untung gw bukan lakik.
Nah,,,kenapa lakik yg ngumbar nafsunya gitu ingin punya istri salihah? Itulah fitrahnya, manusia ingin yang baik, bukan yang suka mengumbar harta berharganya untuk ditonton siapa aja.
Kalau yg tidak ingin yang salihah, bisa jadi beberapa kemungkinan. Pertama, emang bukan muslim jadi ya wajar hahah. Kedua, dia merasa bukan laki salih jadi yaudahlah gapapa ga dapat yg salihah. Ketiga, fitrah yang seharusnya mengharap kebaikan,sudah terkikis oleh maksiat atau pergaulan yang kurang baik. Keempat, udah terlanjur sayang. Kelima, kemungkinan2 lain yang kita tidak tahu.
Eh salihah disini bukan berarti yang selalu udah salihah banget ya. Bisa jadi perempuan yg OTW salihah. Ada loh perempuan2 baik yang rajin ibadah, akhlaknya mulia, hanya belum bersedia menutup aurat walaupun pakaiannya sopan2.
Semoga kita semua jadi perempuan salihah.
77 notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
Jangan Takut Dengan Lamanya Kesendirian (2)
Sering banget saya dengar komentar orang, “belum nikah? Ngejar karir ya Mbak? Sibuk sekolah ya Mbak?” Gusti Allah, karir kok dikejar. Mending ngejar Lee Jae Hee.
Saya yakin bukan hanya saya yang mengalami, pasti juga dialami banyak perempuan di usia yang seharusnya sudah menikah tapi belum. Ketika saya melihat sekeliling, yang telat menikah memang banyak yang setipe dengan saya sih : suka kerja, suka sekolah, mandiri, dan semacam itu. Perempuan yang terlihat tidak butuh laki-laki.
Tahukah kamu, jika kondisi seringkali sebaliknya? Maksudnya, justru karena kami belum menikah, makanya memilih sibuk dalam pekerjaan, pendidikan, dakwah, kegiatan sosial, dan semacamnya. Mengapa? Bukan pelarian, tapi karena kami adalah perempuan - perempuan cerdas yang tahu benar letak kebaikan.
Bukan karena ga butuh laki-laki lalu ga nikah. Justru karena kami belum menikah, maka kami melatih diri untuk melakukan segalanya sendiri. Gak sedih kok, bahagia saja, hanya kurang lengkap tentunya. Seriously, perempuan mandiri tetap butuh lelaki. Saya sepenuhnya menyadari ini ketika kapan hari ga bisa ngangkat galon ke kamar yang berada di lantai 2. Rasanya pingin nangis dan teriak di tengah hujan, “aku pingin nikaaaaah biar ada yang angkatin galon!!!”
Jedderr, jedderr!! Lalu hujan makin deras dan kamar bocor parah. Lalu saya pingin teriak lagi pada ibu kost, “Teteeeeh, saya pingin nikah biar ada yang benerin genteng!!!”
No, itu hanya becandaan saya di tengah kondisi yang saya anggap kurang enak. Sorry bro, fungsi suami bukan hanya untuk angkat galon atau benerin genteng, no no. Maksud saya adalah, itu hanya sedikit kejadian yang menjadi hikmah bahwa perempuan tetap butuh laki - laki, untuk hal - hal yang lebih besar tentunya, membangun keluarga yang bermanfaat salah satunya.
Well. Jika belum ada keluarga yang harus diurus, apakah kami harus duduk lunglai menunggu jodoh? Dalam hal percintaan barangkali kami terlambat dan belum beruntung, tapi kami yakin bahwa ada banyak hikmah mengapa kami masih sendiri. Salah satunya adalah dengan memperbanyak ladang amal, melalui cara apapun.
Beruntunglah yang sudah menikah dan ladang amalnya makin luas. Agak sedih jika sudah menikah malah tidak berbuat apa - apa. Masih sedikit beruntung yang belum menikah tapi diberi rezeki ladang amal yang luas. Yang paling sedih adalah belum menikah, ga punya ladang amal. Jangan jadi yang terakhir ya.
Kadang - kadang saya mikir, ngapain saya ngejar karir sampai gak nikah - nikah? Lah, kalo bisa nikah cepet mah hepi banget, ga perlu kerja keras, udah ada yang nafkahin. Justru saya kerja keras karena belum ada yang nafkahiiiiiin, plis deh. Hahaha.
Beberapa waktu lalu kakak sepupu nge-chat. Dia bercerita tentang teman dekat saya ketika SD (usianya lebih tua dari saya), dimana kakak teman saya ini adalah teman dekat kakak sepupu. Kata sepupu saya, “si itu Din, belum nikah, padahal udah jadi dokter loh.”
Saya jawab, “Mbak, menjadi dokter dan menikah adalah dua jenis rezeki yang berbeda, jadi ga ada korelasinya kalau jadi dokter lalu jodoh jadi dekat. Barangkali, dia yang belum menikah itu jauh lebih bermanfaat karena dia dokter loh, dari pada yang sudah menikah tapi ga berbuat apa- apa.”
Bermanfaat tidak perlu bertitle sih, hanya saja menjadi dokter adalah contoh ladang amal yang menurut saya hebat jika dilakukan dengan bakti dan ikhlas. You name it simple good things that you can do, like ngajarin ibu - ibu PKK menjahit, atau kegiatan apapun. Pada intinya, sibukkan diri mencari ladang amal.
Semoga dengan menyibukkan diri berbuat baik, kita akan segera dijodohkan dengan pasangan yang juga sibuk berbuat baik. Lalu nanti menjadi keluarga yang sibuk membangun kebaikan.
Ah, tiba - tiba jadi ingat novel Ari Nur yang judulnya Diorama Sepasang Al-Banna. Ciee….uhuy uhuy..sekarang saya bisa menangkap makna filosofis di dalam novel yang menceritakan tentang sepasang arsitek itu. Bahwa pernikahan haruslah memperkuat teguhnya kita pada agama, bahwa pernikahan seharusnya menggabungkan dua kekuatan untuk membamgun peradaban. Tsaahh.
Maka, sebelum punya pasangan, semoga kita tetap menjadi Al-Banna meski masih sendirian, hingga saling disebelahkan di pelaminan.
Aiihhh,,,saya jadi baper sendiri gini.
1K notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
Kebutuhkan daerah terpencil dan tertinggal selain pembangunan infrastruktur dan jaringan telekomunikasi/internet, adalah membangun pemikiran dan mental masyarakatnya untuk menghadapi gelombang perubahan yang kelak terjadi.
Sentuhan perubahan yang ada akan mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya. Agar perubahan itu baik, perlu dikontrol dengan pemikiran dan iklim kehidupan bermasyarakat yang baik pula.
Tidak kalah penting adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Bagaimana pangan, sandang dan papannya. Tercukupi kah atau terabaikaan? Ini penting sekali. Ya, ekonominya ditata dengan benar.
Sebab, sangat keliru jika kemajuan dan keberadaban diukur dari banyaknya gedung-gedung dan masuknya sentuhan teknologi.
Sementara pemikiran dan perilaku orang-orangnya rusak. Generasi mudanya terjerat pergaulan bebas dan narkoba. Masyarakatnya mulai menduplikat gaya hidup orang-orang kota yang sangat individualis.
Mengupayakan perubahan bukan hanya pada apa yang terlihat mata (fisik). Tetapi perubahan yang memartabatkan manusia pada posisi terbaiknya (pemikiran).
12 notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Quote
Kepada Sang Maha Tahu, sudah semestinya kita berlindung dari segala ketidaktahuan. Kepada Sang Maha Menentukan, memang seharusnya kita berlindung dari segala kegelisahan.
(via kotak-nasi)
141 notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
Buat Apa Repot Banget Belajar Sekarang? Kayak Mau Nikah Besok Aja~
Hallo, generasi millenials! Apa kabar quarter life crisis? Semoga tidak menggalaukanmu sedemikian rupa, ya! Eh hmm, memangnya apa sih yang sering jadi sumber kegalauan anak muda zaman now? Apa lagi kalau bukan tentang masa depan? Tentu saja! Salah satunya adalah tentang pasangan hidup: siapa orangnya, bagaimana pertemuannya, kapan menikahnya, dan seterusnya. Tanpa disadari, kegalauan tentang masalah yang (di)besar(-besarkan) ini seringkali mengambil energi yang sangaaaaat besar. Padahal,
jauh dari pada kegalauan-kegalauan receh itu, ada lebih banyak hal yang lebih penting untuk digalaukan, seperti misalnya, “Apakah benar sudah siap menikah? Sudah siap menjadi pasangan? Sudah siap diamanahi Allah keturunan? Sudah siap menjadi orangtua?”
Sayang sekali, kebanyakan yang terjadi seolah seperti orang yang belajar berenang setelah langsung tenggelam ke air dan belajar setelah ujiannya memang ada, padahal semuanya akan lebih baik jika persiapan dan belajar dilakukan sebelum ujian. Begitupun dengan pernikahan dan pengasuhan, dimana kelak perempuan akan menjadi madrasah pertama sedangkan para lelaki akan menjadi kepala sekolahnya. Maka, laki-laki dan perempuan sama-sama perlu memahami persiapan pernikahan dan pengasuhan.
Mampu Menikah Bukan Sekadar Tentang Materi dan Finansial
Kepada para pemuda, Rasulullah berpesan untuk menikah jika memang telah mampu menikah. Tahukah kamu? Yang dimaksud dengan mampu dalam konteks ini bukanlah tentang kemampuan untuk bisa membayar kontrakan, cicilan kendaraan, atau biaya walimah besar-besaran. Bukan itu. Tapi, mampu disini juga berarti kesiapan mengasuh karena pernikahan berarti sebuah gerbang dimana nanti akan ada keturunan-keturunan yang dihasilkan.
Sebuah ayat pengingat dari Allah dalam Al-Qur’an pun telah membahas mengenai pentingnya kesiapan mengasuh ini untuk dipersiapkan, yaitu
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” - Q.S An-Nisa : 9
Nah tuh, hendaklah takut kepada Allah kalau meninggalkan keturunan yang lemah. Memangnya, lemah disini konteksnya apa, sih? Apakah tentang harta yang kurang cukup? Apakah tentang fisiknya yang sering sakit? Bukan, lemah disini adalah lemah dalam menghadapi tantangan zamannya.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Di ayat tersebut kita juga diperintahkan untuk berkata benar, yang ternyata tidak hanya mencakup perkataan, tapi juga perbuatan dan keputusan yang dibuat untuk anak, yang ketiganya haruslah benar. Ini berperan dalam praktik-praktik sederhana. Bagaimana kita bisa mengatakan apa yang benar kepada anak-anak kita sementara kita tidak mengetahui yang benar itu apa?
Mempelajari Ilmu Pra-Nikah Ternyata Belum Tentu Mempelajari Kesiapan Mengasuh
Pernikahan adalah tentang ibadah seumur hidup yang menghabiskan lebih dari setengah usia kita. Pasca menikah, tugas yang paling identik untuk diemban oleh sepasang suami isteri adalah mengasuh anak. Tapi, hal ini seringkali menjadi luput untuk menjadi perhatian anak-anak muda, seolah menikah selesai dengan urusan antarpasangan saja. Ini bukan sekedar asumsi atau cerita, karena data dari statistik pendaftar Parents Prouductive menggambarkan
62% anak muda mempelajari pra nikah, tapi ternyata, jumlah yang belajar dan mempersiapkan pengasuhan jauh lebih sedikit daripada itu, yaitu 21,6% saja.
Kesiapan mengasuh anak-anak muda zaman now ternyata rendah, hal ini didukung juga oleh fakta bahwa pengasuhan ini tidak ada sekolahnya. Tidak ada sekolah menjadi ibu atau ayah, padahal untuk profesi-profesi lain ada sekolahnya, bahkan untuk menjahit pun ada kursusnya. Nah, dengan akses belajar dan akses informasi yang saat ini meluas, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa membenarkan kita untuk menunda-nunda belajar dan mempersiapkan diri. 
Belajar bisa dari mana saja, tapi masalahnya, apakah kita mau melakukannya dengan menginvestasikan waktu, tenaga, dan mungkin juga uang kita?
Silahkan ditanyakan kepada masing-masing hati :”)
Memangnya, Apa yang Membuat Kita Perlu Memiliki Kesiapan Mengasuh Sejak Dini? Engga Nanti Aja Kalau Sudah Dekat ke Akad atau Kalau (Istri) Sedang Hamil?
Pertama, karena kita tentu ingin nurut kepada Allah dan menhindarkan diri dari meninggalkan keturunan yang lemah seperti yang telah dibahas dalam Q.S An-Nisa ayat 9 tadi. Berkaitan dengan hal ini, dalam sebuah kesempatan, Ibu Elly Risman pernah menyampaikan,
“Kalau sama Allah aja kamu engga takut, terus kamu mau takut sama siapa?”
Kedua, karena kita kelak akan menga/suh generasi dengan tantangan zaman yang berbeda. Sebagai generasi Y (lahir di rentang tahun antara 1980 – 1994), disadari atau tidak, kita seolah dipaksakan orangtuanya untuk sekolah setinggi-tingginya dan mendapatkan pekerjaan yang bagus, akibatnya generasi Y dapat unggul secara akademik tapi tidak siap menjadi suami/isteri dan orangtua. Padahal, generasi Y ini mengemban amanah yang sangat besar di transisi generasi karena berada di masa peralihan antara 2 generasi yang sangat berbeda. Amanah apakah itu? Amanah mengasuh digital native, yaitu anak-anak yang sudah terpapar teknologi sejak lahir, bahkan sejak di dalam kandungan.
Persepsi masyarakat dalam mengasuh adalah learning by doing. Bahayanya, hal ini justru dekatnya dengan trial and error. Padahal, pengasuhan tidak bisa diulangi lagi dan akan ada banyak penyesalan yang terjadi setelahnya jika gagal. Kalau begitu, apa yang akan terjadi jika kita sebagai generasi Y ini mengasuh anak tanpa persiapan?
Kemungkinan paling mungkin adalah kita akan mengobservasi cara pengasuhan orangtua kita dulu dan dia menggunakannya lagi untuk mengasuh anak-anak kita, padahal zaman sudah berbeda.
Tidak hanya itu, parenting is all about wiring, bahaya kan kalau ada rantai pengasuhan yang salah yang kemudian kita tularkan lagi pada anak-anak kita?
Ketiga, kesalahan pengasuhan akan berakibat pada kondisi BLAST pada anak-anak, yaitu bored-lonely-afraid/angry-stress-tired, sehingga mereka akan rentan terhadap bullying, peer pressure, konten dan value yang tidak baik, sasaran empuk pebisnis pornografi, dan budaya hidup tidak sehat.
Ada sebanyak 87 juta anak Indonesia (yang saat ini berusia 0-19 tahun) yang akan mengisi posisi pemimpin negeri ini di tahun 2045 (di usia emas sebuah negara). Siapakah mereka? Mereka adalah anak-anak kita, yang dilahirkan dari generasi kita. Bayangkan bagaimana jika mereka BLAST? Padahal, generasi yang kelak memimpin negeri ini di 2045 haruslah menjadi generasi yang BEST (Behave-Empathy-Smart-Tough), yaitu yang berbudi pekerti baik, memiliki rasa kasih sayang, punya kecerdasan emosional, cerdas, dan tangguh sejak dari rumah karena di luar banyak sekali tantangan yang dihadapi.
Kalau Begitu, Apa yang Bisa Kita Lakukan Sekarang?
Pertama, kenali diri sendiri, pahami bahwa setiap orang terlahir unik, berdamailah dengan masa lalu dan terimalah bahwa seluruh kejadian di masa lalu itu adalah bagian dari diri kita, terima kekurangan dan kelebihan, jadilah diri sendiri.
Seseorang yang tidak kenal dirinya sendiri cenderung akan mencari-cari pasangan yang sempurna untuk menutupi kekurangan dirinya. Padahal, seperti yang dikatakan ustadz Salim A Fillah, jangan menikah dengan ekspektasi, tapi menikahlah dengan obsesi, yaitu tidak mencari pasangan yang sempurna tapi kita bertekad kuat untuk menjadikan dan mendidik pasangan kita sempurna di mata Allah. Maka, carilah yang di kepalanya ada ilmu, di hatinya ada takwa, dan di tangan ada kebaikan yang kelak akan kalian lakukan berdua.
Kedua, sadari bahwa kita kelak akan menjadi orangtua. Ketiga, pilihlah calon yang terbaik, karena hak pertama anak adalah dipilihkan ayah/ibu yang terbaik untuk kita (ikhtiar untuk menjadi suami/istri terbaik). Keempat, rumuskan tujuan pengasuhan, yaitu tentang mau jadi apa anak kita, bagaimana akan mengasuhnya, keluarga kita mau jadi apa, pasangan kita mau jadi apa, dan seterusnya.
Ikat Dulu Untamu, Lalu Bertawakkallah
Semua orang terinstall untuk bisa jadi orangtua, memang begitulah fitrahnya. Tapi, jangan kemudian berleha-leha. Ikat untamu dulu, usaha dulu, belajar dulu, bersiap dulu, baru setelahnya tawakkal kepada Allah. 
“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zamannya, bukan di zamanmu.” – Ali bin Abi Thalib
_____
Tulisan ini adalah resume materi Parents Prouductive sesi pertama yang diolah kembali agar lebih mudah untuk dicerna. Judul asli materi ini adalah “Menjemput Amanah Baru: Mengasah Asa, Menyemai Generasi” yang disampaikan oleh Ahmad Sa’ad Ibrahim, seorang inisiator NuParents dan edukator Parenting Era Digital.
Sampai bertemu di review-review selanjutnya. Untuk membaca tulisan parenting atau pra-nikah lainnya, klik disini.
791 notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Setelah kita memanjangkan gamis,,mengulurkan jilbab,,Dan segala perangkat "syar'i" itu,,pastikan sekali lagi..lagi...berulang kali bahwa tidak terselib sombong atau bangga diri saat kita mengenakannya.. Saat kita menyegerakan memenuhi panggilannya pada 5 waktu itu,,lagi..Dan sekali lagi.. Pastikan tidak ada rasa "lebih baik dari mereka" yg menyusup menciderai ikhlas Lillah.. Bukan "mereka" yg menjadi barometer, melainkan "kita yg kemarin".. Seperti sabda Muhammad Al-Musthafa, bahwa "orang yg beruntung adalah yg lebih baik dari hari kemarin".. #selfreminder
0 notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
sudah lah,,jangan perhitungan membantu,, karena bantuan Tuhan pun tidak perhitungan pada kita..
0 notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
“ Lam kamu inget ga dulu kamu bilang apa sama papa waktu kamu ngelamar aku? Aku gak pernah lupa tuh dulu kamu minta ijin ke papa buat ngajak aku nemenin kamu berjuang bareng di sisa umur kita. Bukan jamin aku untuk hidup bahagia loh ya, tapi buat berjuang bareng. Dan ternyata itu justru membuat papa memilih kamu. Semalam aku kaget sih denger kata resign, tapi ya manabisa kamu menentukan sikap sambil takut kehilangan pekerjaan. Kalo kamu takut ga ada uang karena mikirin aku dan Gilang, itu sama aja kamu ga ngasih kesempatan sama aku dan Gilang buat nemenin kamu berjuang, Justru ini kesempatan kamu buat memberi tauladan ke Gilang supaya dia bisa lihat sendiri bagaimana ayahnya menentukan sikap bahwa dia punya ayah yang tajam mata hatinya yang selalu berusaha adil menilai mana yang benar dan mana yang kelihatan benar. Aku takut jadi istri yang membuat suaminya tuli, engga bisa dengar kata hatinya. Cuma kamu yang bisa ajarin aku supaya ga bergantung sama uang, ga takut sama dunia”
-Gendis dalam film Alif Lam Mim-
Dialog favorit. Menunjukan bagaimana seharusnya seorang istri bersikap dan memainkan perannya dalam menguatkan suaminya :)
101 notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
vimeo
One Piece ワンピース : The Ōka Shichibukai
“The reason the Grand Line is called the ‘Pirates’ Graveyard’, is because of the Three Great Powers that rule over it. One of them, is the Ōka Shichibukai. They’re seven Pirate Warlords that are officially authorized by the World Government. The Shichibukai inhabit wild regions of the seas and as long as they give a cut of their loot obtained from marauding & pillaging, the World Government sanctions their actions. Other pirates may look down on them and call them ‘Government Dogs’, but they’re among the strongest the Grand Line has to offer!!” 
Thus ends my journey with the Shichibukai. It was fun & arduous while it lasted and I had a hell of a great time re-reading some of the most epic and sad moments in One Piece. I’ve compiled all the gifs into a short video in the order of the manga’s storyline, so enjoy this final treat me buckos! A big thank you to all who stuck with me till the end & to all who joined in on the fun!! Oda has given us so many fantastic characters & memories it’s hard to wait a week for each chapter but it is always worth the wait. I can’t wait to see what else the sensei has in store for us!! 
☠  Hoist the Colors
19K notes · View notes
fathimah-hidayat-blog · 8 years ago
Text
Memilih Pasangan
Topik yang galau? engga galau ko ini.. sebetulnya ini materi salah satu meetup Nuparents yang ingin saya bagi. Harapannya siapapun semakin mantap dengan langkah yang dipilih.   Survey kilat tentang memilih pasangan masih seputar cara memilih seseorang untuk menjadi pendamping hidup. Cara yang baik mendapatkan pasangan dan cara yang tepat mengenali diri pasangan. Surprisingly, jika membahas tentang memilih pasangan ternyata tidak hanya sekadar itu. Lebih jauh lagi, ini adalah tentang membangun peradaban.
Alhamdulilah NuParents punya kesempatan untuk diskusi langsung dan membuat heboh rumah koordinator ITB Motherhood teh Yuria Pratiwhi Cleopatra. Teh Patra dan pasangannya kang Ismir salah satu pasangan yang menginspirasi untuk saya pribadi, bagaimana pasangan ini melibatkan Allah dalam setiap sendi-sendi keluarga mereka. Teh Patra mengawali diskusi dengan menekankan keluarga sebagai bagian dari peradaban dimulai dari memilih pasangan. 
Memilih pasangan bukanlah proses main-main, tapi merupakan proses yang memang harus disikapi secara serius, sebab sebagai calon orangtua kita memiliki kewajiban terhadap (calon) anak untuk memilihkan calon ibu atau ayah yang baik. Satu hal yang perlu kita ingat, menikah perlu dilakukan dengan proses yang sesuai dengan syariat, termasuk juga ketika memilih dan mengenali pasangan ini.
Jika prosesnya diawali dengan ikatan-ikatan tidak halal yang tidak sesuai dengan syariat, lalu bagaimana? mangga tanyakan pada hati :) . Teh Patra menyampaikan, “Mengenal calon pasangan sebelum nikah bukanlah jaminan pernikahan akan berlangsung dengan baik karena semua sifat asli akan muncul setelah menikah sehingga proses mengenal pasangan adalah proses seumur hidup.”
Saya sering bertanya-tanya apakah dua individu yang dipertemukan dalam ikatan pernikahan keduanya selalu cocok bagi satu sama lain? Ternyata tidak. Setiap manusia unik, karenanya memang tidak ada satu orang individu yang akan benar-benar cocok untuk individu yang lainnya. Kalau kata teh Patra, “Kesempurnaan pasangan justru terletak pada ketidaksempurnaannya. Jika keduanya sudah sempurna, dimanakah letak peran untuk saling mengisi dan saling menghebatkan?” Lalu, apa yang sebaiknya menjadi landasan kita dan pasangan memberanikan diri untuk terikat dalam pernikahan?
Tidak ada yang lain selain untuk beribadah, untuk membangun peradaban agar anak-anak kita kelak menjadi kontributor dalam peradaban Islam. Nah lho, atas tujuan sebesar dan seserius ini, mungkinkah jika kita mengawalinya dengan hubungan dan perasaan yang justru tidak terletak dalam koridor keridhoan Allah?
Menikah adalah satu-satunya cara untuk membangun keluarga. Tapi, jangan sampai kita menjadi keluarga yang sekedar bertahan: sekedar bisa hidup, memiliki keturunan dan menjalani hidup selayaknya orang kebanyakan. Mengapa? Jelas, sebab kita tidak bisa menjadi keluarga yang biasa-biasa saja untuk membangun peradaban. Apa yang perlu dilakukan untuk bisa membangun peradaban?
Pertama, mau membangun peradaban berarti mau berjuang untuk mewujudkannya. Bagaimana cara berjuangnya? Cara yang paling konkret adalah dengan tidak berhenti belajar; yang pertama dan utama adalah belajar ilmu agama (termasuk Tafsir, Sirah Nabawiyah dan Fiqih praktis), ilmu bahasa, menguatkan spesialisasi pada suatu keilmuan atau peminatan serta mengupdate wawasan tentang apa yang sedang terjadi pada realitas sekarang ini.
Kedua, membangun peradaban bersama keluarga berarti juga bahwa keluarga tersebut harus memiliki visi dan misi yang jelas serta sama-sama memiliki semangat dan usaha untuk dapat mewujudkannya. Untuk dapat mewujudkan setiap visi dan misinya, milikilah proyek bersama keluarga yang tentunya mengandung kebermanfaatan yang luas dan berkelanjutan. Untuk menunjang hal ini, keluarga teh Patra rutin mengadakan rapat keluarga.
Itu kan kalau sudah menikah, kalau belum, apa yang bisa dilakukan?
Sebelum menikah, lihatlah seseorang dari potensi yang dimilikinya, lalu kelak ketika sudah menikah berilah ia kesempatan untuk mengoptimalkan potensinya. Niatkan dalam hati, “Setelah menikah dengan saya, pasangan saya bisa menjadi seseorang yang hebat.” Ayo buatlah resolusi dan beranilah untuk memperjuangkannya! Ketiga, perjuangkanlah komunikasi dengan pasangan (dan seluruh anggota keluarga). Mengapa perlu diperjuangkan? Sebab, membangun peradaban tentu tidak dilakukan dengan komunikasi biasa yang ala kadarnya. Dalam pernikahan nanti, komunikasi ini sering menjadi masalah, maka salah satu harus ada yang mengalah meski ia tidak bersalah. 
Serius mau membangun peradaban?
Yuk persiapkan sejak sekarang! Semoga Allah mempertemukan masing-masing dari kita dengan orang yang bisa berkolaborasi sepanjang hidup dan membersamai kita dalam langkah-langkah untuk mewujudkan cita-cita besar membangun peradaban.
Pesan teh Patra, carilah yang berpotensi berjuang! ;) 
103 notes · View notes