Text
Lalu Kedepannya Kita Harus Apa?
Mau tak mau, harus tak harus, Yesaya mengikuti keinginan kawannya, Farel. Yesaya yang mendengar suara mobil Farel terparkir di luar gerbang rumahnya, membukanya dengan malas.
Cengiran cowok itu berubah menjadi terkejut karena melihat rambut Yesaya yang merah menyala.
"Stress banget gua lihat-lihat?" Tanya Farel, sambil mengekor Yesaya yang masuk ke dalam rumah setelah membukan gerbang. Yesaya enggan menjawab ceplosan aneh dari orang macam Farel ini, seperti biasa, tabiatnya emang jarang ngomong.
"Stress karena putus sama Kila atau ditinggal pergi Kaula." Celetuk Farel lagi. Respon yang ini diluar dugaan, Yesaya menoleh ke arah Farel untuk menatapnya tajam setajam samurai.
"Eh santai-santai bercanda doang." Kata Farel sambil TAKUTTT.
♡♡♡
Long Short Story, Farel membawa Yesaya ke sebuah Kafe dengan gaya industrial minimalist yang didominasi oleh warna coklat dari kayu mahoni. Suasana kafe premium itu tidak terlalu ramai, meja yang terisi hanya sekitar 3 sampai 4 diantara 13 meja.
"Anniverssary dimananya?" Tanya Yesaya yang mulai memasuki area kafe. Yang dimana hawa dingin mulai menusuk tangannya.
Farel nggak mau jawab, dia terus berjalan di depan sampai dirinya berhenti di salah satu meja dengan kursi sofa.
Yesaya bungkam, orang yang duduk si kursi sofa itu juga bungkam setelah melihat ada Yesaya datang dengan rambut merahnya.
Kaula orangnya.
Kaula yang datang dengan Acha begitu terkejut melihat Farel datang bersama Yesaya.
"Duduk-duduk, adegan liat-liatannya nanti dulu, ya." Celetuk Farel.
Yesaya mengikuti perintah Farel. Yesaya duduk di samping Farel, tepat dimana dirinya bersebrangan dengan Kaula. Sedangkan Farel sendiri duduk bersebrangan dengan Acha.
"Akhirnya kesampaian juga, ya, kita nongkrong berempat kayak gini." Ujar Acha berusaha keras mencairkan suasana yang terlanjur membeku itu.
Suasana hening, baik Yesaya maupun Kaula enggan mengeluarkan satu katapun. Kaula aja gak mau.. apalagi Yesaya. Yesaya nggak akan mau menghabiskan energinya untuk berbicara apalagi di kondisi awkward kayak gini.
"Oke-oke jadi gini. Ide buat ngumpulin kalian disini itu pure dari gua sama Acha. Gua pribadi mau minta maaf sama kalian berdua karena nggak sengaja bikin kalian berdua renggang, gua tau sejak kejadian Kaula ribut sama TEEEEEET, kalian gak pernah ketemu lagi kan? Nah gua kasih wadah." Kata Farel DENGAN PEDENYA.
"Iya bener banget, gue ceritain kejadiannya ke Farel terus gak sengaja ada benang merahnya. Gue sama Farel sih berharap banget setelah ini, kalian bisa baikan. Gapapa kok kalau gak mau pacaran, tapi minimal gak berantem." Ujar Acha yang polos. Kalimat itu sontak membuat Kaula dan Yesaya menoleh ke arah Acha secara bersamaan.
"Sorry maksud Acha mungkin maksudnya itu.. hmm.. gak sedeket dulu gitu, iya, kan Cha?" Bantu Farel.
"Iya-iya "
HUHUHU🙏🙏
Kaula menarik napasnya panjang, seolah-olah bersiap untuk berbicara banyak.
"Gue sih ngerasa nggak ada masalah ya sama siapapun, ya siapa yang gak terima lagi nongkrong tiba-tiba di sembur pake teh manis? Gue sebenernya bisa aja ngelawan sendirian, eh pahlawan kesiangan datang." Sindir Kaula.
"Kalau ngerasa nggak punya masalah sama siapapun mah nggak harus repot-repot blokir orang kali." Timpal Yesaya.
Kaula ngerutin dahinya.
Oalah.. udah berani.
"Masalah blokir gak blokir itu beda lagi cerita, masa gue gak boleh ngehindari sesuatu yang buat gue keganggu? Nih contohnya buzzer-buzzer yang dikirim istri lo. Masa gue gak boleh block? Aneh!"
"Gua belum punya istri." Hanya itu yang dapat Yesaya bisa jawab.
"Terserah mau disebut apa. Yang pasti ngeblock orang setidaknya bisa buat gue tenang!"
Situasi yang udah mulai panas itu, segera Farel redakan.
"Eh udah-udah, bisa gak bicaranya agak santai aja.."
Kaula menarik napasnya, rasanya, dalam segala permasalahan, dia terlalu banyak diam. Diam, mengalah dan menangis. Hari ini, rasanya dia mau meledak. Seolah-olah perasaan marah yang dia pendam untuk masalah-masalah sebelumnya juga turut ia keluarkan.
Kaula menarik napasnya panjang. Dia nggak mau air matanya turun tepat di depan tiga orang ini. Kemudian Kaula berdiri.
"Gue mau pulang aja." Kata Kaula sambil berdiri.
Acha mencegah, "Ul.."
"Biarin Cha, pulang aja lu sana." Kata Yesaya. Sama sekali tidak ada empati untuk mencegahnya.
Hal itu membuat air mata Kaula akhirnya jatuh namun dirinya sempat berbalik dan berjalan menjauh. Yesaya yang duduk terus melihat punggung Kaula yang semakin mengecil sampai di ujung pintu Kafe. Dia benar-benar pergi.
"Lo gila ih? Kok lo biarin Kaula pergi, sih!" Tanya Acha.
Yesaya nggak mau jawab. Dia terus diam memperhatikan Kaula di luar kafe melalui kaca jendela.
"SUSULIN IH BEGO!" Acha terus protes.
"Mana katanya mau pulang?"
"Itu dia lagi pesen gocar! Dia kesini sendiri" Jawab Acha.
Yesaya ngerutin dahinya.
"Gak datang sama elu, Cha?"
"Enggak ih!"
Satu menit kemudian, sebuah mobil hasil Kaula pesan datang. Dengan langkah yang lebar, Yesaya pergi setengah berlari untuk menghampiri Kaula yang nyaris masuk ke dalam mobilnya. Dia hanya tahu kalau Kaula punya pengalaman yang kurang menyenangkan dengan Go-Car atau semacamnya. Jadi tanpa sadar, Yesaya menyusul masuk ke dalam mobil dan duduk di sana.
Alih-alih mencegahnya, Yesaya justru ikut masuk ke sana, Kaula yang kaget, masih sempat menghapus air matanya.
"NGAPAIN LO DISINI? SANA KELUAR!!!" Bentaknya.
"Jalan Pak." Yesaya berbicara kepada sang supir. Beliau bingung, matanya melihat mata Kaula untuk sekedar minta konfirmasi lebih lanjut mengenai status kepergiannya.
"Jalan." Tegas Yesaya lagi dengan.. GALAK.
Dalam perjalanan, mereka duduk berjauhan, saling berhimpit ke arah jendela kiri dan kanan dengan pendangan yang terus berkutat ke arah jalan.
Kaula menangis tapi hanya air matanya yang turun, sedangkan Yesaya hanya diam sambil menyandar. Dirinya belum mau memberikan satu atau dua patah kata pun.
"Unblock gua." Kata Yesaya kemudian. Kaula dengan mata merahnya dan basah hanya melirik Yesaya dengan tatapan tajam.
"Ogah!"
"Unblock gua atau mau gua bahas disini?" tanya Yesaya dengan tegas.
"Budek lo? Gue bilang gak mau ya gak mau! Sana turun! Pergi!" Kata Kaula masih dengan air matanya yang turun.
"Lu marah karena gua cium bibir lu waktu itu, kan? Iya kan gara-gara itu?" Celetuk Yesaya. Kaula yang dengar melebarkan pupilnya, NGGAK NYANGKA AJA YESAYA SEBERANI ITU NGEBAHAS INI DEPAN SUPIR ALIAS ORANG LAIN. Sang supir sampai melirik mereka berdua melalui kaca spion depan.
"LO GILAAA HAH??"
"Gua pikir lu bakal nerima karna waktu itu lu juga bales ciuman gua, La."
"Pak saya berhenti depan aja ya Pak!!!"
"Tapi, Kak ini di Aplikasinya????"
"Berhenti Pak!!"
Alih-alih membalas ucapan Yesaya, Kaula justru meminta sang supir agar berhenti. Dan setelah sang supir mengikuti interuksinya, Kaula dan Yesaya keluar dari mobil.
"Jawab, La."
Kaula yang stress meninggalkan Yesaya dan berjalan menuju tempat parkir di salah satu hotel waktu itu.
"Bisa gak sih gak usah ngebahas hal itu?"
"Gua butuh alasan kenapa lu jauhin gua!?" Ungkap Yesaya.
"Alasan yang akan lo dapet pun gak akan ngerubah semuanya. Lo tetep milih Kila, terus gue dibuang. Lo tuh cuma mau mainin gue. Apa gue kelihatan semain-main itu?" tanya Kaula dengan begitu sedih.
Yesaya ngerutin dahinya, karena akhirnya timbul pemikiran baru.
"Setelah kejadian itu, lo tuh udah gak peduli lagi sama gue, yang lo peduliin cuma Kila. KILA KILA KILA SEMUANYA KILA." Papar Kaula sambil menangis.
Yesaya mengatur napasnya. Melihat cara Kaula yang marah seperti ini, dia sudah bisa tau jalan pikirannya.
Ibu jari Yesaya mengusap air mata gadis cantik itu. Meskipun rambutnya tertiup angin, tidak membuat Yesaya gagal untuk menghapus bulir-bulir yang turun.
"Sana pergi sama cewek lo. Lo bilang kejadian lantai 2 itu khilaf. Lo bahkan gak punya niat dan kesadaran buat ngelakuinnya. Semua yang lo lakuin cuma karena iseng, lo gak peduli sama gue sama sekali, Sa." Papar Kaula lagi.
"Kalau aku gak peduli, aku gak akan ninggalin cewek itu buat kamu, La. Aku sama Kila udah selesai." Balas Yesaya dengan akunya, dengan nada rendahnya, dengan perasaan tenangnya dan.. dengan cintanya.
"Aku pernah bilang, aku gak akan ngelakuin hal tanpa alasan. Kejadian di lantai dua juga aku lakuin atas dasar, Kaula."
"Lo gak peduli sama gue.."
"Peduli." Ucap Yesya dengan tegas.
"Abisnya yang lo khawatirin pas di kafe itu cuma Kila. Lo bahkan gak nanya keadaan gue gimana setelahnya. Gue juga malu, gue juga sakit, tapi lo gak ada buat gue.." Kaula menangis.
Di part ini, Yesaya baru sadar kalau dia juga salah. Dia salah karena bertindak seolah-olah hanya Kila yang patut dilindungi dari mata orang-orang.
"Aku juga mau ditanya kenapa.." Sambung Kaula dengan lirih.
Yesaya memeluk Kaula dengan perasaan yang tenang. Tidak lagi ada emosi disana.
"Maafin aku ya, aku pikir dengan beresin Kila duluan itu bisa bikin semuanya aman. Ternyata ada kamu yang harus aku perhatiin juga." Kata Yesaya dengan mengelus rambut Kaula yang lembut.
"Maaf aku nggak langsung hubungin kamu, La. Aku pengen bahas hubungan kita dengan situasi yang tenang dulu, tanpa gangguan atau tekanan. Tapi kamu tutup akses itu, aku jadi bingung, sebenernya kamu mau aku atau enggak.." Ungkap Yesaya.
AHSJSSNSKSLSLS MAU :(
Kaula memeluk Yesaya untuk yang pertama kalinya. Bisa dia dengar denyut jantungnya, harum tubuhnya bahkan suaranya yang dekat membuat Kaula menangis namun gembira di waktu yang bersamaan.
"Aku yang harusnya mikir kaya gitu, Sa, kamu gak pernah kasih aku sign apa-apa tentang perasaan kamu. Jadi wajar kalau aku ngerasa dimainin."
"Maaf kalau aku gak berani nunjukin dengan jelas. Aku gak bisa setransparant itu kasih lihat perasaan aku ke kamu ketika aku masih ada ikatan sama orang lain. Aku cuma berusaha buat ada disaat kamu butuh. Maaf kalau terlalu lama, ya."
Kaula melepaskan pelukannya diantara dinginnya malam dan di bawah ribuan bintang di langit. Jujur, seperti ini... bersama seorang Yesaya? Nggak pernah terpikirkan dalam benaknya, dia kira hal ini hanya akan bersarang dalam ruang kecil di dalam pikirannya.
"Maaf, aku pikir kamu marah karna aku cium kamu.."
Kaula menggelengkan kepalanya.
"Enggak sama sekali. Mana mungkin aku marah sama sesuatu yang aku tunggu part duanya." Celetuk Kaula.
Yesaya cuma bisa, "Eh?"
3 notes
·
View notes
Text
Apa Yang Aku Cari Dari Orang Itu?
Jam 23.06 malam, Kaula melangkah masuk ke Bar The Eighteen bersama Neptu. Ledakan suara musik yang memekakkan telinga disambutnya. Di dalam sana, dirinya juga bertemu Lian, Juan dan beberapa kenalan Neptu. Kaula hanya duduk di atas kursi tinggi sambil memperhatikan orang-orang dengan kesibukan mereka.
Lampu neon berpendar warna ungu, merah, dan biru menari di dinding seolah-olah ikut memeriahkan suasana Bar yang berisik. Udara dipenuhi aroma alkohol, parfum tajam, dan asap rokok yang menggelantung di udara seperti kabut malas.
Nama Bar yang tidak asing membuat Kaula lagi-lagi mengingat nama seseorang yang Kaula hendak benci.
"CARI SIAPA DARI TADI CELINGAK-CELINGUK?" Tanya Lian sambil sedikit berteriak. Menyeimbangi suara musik yang bergema.
"HAH?"
"CARI SIAPA?"
"ENGGAK-ENGGAK."
Padahal, dalam otaknya, nama Yesaya terus berkibar. Bahkan sedikit berharap dia akan bertemu laki- laki itu.
Malam minggu, kan? Harusnya dia disini
Kaula memilih berjalan ke luar, untuk sekedar menghirup udara murni dari bumi di malam hari. Sejatinya, dirinya memang tidak pernah cocok dengan pergaulan macam ini. Berpikir untuk tidur di atas kasur di kosannya dengan netiflix dan mi instant mungkin lebih baik.
Kemudiam seorang karyawan Bar melewat di hadapannnya terlihat sehabis membuang sampah.
"Kak boleh tanya?" Sapa Kaula dengan berani. Lelaki itu berhenti sejenak dan merespons.
"Iya, kenapa?"
"Yesaya masuk nggak ya?"
Sang lelaki mengerutkan dahi untuk sekedar mengingat siapa itu Yesaya. Namun, dirinya merubah ekspresinya setelah mengingat sesuatu.
"Oh Yesaya? Yesaya udah resign dari minggu lalu, kenapa Kak?"
Kaula melongo.
Resign?
Kenapa? Dia cancel kh membeli dunia beserta isinya itu?
"Oh.. nggak apa-apa. Makasih, ya."
1 note
·
View note
Text
Oh, Pacarnya?!
Setelah semua yang telah terjadi, Yesaya kehilangan arah tentang perubahan sikap Kaula yang drastis. Semua akses dirinya block, sehingga, tidak ada jalan baginya hanya sekedar untuk bertanya.
Apa yang membuat Kaula semarah itu sampai dia membatasi akses komunikasi dengan Yesaya? Sekalipun banyak perkataan pahit yang telah Yesaya lontarkan tidak pernah membuat Kaula sampai memblokir WhatsApp bahkan untuk hal paling tidak mungkin seperti Instagram.
Satu-satunya alasan kenapa Kaula bisa berbuat demikian, yang bisa Yesaya terima melalui pikirannya adalah karna Kila.
Mungkin perbuatan Kila yang mempermalukannya membuat Kaula semarah itu kepada Kila juga termasuk kepada Yesaya. Bisa jadi, Kaula memilih membatasi diri dengan orang seperti Kila dengan cara menjauhi Yesaya juga.
Tapi bagi Yesaya, ini nggak adil, sih. Membuat keputusan sendiri dengan membuat Yesaya kebingungan seperti ini buat dia gak fair.
Maka dari itu, Yesaya berinisiatif untuk menunggu Kaula di parkiran kantor gadis itu. Memperhatikan orang-orang dari jarak kejauhan agar tidak Kauka ketahui adalah pilihan yang tepat.
Ya, setidaknya bagi Yesaya.
Namun tidak lagi.
Ketika Yesaya nggak sengaja menemukan Kaula yang sedang berbincang sambil tertawa lepas bersama seorang laki-laki muda yang dia yakini bukan bagian dari karyawan perusahaan tersebut.
Penampilannya seolah-olah memberitahunya demikian. Yesaya nggak mengerti mengapa ada laki-laki itu di kantor Kaula, lalu kenapa mereka terlihat akrab, dan.. kenapa Kaula tertawa selepas itu?
Yesaya hanya mampu mengamati keduanya dari kejauhan, melihat Kaula dari jauh sampai akhirnya cewek itu masuk ke area kantin mungkin itu merupakan sentilan kecil bagi Yesaya untuk tidak usah lagi mengganggu Kaula.
Dan Yesaya pulang.
Wajahnya memang datar tanpa ekspresi, tapi hatinya bertanya-tanya.
Bisa jadi, laki-laki itu menjadi salah satu alasan Kaula mau menutup komunikasi dengan Yesaya?
1 note
·
View note
Text
Byurrrrr!!
Rencana bertemu Acha sebenarnya buat Kaula maju mundur. Haruskah dia bertemu Acha di saat pikirannya lumayan nggak karuan? Karena dia yakin, Acha pasti bahas Yesaya. Sedangkan di sisi lain, harus ada seseorang yang mendistraksinya agar dirinya nggak melulu memikirkan kejadian siang kemarin.
AAARRRRGHHHHHHHH.
HE REALLY KISSED HER WITH THOSE LIPS.. I SAID TWICE.. THOSE FUCKING LIPS
Yesaya literally menggunakan bibir atas dan bawahnya untuk menguasai bibir Kaula. Gerakan yang brutal untuk seseorang yang baru pertama kali berciuman bagi Kaula. Kaula tidak peduli apakah sebelumnya Yesaya seorang pro player or something like that. Tapi maksudnya, ini hal pertama kali untuk keduanya melakukan hal cabul macam ciuman.
ARGHHH‼️ Kaula bingung untuk merespons. Apakah dirinya harus merasakan marah atau sebaliknya? Mau bagaimana pun ini adalah bentuk pelecehan seksual.
Di dalam toilet wanita ini, Kaula bercermin memikirkan kejadian kemarin. Semuanya jadi masalah, karena tidak ada yang mau memulai chat di keesekokan harinya, baik itu Kaula ataupun Yesaya.
Banyak pertanyaan yang menumpuk di dalam pikirannya.
Kenapa Yesaya tidak menghubunginya setelah kejadian itu? Apakah Yesaya memikirkan hal ini sedesperate dirinya? Kenapa kemarin dia harus pergi begitu saja? Tapi yang paling utana adalah.. kenapa Yesaya menciumnya? Apakah perasaan itu sudah mulai tumbuh di dalam hatinya? Jika iya, sejak kapan? Kaula bahkan tidak bisa membaca pikiran laki-laki cuek itu.
Memikirkan ini sendirian membuat Kaula depresi.
Akhirnya, setelah merapikan tubuhnya, dia keluar dari toilet kafe. Ya, kembali ke realita bahwa akhirnya dia memilih untuk bertemu Acha.
Sekedar informasi, Kaula dan Acha sudah menghabiskan setengah jam di Hierarki, membahas semua hal.
Namun, ketika Kaula hendak duduk di kursinya semula, seseorang menyiram air teh ke wajah Kaula dengan sengaja. Sehingga, wajah beserta bajunya basah. Hanya satu kata yang cewek itu sebut.
"PELAKOR!" Katanya.
WHO THE FUCK IS SHE CALLED PELAKOR?????
Ketika Kaula mengangkat wajahnya, wajah Kila langsung tertangkap oleh kedua sorotan matanya.
"LO GILA?!" Tanya Kaula dengan urat kemarahannya. Beberapa orang yang ada di sekitar memperhatikan mereka dan menjauh, sebagian bahkan ada yang mengangkat ponselnya.
Sedangkan Acha, dia jujur nggak tahu harus bagaimana. Kaula kawannya, tapi dia juga tahu Kila.
"Pelakor! Murahan! Pantes Yesaya berubah, jadi gara-gara lo?" Tanya Kila dengan sorot matanya yang marah.
Tepat sesuai dugaannya, Kaula tahu bahwa Yesaya adalah alasan utama kenapa cewek bernama Kila ini berani berbuat demikian.
"Jaga ya mulut sampah lo. Lo harusnya ngaca kenapa Yesaya akhirnya ninggalin lo! Tukang selingkuh! Lo yang murahan!" Jawab Kaula.
PLAK!
Tangan Kila berhasil menampar Kaula.
"Hati-hati lo kalo ngomong! Lo gak seharusnya ikut campur hubungan orang! Cewek perusak hubungan orang! Eh kalian semua yang ada disini, hati-hati sama ni cewek suka ngambil pacar orang! Cewek murahan! Lo dibayar berapa sama Yesaya?"
Ucapan Kila benar-benar melukai harga dirinya, tapi, sesaat dirinya akan menampar Kila, seseorang menahannya.
Ya, Yesaya?
Xixi bukan ^______^
Manager resto datang dan menegur mereka berdua.
"Kalau masih buat keributan disini, silahkan pergi atau saya lapor polisi?!" Ucapnya. Namun dengan berani, Kila bilang :
"Gue bisa bayar pemasukan resto lo hari ini, atau bayarin orang-orang yang makan disini, asal lo gak halangin gue buat bikin malu ni pelakor satu!" Ucap Kila sambil menunjuk ke arah Kaula.
Kaula cuma tersenyum meledek, "Duit hasil minta dari Yesaya maksud lo? Cewek matre kayak lo mah gak akan mungkin sanggup bayar! Kan kerjaan lo minta-minta kayak pengemis." Celetuk Kaula.
Kila memanas, rasanya amarahnya sudah tidak bisa lagi dia bendung. Namun, sebelum sampai tamparan kedua Kila jatuhkan, seseorang menariknya dengan paksa.
Iya, Yesaya datang tanpa bicara satu patah kata pun, dirinya langsung menarik Kila dan menjauhkan gadis itu dari tatapan orang-orang termasuk tatapan Kaula yang.. kebingungan
♡♡♡
Kaula melamun di dalam mobil Acha. Air matanya tidak bisa jatuh di sembarang tempat. Nggak tahu lah, perasaannya benar-benar hilang arah. Melihat Yesaya yang datang tanpa bicara, tanpa menatapnya sama sekali bahkan di depan mata dia, Yesaya seolah-olah melindungi Kila tanpa mau berpikir bahwa Kaula juga dipermalukan.
"Lo sama Yesaya tuh gimana, sih? Kok dia malah bawa Kila, sih?" Tanya Acha sambil tetap fokus kepada arah jalanan.
Sedikitpun Kaula nggak ada keinginan untuk menjawab.
"Kok Yesaya bisa datang?" Gumam Kaula. Acha menoleh seperkian detik.
"Gue yang suruh.." Jawab Acha, membuat Kaula menoleh tanpa bereaksi. Namun, tiba-tiba air matanya turun. Otaknya jadi mengingat potongan kejadian beberapa menit yang lalu. Ketika dia akhirnya nggak sengaja mendengar Yesaya dan Kila beradu mulut di parkiran.
"Jahat kamu! Jahat banget Sa.." Kila menangis.
"Aku nggak ada hubungan apa-apa Kil, sama dia."
Hanya itu yang Kaula bisa ingat. Perkataan Yesaya really stayed on her mind. Penggunaan kata DIA dalam kalimatnya benar-benar menggambarkan betapa asingnya seorang Kaula bagi Yesaya??? IS THAT ASING??? RLLY??? After what he did, Yesaya dengan sikapnya sangat mewakili betapa brengseknya laki-laki.
Tidak ada permintaan maaf, tidak ada penolakan, tidak ada penerimaan, tidak ada text apapun yang Yesaya kirim untuk Kaula setelah semua yang telah terjadi. Dia seperti menggelantung diantara lebarnya langit, dan berenang diantara luasnya samudra.
Bahkan saat Kaula masih berbesar hati untuk menunggu pesan itu muncul hingga malam, Yesaya tidak kunjung datang.
1 note
·
View note
Text
Di Atas Bean Bag dan LANY Dengan you! Nya
Kaula sampai di studio. Rasanya, pergi ke bangunan berwarna kuning itu tidak lagi asing untuknya. Dengan membawa beberapa job stuff nya, dia melangkah masuk. Serius, seolah-olah studio Yesaya adalah markasnya juga.
Ketika masuk, sudah bisa dipastikan akan bertemu dengan siapa gadis cantik itu.
IYA BANGET, Hilman dan Arshel.
Arshel lagi buat mie instant di dapur, sedangkan Hilman.. tidur. Tapi kedatangan Kaula membangunkannya.
"Kapan lu datang, Kak?" tanya Hilman,
"Baru banget, gue gabung ya ngantor disini."
"Kagak kerja lu?"
"WFH." Jawab Kaula. Arshel datang, menanyakan hal yang sama.
"Makan siang, Kak Ul." Kata Arshel.
"Iya-iya Shel. Eh Yesaya mana?" Tanya Kaula.
"Di atas." Jawab Arshel.
"Kagak nanyain gua, kak?" usil Hilman.
Suara langkah kaki bahkan nggak mendistraksi kegiatan Yesaya yang tengah fokus dengan pekerjaannya. Diruangan ini dia sendirian, hanya suara musik yang terdengar melakui speaker wirelles yang menemani Yesaya siang itu.
"Malesssss!" Jawab Kaula sambil berdiri beranjak menyusul Yesaya yang ada di lantai 2, katanya.
♡♡♡
"Gabung dong Kak." Ucap Kaula. Yesaya cuma melirik sekilas.
Yesaya duduk di atas kursi bean bag sambil setengah tertidur sedangkan Macbook Pro itu di atas paha nya.
Ya, Kaula mengikuti apa yang Yesaya lakukan, dia bahkan duduk tepat di samping cowok itu tanpa jarak.
"Ngerjain apa?" Tanya Kaula.
"Mau ikut? Besok?" Tawar Kaula.
"Revisian." Jawab singkat Yesaya. Kaula cuma ngangguk. Bertanya ini itu tentang pekerjaan di atas Macbooknya namun tiba-tiba bertanya tentang topik lain.
"Kemana?"
"Ih tumben, nggak langsung nolak." Kaula lumayan kaget. Padahal dia udah siap loh, kalau buat dapet jawaban penolakan.
"Yaudah kagak." Tukas Yesaya. Kaula ketawa.
"Gampang banget dipancing emosinya."
"Abisnya setiap jawaban gua, lu komentarin."
"Besok main sama Acha." Jawab Kaula, sekarang agak serius.
"Sama Farel?"
"Nggak, sama Acha aja berdua."
"Lagian, besok Kila mau ke rumah." Kata Yesaya lagi, secara sadar. Dan, secara sadar juga Kaula merubah ekspresinya.
"Nggak tertarik." Jawab Yesaya. Kaula menarik napasnya, ah, udah dia duga.
"Oh kalau ada Farel tertarik? Biar kesannya double date?" Goda Kaula. Yesaya cuma berdecak.
"Keluarin aja isi pikiran lu yang gak bermutu itu." Yesaya protes lagi. Kaula ketawa renyah, namun, ketawanya hilang ketika Yesaya menyinggung Kila.
"Kalau akhirnya bakal balikan, ngapain harus mikir? Buat apa lo mikir selama ini, kalau endingnya bakal sama kaya kemarin-kemarin."
Tidak ada kebercandaan dalam mengutarakan ketidaksukaan dari wajahnya itu.
"Oh? Balikan?"
"Belum tau."
"Ih, cowok bloon." Ungkap Kaula.
"Emang." Kata Yesaya.
Yesaya nggak jawab.
"Nggak tau kalimat ajaib mana yang dia pake sampe setiap dia bicara, lo selalu bisa lupa sama kesalahan fatal yang udah dia buat."
Yesaya menatap Kaula dan mendengarkan semua ocehannya. Dia nggak bicara satu kata pun.
"Cowok kayak lo pantes dapetin cewek yang jauh lebih baik dari kata baik dari sifat cewek.. lo pantes dapetin cewek yang semangat kalau ngobrol sama lo, yang selalu mau ngabisin waktu sama lo, yang nggak selingkuh, yang punya cinta yang kadarnya sama kaya lo. Kalaupun lo belum nemu orangnya, nggak usah buru-buru sampai harus bertahan sama hubungan toxic karena lo ngerasa kesepian. It's sooo so so much better to be alone than you be with someone who makes you feel alone.. itu tuh, menyedihkan." Kata Kaula.
"Cowok kayak lo, Sa.. lo deserve someone like.. gue." Sambungnya.
Suara penyanyi LANY kemudian menyadarkannya kalau dia sudah harus berbicara.
Yesaya yang mematung dengan matanya yang terus memandangi Kaula yang berbicara tanpa rem tetap diam.
"Atau nggak sih, gue harunya punya standar lebih tinggi buat sayang sama cowok keras kepala kaya lo."
Sedangkan suara musik sudah berpindah, dan lagu baru sudah masuk ke dalam rongga telinganya.
"Lu cerewet, La." Katanya.
Kemudian, wajahnya mendekat ke arah wajah Kaula yang juga memandanginya. Tubuh Yesaya terlihat tertarik karena berusaha mendekati tubuh gadis itu.
Iya, ini diluar dugaan dari yang keduanya pikirkan.
Ketika secara sadar Kaula merasa hidungnya sudah bertubrukan, secara sadar kalau jaraknya dengan Yesaya terlalu dekat, secara sadar kulitnya sudah menyentuh kulitnya.. bahkan.. permukaan bibirnya.
Jantungnya sejuta kali lebih berdegup dibanding kejadian kemarin malam yang menimpanya. Dibanding hari-hari ketika dia sedang bersama Yesaya seperti biasanya. Jantungnya bekerja jauh lebih cepat sampai rasanya dia tidak punya upaya dan kendali untuk mengontrol.
Kaula jauh lebih sadar, ketika bibir Yesaya menyentuh permukaan bibirnya, dia berusaha tetap waras dengan cara membuka matanya. Sedangkan laki-laki itu begitu tenggelam dengan apa yang dia lakukan, dia menikmatinya sambil mentup kelopak matanya.
Kaula belum mau menggerakan bibirnya sampai Yesaya yang bergerak duluan.
Mereka berciuman, dan itu nyata. Maka karena ini hal yang benar-benar terjadi, Kaula juga menutup matanya dan menikmatinya.. juga.
1 note
·
View note
Text
Merepotkan Untuk Yang Kesekian Kali
Bertemu Neptu lagi, sungguh diluar perkiraan Kaula dalam segala aspek. Kaula terus-terusan mengirimi text kepada Lian tentang pertemuannya.
Gue harus ngapain, ya nanti?
Takut awkward.
Takut malu-maluin.
Kata Kaula di pesan Whatsapp Lian. Lian sih jujur aja, meskipun Neptu pernah nggak menepati janjinya, tapi setidaknya dia jomlo. Dibanding dengan Yesaya yang dingin, punya cewek dan nggak jelas, dia sedikit lebih mendukung Kaula bersama Neptu.
Keraguan Kaula itu tidak pernah terjadi, tentang, canggung, tentang awkward, tentang malu-maluin, karena ketika Neptu dan Kaula akhirnya bertemu kembali, mereka membicarakan banyak hal dengan begitu seru.
Dari film, tempat-tempat keren, sampai hal pribadi.
"Iya waktu itu gue ke Gordi bareng Lian, temen gue."
"Cowok?"
"Cewek anjir. Yakali cowok."
"Oh iya, mantan terakhir berarti masih Rangga?" Cibir Neptu. Kaula yang mendengar namanya langsung bermuka masam. Mengingat 1 jam sebelumnya Kaula sudah menceritakan banyak hal tentang Rangga dan teman sirkelnya.
"Males deh, ngomongin Rangga lagi."
Neptu ketawa, "AHAHHAHAH, masih nggak nyangka juga lu malah jadi berakhir buruk gini sama si Rangga."
"Ya gitulah Nep, akhirnya gue lost contact bahkan gak peduli lagi sama Rangga, dan gue nggak nyesel sama sekali." Papar Kaula. Iya, dia nggak usah introducing Rangga dari akar sih, toh, project jadi pacar pura-puraan Kaula waktu itu sudah cukup untuk Neptu tahu latar belakang Rangga.
Tapi lagi-lagi, hal yang nggak seharusnya Kaula lakukan, malah dilakukannya.
Yup, oversharing ^______^
"Tapi lu sama si Yesaya-Yesaya itu sekarang malah jadi temen dong, ya?"
"Iya, bahkan perusahaan gue pernah kerja sama dia. Aneh lah pokoknya, sama Rangga beneran lost cont, sama cowok random malah jadi temen."
"Kan emang, selalu ada yang tumbuh di setiap hal yang hilang. Hidup mah muter, semua pasti bergantian." Kata Neptu.
Kaula cuma ngangguk setuju.
Tepat pukul 20.18, Neptu menerima telepon dari salah satu timnya kalau ada hal penting yang mengharuskan Neptu segera ke kantor. SE MALAM INI?????
"Iya, iya. Bilangin dulu ke orang gudang, jangan ada yang masuk area CCTV." Kata Neptu kepada seseorang di dalam telepon.
"Oke, oke gua kesana sekarang." Sambung Neptu seraya menutup teleponnya.
Neptu mencoba berbicara dengan Kaula meskipun perasaannya tidak enak, "La, sorry banget gua harus balik kantor sekarang. Ada barang yang hilang, La. Maaf banget,"
"Hah serius? Yaudah nggak apa-apa, lagian ini juga udah malem gue harus balik."
"Sumpah padahal gue tadinya mau anterin lu, tapi ada aja hal bikin gua ke distraksi." Sesal Neptu.
"Nggak apa-apa Nep, suer, nggak apa-apa kok."
"Sorry ya La, bye gua cabut."
Kaula mengangguk sambil melambaikan tangannya ketika Neptu sudah beranjak pergi meninggalkan meja dan menjauh.
Kemudian setelah kepergian Neptu, Kaula melamun. Sadar akan realitanya kalau, ya.. dia sendirian lagi.. bahkan harus memesan Go-Car untuk pulang.
Setelah melakukannya, sang supir datang dan Kaula menaiki mobilnya. Sempat berpikir untuk memesan Gojek, tapi dia terlalu takut untuk pergi menaiki motor semalam ini.
Mobilnya melaju dan Kaula hanya melamun di dalam. Entah apanyang dia pikirkan, namun lampu-lampu jalan dan area luar hanya dilalui oleh matanya tanpa otaknya memikirkan suatu hal.
Saking antengnya melamun, Kaula sampai tidak sadar kalau jalan yang telah dilalui sang supir tampak asing di dalam benaknya.
Kaula yang lumayan panik segera bertanya.
"Pak, ini lewat mana, ya? Kok kayaknya makin jauh?" Tanya Kaula dengan dada yang berdegup. Tiga masalah utamanya adalah, DIA PEREMPUAN, DIA SENDIRIAN dan INI MALAM HARI.
Sang supir tidak bersuara sama sekali. Membuat jantungnya semakin memompa dengan cepat dan keringatnya mulai keluar.
"Pak saya turun di depan aja." Kata Kaula. Tapi, laju mobil tidak juga memelan. Mesinnya tidak menunjukan tanda-tanda akan berhenti.
Kaula yang panik dan nyaris ingin menangis, segera mengirimi pesan kepada semua orang di kontak WhatsAppnya. Lian, Haikal, Adelia, Maurin, BAHKAN KEDUA ORANG TUANYA yang berada di luar kota.
Oh, satu orang lagi, Yesaya.
Yesaya menelepon Kaula, dan dengan perasaan yang takut, Kaula mengangkatnya.
"Halo Dek? Lu udah sampe?"
"Lagi di jalan."
"Si Papa baru nangkap 4 buron katanya, yang satu tangannya copot gak sengaja kena samurai. yang dua luka tembak di kaki, kabarnya salah satunya sampai lumpuh, yang terakhir buta, matanya Papa colok pake pulpen, cepet pulang. Lu dimana share loc? Kita harus ke kantor sekarang soalnya." Ungkap Yesaya buat Kaula melongo bukan main.
"Hah.. iya iya gue share loc KAK.." Jawab Kaula pake KAK alias ikutin skenario aneh dari Yesaya.
"Oke, cepet ya, kalau 10 menit belum sampe rumah, gua bilangin Papa."
"I-iya Kak."
Yesaya mematikan teleponnya dan ketegangan kembali menyelimuti hati Kaula. Apalagi, ketika mata sang supir meliriknya lewat spion depaan.
Kaula nggak berani mengeluarkan satu patah kata pun, namun, karena itulah, sang supir justru menghentikan laju mobilnya dan membuka kunci pintu mobil.
Tanpa pikir panjang, Kaula segera melarikan diri dan menjauh dari mobil serta supir menakutkan itu. Sumpahhhhh kaya.. genre hidupnya tuh ada-ada aja.
Kaula berlari sekitar 400 meter dan baru menemukan Indomaret disana. Kaula duduk di kursi orang banyak masalah yang sudah pihak mini market itu sediakan di bagian depan.
Kaula mengirimkan lokasi akurat kepada Yesaya saat itu meskipun jantungnya masih bergetar hebat. Saking takutnya, dia berpikir untuk tidak akan pernah lagi memesan transportasi online selamanya.
♡♡♡
20 menit kemudian, Yesaya sampai di lokasi yang telat Kaula kirim. Melihat Kaula hanya menunduk, kepalanya tertumpu kepada kedua tangannya yang melipat membuat Yesaya berjalan menghampirinya.
"La?"
Yesaya dengan hati-hati menyentuh ujung sikutnya, namun respon Kaula diluar dugaan, Kaula terkejut bukan main, dia terlihat sangat takut dengan tingkat serius.
"Ini gua." Kata Yesaya.
Kaula memajukan bibir bawahnya menahan air matanya untuk turun. Sumpah, Kaula nggak berniat untuk menangis apalagi di depan Yesaya kayak gini NGGAK SAMA SEKALI, INI BUKAN STYLE DIA.
Tapi, dia juga gak mengerti kenapa rasanya dia takut sekali.
Melihat keadaanya nggak baik-baik saja, Yesaya segera mengajak Kaula pulang dan masuk ke dalam mobilnya.
Karena itu Yesaya, Kaula menurut.
Di dalam mobil, Yesaya justru nggak langsung menyalakan mesinnya, dia memberikan satu botol air putih kepada gadis itu untuk membuatnya sedikit lebih tenang.
"Tapi lu nggak apa-apa kan? Dia nggak ngapa-ngapain, kan?" Tanya Esa, Kaula mengangguk, enggan bersuara.
Kaula menunduk dan menangis lagi.
Yesaya bingung.
Harus bagaimana dia di situasi seperti ini? Harus menunggu Kaula menyelesaikan tangisannya, kah? Ataua apa.
"Udah, udah aman sekarang, La." Kata Yesaya. Tapi hal itu nggak membuat Kaula tenang. Kaula kemudian menutup wajahnya memakai kedua telapak tangannya.
Entah harus bagaimana lagi dirinta, Yesaya kemudian berinisiatif melakukannya.
Yesaya memeluk Kaula dan mengusap pundaknya yang dibaluti sweater putih.
"Yaudah nangis aja." Katanya kemudian.
Kaula menangis, yang dia bisa ucapkan hanya.. "Takut, Sa."
Yesaya nggak menjawab apa-apa. Dia tetap memeluk gadis itu, bahkan memakai kedua tangannya sekarang.
"Habis ini lu pulang, minum air anget, istirahat, tidur, jangan pikirin yang tadi." Hibur Yesaya.
Kaula mengangguk.
"Makasih, Sa."
"Iya, udah nangisnya nanti gua gak bisa bawa mobil kalau lu nangis terus." Ucapan Yesaya membuat cetakan senyuman di atas bibir Kaula dan dia mengangguk lagi.
1 note
·
View note
Text
Yesaya dan Keran Air
Yesaya datang tepat ketika Kaula mulai melanjutkan aktivitasnya.
Kaula yang nggak dengar ada orang sama sekali terkejut bukan main ketika dia lihat Yesaya muncul di depan pintu toilet saat dirinya sedang ada di dalam toilet dan fokus dengan keran mandinya yang rusak.
Yesaya datang dengan tatapan bingungnya.
"Anjrit! Kapan sampenya." Tanya Kaula yang terkejut.
"Gua panggil-panggil lu gak keluar. Yaudah gua masuk aja sendiri lagian pintunya juga kenapa lu bukain selebar itu, sih? Kalo ada maling gimana?" Yesaya protes.
"Oh, sorry deh gak kedengaran. Lagian biarin aja pintunya kebuka, jangan ditutup gue nggak mau ada fitnah." KATANYA.
Yesaya yang dengar langsung kek yang 😒😒😒😒😒😒😒 GITU.
"Lagi ngapain sih lu? Nggak selesai-selesai? Masa daritadi, dari sebelum gua berangkat benerin keran mulu." Kata Yesaya.
"Kan gue bilang tadi pas lo chat gue lagi istirahat, ini baru mau gue mulai lagi."
"Sini gua bantuin, lu kayaknya emang gak bisa." Omel Yesaya. Kaula berdiri untuk beranjak keluar dari toilet 2x2 meternya itu.
"Kaya yang bisa aja, lo." Sindir Kaula. Sedangkan Yesaya, menyimpan tas, membuka jaket dan satu hal yang buat Kaula takut, Yesaya hendak membuka celana panjangnya.
Ketika cowok itu mulai melonggarkan ikat pinggangnya, Kaula teriak.
"EH MAU NGAPAIN LO ANJINK?????"
"Buka celana."
"Ih najis.."
"Kenapa najis? Gua pake celana pendek anjir, gua cuma gak mau celana gua basah, soalnya gak bawa lagi." Papar Yesaya.
Kaula cuma.. "Oh..."
"Makanya otak lu sapuin biar bersih gak ngeres mulu."
Kaula diam lebih ke nggak bisa jawab sih, tapi Yesaya ngomong lagi, "Lagian body lu gak bikin gua nafsu."
ARRRGHHHH MONYETTTT.
Kaula yang dengar cuma bisa mencipratkan air ke wajah cowok itu dengan umpatan di mulutnya.
Sementara Yesaya membantunya memperbaiki keran air yang longgar dan bocor, Kaula tidak sadar dirinya berjalan meninggalkan Yesaya menuju bagian di dalam kosannya yang di sebut kamar tidur. Kaula yang nggak sadar karena sedang menggulir isi ponsel untuk mencari menu makan malam di dalam aplikasi Shopee Food itu, seketika tertegun di depan cermain karena menatap dirinya sendiri.
WHICH BODY DOES HE MEAN THAT DOESN'T TURN HIM ON??????
MAKSUDNYA... SHE LOOK GOOD IN EVERY SHAPE GT LOOOHKK ARGH 😔😭
Kaula protes dalam hatinya.
"KAULAAAAAA" Yesaya teriak dari dalam toilet. Cewek itu panik, berpikir kalau Yesaya mungkin jatuh di kamar mandi????
Kaula segera menghampiri cowok itu, ketika sampai, dia cuma melihat pemandangan Yesaya yang struggle melawan arus air yang keluar dengan kencang melalui pipa karena keran airnya terlepas.
"ANJING BANTUIN INI GUA BASAH"
"Ih bego kenapa malah lo buka begitu!!!!!!"
"SIAPA YANG BUKA GILA LU, KERAN LU CACAT."
♡♡♡
15 menit waktu Yesaya terbuang hanya untuk membantu Kaula dengan hasil xixi gak ada ^_______^
Karena makanan sudah datang, namun keran air Kaula masih rusak, dia akali dengan menyumpalnya memakai kantung kresek yang ia remas.
"Udah lah gak usah dipaksain emang bener kata lo harus ganti." Kata Kaula.
"Berapa lu kos disini?"
"2 juta."
"2 juta kemahalan buat dapet keran air se ancur itu." Kata Yesaya dan Kaula setuju.
"Pinjem baju lu kek, gua gak mau masuk angin." Kata Yesaya dengan setengah kaosnya yang basah, juga rambut dan wajahnya, namun sudah lumayan mengering karena Kaula memberikannya handuk.
"Adanya crop top."
"Pikir sendiri masa gua balik pake crop top."
Kaula cuma ketawa. "Pulang-pulang lo di tawar jamet komplek."
"Ketawa aja terus."
"Galaknyo. Nanti ya gue cari, gue laper, mah mam duluuuu." Jawab Kaula yang masih anteng dengan makanannya.
20 tusuk sate ayam, nasi putih, soto sapi dan 2 ice tea yang Kaula pesan menjadi menu makan malamnya dengan Yesaya.
Tidak pernah sedikitpun dibenaknya terpikir Yesaya akan makan malam di tempatnya. Sementara Kaula bercerita, suara tawa renyah yang terdengar asing itu keluar dari mulut Yesaya. Nggak bermaksud oversharing namun, ini kali pertamanya Yesaya berbagi informasi tentang dirinya, tentang keluarganya ataupun hobi dan kesukannya.
Dan, ketika keheningngan mulai membaluti keduanya, Kaula semakin memperhatikan gerak-gerik lelaki yang ada di hadapannya ini, bajunya yang basah terlihat menjadi penyebab bibirnya lumayan pucat dan membiru.
"Tunggu ya, gue cari baju dulu yang agak besaran."
"Iya."
Sementara Kaula pergi menuju kamarnya untuk mencari sesuatu yang dia butuhkan, Yesaya melamun. Dia memperhatikan makanan yang telah dia habiskan bersama Kaula, di tempat Kaula dan dari Kaula. Sementara juga dia berpikir, ketika dia bersama Kaula, dia merasa bahwa masalah sedang tidak bersamanya. Tiba-tiba dia merasa bahwa seorang bernama Kila itu tidak pernah menyakitinya. Tiba-tiba dia melupakannya.
Kemudian, dia tersadarkan dengan suara ketukan pintu yang sebenarnya benda itu telah terbuka lebar.
Yesaya yang melamun kemudian menoleh ke arah ambang pintu, dan dua orang telah berdiri dengan terpaku di sana dengan wajah yang bingung dan kaget.
Yesaya juga bingung, rambut dan kaosnya yang basah dan celana pendeknya menyambut lelaki dan wanita tersebut.
"Iya? Cari siapa?"
Sang lelaki belum juga berbicara, dia menatap Yesaya dengan mengerutkan dahi. Sang lelaki dengan gadis di sampingnya juga saling melirik karena mereka berdua bingung melihat Yesaya YANG SEPERTI ITU di dalam kamar kos Kaula.
"KAULA..." Lelaki itu malah teriak.
"Apaaaa?"
"SINI!"
Kaula yang panik langsung berlari ke arah ambang pintu. Ketika sampai, dia nggak kalah kaget.
"LAH HAIKAL.."
Ya, yang Kaula temui adalah Haikal dengan kekasihnya, Naura, dengan ekspresi yang sama-sama bingung.
Tatapan Haikal mengintimidasinya, tatapannya berbicara bahwa dirinya nggak menyangka dengan apa yang telah Kaula dan Yesaya lakukan. Haikal juga nggak menduga akan bertemu Yesaya di situasi seperti ini.
"Siapa, La?" tanya Yesaya.
"Ul, gua nggak nyangka.." Celetuk Haikal.
"NGGAKKKKK"
1 note
·
View note
Text
Lo Kenapa?
2 Minggu kemudian, Kaula berinisiatif untuk datang ke studio Yesaya untuk yang terakhir kali. Dalam rangka perpisahan karena kerja sama yang mereka bangun telah selesai, di pertemuan ke tiganya dengan Arshel dan Hilman membuat hati Kaula tergerak memberikan beberapa bungkus makanan atas kemauannya sendiri kepada mereka
Kaula datang seorang diri dengan berani dan dengan perasaan yang cukup baik pada pukul 11.20
"Guys‼️ Gue bawa makanan buat kalian. Sorry ya kalau sedikit, dibagi-bagi aja!" Ucap Kaula. Hilman dan Arshel menerima dengan perasaan dan perilaku yang heboh dan berisik.
"Aseeeeekkkkk! Thank you Kak." Kata Hilman.
"Thank you Kak Ul, semoga rejekinya bertembah." Ini kata Acel.
Mereka cukup berdebat hanyabuntuk sekedar memperebutkan paket makanan yang berisi dimsum, siomay basah dan beberapa minuman di dalamnya.
Namun, hal itu justru tidak membuat Yesaya melakukan hal yang sama dengan kedua kawannya. Yesaya melipatkan tangannya dan kepalanya menunduk bertumpu kepada tangannya sendiri.
Jujur, gini-gini, Kaula juga masih punya rasa sungkan dan takut. Tapi, isi otaknya terus bertanya, apa yang terjadi.
Kemudian, suasana berubah 180 derajat ketika sebuah mobil hitam terparkir di halaman. Kaula, Hilman sam Arshel memperhatikannya juga, namun, kedua lelaki itu menatap serius dengan gigi yang tidak henti mengunyah.
Sang pemilik mobil belum mau keluar dari dalamnya, namun, Yesaya berdiri dan keluar dari dalam ruangan studio meninggalkan 3 orang di dalamnya yang masih bertanya-tanya.
Ketika Yesaya keluar, si pemilik mobil juga keluar. Dia dia adalah Kila. Jujur, nggak pernah terpikirkan Kaula akan melihat Kila hari ini, DI SINI.
Dari dalam tempatnya berdiri, Kaula memperhatikan bagaimana cara mereka berkomunikasi. Kaula hanya bisa melihat wajah Kila yang sedang berbicara dengan ekspresi yang marah, tanpa tau bagaimana dengan urusan Yesaya. Apakah dia melakukan hal yang sama? Apakah ucapam bahwa dia tidak pernah marah atau membentak Kila itu masih berlaku?
Namun, dari dalam sini, Kaula bisa merasakan energi negatif yang keduanya saling berikan. Dan, dia bisa menebak kalau Yesaya dan Kila sedang tidak baik-baik saja.
"Kaget ya Kak? Makanan sehari-hari, ya gak Cel?" Kata Hilman. Jujur, Kaula bingung memberikan respons yang benar.
Meskipun begitu, Kaula tetap penasaran.
"Mereka pacaran?"
"Kagak, nggak tau apaan nggak jelas. Mending elu, Kak, kemana-mana." Celetuk Hilman yang kemudian Arshel senggol tangannya.
Nggak membutuhkan waktu yang lama, Kila pergi dengam membanting pintu mobilnya sedangkan Yesaya kembali masuk ke dalam.
Mereka bertiga yang terkejut kemudian memperbaikin posisinya seolah-olah tidak pernah menyaksikan pertengkaran tersebut.
"Oh jadi lo ngerjain tugas kakak lo juga, Man." Celetuk Kaula kepada Hilman.
Yesaya menengok sekilas, kemudian bilang : "Udah lah gak usah pura-pura nggak tau." Katanya. Lalu, Kaula jadi merasa nggak enak.
Hilman berdecak sebal, "Ck! Lu salah si Kak, gua kagak punya kakak anjir gua anak pertama."
Hehe, another day, another bloon 🙏
Yesaya terlihat merapikan tasnya dan pergi sambil bilang : "Gua cabut duluan."
Tanpa ada yang berani bertanya KENAPA dari diantara tiga orang disana.
1 note
·
View note
Text
Kita Nggak Mungkin Ulangin Hal-Hal Yang Nggak Penting, Kan?
Kaula akan merasa dirinya hebat. Itulah alasan kenapa rasanya menggoda Yesaya sudah menjadi hiburannya. Terkadang, Yesaya akan melakukan hal yang Kaula ingin meskipun dirinya harus menerima komentar menyebalkan terlebih dahulu.
Kaula menghabiskan waktu makan siangnya bersama lelaki itu, bahkan, Yesaya setuju tentang Kaula yang ikut pergi bersama menggunakan kendaraannya. Dan ini pertama kalinya dia duduk di bagian depan mobil silver Yesaya.
"Honestly gua nggak terlalu suka bawa mobil. Gua lebih nyaman pake Elo."
"Siapa tuh Elo?"
"Motor gua." Jawaban Yesaya buat Kaula mengangguk-angguk.
"Iya sih, tapi kalau lo bawa Elo baju-baju gimana?"
"Lu pegangin."
Jawab Yesaya dengan enteng. "Kalau tangan gue sepuluh sih gapapa ya!" Sarkas cewek itu dengan sebal.
"Gua pake ni barang kalau jalan sama Kila doang. Jadi tempat yang lu dudukin sekarang tuh punya Kila. Jangan ada barang lu yang jatuh tar gua disangka selingkuh." Celetuk Yesaya, Kaula mencibir diam-diam. Interuksinya menyebalkan, pikirnya.
"Nggak minat juga dituduh selingkuhan lo." Jawab Kaula dengan serius.
♡♡♡
Tepat jam dua siang, Kaula sampai di studio unik milkk Yesaya. Tempatnya luas dan style arsitekturnya dibuat minimal aesthetic. Yesaya memilih warna kuning, navy dan putih untuk warna inti dari bangunannya.
"Lo suka banget warna kuning? Umumnya penyuka warna kuning tuh periang, ramah sama ekspresif. Lo cocoknya warna smoke grey." Kata Kaula.
"Sorry, gak mau ikutin stereotype orang-orang." Yesaya percaya diri dengan jawabannya.
Disana, Kaula bertemu dengan dua kawan Yesaya yang juga tampak anteng dengan pekerjaan mereka masing-masing yang ditemani dengan suara musik melalui speaker wireless.
Kaula memperkenalkan dirinya kepada dua orang yang disebut Hilman dan Arshel. Yesaya yang pasti enggan memperkenalkan Kaula dengan dua temannya itu tentu bisa Kaula tebak, itulah sebabnya dia melakukannya sendiri.
"Ronald udah di atas." Kata Arshel, Acel for short.
Mereka langsung naik ke lantai dua. Yesaya langsung fokus dengan pekerjaannya. Berbincang dengan seseorang yang bernama Ronald sedangkan Kaula memperhatikan Yesaya.
Menurutnya, ada banyak ruang untuk sikap baik di dalam diri cowok itu, namun, entah apa trigger dan alasan kuat laki-laki itu tampak menghemat sikapnya sekarang. Dia juga bertanya-tanya, apakah Yesaya memang seperti ini bahkan sejak dirinya masih kecil? Meskipun kadang menjengkalkan, tapi, Yesaya menurutnya laki-laki yang bertanggung jawab, perhatian, act of service dan pekerja keras. Untuk point terakhir mungkin Yesaya agak berlebihan, tapi dia selalu masuk dan serius dalam melakukan pekerjaannya.
Dia juga cowok yang ambisius. Apasih zodiaknya? Hidup sampai seserius ini?
Tapi memperhatikan Yesaya yang bekerja, Kaula tersenyum merasa kagum. Dia dulu memiliki Rangga, sosok yang tampak selalu punya semuanya dengan mudah, tapi memiliki Yesaya adalah hal yang paling buatnya penasaran.
Bagaimana rasanya menjadi sosok yang hidupnya Yesaya jadikan alasan untuk dia bekerja tanpa tahu waktu?
Bagaimana rasanya menjadi sosok yang kebahagiannya Yesaya usahakan?
dan
Bagaimana rasanya menjadi sosok yang wajahnya Yesaya cintai siang dan malam?
Kaula penasaran.
Waktu break datang dan Yesaya jalan menghampiri Kaula. Panasnya lighting membuat keringat cowok itu turun dari dahi.
Kaula mengeluarkan tisunya dan memberikannya kepada dia.
"Cek dulu resultnya, bagus gak?" Tanya Yesaya sambil memberikan kameranya dan menerima tissue untuk mengelap keringatnya. Hal kecil namun baginya sangat berguna.
Kaula melihat-lihat hasil tangkapan gambar laki-laki itu. Menurutnya hasilnya jauh dari yang dia duga. Arahan yang Yesaya berikan juga cenderung tidak kaku. Penempatan lighting yang pas membuat sample produknya terkesan mewah. Juga angle, proporsi dan detail dari setiap tangkapannya.
"Aqel bisanya shoot besok, tapi gua butuh gambaran buat model ceweknya. Lo bisa gak, jadi model dulu?" Tanya Yesaya tiba-tiba.
Ditanya begitu, Kaula kaget.
"Hah gue? Gue nggak bisa bergaya anjir, kaku."
"Gua arahin."
"Nggak ah, gak pede. Gue nggak make up nggak cocok juga kayanya."
"Cantik kok." Ceplos Yesaya. Tapi diringa segera mengkonfirmasi. "Maksudnya masih cakep buat seorang model amatir, kalo jelek juga gua edit." Balas Yesaya.
Baru juga geer. ‼️
Tanpa mau beradu mulut lagi, Kaula mencoba salah satu produknya dengan nggak percaya diri.
"Jelek, ya?"
"Mayan."
NYEBELIN.
Kaula melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin, sementara mata lensa kamera Yesaya terus membidik.
Mata Yesaya menatap Kaula dari layar kecil di kameranya.
"Oke sip bagus." Ucapnya sampai akhirnya ada beberapa foto yang Kaula dapat.
Melihat hasilnya, Yesaya tersenyum kecil, entah lah, dia cuma merasa puas dengan pekerjaannya.
"Gimana? Jelek nggak?" Tanya Kaula sambil berjalan mengjampiri cowok itu yang tampak tidak mendengar sama sekali.
Kaula melihat senyuman kecil yang tumbuh di bibir Yesaya. Ini adalah pertama kalinya dia lihat Yesaya tersenyum meskipun hanya beberapa inci. Kemudian dengan sadar, kedua jari telunjuknya menarik masing-masing sudut bibir Yesaya agar dirinya tersenyum lebih lebar lagi.
"Lo cakep banget padahal kalau senyum kaya gini " Katanya.
Yesaya yang kaget hanya bisa menatap wajah Kaula dengan kedua matanya. Sedangkan senyuman itu ia pertahankan lebih lebar lagi, membuat pantulan magnet yang sama kepada Kaula sehingga Kaula juga tersenyum kepada lelaki itu.
"Aul?" Seseorang tiba-tiba memanggil Kaula. Dari luar studio yang dibaluti kaca bening, Kaula bisa melihat Acha, Farel bahkan bersama Arshel dan Hilman memperhatikan mereka berdua dengan wajah yang melongo.
"Jadi kalian bener-bener pacaran?" Gumam Acha.
Entah sudah berapa lama mereka semua ada disana, namun yang membuat Kaula semakin bertanya adalah, sejak kapan ada Farel dan Acha? Kapan mereka datang dan MAU APA?
Yesaya membawa tangan Kaula kedalam genggamannya dan bertanya, "Emang kenapa?"
1 note
·
View note
Text
Calon Jodoh Depan Mata
Kaula memencet tombol bel saat akhirnya sampai di depan rumah Yesaya. Entah kemana hilangnya akal sehat itu sampai berpikir mampir ke rumah Yesaya adalah sebuah pilihan yang tepat.
Yesaya membukakan pintu untuk Kaula, bagai dejavu, semuanya seperti terulang, tentang bagaimana cara Yesaya menyambutnya, bagaimana penampilannya, atau bagaimana situasi rumah dan cara dia melangkah masuk.
Kaula masih sama, masih memperhatikan sekitar rumahnya. Setelah membukakan pintu untuk tamunya, Yesaya kembali ke sofa ruang tamunya dengan ipad di tangannya. Punggungnya ia sandarkan ke punggunh sofa tanpa mempersilakan tamunya duduk.
Kaula tahu apa yang harus lakukan, dia tidak akan menunggu Yesaya untuk menyuruhnya duduk. Jadi, Kaula akan pergi duduk di samping cowok itu dengan inisiatifnya.
Lalu, mengambil air mineral gelasan dari dalam kardus yang ada di bawah meja.
"Aaaaaahh.. makasih ya air putihhnya." Kaula ikut menyandarkan punggungnya ke punggung sofa.
Yesaya tidak melirik Kaula meskipun hanya satu detik.
"Buat apa?" Tanya Kaula sambil melihat gambar chibi yang Yesaya buat walau masih tahap sketch.
"Kelihatannya?"
Kaula nggak tertarik dengan topik illustrasi yang sedang Yesaya kerjakan, dia lebih tertarik menguliti kehidupan lelaki itu.
"Kok rumah lo sepi terus? Nyokap bokap kemana?"
"Kerja."
"Oh.. lo nggak punya sodara?"
"Ada adik satu. Cewek, di kamarnya."
Kaula menengok ke arah belakangnya.
"Mana adek lo suruh keluar, gue ngobrol sama adek lo aja."
"Nggak akan mau."
Yesaya menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan lugas, datar dan tanpa mau menoleh ke arah Kaula. Dia dan matanya hanya mau menyorot ke arah pekerjaannya.
"Adek lo kaya lo nggak sifatnya? Galak ama nyebelin gitu?"
Ketika nama nyebelin keluar dari mulut Kaula, Yesaya menoleh ke arahnya dengan tatapan srigala.
"Apa? Kan emang iya?" tanya Kaula. "Adek lo masih sekolah? Umur berapa?" sambungnya.
"SMA."
"Adek gue juga SMA. Jodohin aja, adek gue ganteng, kok."
Yesaya menarik napasnya panjang, "Ketimbang nyariin jodoh buat anak yang masih sekolah, mending cari jodoh buat diri lu sendiri." Tukasnya.
"Udah kelihatan kok." Jawab Kaula.
"Kelihatan bohongnya?"
"Kelihatan ini depan mata gue."
Yesaya mematung, mendengar ucapan Kaula yang blak-blakan, dia hanya mampu mengamati wajah gadis itu. Kemudian, jari telunjuknya menyisir wajah Kaula sampai ketika jari itu berakhir di atas jidatnya,
Yesaya mendorong kepalanya memakai jari telunjuk itu.
"Mikir." Katanya dengan tatapan tajam setajam pisau dapur.
Yesaya memainkan ponselnya karena sebuah notifikasi masuk.
"Kila?" Tanya Kaula. Sejujurnya, Yesaya lumayan kaget ketika nama Kila keluar dari mulut cewek itu.
"Bukan."
"Kila suka ke rumah lo, Sa?"
"Sering gua ajal tapi gak pernah bisa. Males kali rumah gua kecil."
"Bandingim sama kosan gue."
Yesaya nggak mau jawab lagi. Capek.
"Dibanding ngajak orang yang nggak mau mampir, mending ajak gue, gue akan datang tiap hari."
"Ogah."
"Permisi????"
Kegiatan dan obrolan keduanya tiba-tiba terhenti karena tamu kedua kemudian hadir, entah siapa, tetangga kah?
"Lihatin." Suruh Yesaya dengan gerakan wajahnya. Kaula berdiri untuk segera bertemu dengan tamu yang ia yakin dirinya juga nggak tahu siapa.
Kaula membuka pintu dan pagar rumah Yesaya yang tinggunya hanya sepinggang.
"Dari Gojek, Kak. Atas nama Yesaya?"
"Hah emang pesen gojek, ya?" Gumam Kaula.
Yesaya muncul dari belakang dan bilang "Pesen."
"Nih Pak anterin dia ya." Kata Yesaya sambil mendorong Kaula untuk segera naik ke motor sang pengemudi.
"Hah? Apaan? Woyyyyy????"
1 note
·
View note
Text
The Last Séance 2

Hari yang (sebenarnya nggak Kaula tunggu-tunggu) akhirnya datang. Iya, hari dimana dia harus menemani Lian, kawannya menonton film thriller psycho Australia dengan judul The Last Séance 2 yang jujur saja, dia nggak tahu sama sekali bahkan musim pertamnya.
Yang hanya perlu Kaula lakukan hanya duduk menemani Lian tanpa perlu membayar tiketnya.
"Ini film udah gue tunggu-tunggu banget dari tahun kemarin, launching tanggalnya nggak rilis mulu, padahal posternya udah dua bulan yang lalu keluar. Makanya hari ini nggak mau gue cancel, biarin aja adek gue nonton sendiri. Gue saranin pulang dari sini lo tonton season pertamanya, deh." Kata Lian dengan begitu semangat.
Film kemudian di mulai, Kaula dan Lian begitu menikmati adegan demi adegan brutal yang disajikan oleh film tersebut. Dengan satu pack popocorn berukuran Large, dan minuman cola untuk masing-masing diantara mereka.
Udara dingin di dalam bioskop membuat Kaula nggak karuan. Ingin rasanya dia pergi ke toilet untuk sekedar buang air kecil. Namun, jarum jam yang bertengger di atas arloji cantiknya menunjukan pukul 6 lewat 54 menit.
"Ah, gue tunggu 10 sampai 15 menitan lagi. Si Yesaya Yesaya itu pasti ada di luar sama ceweknya yang nggak seberapa dibanding gue"
Ucap Kaula dalam hati yang bisa kita semua tau ^_______^
Yup. Dialah Kaula.
Cewek yang selalu memikirkan sesuatu yang bahkan belum tentu semua hal itu terjadi. Dia sibuk memikirkan Yesaya yang takut ia temui, namun justru di luar sana Yesaya mungkin nggak akan pernah berpikir tentang Kaula even itu NAMANYA.
Aries aneh.
Kaula sedikit demi sedikit membetulkan posisi duduknya demi menahan sesuatu yang tidak bisa lagi dia bendung untuk keluar.
Tepat jam 7.19 akhirnya Kaula berdiri karena rasanya pertahanannya tidak bisa ia tahan lagi.
"Titip tas gue. Gue ke toilet dulu." Ucap Kaula berbisik kepada Lian dan dirinya hanya membawa ponselnya ke toilet.
Kaula berlari kecil untuk sampai di toilet. Ketika akhirnya dia bisa keluar dari teater, dia melihat suasana lobby bioskop yang bisa terbilang sepi. Dia yakin sebagian besar orang telah memasuki pintu teaternya masing-masing. Bahkan di tempat antrean tiket, Kaula tidak menemukan satu orang pun untuk mengantre.
Setelah urusannya selesai, Kaula merapikan diri dari pantulan cermin washtafel yang ada di Toilet. Kemudian, otak liarnya kembali memikirkan sesuatu sehingga membuatnya sedikit tertawa nyeleneh.
Kebayang nggak sih, nanti ada cewek cantik masuk toilet juga terus nggak sengaja tubrukan, terus dompet dia jatuh, terus Kaula lihat foto Yesaya bersama cewek itu dari dalam dompetnya DAMN ‼️ Dia tubrukan sama ceweknya Yesaya?
"Nggak bisa banget gue.. Tapi penasaran sih, tipe cewek si Yesaya itu kayak gimana?" Gumam Kaula sendirian di dalam ruangan 3x4m tersebut.
Kaula kemudian menepis segala pemikirannya tentang Yesaya maupun pacarnya yang entah siapa itu. Tepat jam 7.30 dia keluar dari toilet wanita dan bergegas kembali ke pintu Teater 1 dan melanjutkan filmnya.
Namun, hal yang sepertinya terlewat untuk Kaula pikirkan justru terjadi. Kaula berjalan sambil memainkan ponselnya saat itu, bahkan masih memainkan ponsel saat dirinya mulai akan melewati tikungan untuk mencapai pintu Teater 1 yang berada di ujung gedung, dan tiba-tiba :
Dia bertemu Yesaya dengan cara MENABRAKNYA.
Seolah-olah badan kecilnya terpental keras, Kaula melangkah mundur dan ponselnya jatuh ke lantai bioskop. Sedangkan seseorang yang ia tabrak hanya memasang wajah yang terkejut.
Selama beberapa detik keduanya saling memandang dan melongo.
"Anjir lah!" Akhirnya Kaula berbicara tapi : MENGUMPAT. Dia melakukannya sambil meraih ponselnya yang jatuh serta membuat strap ponselnya pecah berantakan.
"Rusak anjir!" Kaula mengomel sambil meratapi hiasan ponsel yang menggelantung di ponsel biru mudanya.
"Ngapain lu disini?" Tanya Yesaya.
"Ya nonton lah, masa bersih-bersih. Ini gimana rusak?" Kata Kaula yang masih meratapi barangnya, seolah-olah lupa kalau ketakutan terbesarnya yakni BERTEMU YESAYA sekarang telah terjadi.
"Makanya kalo jalan pake mata." Omelnya. "Lu ngintilin gua, kan? Ngaku aja?"
"Ih? Dunia nggak berpusat di elo kali, kenapa gue harus ngintilin lo?"
Bahkan Kaula mengabaikan celotehan yang nggak bermakna dari seorang Yesaya, Kaula bisa mengabaikannya, tapi satu hal yang nggak bisa dia abaikan adalah :
"Nggak mungkin banget tiba-tiba ketemu, pasti direncanain."
Kaula yang perlahan melupakan urusan ponselnya kini bola matanya justru terlihat mencari-cari seorang.
"Mana cewek lo?"
Dan yup, kepo. 🙃
Urat dahi yang melipat di kening Yesaya memudar setelah mendengar pertanyaan Kaula.
"Ngapain nanya-nanya?" Tanya Yesaya berikut ekspresi datarnya. Iya sih, ngapain juga nanya-nanya, ya? Kaula yang nggak canggung sekarang mengedarkan pandangannya ke segala arah tanpa berani memandangi lawan bicaranya.
"Ya.. cuma tanya.." Balas Kaula dengan ragu.
"Nggak ada." Jawab Yesaya simpel.
"Kan? Gue tuh sebenernya nggak percaya sih kalau lo punya pacar."
"Nggak datang."
"Hah?"
"Cewek gua nggak datang."
Kemudian cowok itu menjulurkan dua tiket di tangan kanannya kepada Kaula.
Kaula membisu. Serius kah? Dari cara Yesaya berbicara, tentu nggak ada ekspresi bohong yang timbul dari garis wajahnya. Yang bisa Kaula perhatikan dari ujung sepatu sampai rambutnya, Yesaya tampak sangat layu dan kacau. Seperti ada kekecewaan yang tumbuh di hatinya namun tidak bisa ia ungkapkan.
"Kok nggak datang?"
Pertanyaann Kaula hanya dijawab memakai gerakan bahu Yesaya yang terangkat.
"Mau? Buat lu."
Kaula yang bingung dengan situasi yang tiba-tiba berubah drastis sempat berpikir untuk menolak. Namun, jika ia tolak mungkin bisa membuat Yesaya tambah kecewa.
"Kenapa?"
"Mubazir. Lu tau kan, gua orangnya itungan." Kata Yesaya.
"Yaudah tunggu gue bayar." Kaula merogoh kantung celananya.
"Nggak usah. Ambil aja."
Yesaya menginterupsi kegiatanya, syukurlah toh di celananya juga nggak ada uang ternyata. ^_____^
Yesaya mengambil dua langkah untuk segera meninggalkan Kaula. Namun, gadis itu mencegahnya.
"Yaudah, ayo."
"Sa? Dua tiket berarti yang masuk harus berdua." Kata Kaula sukses membuat Yesaya menghentikan langkahnya.
"Nonton sendiri aja."
"Kalo lo enggak, gue juga enggak. Lo yang beli, setidaknya lo harus tanggung jawab sama apapun yang udah lo pilih dan beli, termasuk tiketnya."
Ucapannya mutlak membuat Yesaya mengurungkan niatnya untuk pulang. Dia sempat diam sejenak sebelum akhirnya bilang :
Yesaya membalikan tubuhnya dan berjalan mendahului Kaula untuk pergi menuju pintu teater 2.
Kaula tersenyum kecil sambil memandangi dua tiket nonton bioskopnya, namun matanya melotot dan bibirnya menganga ketika harus membaca judul film yang akan dia putar bersama Yesaya.
"HAH? THE LAST SÈANCE 2 LAGI?" 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Meanwhile..
3 notes
·
View notes
Text
Kan?
Hari Senin tiba.
Kurang lebih selama satu minggu Yesaya mengerjakan tugas clientnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kaula, akhirnya Yesaya bisa bertemu sang owner perusahaan secara langsung.
Bu Mega, datang bersama Kaula dan Lian. Mereka datang ke sebuah kafe minimalist futuristik dengan alunan musik klasik yang tampak tenang sungguh akan membantu mereka dalam proses berdiskusi.
Kaula datang pada jam 13.39 dan menemukan Yesaya sudah datang terlebih dahulu rupanya. Dia datang tidak sendiri, melainkan bersama seorang wanita super cantik dengan postur tubuh mungil.
Wanita berambut panjang itu membuat mata Kaula membulat tak berkedip. Dari kejauhan, untuk pertama kalinya ia lihat Yesaya tersenyum lebar, sambil dengan usil mengacak rambut wanita itu.
FOR REAL??????????
Tapi, setelah melihat kedatangan Kaula dan dua wanita dari perusahaannya, Yesaya merubah ekspresinya dan dia berdiri untuk segera bersalaman dengan Bu Mega.
JADI YESAYA BAWA CEWEKNYA BUAT MEETING???? YANG BENER AJA?????
Lian yang sadar langsung mengirimi Kaula pesan Whatsap secara diam-diam.
Gak dikasih tau pun Kaula bakal bisa lihat gak sih????????😔😔😔
Sepanjang Yesaya bekerja, gadis itu sesekali memperhatikan materinya, sesekali memainkan ponsel, sesekali bercermin. APALAH 😔😔
Adapun jika ada kesempatan untuk berbicara, Yesaya akan mendekatkan wajahnya kepada gadisnya dan dia mulai membisikan sesuatu, dan Yesaya akan membalasnya dengan nada bicara yang sangat lembut. DI DEPAN KEDUA MATA KAULA.
Ya 🙏🙏nggak 🙏🙏apa-apa 🙏🙏sih sebenernya. Cuma maksudnya cowok itu cowok yang sama yang makan nasi goreng malam-malam berdua dengan dia saat sedang hujan badai berlangsung satu minggu yang lalu. Jika ditanya bagaimana persis perasaan Kaula kepada Yesaya jawabannya adalah dia nggak tau pasti.
Buat masalah display Yesaya memang eye catching dan Kaula tertarik dengan jenis wajah yang Yesaya miliki. Namun, Kaula bukan tipe perempuan yang akan menggunakan hatinya untuk jatuh kepada lelaki hanya karena dirinya ganteng.
Yang ia tau, ia tertarik kepada Yesaya, dan itu adalah bentuk hiburan semata untuk dirinya, namun lama-lama, Yesaya ternyata lebih dari itu.
Setelah setengah jam mengobrol, mereka semua mulai melemaskan otot. Bu Mega izin mengangkat teleponnya dan meninggalkan mereka ber empat di kursi, Yesaya sibuk dengan ponselnya, sedangkan cewek itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kila, dia berdiri pergi meninggalkan Yesaya setelah dia bilang "Aku ke toilet dulu."
Kepergian Kila membuat kedua mata Kaula mengekor, Yesaya juga melakukan hal yang sama. Namun, setelah itu keduanya saling melirik satu sama lain. Mata mereka seolah-olah saling berbicara.
Kemudian tidak lama dari situ, sebuah pesan WhatsaApp masuk ke dalam ponsel Yesaya.

1 note
·
View note
Text
Putus Baik-Baik? Nggak Akan Pernah Bisa
Membaca pesan yang Haikal kirim ke Whatsappnya, membuat Kaula menarik napasnya panjang. Ya, gimana pun juga dia harus menghargai keputusan pacarnya yang nggak setuju.
Memang pada intinya beginilah akhirnya. Kaula nggak menyalahkan status. Tapi kalo boleh jujur, jadi single itu happy kok kalau temen-temennya juga single ^_______^
Dengan effort, Kaula memesan aplikasi Go-Jek melalui ponselnya tanpa mau menaruh banyak harapan untuk acara ini. Padahal, rasanya dulu dia enjoy-enjoy aja kok setiap kali orang-orang yang ada di grup itu mulai merencanakan banyak kegiatan. Camping, tahun baruan, acara birthday or maybe the little things kayak ngopi atau makan juga Kaula menikmatinya. Nggak tahu tuh sekarang rasanya beda aja.
15 menit kemudian sampailah Kaula di rumah Rangga dan melihat Haikal yang berdiri di depan gerbang sambil memainkan ponselnya secara horizontal. Nggak lain dan nggak bukan, pasti, main game!
Kedatangan Kaula membuat aktivitas cowok itu terhenti, dirinya kemudian menyambut Kaula dengan heboh.
"Ada acara apaan sih ngumpulnya di rumah Rangga?"
"Damn minim literasi. Baca grup kagak?"
"Dibilang males scroll!"
"Si Lily mau bagi-bagi duit." Celetuk Haikal. Kaula memasang ekspresi yang NGGAK MUNGKIN BANGET. Cowok itu cuma cengengesan, melihat ekspresi Kaula yang mencibirnya.
"Nggak ada sih, cuma lagi perayaan patah hati ceunah."
"Siapa yang patah hati?"
"Lily putus."
Mendengar kabar "buruk" itu perasaan Kaula justru menjadi lebih buruk dari kabarnya.
"Waktu gue putus gak ada yang ngehibur kayak gini." Kaula protes, hal itu membuat Haikal menggaruk bagian tengkuk belakangnya.
"Ya gimana ya, si Rangga juga waktu putus kagak ada yang hibur."
Kaula dan Haikal berjalan sampai ke bagian halaman rumah cowk itu. Situasi lumayan ramai dengan acara grill malam itu. Dirinya disambut dengan riangnya. Termasuk oleh Rangga, meskipun nggak begitu heboh, dirinya yang sedang sibuk mengurusi minuman cuma melirik Kaula dengan senyuman. Sedangkan Acha langsung menggandeng tangan gadis cantik itu.
"Kangen banget sama lo Ul, jarang keliatan!" Kata Acha.
"Sibuk pacaran, kali." Celetuk Rangga kemudian. Haikal dan Kaula saling melirik.
"Elu itumah." Kata Haikal.
"Eh iya, masih marahan sama Yesaya?"
Lagi-lagi, Kaula melirik Haikal.
"Gausah nanya-nanya yang nggak ada." Kata Haikal lagi.
Acha protes. "Nanya ke siapa, yang jawab siapa."
Disusul dengan Malik yang dia lihat bersama Andin dan Lily, yang akhirnya mereka bertiga bertemu dengan Kaula dan mereka berbincang banyak hal. Selain bertemu Andin, Acha kemudian menyambut FAREL.
Jantung Kaula semakin berdegup dibuatnya, kenapa semua orang pada ikut, sih? Sekalian aja bawa orang tua sama tetangga????
Farel berbincang di ujung pintu dengan Acha, sekilas cowok itu melirik ke arah Kaula dan Kaula menyadarinya.
APA???? MEREKA NGOMONGIN APA??????
Namun, sejatinya justru bukan hal itu yang membuat Kaula tampak super gelisah, itu adalah ketika dia melihat pacar baru Rangga secara langsung. Cewek cantik itu baru saja datang dan Rangga menyambutnya dengan kecupan dan pelukan.
DENGAN KECUPAN DAN PELUKAN IN FRONT OF MY FUCKING EYES BJIR LAH‼️ Teriak Kaula dalam hatinya. Ekspresi Kaula nggak bisa dia sembunyiin.
Haikal sampai mengiriminya pesan di ujung sana. Kemudian mereka saling melirik.
Setengah jam acara telah Kaula lalui dengan merubah sifat aslinya menjadi begitu TENANG dan PENDIAM. Gadis itu kali ini duduk di sofa ruang tengah, memilih menyendiri daripada bergabung di halaman, rupanya membalas chat teman-temannya yang lain di dalam Whatsapp lebih membuatnya nyaman.
"Kok lo gak gabung?" Tanya seseorang yang ketika Kaula lirik justru sukses melebarkan pupilnya selebar dunia. NGGAK PERNAH SEDIKITPUN DIA PIKIR CEWEKNYA RANGGA BAKAL BICARA SAMA DIA?
"Disini aja gue.. hehe.." Jujur nggak tahu harus balas apa.
"Kayanya kita baru ketemu, ya? Lo Kaula-Kaula itu kan?" Tanyanya begitu polos sambil beranjak duduk di sampingnya.
Kaula melebarkan pupilnya, isyarat pandangan matanya mencari-cari keberadakan Haikal. Haikal yang ia temui justru tengah asyik tertawa bersama Malik dan Farel.
AJSKSLSLSMHELPPPPP ‼️
"Gue seneng banget jujur dapet temen baru kayak kalian semua. Solid banget." Ungkap orang itu.. jujur aja Kaula belum tau namanya siapa. 😭
"Oh iya kenalin ya gue Clarissa. Panggil Ica aja." Katanya sambil mengulurkan tangan kepada Kaula yang tentu Kaula terima dengan senyuman di bibirnya.
"Pacaran sama Rangga bukan cuma punya cowok baru tapi juga temen baru, mana baik-baik lagi." Katanya lagi. Memandangi Ica yang bercerita begitu semangat seolah-olah seperti mendorong Kaula yang dulu di masa lampau. Persis seperti ini. Mendapatkan Rangga beserta seluruh kawannya.
"Syukur deh kalo lo seneng, Ca. Gue harap lo sama Rangga juga awet, ya." Kata Kaula.
"Makasih ya. Jujur aja ya La, kalau gue bisa muter waktu, gue pengen deh ketemu Rangga lebih awal."
"Emang lo ketemu Rangga dimana dan gimana awalnya? Jujur gue nggak terlalu tau soalnya,"
"Gue dikenalin Malik, sih. Awalnya cuma karena sering nongkrong bareng gitu kan, sama temen-temen gue yang lain juga, eh berujung tukeran sosial media sampai ke whatsapp dan.. ya gitu sih la komunikasi intens terus dia suka kaya cerita-cerita." Papar Ica.
"Hah? Malik?" Tanya Kaula dengan lirih. Nggak nyangka aja Malik ikutan andil buat ngejodohin Rangga sama Clarissa.
AHHH sebenernya Kaula nih nggak mau sih nanya ginian, tapi, semakin ada kesempatan, dia semakin nggak bisa nahan rasa penasarannya. Emang seneng banget cari penyakit.
"Si Rangga cerita apa emang?"
"Cerita tentang daily dia aja. Tapi seringnya ceritain mantannya, kalau waktu itu dia sama mantannya sering berantem. Lo pasti tau, ya, siapa mantannya?"
"Mantan dia sebelum jadian sama lo, maksudnya?"
"Iya, tau, kan?"
"Oh.. tau kok. Apa kata Rangga, Ca?"
"Katanya mantannya tuh banyak nuntut, terus terlalu friendly, centil, dia gak suka sama cewek yang kecentilan ke cowok lain, terus cemburuan lah, posesif, Rangga sampai stress banget disitu karna gabisa keluar dari lingkaran hubungan toxic jadi bertahan berbulan-bulan sampai akhirnya dia berani putusin mantannya dengan cara sengaja dia gantungin."
"Aku harap aku nggak kayak mantannya dan bisa jauh lebih ngebahagiain Rangga. Salutnya gue sama Rangga tuh, dia nggak mau spill mantannya yang mana supaya gue gak ikutan ilfeel kali, ya?" Sambung Ica.
Mendengar paparan Clarissa dari Rangga mengenai dirinya, Kaula cuma mampu diam. Tenggorokannya rasanya perih seolah-olah ada duri mawar yang tumbuh di dalam sana. Matanya panas dan mulai berair. Begitukah pandangan Rangga tentang dirinya?
Padahal, selama mereka berhubungan, Kaula merasa semuanya baik-baik saja. Rangga nggak menunjukan sikap kalau dirinya tersiksa dalam hubungan yang dia buat sendiri. Apa iya dia terlalu friendly? Kaula bisa loh jadi super pendiam jika Rangga mau. Apa dia terlalu posesif? Sedangkan Kaula merasa dirinya satu-satunya pasangan yang selalu mengizinkan pacarnya menjemput atau mengantar perempuan lain. Kenapa rasanya semua pengorbanan perasaannya sia-sia? Mana Rangga yang dua tahun yang lalu dia kenal?
Kaula berdiri dengan sisa tenaganya, matanya memerah dan dia memilih pergi dari tempat itu. Aktifitas di halaman luar terhenti setelah mereka semua melihat Kaula pergi begitu saja dan mereka menatap Clarissa secara bergantian.
Haikal yang menyadari sesuatu langsung bergegas menyusul.
Namun, jejak langkah Kaula sudah menghilang dari pandangannya. Sehingga dirinya memutuskan untuk menelepon Kaula meskipun tidak cewek itu respons sama sekali.
Sedangkan di tempat lain, Kaula menangis sambil berjalan. Dia akan terus berlari kemudian berjalan lagi sampai dirasa dirinya telah berada jauh dari wilayah rumah Rangga.
Haikal beberapa kali meneleponnya namun Kaula enggan merespons. Kaula menangis di atas trotoar pada jam 10 malam lewat 13 menit. Tanpa tujuan. Kaula juga merasa marah kepada langit malam yang mendung dan menumpahkan air matanya juga untuk membuatnya basah. Kaula berjalan sambil menangis mencari tempat berteduh.
"Anjing! Cowok anjing!" Umpat Kaula sambil menggulir isi ponselnya menuju aplikasi Go-Jek dan memesannya setelah berhasil menemukan tempat berteduh di sebuah warung kecil di pinggir jalan.
Selama proses itu, dirinya masih menangis, suara dan ucapan Clarissa seolah-olah menghantui pikirannya.
"Pantes nggak boleh ada yang tau gue mantannya supaya mereka bisa jelek-jelekin seenak jidat! Tai!" Cerca Kaula lagi.
Sementara itu, aplikasi Go-Jek juga berkontribusi menambah rasa marahnya karena di saat hujan besar seperti ini, nggak ada yang mau ambil orderannya.
Mungkin sepele, tapi hal itu justru membuat Kaula semakin bersedih dan menangis. Rasanya isi dunia benar-benar berhasil menjahilinya. Membuatnya terpuruk dan terpojokan.
Ide gila itu kemudian muncul sesaat, Kaula nggak tahu lagi harus meminta pertolongan kepada siapa selain kepada seseorang yang ada di otaknya kini.
Tanpa mengirim pesan terlebih dahulu, Kaula kemudian menelepon Yesaya.
Tidak butuh waktu yang lama, kemudian Yesaya menganggkat teleponnya dan berkata.
"Apa?"
Yesaya bisa mendengar suara air hujan yang mengguyur dan berisik serta suara isakan.
"Gue.." Kata Kaula terbata-bata dan ragu. Sampai akhirnya, Kaula bilang. "Maaf-maaf, nggak jadi," Dan menutup teleponnya.
Kaula menangis lagi, dia nggak seharusnya telepon Yesaya. Dia punya pacar. Pacarnya pasti marah. Di saat seperti ini, Kaula merasa naif dan insecure. Dirinya menyalahkan dirinya sendiri dan tiba-tiba setuju akan pandangan Rangga tentang apa itu friendly.
Kayaknya iya, gue kecentilan, kayaknya iya gue terlalu friendly, seharusnya gue emang gak boleh chatting cowok sembarangan.
Tapi gue nggak pernah chat cowok siapapun selama gue punya Rangga.
Gue merasa gue membatasi diri selama gue jadi milik seseorang.
Gue nggak semurah seperti apa yang Rangga nilai.
Begitulah isi pikirannya bercambuk. Kemudian 5 menit setekahnya, telepon dari Yesaya masuk ke dalam ponselnya.
Kaula mematikannya, namun Yesaya menelepon lagi dan lagi.
"Apa!?" Tanya Kaula dengan bentakan dan isakan.
"Lu kenapa? Gua jadi parno."
"Nggak apa-apa." Getaran dan isakan yang Kaula tahan nggak bisa membohongi Yesaya rupanya.
"Lu dimana?"
"Nggak dimana-mana." Balas Kaula lagi.
"Ah! Yaudah."
Kemudian Yesaya menutup teleponnya dan Kaula kembali menangis dengan cara melipatkan lututnya dan menenggelamkan wajahnya.
2 Menit setelah itu, Yesaya kembali menelepon.
"Apasih?" Tanya Kaula dengan tangisan yang sekarang tidak dia tahan. Marah, kesal dan sedih beradu menjadi satu.
"Lu di luar?"
Kaula menangis.
"Malah nangis."
"Nggak bisa pulang.." Kata Kaula masih sambil menangis.
"Shareloc!"
♡♡♡
Diatas motor milik Yesaya, Kaula menangis bersama jas hujan tipis sepuluh ribuan. Kata Yesaya tadi dia mampir untuk beli, karena jas hujan adiknya ketinggalan di rumah kawannya.
Suara petir dan derasnya air hujan membuat Yesaya mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalan. Cowok itu mencari tempat berteduh paling efesien dan nyaman.
Dan yup, di tempat tukang nasi goreng.
"Bang, dua, ya." Pesan Yesaya agak teriak. Yesaya memarkirkan motornya dan membuka jas hujannya yang super basah, sedangkan Kaula hanya berdiri di ujung tandu tanpa melakukan apapun.
Yesaya yang bingung hanya melihat Kaula yang begitu bersedih, haruskah dia menyinggung masalah jas hujan? Atau mau makan nasi goreng dalam keadaan basah?
"Buka jas nya, kasian ntar tempat jualan si abang nya kebasahan." Begitu alibinya. Kaula mengikuti interuksi Yesaya. Dengan mata yang sembab kemudian dia duduk di kursi plastik di sana.
Seribu persen, Yesaya nggak berminat bertanya kenapa karena dia yakin Kaula pasti nggak mau bercerita.
Tapi lama-lama, Kaula protes.
"Minim empati."
MINIM EMPATI???? SIAPA YANG DIA SEBUT MINIM EMPATI??????
"Siapa?"
"Lo."
Yesaya dan wajahnya cuma bisa :
"Kalau minim empati ngapain gua ada disini, pea lu."
Kaula kembali bersedih.
"Iya sih, thanks." Kata Kaula dengan serius.
"Mau nanya kenapa juga gua gak yakin lu mau cerita."
"Tapi, kan tanya aja.." Jawabnya dan Yesaya bisa mendengar suaranya yang lirih, melihat mata dan hidung Kaula yang memerah menandakan dirinya sesedih itu.
"Yaudah, kenapa?" Tanya Yesaya yang akhirnya intonasinya merendah.
Kaula menceritakan kejadian yang telah dialaminya, bahkan ketika nasi gorengnya datang, dia tidak menyentuhnya. Yesaya menyantap nasi gorengnya dengan lahap, tanpa memberikan respon apapun terhadap Kaula saat itu.
"Dengerin gak, sih?"
"Dengerin, dengerin, makan dulu aja." Jawab Yesaya dengan suapan terakhirnya. Sedangkan Kaula baru menyentuh gagang sendoknya dan menyuapkan suapan pertamanya tanpa gairah. Hanya isakan dan kesedihan.
Yesaya menyimpan tisu di samping piring cewek itu.
"Makanya, tadi gue matiin teleponnya karena gue emang nggak seharusnya minta tolong sama cowok yang udah punya cewek. Gue kecentilan, caper, banyak tingkah emang semuanya bener apa yang Rangga bilang." Kata Kaula lagi.
"Tapi Demi Tuhan ya Sa, gue nggak pernah minta tolong kaya gini ke cowok manapun pas gue masih pacaran sama dia. Chat cowok pun gue izin ke dia, malah dia yang suka anter jemput temennya, tapi gue gak pernah protes, daripada gue, dia yang lebih friendly." Papar Kaula.
Yesaya hanya diam seribu bahasa, yang bisa dia lakukan cuma menaruh air minum di dekat Kaula.
"Lo percaya gue atau dia?"
"Gua nggak kenal Rangga jadi, gua percaya lu." Kata Yesaya, hal kecil yang yang bisa buat Kaula merasa puas dan tenang.
"Minum dulu, lu cuma butuh perasaan tenang." Kata Yesaya lagi. Dan iya, setelah itu, Kaula bisa mengontrol rasa marahnya.
"Terus hal yang mau lu lakuin sekarang apa?"
"Jauhin Rangga."
"Yaudah, lakuin semua hal yang buat lu puas. Toh Rangga sendiri juga nggak dapet kerugian apa-apa kalo lu jauhin dia."
"Makanya itu. Tapi mulai dari sekarang gue juga bakal membatasi diri deh sama cowok-cowok modelan elu atau Haikal, atau siapa aja cowok yang udah punya cewek. Gue beneran nggak mau dicap jelek atau diajak ribut karena sesuatu yang nggak gue sadari."
"Gue minta maaf karna buat lo serepot ini, semoga ini jadi yang terakhir gue gangguin lo."
Yesaya menarik napasnya panjang dengan ekspresi yang sulit diartikan. Hanya dengan memandangi Kaula, ada banyak informasi yang ada di otaknya.
"Kalau gua beneran punya cewek, gua gak akan sampai se-effort ini kali sama lu, La." Kata Yesaya tiba-tiba.
Kaula melirik Yesaya dengan kebingungan.
"Hah?"
"Udah makannya? Ayo lanjut, hujannya juga reda." Yesaya mengalihkan topiknya.
"Kalau lo beneran punya cewek? KALAU LO BENERAN PUNYA CEWEK WHAT DO YOU MEAN?" Tanya Kaula dengan todongan di setiap tatapannya.
"Kagak."
"Jadi lo nggak punya cewek, kan?"
Yesaya malah menyeruput air teh hangat nya.
"Jawab?!"
Yesaya menunduk, dia cukup kebingungan menghandle kalimatnya barusan. Tapi, memberikan sedikit informasi tentang dirinya kepada Kaula mungkin boleh saja.
"Jujur, gua juga nggak tau hubungan apa yang gua bangun sama cewek itu, La. Gua sama dia udah putus setahun yang lalu." Kata Yesaya secara sadar dia bercerita. Seorang Yesaya bercerita tantang kehidupan pribadinya kepada Kaula? Tentu bukan hal yang lumrah.
"What? Jadi disebut apa hubungan lo? Kok lo bingung?"
"Udah lah skip, kenapa jadi bahas gua."
"Ceritain plis?????"
"Nggak."
"Cerita🥹🥹🥹"
"Nggak😒😒😒"
"Cerita😑😑😑"
"Nggak😤😤😤"
"Yaudah, deh, kalau hari ini mungkin lo nggak mau cerita, tapi kapan-kapan ceritain ke gue, ya?" Pinta Kaula dengan matanya yang berbicara. Yesaya menatapinya, memperhatikan rambutnya yang lepek, wajahnya yang basah dan kulitnya yang terlihat dingin.
Namun dia segera sadar dengan menjawab, "Iya." Dengan halus.
1 note
·
View note
Text
Aku Yakin Kita Akan Ketemu Lagi
Melihat kawannya tampak sibuk di depan meja kantornya dengan segala macam alat make up dan cermin lipat, Lian mengerutkan dahi melihat hal yang tengah Kaula lakukan. Nggak biasanya ketika jam pulang akan segera tiba, Kaula terlihat begitu semangat seperti sekarang. Touch up kecil diwajahnya mungkin terbilang wajar demi menjaga penampilan, namun, yang Lian perhatikan sekaranf, Kaula justru mengulang riasan wajahnya dari awal.
"Mau kemana? Cakep banget. Ketemuan sama cowok tinder, ya?" Celetuk Lian. Pak Rian yang duduk di samping meja Kaula sampai menoleh dan ketawa kecil.
"Enak aja. Gue mau rapat."
Mendengar jawaban Kaula, Lian protes.
"Rapat nggak pernah se—hebring ini."
"Rapat sama Yesaya, its time to shine."
"Oh, pantes, mau caper, bilang dong daritadi." Kata Lian sambil berlalu, Kaula yang dengar kemudian melempar bantal leher yang ia taruh di atas mejanya ke arah Lian.
♡♡♡
Long Short Story
Kaula telah sampai terlebih dahulu di Monarki, tempat yang telah keduanya sepakati untuk bertemu. Kaula memilih meja paling ujung di dekat jendela. Tujuannya tidak lain dan tidak bukah adalah karena Yesaya. Supaya nanti jika cowok itu datang, Kaula bisa langsung tahu dan menyambutnya.
5 Menit kemudian, benar saja. Yesaya datang dan Kaula bisa lihat itu melakui kaca jendela besar dari dalam Kafe.
Yesaya memarkirkan Vespa Sprint Yellownya di halaman kafe tepat di depan kaca jendela dekat meja Kaula. Kaos abu-abu, celana pendek, kacamata serta piercing yang dikenakan Yesaya membuat Kaula melongo.
Dari pantulan kaca bening, Kaula melambaikan tangannya setelah Yesaya menotice dirinya dengan ekspresi datarnya. Kemudian setelah itu, Yesaya masuk ke kawasan kafe dan pergi menuju meja yang telah Kaula isi sambil melepaskan kacamata yang sebelumnya ia kenakan.
"Kan di luar nggak panas, kok pakai kacamata hitam? Biar keren, ya? Whuuuu~" Goda Kaula.
ARRRGGHHHHH
Kenapa selalu ada pertanyaan ANEH yang muncul di otak Kaula lalu tersampaikan melalui mulut cewek itu? Yesaya lumayan jengkel dengernya 🙃
"Mau dangdutan lu? Make up lu tuh ketebelan." Balas Yesaya.
Kaula melebarkan pupil matanya ketika dirinya mendengar SEORANG YESAYA menyinggung make—upnya. Seolah-olah harga dirinya telah terluka, Kaula bergegas mengambil ponselnya dan bercermin melalui fitur kamera.
Dan, yup.
Cantik 😔
Apalah Yesaya ini, still beauty pun.
Kaula enggan mendengar apapun lagi yang Yesaya lontarkan. Sembari menunggu Kaula menyiapkan berkas yang akan mereka bahas, Yesaya juga melakukan hal yang sama, dirinya memperhatikan bibirnya melalui kamera di ponselnya.
"Kenapa lo?" Tanya Kaula yang rupanya hal itu justru mendistraksi kegiatannya.
"Nggak tau, berdarah." Jawab Yesaya. Kaula ketawa nyeleneh.
"Itutuh gara-gara omongan lo ketajeman, bibir sendiri aja sampe berdarah, apalagi telinga orang yang denger?" Celetuk Kaula lagi.
Yesaya cuma bisa 😒😒😒😒😒😒 GITU.
"Mau dimulai gak kerjanya? Atau nggak gua balik lagi." Ketusnya.
"Ewh. Galak‼️"
Setelah memesan beberapa cemilan dan minuman yang kemudian harus lagi menunggu makanan itu datang, Kaula mengeluarkan laptop dari dalam tasnya dan membagikan beberapa lembar kertas dengan isian hasil rapat dirinya dengan tim tempo hari lalu.
"Bos gue pengennya main oversized unisex gitu, tapi nggak mau didominasiin sama black or grey, pengen mainin warna kaya bottle green maybe? atau royale blue.. kalau warna inti mainnya di pink kira-kira masuk gak? Nggak ya?"
"Ya masuk-masuk aja sih, nanti gua coba paduin. Sama buat mascottnya sih gua udah coba cari referensi, yang kaya siganture gitu sih masuk." Kata Yesaya sambil memperlihatkan result referenai yang dimaksud di dalam iPadnya.
"Nggak mau hitam abu tapi namanya MONO." Keluh Yesaya, baru ingat!
Kaula cuma bisa senyum lebar, "Hehe.. iya ya? Sekalian deh kalo ada ide buat nama brand nya lo masukin aja berikur filosofinya, jadi pas presentase lo omongin juga." Kata Kaula.
Yesaya cuma ngangguk.
"Kira-kira berapa hari lo ngerjainnya?"
"Kalau buat prototypenya doang, berarti gua harus ngerjain logo, termasuk custom font nya, ya.. tiga sampai lima harian lah, kalo bisa sih nggak revisi ya. Cuma gua gak akan bisa start besok, paling dua harian lagi, gua masih ada client." Ungkap Yesaya. Kaula cuma oke-oke aja kan.
"Terus buat rate harganya kira-kira berapa?"
Yesaya terdiam sejenak, mencoba menelaah dan berpikir memberi angka yang tepat untuk kerjaan kali ini.
"Kalau full package kaya gini bisa 10 sampai 15 an." Jawab Yesaya.
Jawaban Yesaya itu justru membuat ekspresi terkejut di wajah Kaula, tapi dia berusaha untuk tetap santai. Toh, dirinya juga nggak begitu mengerti tentang dunia design.
"Itu udah include foto produk berikut editing atau retouching. Orang kantor lu juga bisa pantau progressnya ke studio gua langsung."
"Gue aja." Kata Kaula dengan semangat.
"Iya terserah."
"Yaudah kalau gitu nanti kirim aja invoicenya biar gue laporan ke atasan."
"Iya, nanti gua kabarin pas udah mulai garap."
Satu jam sudah mereka menghabiskan waktu untuk berdiskusi menbahas pekerjaan yang akan Yesaya kerjakan nantinya. Akhirnya cowok itu bisa sedikit beristirahat, dengan menyandarkan punggungnya ke punggung sofa sambil memainkan ponselnya.
Kaula membenahi barang bawaannya, sambil sesekali melirik ke arah Yesaya yang terlihat begitu sibuk.
"Sehabis dari sini, lo mau kemana?" Tanya Kaula.
"Balik." Jawab singkat Yesaya tanpa menoleh ke pemilik suara. Rupanya, urusan di dalam ponselnya masih kalah penting.
"Kalau kita nonton gimana?" Ide gila itu kemudian meluncur lancar keluar dari mulut Kaula.
"Nggak bisa."
"Besok?"
"Nggak bisa juga."
ARRRGHHHHH
"Masa hari ini nggak bisa, besok juga nggak bisa? Kan nonton cuma 2 jam."
Yesaya akhirnya menoleh ke arah cewek itu.
"Buat lu mah mau 10 menit juga nggak bisa."
🥰TAI🥰
2 notes
·
View notes
Text
Dingin dan Basah
Tepat seperti apa yang sang empunya rumah bilang, kalau Kaula hanya tinggal masuk ke dalam pekarangan rumah. Jujur, Kaula nggak nyangka aja ada stranger alias orang lain se—gak ramah Yesaya. BINTANG SATU dia beri untuk Yesaya kalau manusia dikelompokan sifatnya dalam bentuk rating.
Di luar gerimis, dalam perjalanan menuju rumah cowok itu, Kaula kebasahan dan kedinginan. Ya.. meskipun nggak sebasah sampai baju dalamnya bisa orang lain lihat, sih. Tapi cukup membuat suasana hati Kaula lumayan buruk, karena penampilannya lumayan kacau. Rambutnya lepek, bajunya basah dan make upnya yang luntur.
Kaula mengetuk pintu rumah orang asing ini, dan nggak lama kemudian, seorang laki-laki muda dengan bare face di wajahnya dan aksesoris headphone melingkar di lehernya, membukakan pintu untuk Kaula. Tatapanya sayu, tidak ada tanda-tanda akan tersenyum melihat kedatangan Kaula di rumahnya. Itu dia Yesaya, dia mengenakan kaos abu-abu dan bercelana pendek yang hanya mengatakan "masuk" setelah berhasil membukakan pintu utama rumahnya, kemudian membalikan tubuh untuk kembali ke tempat asalnya... entah darimana mana.
Kaula masuk dengan bola matanya yang bergerak kesana kemari melihat isi sudut rumah Yesaya yang rapi namun serba gelap. Entah ada di mana sang pemilik rumah. Kaula berinisiatif duduk di salah satu sofa di ruang tengah dan lampu di sekitarnya tiba-tiba menjadi terang. Belum ada tanda-tanda kehadiran Yesaya ke hadapannya.
BENERAN???INI???DIA???DITINGGAL?????
Rumahnya yang sepi membua Kaula lumayan ketakutan. Dia juga harus tetap waras dan memakai akal sehatnya kalau Yesaya ini orang lain!
Tapi meski begitu, dia tetap harus update ^_____^ Update nomor satu, diculik mah belakangan🙃😗
Satu-satunya orang yang bisa dia kirimi life reportnya yang sejujurnya nggak penting itu, tidak lain dan tidak bukan adalah ✨️Haikal.✨️
Tiba-Tiba.. BUG
Sebuah handuk jatuh tepat di samping tempat Kaula duduk. Handuk itu datang dari arah belakangnya dan Kaula menoleh.
"Handuk baru itu, pake aja." Kata Yesaya.
Kaula memajukan bibir bawahnya sambil sedikit tersenyum. Perasaannya lebih ke nggak menduga aja ada masih ada ruang hangat di dalam hati cowok batu bata itu untuknya merasa iba kepada orang lain.
"Gaenak liat lu kaya tikus kecemplung minyak."
"Perhatian amat kok bisa?" Tanya Kaula sambil meratakan handuknya ke wajahnya, dirinya bertanya tanpa berpikir pertanyaannya akan menyinggung Yesaya.
EWH‼️
Yesaya kembali pergi ke bagian belakang rumahnya, entah kemana tepatnya tapi Kaula tebak mungkin.. kamar tidurnya?
"Mau kemana? Gue disini sendirian, takut." Kata Kaula mencegah langkah Yesaya pergi. Yesa cuma menoleh sekilas namun tetap melangkah pergi tanpa mempedulikan keluhan Kaula.
Kaula kembali duduk di sofa ruang tamu, bersama suara hujan, dinginnya angin malam dan suasana sepi yang mencengkam. Gila emang tuh cowok, udah tau dia nerima tamu tapi tamunya ditinggal sendirian di ruang tengah? GILAAAAK! GAK WARAS
Suara dia meronta-ronta di dalam hatinya. Namun kemudian, suasana hatinya kembali tenang setelah melihat Yesaya datang membawa 1 macbook di tangan kanannya dan 1 laptop di tangan kirinya. Seolah-olah jeritan hatinya tadi tidak pernah ia lontarkan.
Yesaya duduk di ruang tengah menemani Kaula. Berdua.. IYA.. CUMA BERDUA. Sebelum itu, Yesaya beranjak menutup pintu rumahnya yang terbuka lebar, namun Kaula teriak.
"NGAPAIN DITUTUP?" Tanyanya. Yesaya bingung lah ditanya begitu.
"Dingin. Gua gak mau masuk angin."
"Jangan ditutup, gue takut." Kata Kaula lagi. Yesaya menatap Kaula dengan tatapan sebal. Tanpa mempedulikan Kaula lagi, Yesaya menutup pintunya.
"JANGAN DITUTUP!!!"
"Yaudah lu duduk di luar, gua tutup pintunya. Pilih mana? Di luar atau pintunya gua tutup?"
Kaula nggak berkutik lagi. Iya sih, ini kan rumah Yesaya, terserah dia sih mau dia tutup, mau dia buka, mau dia bongkar sekalian???? Kaula cuma takut aja sih.. Yesaya itu cowok jahat.
"Gue takut lo macam-macam."
Yesaya nggak menggubris ucapan Kaula sama sekali. Menurutnya ucapannya nggak masuk akal. Dia beranjak pergi ke sofa untuk menyelesaikan urusannya di atas macbook yang dirinya anggap penting.
Kaula yang bingung harus apa, lalu mengambil dompetnya dari dalam tas dan mengeluarkan uang sebesar Rp. 500.000 rupiah dan menyimpannya ke atas meja.
"Lunas." Katanya.
Yesaya melirik sekilas dan bilang. "Oke."
"Kalau ada hal yang datang ke lo dengan sangkut paut atas nama gue, tolong bilang aja kita deket kek atau apa lah dan lo bisa akhirin ini mungkin sampai satu bulan biar kesannya nggak cepet-cepet amat, terus bias temen gue juga gak curiga." Kata Kaula.
Yesaya hanya diam dan masih mengamati isi macbooknya.
"Bilang ke Fauzan." Katanya.
Kaula ngerutin dahinya. "Hah?"
"Fauzan tau ini cuma boongan, dia juga temennya Rangga."
"Ih? Ya lo bilang dong!"
"Bilang aja sama lu, sekalian lu jelasin sendiri kenapa lu bisa sampai sejauh ini, karena gua sendiri aja gatau." Kata Yesaya namun tetap dengan arah pandangnya yang nggak berubah.
Kaula menghela napasnya panjang dan terkesan sangat berat. Ekspresi dan perasaan sedih kemudian muncul.
"Rangga mantan gue. Iya gue bego banget anjir sampai harus se-effort dan sejauh ini ngadepin dia cuma karna gue gak mau keliatan kalah. Dia tuh udah punya pacar baru, sedangkan gue belum. Bego kaaaan? Gue yakin banget dalam hati lo pasti lo ngetawain gue. Gue sampai harus nyari cowok di X biar gue gak datang sendirian di acaranya kemarin.. terus cowok itu malah gak datang. Jujur kemarin tuh gue marah banget. Marah, bete, kesel semuanya lah. Ya thanks deh lo udah mau jadi pacar pura-puraan gue, meskipun lo judes bang—"
"Iya, Kak gimana?"
Ucapan Kaula terpotong dengan mudah dan tanpa aba-aba karena Yesaya pergi beranjak mengangkat panggilan yang muncul dari ponselnya. Cowok itu berdiri dan jalan sedikit menjauh untuk berbicara dengan seseorang di seberang sana.
Kaula melamun dengan tampang jengkel luar biasa. NGGAK BISAKAH COWOK ITU RESPEK SEDIKIT AJA? Nggak ada yang larang dia buat angkat teleponnya tapi di dunia ini ada yang namanya IZIN.
Kaula marah, dia melipatkan tangannya di atas dada dan begitu Yesaya kembali, dirinya melihat kemarahan yang tercetak di atas wajah tamu nya itu, lalu kemudian.. nggak peduli hehe 😋
Yesaya kembali dan duduk kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Sementara itu, Kaula justru berdiri.
"Urusannya udah selesai, kan? Kalau udah gue pulang dulu." Kata Kaula.
Bola mata Yesaya mengekor mengikuti pergerakan Kaula yang tiba-tiba pergi, tanpa mau menjawab ucapan Kaula sama sekali. Namun ketika gadis itu menyentuh gagang pintu dan membukanya, hujan dan angin semakin kencang dan deras datangnya dari langit. Kaula menatap situasi luar dengan begitu takut, kemudian berinsiatif menoleh ke arah Yesaya yang ternyata masih menatapnya dengan wajah poker nya.
"Tiati di jalan." Katanya kemudian.
Kaula yang bingung kemudian bimbang antara pergi atau kembali ke sofa. Selama 30 detik cewek itu masih berdiri, sampai akhirnya Yesaya bilang :
"Jadi pulang gak? Kalau jadi gua mau balik kamar."
JAHATTTT BANGET LUUU‼️ Kaula yakin banget, Yesaya tipe cowok yang bakal tetep nyuruh tamu nya pulang meskipun di luar lagi kiamat.
"Hujan gede banget, takut gue." Kata Kaula.
"Yaudah makanya jangan so-soan mau balik lu kesamber mah gua yang repot."
Kaula kembali duduk di sofa dengan lemas.
"Lo tuh emang begini ya?"
"Apa?"
"Jutek banget anjir, cocok jadi pelayan Karen's Diner." Ungkap Kaula. Yesaya nggak jawab.
"Lo dengerin gak tadi gue cerita ini itu? Gue lagi cerita lo malah motong, respect kek ke keadaan gue!"
"Iya denger. Terus gua harus apa?" Tanya Yesa. Pertanyaan Yesaya justru buat Kaula makin jengkel.
"Udah lah gausah bahas itu. Cowok aneh lo, gak pernah punya cewek ya lo?"
"Gampang pacaran mah."
SOMBONGNYO. Kaula memasang muka masam, soal tampang Yesaya emang nggak akan kalah, tapi soal kepribadian —728292/10.
"Gampang buat lo, buat cewek lo yang enggak."
"Lebih tau elu ya? Kaya yang pernah jadi cewek gua aja." Katanya.
Apalah si Yesaya ini, pikir Kaula. Beranjak ke topik lain, Kaula mengamati sekitar rumah lelaki itu.
"Ini rumah lo? Kok sepi banget? Nggak ada siapa-siapa di dalem? Nyokap lo kemana? Bokap lo? Punya adik? Atau Kakak?" Tanya Kaula bertubi-tubi.
"Kepo." Satu kata ajaib yang mampu membuat Kaula bungkam.
"Emang kenapa kalo kepo? Kan gue gak mau bikin tetangga salah paham, cowok lagi sendirian biarin tamu cewek masuk. Ewh."
"Nggak ada yang peduli. Orang juga punya urusannya masing-masing."
"Nyebelin terus jawaban lo."
"Lah?"
Rasanya, Kaula sudah menghabiskan stock jengkelnya untuk Yesaya. Jadi apapun jawaban yang keluar dari mulut lelaki itu, Kaula akan tepis secepat mungkin untuk mencegah perkataan itu masuk turun ke hatinya.
"Mau sejam disini nggak diambilin minum." Kata Kaula.
"Ck!" Yesaya berdecak sebal. "Minum aja air hujan." Katanya.
"Gila anjir."
Yesaya bergerak mengambil air gelas kemasan dan seedotannya dari bawah meja yang ada di hadapan keduanya.
"Noh."
Air hujan sudah tidak lagi seberisik sebelumnya. Anak jarum menunjuk ke arah jam setengah delapan malam. Yesaya memperhatikan Kaula yang gelisah, beberapa kali melihat anak jarum di atas arloji yang dikenakannya. Beberapa menit setelah itu, Yesaya menutup macbook dan laptopnya, membenahi semua urusan pekerjaannya dan pergi meninggalkan Kaula di sana.
Kemudian kembali dengan jas hujan yang sudah dia kenakan di badannya dan memberikan jas hujan yang lain kepada Kaula. Jas hujan berwarna pink itu membuat mata Kaula berbinar.
"Punya adek gua."
Kaula diam dan mengamati Yesaya dengan pakaiannya.
"Mau kemana?" Tanya Kaula.
"Mau pulang nggak?" Tanya balik Yesaya.
"Mau sih. Lo mau anterin gue?"
"5 Kilometer, kan?"
"Apa?"
"Rumah lu."
"Di gojek tadi gitu."
"Yaudah cepetan."
Kaula memasang jas hujan pink muda yang Yesaya bilang itu milik adiknya. Nggak pernah terlintas di pikirannya Yesaya akan berinisiatif mengantarnya pulang ke rumah, meskipun tanpa tawaran sama sekali.
Hujan berangsur-angsur mereda, namun Kaula justru meminta hujan agar kembali datang. Membayangkam seperti apa dirinya jika menjadi tokoh utama wanita dalam buku novel romantis yang selalu mempraktikan adegan hujan bersama lelaki yang mereka sukai.
Ya, meskipun ini Yesaya, bahkan sepanjang jalanpun tidak ada satu kata yang cowok ini keluarkan. Dia bergelut dengan suara musik yang mengalir melalui airpods yang menempel di telinganya dan membawa motor seenaknya seolah-olah dia berkendara sendirian.
Nggak apa-apa, Kaula tetap tersenyum.
2 notes
·
View notes
Text
Pangeran Berkuda Putih Itu Cuma Mitos
Kaula masih berdiri dengan layu di samping rumah Rangga selama 20 menit ketika acara sudah di mulai. Acara yang meriah dengan suara musik yang mendominasi seolah–olah menyuruh Kaula kembali ke rumah.
Cowok bernama Neptu itu justru nggak mengiriminya pesan sama sekali.
Sudah beberapa kali Kaula mencoba menelepon stranger itu tapi tidak juga Neptu angkat panggilannya.
Sampai pada akhirnya, Neptu terlihat membaca semua pesan Kaula namun dirinya membalas semua pesan yang Kaula kirim hanya dengan 2 bubble pesan Whatsapp yang benar–benar membuat Kaula lemas bukan main.
Kaula melemas. Seolah–olah lututnya ikutan remuk hingga dia tidak bisa berdiri lagi. Bahkan untuk merasa marah pun tidak dia bisa dia lakukan.
Kemudian, dirinya mengamati kerumunan orang–orang yang ada di area luar rumah Rangga. Bercambuk dengan pikirannya sendiri, antara tetap pergi atau pulang. Mereka semua tampak bersenang–senang dengan membawa pasangan masing–masing dan bertemu kawan lama.
Tapi, karena telah di sini, Kaula akhirnya kembali berdiri dan berpikir berpapasan sebentar saja dengan Rangga untuk membuktikan dia datang, lalu dia pulang kayaknya itu bukan ide buruk. Dan jika akhirnya Rangga menyinggung dia soal pasangan, Kaula bisa pikirkan itu nanti.
Iya, cewek cantik itu akhirnya berani mengambil langkah untuk masuk. Jujur, entah benar atau tidak keputusan ini akhirnya, namun berada di situasi lumayan asing bukan hal yang terlalu buruk. Dia tidak perlu menyapa orang sana–sini hanya untuk bersikap ramah.
Sejauh mata memandang, Kaula belum juga bertemu Rangga. Tapi dia lupa, ini bukan hanya soal Rangga. Kaula melewatkan tentang keberadaan Malik, Lily, Acha dan Haikal. Meskipun tentang Haikal itu sendiri, Kaula bisa saja berterus terang kepada cowok yang satu itu.
Dan saat pergi menuju halaman belakang, Malik menyapanya. Kaula mungkin tersenyum tapi hatinya bilang shibal–shibal–shibal ^______^
"Kaula!" Malik menyapa namanya sambil menaikkan satu tangan agar cewek itu bisa dengan mudah menemukan dirinya.
"Haiiii!" Cewek itu menjawab sapaannya dengan perasaan riang ^______^ ewh fake banget!
"Kok bru kelihatan, lu? Baru datang?" tanya Malik.
"Iya, soalnya tadi ada urusan dulu." Jawab Kaula, begitu lancar. Malik cuma oh–oh aja kan.
"Datang sama siapa?" Tanya Malik kemudian, and DAMN, akhirnya pertanyaan itu sampai juga ke telinga Kaula. Ya nggak apa–apa sih, hitung–hitung latihan ngadepin Rangga nanti.
"Sama temen gue.. ya ada lah." Balas Kaula dengan pro ekspresi malu-malunya. Malik terpancing karena hal itu,
"Ah, cowok baru lu, ya? Mana si, kenalin ke gua." Pinta Malik.
"Lagi di luar, tadi lagi nelepon clientnya, kayanya bakalan lama makanya gue masuk duluan." Elak Kaula. Malik dan tampang kecewanya bisa Kaula lihat dengan kedua bola mata gadis itu.
"Yaudah gua ke toilet dulu ya, gua bilang ke Andin mau ke toilet nanti dia aneh kalo gua belum balik." Kata Malik dan Kaula hanya mengangguk. Sekedar informasi, Andin yang dimaksud merupakan pacar Malik yang sekarang entah ada di mana dia, bisa Kaula tebak mungkin Andin sedang duduk bersama Lily dan Acha.. ewh suasana yang sangat Kaula hindari.
Setelah kepergian Malik, Kaula merasa lega bukan main. Tapi, sebelum hal yang tidak dia inginkan itu terjadi lagi, bertemu Lily, Acha atau Haikal contohnya. Kaula bergegas pergi ke halaman belakang rumah Rangga. Tempat yang menurut Kaula paling aman untuk bersembunyi.
Kaula duduk di kursi bar yang menghadap ke meja panjang sambil mengambil air putih. Iya, Rangga menyediakan banyak menu pilihan minuman untuk tamunya tapi yang Kaula pilih hanya air putih. Setelah satu menit membelakangi kerumunan orang-orang, kemudian Kaula berbalik dan mengamati acara.
Rangga adalah orang yang bisa dibilang paling TAJIR di antara teman-temannya. Papanya merupakan seorang dosen di kampus tempat mereka bertemu. Mamanya seorang dokter spesialis di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta, sedangkan kakak perempuannya seorang dokter kecantikan. Too good to be true rasanya. Makanya Rangga tuh tipe Kaula banget, dari muka sampai hartanya ceunah. Tapi kenapa, sih, dia harus putus? Rangga orang yang baik, gak sombong, loyal, jokesnya kenceng juga. Kenapa dia harus putus sama orang kayak Rangga?
Matanya terus mengamati sekitar sampai ketika arah pandangnya tidak sengaja jatuh ke orang yang sedang menatapnya tepat berada di sampingnya. Kaula yang kaget sampai menjauhkan badannya sedikit.
Orang itu melihat Kaula sekilas dengan tatapan aneh namun beberapa detik kemudian, dia terlihat tidak peduli. Kaula baru sadar, cara dirinya memperhatikan orang-orang adalah dengan memajukan bibir bawahnya dan mencetak wajah yang abstrak. Kenapa dia kaya begitu ya.
Tidak mau terlihat aneh lagi, Kaula merapikan tampilannya dan membetulkan posisi duduknya yang tadi bungkuk dan tidak bergairah. Satu-satunya orang yang terlihat tidak menikmati acara ini selain dirinya adalah orang yang ada di sebelahnya ini. Laki-laki itu hanya berdiri menyandar ke badan meja yang panjang sambil memperhatikan orang-orang dengan mata elangnya.
"Lo gak gabung?" Tanya Kaula. Seolah-olah mengakrabkan diri dengan orang yang baru dikenali bukanlah hal yang sulit. Sales nih bos!
Cowok itu menoleh ke arah Kaula sekilas, dan setelah sadar bahwa Kaula berbicara kepadanya, dia cuma jawab.
"Enggak."
Hal yang nggak terduga kemudian terjadi di waktu yang bersamaan, dari kejauhan, Kaula melihat Rangga yang berjalan mendekat. Cewek itu panik bukan main, dia langsung memutar kursi tingginya untuk membelakangi semua orang termasuk Rangga.
Dan, yup! Gagal xixi.
Rangga menyentuh bahu Kaula, 2 tahun bersama nggak buat Rangga lupa perawakan Kaula meskipun dari belakang.
"La! Kok baru keliatan!"
Keringat sebesar biji jagung harusnya sudah ada di atas jidatnya. Jantungnya berdegup kencang tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
Kaula membalikan tubuhnya dan segera turun dari kursi untuk menyeimbangkan posisi Rangga sekarang.
"Hey! Iya ini gue telat dikit kok tadi.. by the way, Happy Birthday ya Rangga! Ini tadi gue cari-cari lo sama yang lain. Jadi gue disini." Elak Kaula.
"Thanks La.. thanks banget lu udah datang." Kata Rangga lagi. "Gua sama anak-anak tadi di lantai dua, kesana ayo." Sambungnya.
"Iya nanti gue susul deh, ya."
Rangga enggan memaksa Kaula, tapi dia tetap berusaha.
"Nanti ke atas, ya. Eh lu datang sama siapa? Mana cowok lu?" Tanya Rangga.. AKHIRNYA.. dan WOW jantung Kaula berdegup kencang. Nggak tau harus jawab apa lagi dia, apa dia pakai alasan yang sama, dengan alasan yang dia pakai ke Malik? Kalau nanti Malik dan Rangga ngobrol, terus tau kalau cowok Kaula lagi nelepon jadi nggak sempet ketemu. Maksudnya?? KOK???NELEPON???MULU??ANJENGG??? Customer Service kah?
ARGHHH!! Gara-gara Neptu! Ingin rasanya Kaula teriak. Maksudnya tuh ya, kalau dia gak bisa kan Kaula bisa cari kandidat lain?!
Tanpa pikir panjang, Kaula memasukan jarinya ke dalam ruas jari cowok asing yang entah siapa dia sebenarnya.
"Kenalin, nih." Kata Kaula dengan pedenya.
Cowok yang dimaksud adalah cowok yang sama yang sedari tadi hanya berdiri di samping meja. Wajahnya sejuta persen kebingungan.
Rangga menatap genggaman tangan itu dan melihat wajah laki-laki yang Kaula bawa ke acaranya.
"Pacar lu, La?" Tanya Rangga, memastikan.
"Bukan." Jawab cowok itu, awokawok. Jantung Kaula rasanya sudah lepas dari tempatnya. Tapi dia masih punya nyali untuk mencairkan suasana. Kaula ketawa renyah, menganggap jawaban cowok itu cuma lelucon.
"Iya sih, emang nggak pacaran, orang kita masih.. ya lo tau lah."
Cowok itu menatap Kaula dengan tatapan merinding.
"RANGGA! AYO FOTO SINI DULU." Bak penyelamat telah datang, seseorang dengan gerombolan kawannya telah menarik paksa Rangga masuk ke dalam lingkarannya untuk mengambil gambar.
Hal itu justru dipakai Kaula untuk bernapas karena rasanya oksigennya menyangkut di kerongkongan.
"Lu siapa?" Tanya cowok itu akhirnya sambil melepaskan tangannya dari cewek aneh seperti Kaula DEFINITELY.
"Eh maaf-maaf ya, maaf banget kalau lancang, tapi bisa bantuin gue dulu gak buat bilang lo cowok, temen or something?" Kaula memohon dengan nada yang berbisik.
"Nggak mau, lu siapa dih?"
"Plis? Gue bayar."
Ekspresi cowok itu sedikit menunjukan perubahan, dia bisa aja loh marah tadi itu, tapi mendengar kata ajaib bayar tiba-tiba bisa diajak diskusi.
"Berapa?"
"200?"
Iya, kan? Kerjaan dia cuma bilang iya, nggak se effort Neptu? 200 ribu masih masuk akal, kan?
Mendengar kata dua ratus ribu, ekspresi enek timbul dari wajahnya.
"Sejuta." Tawar cowok itu.
Mata Kaula melotot. KENAPA HARUS SEJUTA??? EMANG LO NGAPAIN?? Pikir Kaula.
"Kenapa gue harus bayar sejuta cuma karena lo ngomong iya doang? Literally gue nggak nyuruh lo macul?"
"Take it or leave it."
ARGH RAMPOK.
"500?" Tawar Kaula lagi.
Kaula panik, sesi foto itu rupanya telah selesai. NGGAK BISA KAH FOTO BERSAMA LAGI? SEALBUM? Melihat Rangga yang perlahan-lahan mulai meninggalkan orang-orang itu, dia gemetar.
"Sejuta." Cowok yang ada di sampingnya ini masih kekeh dengan tawarannya.
"700? Gue nggak ada lagi!" Kaula yang selalu kalah ini sekarang akan tetap dengan pendiriannya.
Rangga sudah berjalan mendekat, tidak ada lagi waktu bagi keduanya untuk berdiskusi. Entah mau atau tidak cowok tersebut dengan angka 700 ribu, mengingat dia tidak menjawab. Namun, pergerakannya menandakan bahwa dia setuju.
Yup, cowok itu mendekat dan tangan kanannya sekarang ada di pinggang Kaula. Memperlihatkan bahwa mereka dekat. Kedua mata Rangga juga bergerak, tidak tahu pasti bagaimana dirinya merasa, namun melihat Kaula akhirnya menemukan seseorang yang baru, membuatnya tidak perlu merasa bersalah sendirian lagi.
"BROOOO!!! HAPPY BIRTHDAY MY MAN!!!" Seseorang yang begitu vokal tiba-tiba datang dan menyambut Rangga. Mereka saling berpelukan di depan Kaula dan cowoknya.
"Zan! anjirrrrr temen gua selebritis, kata si Denis lu abis dari Maroko. Mantep bener! Liburan mulu lu!!" Rangga menepuk bahu kawannya, mendedikasi keakraban. Laki-laki yang Rangga panggil ZAN itu ketawa lebar.
"Gossip! Gossip! Gua kerjaaaaa anjeeeeeng." Jawab Fauzan (or Zan for short) sambil ketawa. Kaula kebingungan, haruskah dia mempertahankan posisinya selagi Rangga masih ada di hadapannya.
"Lu kesini sama siapa? Anya, mana?" Tanya Rangga.
"Nah kan! Gua ampir kelupaan, si Anya bentrok sama kerjaannya jadi gua ajak temen gua. Kenalin, Ga, temen gua, Ye—" Ucapan cowok itu terhenti ketika dirinya menunjuk ke arah cowok yang ada di samping Kaula namun tangannya malah melingkar di pinggang perempuan yang entah siapa.
Fauzan sampai melepaskan kacamatanya.
"Eh lu siapa anjir?" Celetuk Fauzan menunjuk ke arah Kaula.
"Gua datang kesini sama si Yesaya ini anaknya." Cowok itu menunjuk ke arah laki-laki itu.
Oh, Yesaya namanya? Pikir Kaula.
"Gua sama Yesaya berdua kesini, lu siapa?" Tanya Fauzan kepada Kaula.
"Bertiga." Yesaya menyela. "Sorry lupa bilang kalau cewek gua juga datang ke event yang sama." Sambung Yesaya.
Mendengar kata cewek gua, Kaula pede bukan main. Dia tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya ke arah Fauzan.
"WHAT?" Sedangkan, Fauzan cuma bisa ngerutin dahinya.
7 notes
·
View notes