foxiebites
foxiebites
馃
5 posts
A comfy-little space to discover someone new.
Don't wanna be here? Send us removal request.
foxiebites 1 year ago
Text
鈿狅笍 Disclaimer.
This character is made for roleplay purpose only.
All story is FICTIONAL.
None of the informations written below are related to the real Cravity nor Kim Taeyoung itself.
0 notes
foxiebites 1 year ago
Text
"In the end, we'll all become memories." - Margaret Atwood.
Tumblr media
Arkan Dzimar Giandra, 2024.
0 notes
foxiebites 1 year ago
Text
The Past
Tumblr media
"I saw my earlier selves as different people, acquaintances I had outgrown. I wondered how I could ever have been some of them." - Roger Zelazny, The Courts of Chaos
Bandung, 27 Januari 2003
Tangis pecah di dalam ruangan serba putih itu, tepat ketika jarum pendek menunjukkan pukul 7 malam. Manusia baru telah lahir ke dunia, seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Arkan Dzimar Giandra.
Namanya Arkan.
Diambil dari bahasa Arab, yang berarti anak laki-laki kuat. Dzimar, kehormatan diri. Dan Giandra, nama yang diambil dari nama sang Ayah; bisa juga berarti seorang yang pintar dan punya kehidupan makmur. Nama yang didapat dari orang-orang tercintanya; sang ayah dan sang kakek.
Arkan tumbuh menjadi pribadi yang ceria, bibirnya mudah melempar senyum kepada siapapun yang melihat. Kehadirannya di bumi memang dimaksudkan untuk membawa tawa bagi sekelilingnya. Arkan yang cerewet. Arkan yang aktif. Arkan yang menggemaskan. Dan Arkan yang...berambut keriting. Waktu itu.
Tumbuh kembangnya yang juga turut disaksikan sang nenek dan kakek karena tinggal dalam satu atap yang sama, neneknya, yang kerap disapa Enin, punya satu panggilan kesayangan untuknya; Aling atau Anak Galing (bahasa Sunda; keriting). Namun memang dasar bocah, lidahnya yang cadel itu tidak bisa melafalkan huruf L dengan sempurna.
"Namanya siapa, kasep?"
"Itu ditanya Ateu, namanya siapa?"
"Awing!"
"Hah?"
"Awing ateeeu."
"Namanya Arkan tapi dipanggilnya Awing sama neneknya."
Masa kecil Arkan dihabiskan di Kota Kembang bersama Ayah, Bunda, Enin dan Abah. Ketiadaan saudara membuat Arkan kecil sering menghabiskan waktu bermain dengan Abah, di lapangan, di halaman rumah, di ruang TV. Abah seolah tidak pernah kehabisan akal untuk membuat cucunya yang satu ini bahagia.
Pribadi cerianya terus bertahan, hingga satu kejadian pahit yang sebetulnya ingin dikubur seumur hidup menghancurkannya dari dalam.
Kelas 2 SMP, adalah kali pertama Arkan turut serta menunggu di dalam gedung pengadilan untuk putusan sidang cerai kedua orangtuanya. Tidak pernah sekalipun terbersit dalam kepala si Anak Galing itu untuk mempunyai orangtua yang tidak utuh, namun di sinilah dia, memegang erat tangan Enin yang wajahnya tanpa ekspresi dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah neraka ini usai.
Hidupnya hancur, tentu. Tidak ada lagi Bunda yang menyuruhnya memotong bawang, tidak ada lagi Bunda yang berteriak tiap pagi, "AWING, BANGUN! SHOLAT SUBUH!", tidak ada lagi Bunda yang memarahi ketika dia berlama-lama di kamar mandi. Di bawah atap rumah asri itu tinggal tersisa Ayah, Enin, Abah, dan Arkan sendiri.
Hidupnya berubah getir. Arkan Si Tukang Ketawa di sekolah, menjadi Arkan Si Pemberontak. Hingga lambat laun, roda hidupnya perlahan kembali naik. Terimakasih pada Abah yang menceramahinya 2 jam berturut-turut tanpa henti, dimulai dengan pertanyaan, "ai aa teh arek nepi iraha kieu wae, a? Teu watir ka Ayah, Abah sama Enin, gitu? (Aa tuh mau kayak gini sampai kapan, a? Gak kasihan sama Ayah, Abah, sama Enin, gitu?)"
Pertahanan dirinya hancur, Arkan menangis hingga terlelap di pelukan Abah. Detik itu juga, dirinya bertekad untuk mengembalikan puing-puing yang tersisa; membuka lembaran baru dan kembali jadi Arkan Si Tukang Ketawa.
0 notes
foxiebites 1 year ago
Text
The Presents
Tumblr media
"Let's meet again, for the first time." - d.j
Beranjak dewasa, keinginan Arkan untuk mencari jati diri tumbuh semakin kuat. Arkan akhirnya meminta izin sekaligus doa dan restu kepada orang-orang terkasihnya; Ayah, Enin, dan Abah, untuk bisa melanjutkan studi di kota yang bukan kota kelahirannya.
Sang Ayah, yang menyadari bahwa itu bukan satu-satunya alasan anak lelakinya ingin kehidupan baru di kota baru, hanya bisa memberikan restu dan mendoakan dalam hening. Abah, yang cukup lama memproses bahwa kini cucu lelakinya yang dulu masih sering digendongnya dipundak, mulai disadari fakta bahwa cucunya itu sudah tumbuh besar. Dan Enin, yang tentu saja membutuhkan waktu lama untuk ikhlas cucu kesayangannya ini tidak akan sesering itu lagi berada dalam jarak pandangnya, berkali-kali meminta Arkan untuk mengubah keputusannya. Namun Arkan sudah mantap, dan diapun berkali-kali memberikan pengertian pada neneknya yang nelangsa itu bahwa dia akan baik-baik saja dan sering pulang.
Menjelang kepindahannya, Arkan mendadak sendu. Terlebih ketika dia menatap kamar nyamannya untuk terakhir kali. Pun dengan kolam ikan yang umurnya lebih tua dari umurnya sendiri. Garasi rumah yang dipenuhi barang-barang abah. Taman mungil asri yang senantiasa dirawat sepenuh hati oleh Enin. Ruang TV tempatnya bercengkrama dengan orang-orang tua itu. Halaman belakang; tempat Arkan paling banyak menghabiskan waktu dengan Ayah atau Abah. Ayah dengan ceritanya, Abah dengan kecintaannya pada burung.
Padahal kan, bisa saja dia kembali pulang tiap minggu.
Demi kelancaran pembukaan lembaran baru impiannya, Arkan membulatkan tekad. Dalam hatinya dia berdoa, semoga keputusannya ini membawanya ke babak baru dalam kehidupan damai. Tidak ada sedikitpun rencana Arkan untuk mengulang kembali kejadian menyakitkan di masa lampau, kejadian /itu/ yang sukses besar dan tanpa tahu diri mengubahnya jadi zombie.
Kini, Arkan, atau yang sekarang kerap mengenalkan diri sebagai Awing (supaya ingat terus sama Enin tiap dipanggil Awing), sudah menjalani 2 tahun kehidupan barunya sebagai mahasiswa jurusan Hukum dengan predikat BBS銋aik Baik Saja.
Meskipun telah tinggal di bawah atap yang baru, kebiasaan Arkan/Awing yang sering membuat seisi rumah menggelengkan kepalanya yaitu tidur, tetap melekat. Enin, yang paling sering ceramahnya terdengar atas hobi tidak terpuji cucunya itu, tak ada bosan-bosannya menyuruh Arkan untuk mencari kegiatan lain di kampus selain kuliah.
"Ikut itu aja atuh a, apa sih, organisasi.. meh aa teu sare wae di kostan (biar aa gak tidur terus di kostan)," ucap Enin waktu itu.
Ayah, yang mendengarnya dari dapur langsung menimpali. "Iya, a. Lumayan kan ada kegiatan sekaligus nambah relasi juga. Sok cobain lamun aya anu buka, aa daftar (gih cobain kalau ada yang buka, aa daftar)."
Dan, di sinilah dia. Setelah membubuhkan namanya dalam salah satu daftar calon panitia dies natalis Universitas Gema Darmawan, hingga saat ini dia masih tidak percaya dirinya lolos. Hari-hari sibuk rapat dan menyusun proker mulai menyongsong, Arkan hanya berharap kesibukannya ini bisa mengalihkan pikirannya dari keinginan untuk terus-terusan pulang setelah membakar semua tugas essaynya itu.
Siapa suruh masuk FH?
His surroundings
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
A Pinch of Information
Sedikit menyesal masuk jurusan Hukum, tapi balik termotivasi kalau ingat seberapa kayanya Hotman Paris Hutapea.
Arkan is a sweeth tooth, dan cenderung akan banyak mengonsumsi makanan manis dalam situasi penuh tekanan (re: stress).
Si Kutu Buku yang gak kelihatan kayak Kutu Buku.
Gak punya tiktok. Tapi suka ikut Tiktokan di akun orang.
Kopi is my lyfe. Hidup kopi. Kopi jaya jaya jaya.
Memusuhi orang-orang yang bilang matcha rasanya kayak rumput, yang makan buburnya diaduk, dan yang maksa dia buat makan bala-bala.
Tiga hal yang paling dibenci Arkan: cacing, sayur bayam, langsung diajak ngomong pas baru bangun tidur.
0 notes
foxiebites 1 year ago
Text
O1:27 AM
Tumblr media
1 note View note