Tumgik
furrydelusionwizard · 11 months
Text
Petunjuk
أَوْ كَظُلُمَٰتٍ فِى بَحْرٍ لُّجِّىٍّ يَغْشَىٰهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَآ أَخْرَجَ يَدَهُۥ لَمْ يَكَدْ يَرَىٰهَا ۗ وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ ٱللَّهُ لَهُۥ نُورًا فَمَا لَهُۥ مِن نُّور
Artinya: Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.
Surah an-nur ayat 40 ini memberikan makna yang cukup mendalam bagi saya dalam menghilangkan rasa tinggi hati pada diri saya pribadi.
Surah An-nur ayat 40 ini menyadarkan bahwa tanpa bantuan dan petunjuk ALLAH SWT, saya tidak akan bisa menyelesaikan perkara perkara sulit dan melewati segala cobaan yang ada.
Kalau boleh ambil contoh adalah bagaimana saya bisa mengelola segala tekanan yang ada,  baik di lingkungan kampus dengan jadwal praktikum dan kelas yang padat dan jadwal pembinaan di etos dengan cukup baik. Sehingga saya masih bisa mengerjakan tugas di perkuliahan dengan cukup baik dan mendapat hasil yang cukup bagus.
Dengan merenungi  ayat ini saya sadar bahwa ALLAH SWT akan selalu memberi petunjuk kepada saya dari arah dan kondisi yang tidak terduga. Sehingga membuat saya jarang untuk stress berkepanjangan.
0 notes
Text
REFLECTION
Malam yang dingin dan sunyi adalah suasana terbaik untuk menulis…
Bunga melati cantik jelita
Disimpan rapi di dalam peti
Izinkan saya menulis cerita
Cerita dibuat dengan setulus hati
Kalau mundur ke sebulan terakhir dan mengingat apa yang telah terjadi, seharusnya ada rasa bangga dan bersyukur pada diri sendiri karena telah berhasil melewati peristiwa peristiwa itu.
Banyak peristiwa yang meninggalkan bekas dan rasa "trauma" yang semestinya ketika tulisan ini selesai dibuat, trauma dan segala bekas luka itu bisa hilang.
Peristiwa yang paling menarik bagi saya untuk dibahas di tulisan ini,  yang pertama adalah kembalinya semangat belajar di bidang yang saya geluti yang telah lama hilang semenjak awal diterima masuk Universitas Sumatera Utara.
Bulan September adalah bulan yang cukup sibuk untuk para dosen dan mahasiswa elektro untuk mengejar target pembelajaran sampai pada waktu tengah semester. Di tengah kesibukan ini, saya cukup menikmati ritme yang telah dibuat, mendapat banyak skill baru yang saya kuasai dalam sebulan terakhir seperti pengolahan data dan menggambar teknik.Hal ini juga merupakan titik balik bagi saya untuk kembali mengejar mimpi saya menjadi insinyur di bidang elektro.
Peristiwa kedua yang cukup berkesan di dalam hati dan membuat “trauma” yang cukup dalam adalah menjadi project leader dari salah satu acara Etos.
Mengapa hal ini menjadi salah satu hal yang membekas dan sangat disesali, tidak lain adalah karena tidak terwujudnya apa yang telah saya rencanakan di dalam pelaksanaan acara karena beberapa hal.
Setelah penunjukan Saya sebagai penanggung jawab project, sampai saat setelah acara selesai, Saya melakukan refleksi terhadap diri sendiri dan mendapatkan banyak pelajaran. Bahwa untuk menjadi seorang pemimpin ternyata dibutuhkan pengalaman yang panjang sehingga dapat menjadi pemimpin yang mampu memecahkan masalah dengan cepat dan mampu membangun tim yang solid.
Refleksi yang saya dapatkan menjadi pukulan yang cukup telak setelah membaca buku Simon Sinek “Leaders Eat Last”. Simon mengambil studi kasus di dalam angkatan laut amerika, beberapa kutipan yang cukup menyadarkan saya tentang bagaimana suatu organisasi/kepanitiaan dapat berjalan baik adalah para pemimpin memberikan perlindungan dari atas dan para bawahan saling peduli. Hal ini dapat terjadi karena kultur EMPATI. Kultur empati ini dapat terjadi jika kita sebagai pemimpin dapat melihat anggota tim sebagai manusia yang perlu kita hargai. Sehingga kita sebagai pemimpin, anggota tim sebagai tonggak berjalannya suatu organisasi atau kepanitiaan dapat bekerja karena rasa bangga. Karena mereka menjadikan organisasi atau kepanitiaan sebagai tempat mereka merasa BERHARGA.
Pelajaran berikutnya yang dapat saya ambil dari buku “Leaders Eat Last” adalah kepemimpinan manusia sejati melindungi perusahaan/organisasi/kepanitiaan dari persaingan internal yang bisa menghancurkan kultur kerja perusahaan/organisasi/kepanitiaan. Bagaimana seorang pemimpin yang merupakan manusia yang sejatinya kata Richard Dawkins dalam bukunya “selfish gene” memiliki gen egois, dapat meredam terlebih dahulu sifat tersebut dan bekerja sama dengan manusia lain. Artinya, ketika kepercayaan dan kerja sama berkembang secara internal, kita bisa bersinergi, sehingga perusahaan/organisasi/kepanitiaan dapat bertumbuh lebih kuat.
Pelajaran terakhir yang saya dapatkan dari buku simon sinek ini adalah wajar jika terjadi konflik kepentingan di dalam organisasi. Kita sering mengalami dilema ketika memutuskan akan mengambil keputusan untuk kepentingan diri sendiri dahulu atau kelompok dahulu. Menurut simon, kita tidak harus memilih salah satunya, melainkan bisa kita pilih keduanya dalam pengambilan keputusan untuk organisasi dengan mempertimbangkan banyak aspek terlebih dahulu.
Jadi, cukup banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari peristiwa peristiwa yang terjadi di bulan September, semoga kedepannya di bulan bulan berikutnya, semakin banyak pelajaran baik yang dapat saya ambil dari peristiwa peristiwa yang saya alami…
1 note · View note