Tumgik
gaiastars · 9 months
Text
setiap kali aku kesusahan dan cemas, aku selalu nenangin diri dengan bilang, “nggak apa-apa, nanti juga pulang rumah.” dan kalimat itu selalu buat aku tenang. rumah itu bisa tempat, bisa orang, bisa apapun. semuanya bisa jadi rumah. pokoknya tempat pulang yang nyaman dan tenang.
untuk semuanya yang cemas dan susah, hang in there, nanti juga pulang ke rumah🫶🏻
73 notes · View notes
gaiastars · 1 year
Text
Juni's Diary
“Juni! Stop gangguin gue, please?”
Permohonan tersebut datang dari salah satu teman Juni, Wonu, yang masih sibuk bermain game di handphonenya. Juni yang diperingati hanya tertawa usil sambil lanjut menganggu Wonu.
Ditariknya earphone Wonu dari telinganya membuat Wonu mengernyitkan mata sambil melihat Juni yang memasang ekspresi “Ini belum apa-apa, Wonu.” dengan jahil.
Juni masih sibuk serta dengan senang hati mengganggu ketenangan Wonu. Di lain sisi, Uji dan Sunyong sibuk bermain dengan laptop Wonu.
Wonu mulai jengah dan akhirnya kesal.
“JUNIIIIIIIIIIIIIIIIII. DIEM GAK LU. PLEASE.”
“IH makanya jangan main hp aja Wonu. Juni gaada temen.” Balas Juni sambil menekuk bibirnya ke bawah.
Terkejut dengan teriakan Wonu, Uji dan Sunyong pun ikut menoleh.
“Juni sini aja ikut main game di laptop.”
“Gak ngerti mainnya, Sunyong.”
“Yah. Yaudah deh. Semangat Wonu.”
“Kok Wonu yang disemangatin?”
Wonu yang sudah pusing akhirnya mengajak Juni untuk berkeliling di sekitar rumahnya. Ia meninggalkan Uji dan Sunyong yang masih bermain menggunakan laptopnya di dalam rumah.
Juni terus berbicara tanpa henti dan Wonu hanya mendengarkan. Sesekali Wonu merespon dengan “oh” “oke” dan jawaban-jawaban singkat lainnya. Sebal dengan jawaban Wonu, Juni pun akhirnya mengeluarkan pendapatnya.
“Wonu. Aku boleh serius sebentar?”
“Hmm.. boleh.”
“Apalagi ini ya Tuhan.” Batin Wonu berbicara.
“Nu. Aku daritadi ngomong sepanjang jalan tapi kamu jawabnya kayak gak dengerin aku. Aku sedih tau.. aku kebanyakan ngomong ya? Wonu gapapa ngomong aja kalau keberisikan. Maaf ya Wonu.” Ujar Juni parau.
Juni menunduk sambil melihat jari kakinya dengan harapan mendapatkan jawaban dari Wonu. Setelah lumayan lama Juni menatap jari kakinya sendiri, Wonu juga tak kunjung menjawab. Juni akhirnya mengangkat kepalanya dan melihat Wonu sedang tersenyum, nyengir lebih tepatnya, yang juga sedang menatap dirinya.
“KOK MALAH NYENGIR?”
Bukannya menjawab, Wonu malah tertawa sampai terpingkal. Lumayan lama Juni terdiam dan memperhatikan Wonu yang tertawa (yang ia sebenernya tak tau apa yang Wonu tertawakan) hingga akhirnya Wonu berhenti.
“Sorry malah ketawa. Lucu banget sih Jun.”
7 kata.
7 kata dari Wonu yang membuat Juni bingung dan malu. Pipi Juni sedikit memerah.
7 notes · View notes