Tumgik
ghaniyyart · 8 years
Text
Kepada Ghaniyya,
Sungguh, kamu adalah seorang perempuan dengan potensi yang sangat besar. Semua orang tahu itu dan selalu berusaha mengingatkan dan memberitahukanmu atas itu. Percayalah, mereka benar.
Cobalah untuk melihat dirimu lebih dalam lagi dan lebih menyeluruh and for God’s sake, start believing yourself. Kamu mampu melakukan banyak hal dan menjadi apa saja seandainya kamu mau mulai memilih and settle for something dan serius dan fokus mengerjakannya.
You are an amazing person, dear Ghaniyya.
I know that. And I know that deep down you know it, too.
Di kepalamu, 2 Januari 2017.
Your inner self.
5 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Ketika (4)
[untuk mengetahui hal yang membawa kisah ini sampai di sini, ada di Ketika(1) ; Ketika(2) ; Ketika(3)]
Begitu saja dan kemampuan berpikirku tiba-tiba menguap. Aku masuk dalam mode bawah sadar. Ingatanku lompat dari penjelasan terakhir Astaseni hingga ke momen ketika aku berhadapan langsung dengan layar komputer. Laman pendaftaran sudah terbuka di hadapanku. Aku bahkan sama sekali tidak ingat berjalan pulang, berbincang sepintas dengan Mama di ruang keluarga, dan mendarat di kamarku.
Aku termenung. Kursor berkedip-kedip menunggu. Jam dinding di kamarku juga berdetik terus tanpa memperdulikan keadaanku yang butuh keheningan—dan waktu yang panjang untuk berpikir.
“Kamu tidak perlu berpikir terlalu dalam. Cukup dengarkan kata hatimu.” Astaseni berujar dari belakangku. Ia mengambil posisi duduk di pinggir kasurku, menghadap komputer yang sama.
Aku melirik pojok kanan bawah layar. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.28 WIB. Tiga puluh dua menit lagi. Tanganku masih menggantung diam di atas keyboard. Perlahan, aku menarik napas panjang seraya menutup kedua mata.
Asta, apa yang sesungguhnya kamu inginkan? Apakah kamu percaya dengan kisah wanita ini? Yakinkah kamu untuk maju dan tidak mempedulikan apa yang orangtuamu inginkan?
Aku mencoba berkomunikasi dengan diriku. Satu detik, dua detik, tidak ada yang membalas. Masih dengan mata terpejam, aku menghela napas cukup panjang.
Kamu tahu, kecintaanmu pada seni sangatlah besar. Kamu sendiri lebih dari sadar kalau kamu lemah dengan semua ilmu pasti dan hapalan yang tidak ada habisnya itu. Bukannya tidak peduli, kamu sangat menyayangi mereka. Kamu hanya perlu membantu mereka untuk mengerti bukan? Mereka hanya takut dengan paradigma seniman yang sulit mendapatkan penghidupan yang layak. Mereka sayang denganmu dan kamu tahu itu.
Kesadaran itu menghantamku keras.
Pukul 23.42 WIB, aku sudah memutuskan. Kusimpan pilihanku dan kurasakan aura kehadiran Astaseni mulai menipis di belakangku.
“Terima kasih..” Kudengar bisikan Astaseni sebelum benar-benar menghilang.
“Terima kasih sudah mengingatkanku untuk tetap menjadi diriku.” Aku membalas menatap langit-langit kamarku. Senyum tulus merekah di wajahku dan aku jatuh terlelap dengan semua memori semalaman tadi.
(dan sampailah kisah ini pada akhirnya)
cc: @kitajabodetabek
2 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Ketika (3)
[untuk mengetahui awalnya, ada di http://ghaniyyart.tumblr.com/post/154317650073/ketika dan ghaniyyart.tumblr.com/post/154576490628/ketika-2]
“Saya… Astaseni.” Aku menjawab dengan agak terbata. “Astaseni Kirana.”
Wanita tersebut hanya menarik nafas panjang sekali dan menghembuskannya kembali dengan agak kasar. “Saya adalah kamu. Kamu adalah saya.” Tatapannya masih miskin emosi.
“Mbak, itu tidak masuk akal. Bagaimana mungkin?” Aku setengah tertawa mengejek penjelasan wanita tersebut.
“Saya adalah kamu delapan tahun dari sekarang. Saya tahu kamu berumur 17 tahun, bersekolah di SMA Mutiara Nusantara, sangat mencintai seni lukis, saat ini mengambil jurusan IPA, besok akan memasuki umur 18 tahun, dan tengah malam nanti adalah deadline pendaftaran kuliah. Saya juga tahu kamu sangat ingin mendaftar FSRD ITB, namun orang tua kamu lebih menginginkan kamu masuk FK UI atau FTTM ITB atau sekalian FMIPA. Percayalah, saya bahkan tahu kenapa kamu bisa berada di taman itu pada saat itu. Kamu sedang butuh ketenangan untuk menjernihkan pikiran dan membulatkan tekad akan merelakan diri mengikuti keinginan orangtuamu. Girl, I’ve been there.”
Aku geleng-geleng kepala mendengar penjelasannya. Wanita tersebut—Astaseni—mengatakan kenyataan yang seluruhnya benar. Haruskah aku percaya padanya? Aku membiarkan Astaseni melanjutkan omongannya.
“Saya berada di sini, saat ini, di hadapanmu, merupakan bagian dari rencana saya. Saya ingin kamu tahu saya memang bersungguh-sungguh akan bunuh diri, namun saya juga ingin kamu menyadari bahwa semua bisa dicegah. Semua bergantung pada keputusan kamu malam ini.”
Aku alihkan pandanganku yang sejak tadi lekat pada matanya. Aku menatap gelas kopi di hadapanku yang ternyata masih mengepulkan asap. Semua ini dan kopinya masih hangat? Bagaimana mungkin? Rasanya sudah seabad kami berbincang di sudut kedai kopi ini. Terlalu banyak informasi yang aku terima dalam waktu tidak sampai 10 menit.
“Mbak, sebesar saya ingin percaya pada Mbak, sebenar-benarnya semua pernyataan Mbak barusan, akal sehat saya tidak bisa menerima ini semua.” Akhirnya aku menemukan kembali suaraku.
“Pukul 12 malam ini. Setelah kamu akhirnya mengambil keputusan sesuai dengan kata hatimu yang terdalam, kamu akan percaya. Ketika kamu memilih hal yang berbeda dengan yang saya pilih, saya akan menghilang dari masa ini. Namun jika kamu memilih hal yang sama dengan yang saya pilih dahulu, saya akan melanjutkan rencana awal saya untuk bunuh diri. Saya serahkan kepada kamu untuk percaya dan memutuskan.”
(akan diakhiri di minggu terakhir desember)
cc: @kitajabodetabek
4 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Ketika (2)
[untuk mengetahui awalnya, ada di http://ghaniyyart.tumblr.com/post/154317650073/ketika]
Wanita tersebut yang pertama akhirnya bergerak memecahkan gelembung canggung di antara kami berdua. Dengan cepat ia berdiri, mengumpulkan sisa-sisa kepercayaan dirinya, dan mengulurkan tangan menawarkan bantuan. Aku meraih tangannya dan berusaha untuk juga menguasai diri. Aku menepuk-nepuk celanaku sembari mengecek jika saja ada kotoran atau debu yang menempel akibat terjatuh barusan.
“Mbak,” wanita tersebut memecah keheningan. “Kenapa?”
Aku mengangkat kepalaku untuk menemui matanya yang sedang menatap balik tepat ke manik mataku. “Kenapa? Seharusnya saya yang bertanya seperti itu ke Mbak. Kenapa, Mbak?”
Wanita tersebut diam, masih menatap dengan intens tanpa emosi yang tersirat. Tangannya kembali berdiam dalam kedua saku jaketnya. Malam memang sudah semakin gelap dan dingin. Kemudian tanpa peringatan apapun, wanita tersebut berjalan ke arah kami datang. Aku hanya menganga kaget melihat tingkah wanita tersebut. Lagi-lagi, berkat rasa penasaran yang menggerayangi, aku mengikuti wanita tersebut. Kali ini tanpa berusaha untuk menjaga jarak atau merasa takut ketahuan.
Kami menapaki kembali jalan yang sebelumnya kami lalui. Namun, wanita itu tidak berbelok ke taman, ia mengambil arah yang berlawanan dan berjalan memasuki sebuah kedai kopi. Tanpa memesan apapun, ia duduk di kursi di tepi jendela yang masih kosong. Aku, tidak sepertinya, memesan segelas mocha latte hangat sebelum mengambil tempat di hadapannya.
Baru saja aku duduk, belum selesai mencari posisi yang nyaman dan merapikan semua barang bawaan, wanita tersebut berbicara. “Saya ingin bunuh diri.” Aku memutarkan mata mendengar kalimat itu. Kalau itu, saya juga sudah tahu, Mbak.
“Saya lelah harus memenuhi semua ekspektasi orang-orang di sekitar saya. Mereka selalu memimpikan saya menjadi seorang dokter atau peneliti atau dosen. Namun, saya tidak pernah bisa melihat diri saya menjadi apapun seperti yang mereka inginkan. Saya mencintai seni.” Aku mendengarkan dengan seksama. Kasihan dia.. “Awalnya mereka tidak mempermasalahkan kecintaan saya pada seni. Ketika saya mulai memasuki dunia perkuliahan, mereka mulai mengarahkan saya. Saya menerimanya. Saya pikir, ketika saya lulus dan bekerja, saya akan bebas dari arahan lainnya. Ternyata hanya semakin parah. Neraka perkuliahan keteknikan saya berlanjut. Saya muak, namun saya tidak pernah berani untuk mengutarakan keinginan saya. Puncaknya, saya ingin pergi saja.”
Matanya menerawang kosong. Tidak mencoba untuk melihat apapun meskipun matanya terbuka lebar. Aku menyesap kopiku tanpa melepaskan pandanganku darinya. Aku letakkan kembali kopiku dan mencoba melempar senyum. “Mbak, maaf kalau saya lancang dengan membuntuti Mbak, menggagalkan rencana bunuh diri Mbak, bertanya hal-hal pribadi, dan melukis Mbak diam-diam. Sebelumnya, perkenalkan, saya Asta.”
“Astaseni Kirana,” balasnya.
(masih ada lanjutannya)
cc: @kitajabodetabek
2 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Ketika
Lembayung senja memayungi seorang wanita yang sejak dua jam terakhir hanya duduk diam di kursi taman itu. Matanya terpaku pada burung-burung merpati yang lincah berkeliaran mencari serpihan roti. Angin musim gugur pelan berhembus, memaksa wanita itu merapatkan jaket yang ia kenakan.
Sejak dua jam terakhir juga aku telah memperhatikannya. Tidak persis sepertinya yang hanya bergeming dan melihat pada satu titik. Aku berkeliling. Kegiatanku adalah menggambar dan berkeliling mencari berbagai perspektif. Dan wanita tersebut, tidak pernah keluar dari radar perhatianku. Lima gambarku sore ini selalu mengikutsertakannya.
Hingga akhirnya ia bergerak. Wanita tersebut bangkit dan berjalan terseret-seret. Rasa penasaranku tergelitik untuk membuntutinya. Aku mencoba menjaga jarak dan mengikuti kecepatan dan arah jalannya. Ia terlihat kebingungan, namun kakinya seakan tahu ke mana sedang melangkah. Aku? Sama sekali buta akan ke mana di bawa.
Sepertinya wanita ini berniat untuk pulang berjalan kaki, pikirku. Aku—kami—sudah berjalan sejauh tiga blok dan masih belum berhenti. Jika wanita ini meneruskan arahnya ke depan… Aku tersadar dan sejenak terdiam. Aku sudah berada di ujung jembatan dengan kaca hitam yang menghampar di bawah jembatan.
Mobil-mobil berdesing dan menyilaukan dengan lampu sorot yang sudah wajib mereka nyalakan. Beberapa ratus meter ke tengah jembatan, wanita itu berhenti dan menatap ke bawah, kepada dingin, kepada arogansi, kepada rendah diri. Aku mematung, tidak mampu mendorong diri untuk bergerak. Kedua tangan wanita itu erat di pagar dan sebelah kakinya sudah terangkat meyebrangi pagar.
Dalam sepersekian detik, aku berlari, memeluk dan menariknya menjauh dari pagar. Kubiarkan diriku jatuh tertimpa berat tubuh wanita tersebut. Untuk beberapa saat, kami hanya diam dan tidak berusaha bergerak melakukan apapun. Hanya deru nafas yang terdengar saling bersahutan.
(mungkin akan berlanjut)
cc: @kitajabodetabek
4 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Tak Pernah Sama
Berperang tidak harus dengan senjata, berdarah-darah hingga hanya nama yang tersisa. Berperang bukan saja melawan musuh, penjajah ataupun virus yang berpatogen dalam raga. Berperang tidak selalu tentang penolakan pada orang lain, sistem pemerintahan ataupun kondisi yang mengancam jiwa. Gamang, ragu dan terlalu banyak suara dalam diripun harus dituntaskan dengan berperang.
Perang yang terkadang tidak semua orang menyadarinya. Perang yang bahkan terkadang tidak mereka butuhkan karena sesungguhnya kita hanya perlu bertanya. Perang karena kita membutakan mata hati kita. Sudah menjadi hukum semesta bahwa mereka yang bertanya akan menemukan jawaban. Bahkan terkadang, kenyataannya kamu mengetahui setiap jawaban bagi pertanyaanmu sendiri.
Apa yang sebenarnya kita cari?
Pertanyaan itu mencuat dari hati bersama ego sedari tadi berteriak meminta makan, mencoba berdamai dengan diri sendiri tetapi ketakutan akan sekitar acap kali menghantui. Hingga terpaksa memakai topeng hanya agar terlihat sama, padahal sisi sebenarnya berontak ingin bebas dari kekang jeruji kepalsuan.
Kuncinya adalah berani. Berani melihat diri sendiri dengan cermin berbagai sisi. Baikkah? Burukkah? Lihatlah terlebih dulu lantas insyafi dengan sepenuh hati. Jangan pernah mengutuk apalagi meninggi. Itulah potret diri. Unik.
Aku tak seperti dirimu. Dia pun bukanlah diriku. Sedang mereka tak pernah menjadi diriku, karena aku adalah aku.
Ibu Kota, 17 Oktober 2016
Dari kami, yang tak pernah sama.
@lestarifebrin
@ghaniyyart
@kellanaputra
@semangkukasle
@liannurma
cc: @kitajabodetabek @tumbloggerkita
36 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Semangatku Semangat Kita
Setiap manusia pastilah mempunyai mimpi dan sebaik-baik mimpi adalah mimpi yang diperjuangkan. Dibutuhkan tekad yang kuat serta usaha yang beriring doa dalam mewujudkannya, dan tentu saja semangat.
Semangat adalah cambukan diri, tamparan pribadi untuk merealisasikan segala macam imajinasi. Ibarat sebuah kendaraan, ia adalah bahan bakarnya. Sampai tidaknya kita pada tujuan tergantung seberapa besar semangat kita. Ia juga merupakan lentera dalam gelap. Kadang ia redup kadang ia membara. Tanpanya hidup terasa hampa sedang dengan adanya hidup menjadi bergairah.
Itulah gunanya semangat. Agar kita bangun ketika jatuh, berusaha mencoba lagi ketika gagal. Hingga tak pernah terlintas sedikitpun kata menyerah walau kadang terasa lelah.
Ini bukan tentang dia, bukan pula tentang mereka. Semangat adalah mengenai pribadi. Mengenai bersikap positif terhadap segala hal yang dihadapi. Mengenai senyum yang selebarnya, tawa yang sekerasnya, dan bahagia yang tak hingga. Apapun yang terjadi.
Kolong langit, 9 Oktober 2016
Dari kami, dengan semangat yang meninggi,
@lestarifebrin​ @kellanaputra​ @semangkukasle​ @ghaniyyart @liannurma
Cc: @kitajabodetabek @tumbloggerkita
49 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Quote
i do not want to have you to fill the empty parts of me i want to be full on my own i want to be so complete i could light a city and then i want to have you cause the two of us combined could set it on fire
Rupi Kaur, milk and honey (via ellacalm)
2K notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Quote
Berubah itu bukan perkara bisa atau tidak bisa, namun mau atau tidak mau. Putuskan! Karena sesungguhnya kamu mampu.
push yourself a little bit harder
3 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Quote
Yang banyak menerima akan selalu merasa kurang, maka belajarlah memberi. Yang banyak bicara sejatinya masih kosong, maka belajarlah mendengar.
(via tandatanya)
50 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Quote
Yang penting bukan apakah kita menang atau kalah. Tuhan tidak mewajibkan kita menang, sehingga kalah pun bukan dosa. Yang penting adalah apakah seseorang itu berjuang atau tidak berjuang.
Cak Nun (via dialogdiberanda)
125 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Quote
I want to turn you, into you."
Kung Fu Panda 3
0 notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Sayembara Kata
Tumblr media
Haaaii, Jabodetabek!
Ada info menarik niih buat kaliaann
Dalam memperingati Hari Buku Nasional (17 Mei) dan Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei).
KITA JABODETABEK menyelenggarakan lomba menulis dengan tema (pilih salah satu):
1. Tragedi mengasingkan buku 2. Siapa yang bangkit, kamu atau kita?
Berikut info dan ketentuan terkait lomba:
Khusus domisili atau sedang berada di daerah Jabodetabek.
Memiliki akun Tumblr/Blog/Instagram.
Lomba dimulai sejak tanggal 16-20 Mei 2016 pukul 16.00 WIB.
Peserta hanya boleh mengirim maksimal dua tulisan dengan tema yang sama atau berbeda.
Tulisan bisa berupa opini pribadi; boleh disertai data, bersifat orisinal, tidak plagiat, dan belum pernah dipublikasikan, tidak mengandung unsur SARA dan Pornografi.
Ditulis di Ms. Word maksimal dua halaman.
Follow akun social media KITAJabodetabek; Tumblr & Twitter:  @kitajabodetabek atau Instagram: @kita.jabodetabek.
Tulisan dikirim*) ke [email protected] disertai; Nama lengkap, akun Tumblr/Blog/Twitter/IG, ID Line (jika ada)/ No. Kontak (yang dapat dihubungi/aktif).
Akan dipilih tiga karya terbaik yang akan diumumkan pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 16.00 WIB via Tumblr.
Hasil tiga karya terbaik akan dipajang di booth KITAJabodetabek dalam serangkaian event Gelora Fun Day dan akan mendapatkan buah tangan keren dari KITAJabodetabek.
Penulis tiga karya terbaik diharapkan hadir saat event Gelora Fun Day tanggal 22 Mei 2016 dari pukul 07.00-10.00 WIB dan dipersilakan membawa kerabat/keluarga/pasangan serta turut meramaikan booth KITAJabodetabek.
*) Jika sudah mengirim, silakan konfirmasi paling lambat tanggal 20 Mei 2016 pukul 19.00 WIB ke Narahubung: Nica (ID LINE: @nisfp)
Yuukkkk, kamu..
Iya, kamu! ikutan dan kirim tulisanmu ke kami…
Sebab salah satu cara berpartisipasi mengisi kebangkitan nasional adalah dengan membaca. Karena membaca menambah wawasanmu tentang dunia dan mungkin juga tentang dia *eehh
Pokoknya, mari kita bangkitkan kegemaran membaca dan menulis, demi kemaslahatan bersama!
SELAMAT HARI BUKU NASIONAL DAN HARI KEBANGKITAN NASIONAL
cc: @tumbloggerkita 
72 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Photo
Tumblr media
[110/366] another from today. seriously addicted to this. #recolor
0 notes
ghaniyyart · 8 years
Text
hati yang mengayun
Kamu dan aku? "Biarlah dia melakukan apa yang harus dia lakukan. Dan kamu, sebagai perempuan, tetaplah bersikap seperlunya saja. Jangan berlebihan dan jangan terlalu tertutup." "Jangan terlalu senang dan berharap apapun. Biarlah semuanya mengalir. Just follow his pace." "Ya Allah, jaga hatiku dan hatinya. Dekatkan kami jika memang kami berjodoh, jagalah perasaan kami hingga memang perlu untuk dihalalkan, tuntunlah kami untuk selalu berada di jalan yang Engkau ridhoi. Jika kami bukanlah jodoh bagi satu sama lain, biarlah kami menjadi teman, netralkanlah masing-masing hati kami, janganlah Engkau biarkan sakit mendalam terselip di tengah perjalanan ini."
2 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Quote
Mungkin ada yang tidak suka bagaimana kamu membawa dirimu sendiri. Pembawaanmu, kata mereka, tidak elok. Namun sadarilah, menjalani hidupmu, kau tidak perlu persetujuan mereka. Menjadi bahagia, kau bahkan tak perlu izin mereka. Bagaimana pembawaanmu; caramu membawa dirimu, menurut dirimu sendiri, jauh lebih penting, daripada pendapat mereka yang justru sebenarnya tidak peduli.
Tia Setiawati (via karenapuisiituindah)
434 notes · View notes
ghaniyyart · 8 years
Text
Memilih untuk Diri
Untuk berhenti kebingungan dan berputar di tempat. Untuk berani menghadapi persimpangan dan segala konsekuensi di setiap perjalanan. Untuk tidak ada lagi jawaban “tidak tahu” dan “begitulah”. -mengingatkan kembali resolusi tahun ini kepada diri sendiri yang terkadang suka lupa-
0 notes