Usaha keras itu tak akan mengkhianati
Last active 4 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Menyegarkan Ingatan dan (Nilai) Lama
Tidak direncanakan, namun entah mengapa, di Minggu pagi itu seolah aku tergerakkan untuk menyambangi media sosial yang sudah lama sekali tidak aku buka—yaitu, Facebook. Pada saat itu, tidak sedikitpun terlintas dalam benakku apa yang mesti aku lakukan dengan media sosial ini. Sempat beberapa kali aku melihat dan memperhatikan beberapa postingan yang lewat di timeline berandaku, hingga akhirnya aku membuka laman dari profil diriku sendiri.
Tak ada yang istimewa, laman profilku sebagian besar hanya diisi dengan postingan ulang (repost) dari akun Tere Liye yang memuat kata-kata dan kalimat-kalimat bijak. Akan tetapi, setelah aku renungkan, sebenarnya itu bukan “hanya”, melainkan sebuah nilai dan prinsip penting yang aku yakini dengan penuh kesadaran. Bisa aku pastikan, setiap yang aku repost adalah sesuatu yang memang benar-benar aku baca, resapi, dan pahami. Karenanya, ternyata kurang tepat kalau aku menyebut laman profilku ini tidak istimewa.
Momentum di hari itu, nampaknya juga turut menjadikan laman profilku semakin istimewa. Yang aku lihat di laman profilku ternyata merupakan hasil repost dari bertahun-tahun yang lalu, bahkan ada yang sudah lebih dari sepuluh tahun. Melihatnya, membuat aku tersenyum-senyum sendiri sekaligus merasa cukup bangga karena di laman ini terdapat beberapa pandangan atau nilai yang bijaksana. Mungkin ini hanya self-claim atau bahkan overclaim, tapi aku yakin bahwa (setidaknya) dari gambar yang terlampir di sini adalah bukti bahwa nilai-nilai dan kebijaksanaan itu memang ada dalam laman profil Facebook-ku.
Akhirnya, aku menyadari satu hal penting. Bahwa melihat apa yang sudah pernah kita tulis atau bagikan di masa lalu, ternyata akan menjadi pengingat sekaligus “tamparan” bagi diri kita di masa sekarang. Bagaimana tidak? Aku langsung termenung dan berpikir bahwa ternyata ada hal-hal di dunia ini yang akan selalu relevan sampai kapanpun, yaitu nilai dan prinsip yang kita yakini. Barangkali inilah yang menjadi jawaban kenapa aku tergerak untuk membuka kembali media sosial yang satu ini.

Di antara banyaknya nilai dan prinsip yang aku yakini, aku selalu yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik pembuat skenario dalam hidup. Kalau kita merasa bahwa kisah “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” atau “The Alchemist” adalah sebuah kisah yang sangat indah, maka ingatlah bahwa kisah-kisah itu adalah kisah yang diskenariokan oleh manusia. Adapun kisah kita di dunia ini, yang menjadi sutradara atau penulis skenarionya adalah Allah, Tuhan yang Maha Agung dan sebaik-baik pembuat skenario. Tidak ada yang namanya kebetulan, karena semua telah digariskan oleh Allah dengan sedemikian rupa, dan tidak akan terjadi segala sesuatu kalau bukan karena kehendaknya. Meyakini nilai seperti inilah yang seharusnya kita lakukan, karena dengannya kita akan menjadi berlapang dada, bahkan ikhlas untuk menerima berbagai hal yang terjadi dalam hidup kita.

Satu hal penting lainnya, aku juga disadarkan oleh sesuatu yang ternyata pernah aku repost dari lama, yaitu mengenai pacaran. Yang ini memang agak personal, namun sejujurnya aku merasa cukup heran kenapa aku belum pernah memiliki pacar hingga saat ini, kendati aku sebenarnya beberapa kali berusaha untuk mewujudkannya. Lagi-lagi, barangkali apa yang pernah aku repost atau bagikan inilah yang menjadi jawabannya. Ternyata, i’m not a big fan of “pacaran” thing. Ternyata, aku sendiri yang dulu pernah meyakini bahwa pacaran itu bukan sesuatu yang bijaksana. Adapun sesuatu yang jauh lebih bijaksana adalah mempersiapkan diri, menyibukkan diri, dan melakukan semua hal yang akan menjadikan diri kita sebagai “versi terbaik”. Jadi, barangkali ini cara Allah untuk tetap “menjagaku” dari apa yang aku yakini selama ini.
Maka dari itu, menyegarkan kembali ingatan lama atau hal-hal yang pernah kita tulis atau kita yakini, nyatanya menjadi sangat penting. Bukan karena hal lain, namun karena penyegaran inilah yang membuat kita merenung, berpikir, dan memahami kembali bahwa ada hal-hal yang harus selalu kita pegang teguh dalam hidup ini, yaitu nilai dan prinsip. Semoga kita semua termasuk dalam orang-orang yang selalu memegang teguh nilai dan prinsipnya, terlebih ketika nilai dan prinsip tersebut adalah sesuatu yang sangat mulia. Aamiin aamiin ya rabbal aalaamiin...
1 note
·
View note
Text
Entah apa yang saat ini kurasakan. Aku kesal, marah, bingung, dan rasanya begitu menyebalkan ketika berada pada situasi semacam ini. Sebenarnya aku hanya ingin didengarkan. Aku hanya ingin ada sesosok orang yang mampu mendengarkan aku, bahkan kalau bisa juga memahami aku.
Aku selalu membayangkan, apa mungkin suatu saat nanti orang yang seperti itu akan muncul dan aku temukan di kehidupan ini. Kalau boleh berharap, aku sangat ingin orang itu segera muncul dan kami bisa bertemu. Rasanya juga tidak berlebihan kan, apabila di kehidupan yang hanya sekali ini, aku berharap bisa bertemu dan menemukan orang itu.
Alangkah indahnya jika orang itu adalah orang yang kelak menjadi jodohku. Orang yang akan menjadi teman hidupku. Orang yang selalu menemaniku ke mana pun aku pergi, apapun yang sedang kuupayakan, dan juga bagaimana aku melalui semua perjalanan hidup ini. Yaitu, dia yang pada akhirnya selalu berada di sisiku, baik di kala suka maupun duka.
Bisa jadi orang itu adalah jawaban atas kebingungan dan kekesalan yang sedang aku rasakan. Namun, aku harus selalu mengingat, bahwa menaruh harapan atau ekspektasi yang terlalu tinggi pada seseorang akan sangat berbahaya. Ketika harapan itu tidak sesuai dengan yang diekspektasikan, jangan-jangan malah aku yang nanti akan tambah menderita.
Entah jawaban apa yang saat ini masih aku cari, namun yang jelas aku hanya bisa berupaya dan berdoa agar kebingungan ini dapat tertuntaskan.
1 note
·
View note
Text
Mar'ie Muhammad a.k.a. Mr. Clean

Setelah kurang lebih dua pekan, akhirnya kelar juga mbaca buku ini. Secara umum, buku ini membahas kisah hidup Mr. Clean alias Mar'ie Muhammad dengan sangat lengkap. Mulai dari masa kecil hingga tutup usia, semuanya dibahas dengan cukup detail. Namun, tentu yang paling menarik dari kisah hidup sang Mr. Clean adalah tentang integritas dan kesederhanaannya. Dua hal inilah yang membuatnya pantas untuk dijadikan teladan/panutan.
Kiprah Mar'ie Muhammad di Departemen Keuangan, baik sebagai Dirjen Pajak maupun Menteri Keuangan, adalah bukti dari integritas dan kesederhanaannya. Ia sangat tegas, itulah kenapa ia tidak pernah menerima suap dan bersikap keras kepada pihak-pihak yang ingin "bermain" dengannya. Ia juga sangat sederhana, sampai-sampai rumah dinasnya jauh dari kata mewah sebagaimana menteri yang lainnya. Mar'ie Muhammad tidak hanya tegas dan lugas dalam perkataan, karena ia juga mengejawantahkan perkataan tersebut ke dalam perbuatan. Inilah integritas yang ia tunjukkan, konsisten antara ucapan dengan tindakan yang dilakukan.
Terdapat dua hal penting yang setidaknya dapat aku tangkap, mengapa Pak Mar'ie begitu keras dalam hal antikorupsi.
1. Korupsi sebagai nilai dan alat untuk meraih kesejahteraan.
Sikap antikorupsi yang dimiliki oleh Pak Mar'ie Muhammad lahir dan besar bukan tanpa alasan. Baginya, kesejahteraan dan korupsi memiliki hubungan yang sangat signifikan. Ketika dana-dana pembangunan, pendidikan, kesehatan, dan sektor lainnya dikorupsi, maka saat itu juga masyarakat akan merasakan kerugian yang begitu besar. Berbagai fasilitas ataupun hak warga untuk memperoleh kesejahteraan akan terkikis, bahkan sirna. Oleh karena itu, seandainya tidak ada korupsi dalam berbagai aspek kehidupan, maka masyarakat akan memperoleh hak dasarnya dalam berbagai fasilitas negara, dan kesejahteraan itu akan menjadi lebih dekat untuk dicapai.
2. Pengalaman pertama menghadapi korupsi ketika mau masuk di UI.
Jika ditinjau dari sudut pandang pribadi Mar'ie Muhammad, menurutku terdapat salah satu kisah yang membuat Pak Mar'ie betul-betul tersadar akan berbahanya perilaku korupsi. Hal ini ia alami sendiri secara langsung, yaitu ketika hendak menyelesaikan urusan administrasi pendaftarannya di UI. Sebenarnya saat itu Pak Mar'ie sudah diterima sebagai mahasiswa di sana, berkat prestasinya sebagai siswa paling berprestasi di Jawa Timur, sehingga ia mendapatkan rekomendasi langsung dari Gubernur Jawa Timur saat itu. Namun, masalah terjadi ketika ia hendak mendaftar ulang. Panitia yang mengurus perkara ini, tiba-tiba meminta Mar'ie untuk membayar uang senilai Rp50.000, padahal tidak seharusnya proses ini dikenakan biaya. Singkat cerita, beruntung Prof. Bahder Djohan (Rektor UI saat itu) mengetahui tentang hal ini, dan ia pun langsung memecat panitia yang mencoba memungut uang haram tersebut. Andai kata Pak Mar'ie tidak jadi berkuliah karena tidak mampu membayar pungutan tersebut, maka sungguh yang paling rugi adalah Indonesia, karena negara ini mungkin saja akan kehilangan salah satu menteri keuangan terbaiknya.
Kisah dan biografi dari tokoh seperti Pak Mar'ie lagi-lagi mengingatkan kita bahwa masih banyak teladan yang dapat kita contoh sikap dan perilakunya. Di saat seperti Indonesia sekarang ini mengalami krisis keteladanan, maka tidak keliru kalau kita mencoba menilik kembali tokoh-tokoh kita di masa lalu, yang hebat dan penuh dengan integritasnya. Semoga Indonesia bisa memiliki sosok seperti Pak Mar'ie Muhammad di kemudian hari, kelak secepat mungkin!
Aamiin aamiin ya rabbal aalaamiin...
Cr: Mr. Clean Mar'ie Muhammad Sang Pejuang Antikorupsi dan Aktivis Kemanusiaan
0 notes
Text
Perenungan Hamka di Irak

Menurutku, buku ini adalah tentang perenungan Buya Hamka di tanah Irak. Banyak hal yang ia renungkan, mulai dari sejarah perjalanan islam di tanah itu, kondisi sosial politik Irak di masa kini, berikut relevansinya dengan kondisi Indonesia. Dengan tutur bahasa sebagaimana orang sedang berkisah, Buya Hamka menceritakan berbagai hal tersebut dengan sangat lihai, yaitu mengalir layaknya Sungai Dajlah.
Buya Hamka pergi ke Irak ketika Indonesia berada dalam kondisi pasca pengakuan kedaulatan di Den Haag, yaitu setelah Konferensi Meja Bundar diadakan. Perasaan lega bercampur bahagia tentu dirasakan oleh Buya atas raihan kemerdekaan tersebut, namun perasaan itu juga diikuti dengan perenungan yang cukup mendalam. Buya Hamka merasa sangat bersyukur karena Bangsa Indonesia akhirnya bisa lepas dari cengkeraman kolonialisme.
Ketika tiba di tanah Irak, kedatangan Buya langsung disambut oleh beberapa petinggi negara di sana--kendati kedatangannya tidak dalam kapasitas resmi/formal sebagai perwakilan negara. Di sana, ia melakukan beberapa kunjungan ke makam tokoh-tokoh islam. Mulai dari makam Husain r.a., Syekh Abdul Qadir Jailani, Imam Hanafi, hingga Dahlan Abdullah (duta besar pertama RI di Irak).
Dari ziarah tersebutlah Buya Hamka melakukan berbagai perenungan. Renungan ini pula yang menjadikan Buya Hamka bercerita dengan begitu runutnya mengenai sejarah kepemimpinan islam di negeri yang di dalamnya mengalir Sungai Dajlah (Tigris). Bahkan, renungan itu juga direlevansikan oleh Buya Hamka dengan kondisi Indonesia saat ini--yaitu, baru saja merdeka. Beliau berharap agar berbagai konflik, perpecahan, dan keributan yang terjadi pada masa lampau (konflik Muawiyah vs Sayyidina Ali r.a.; dan pembantaian Husain r.a. atau konflik Yazid vs Husain r.a.) tidak turut menyertai keberjalanan Indonesia sebagai bangsa yang baru merdeka.
Pembelajaran penting dari buku ini adalah kita mesti tahu sejarah, mesti paham sejarah, dan mesti belajar dari sejarah. Harapannya, layaknya Buya Hamka, semoga kita bisa selalu merenungi berbagai hal dengan pengetahuan dan pemahaman dari sejarah tersebut. Lebih jauh, semoga kita juga bisa belajar dari sejarah, agar kita bisa memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi di masa lampau, dan memprediksi hal-hal yang terbaik di masa depan.
0 notes
Text
[Bung Hatta: Sang Mutiara di antara Deretan Bapak Bangsa]

Sering kali kita mengenal Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi. Memang benar, Bung adalah Bapak Koperasi, karena koperasi merupakan salah satu pilar Hattanomics atau pemikiran ekonomi Bung Hatta. Ia meyakini bahwa cara untuk melepaskan diri dari jerat atau ketergantungan pada kapital (modal) adalah dengan mendirikan koperasi. Gagasan ini dicetuskan oleh Bung Hatta sebagai motor perekonomian untuk menumbuhkan perekonomian rakyat yang mandiri. Terlebih, ide ini juga muncul karena keyakinan Bung Hatta mengenai akar budaya Indonesia yang gemar tolong-menolong.
Namun, terlalu dangkal jika kita hanya mengenal Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi. Ketika menyelami profil dan jejak hidupnya, maka kita akan menyadari bahwa ia adalah Bapak Bangsa yang patut dijadikan teladan. Lebih dari itu, berbagai prasyarat pemimpin yang ideal ada dalam sosoknya. Rekam jejaknya sebagai proklamator, wakil presiden, hingga perdana menteri adalah deretan bukti bahwa ia memiliki kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan yang mumpuni. Lebih jauh lagi, bagaimana ia bersikap dan bertindak adalah bukti konkret mengapa ia layak dijadikan teladan.
1. Pemegang Teguh Integritas
Satu kata yang langsung terlintas ketika berbicara tentang Bung Hatta adalah integritas, tiada yang lain. Bagaimana tidak(?) Seseorang yang pernah menduduki berbagai jabatan mentereng di negeri ini pada faktanya merasakan pahit-getir kehidupan sebagai orang biasa. Sekalipun Bung adalah orang penting di balik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, nyatanya ia keteteran membayar tagihan listrik, gas, dan air minum, bahkan tidak mampu melunasi pajak mobil yang ia beli dengan subsidi pemerintah. Memang, ini semua ia alami pasca mundur dari pemerintahan di tahun 1957. Namun, Bung Hatta bukannya tidak memiliki kesempatan untuk memperkaya pundi-pundi hartanya. Berulang kali ia ditawari beberapa perusahaan untuk menjadi komisaris, termasuk perusahaan asing, namun semua tawaran tersebut ia tolak. Integritas lah yang menjadi alasan utama dari penolakan tersebut. Bung khawatir, bahwa perjuangannya dalam membela rakyat akan dianggap tidak murni dan ia akan dituduh meninggalkan rakyat.
2. Sosok yang Taat Beragama/Religius
Dibandingkan tokoh Minang lain seperti Buya Hamka atau M. Natsir, barangkali Bung Hatta memang tidak terlalu menonjol dari sisi kehidupan beragamanya. Tentu hal ini bukan tanpa alasan, karena ia memang tidak membela Islam secara keras. Akan tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa cara ia bersikap dan berperilaku sangat ia selaraskan dengan tuntunan Islam. Bung pernah tinggal cukup lama di Belanda, sekitar sepuluh tahun, namun ia tetap tidak terpengaruh oleh pergaulan bebas yang menjadi kebudayaan di sana. Bung Hatta tidak minum minuman keras, ia juga tidak mau berdansa, karena ia paham bahwa Islam adalah tuntunan yang memimpin bagaimana ia bertingkah laku. Secara lebih lanjut, perjuangannya untuk membela tanah air, bangsa, dan masyarakat adalah sesuatu yang ia landaskan dari nilai-nilai agama. Baginya, ini berkaitan dengan tugas hidup sebagai manusia yang taat beragama.
3. Kedisiplinan dan Kegigihan yang Begitu Hebat
Bagi Bung, waktu adalah sesuatu yang sangat bernilai. Dan salah satu kedisiplinan yang paling menonjol dari Bung Hatta adalah mengenai penghargaannya terhadap waktu. Bung Hatta juga selalu mengisi waktu luangnya dengan hal yang bermanfaat. Perihal ini, dapat kita pahami dari apa yang ia kerjakan selama diasingkan oleh Belanda ke berbagai tempat. Ketika ia diasingkan di Banda ataupun Bangka, aktivitas utama yang ia lakukan adalah membaca, belajar, dan mengajar. Bahkan, dalam pengasingannya di Bangka, dikatakan bahwa ia membawa bekal berupa 16 peti yang berisikan buku. Ia juga menulis, dan tulisan-tulisannya adalah tulisan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Pengasingan yang dialami tidak lantas membuat ia surut dalam melawan penjajahan Belanda. Bung Hatta tidak pernah berhenti berjuang, dan ia selalu melakukan semua yang ia bisa, sekalipun itu hanya bisa dilakukan dalam bentuk menulis.
4. Pemimpin yang Sarat Moral
Bung Hatta tahu persis, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang mesti dilakukan dan apa yang mesti ditinggalkan. Ia tahu persis apa makna dari moral, dan lebih dari itu ia juga menerapkannya dengan begitu baik. Bung Hatta merupakan sosok yang sangat bersih dan tak pernah berupaya memperkaya diri dan keluarganya. Bung Hatta juga bersih dalam menyikapi kekuasaan yang sebenarnya dapat ia gunakan untuk kepentingannya. Bahkan, dalam hubungannya dengan wanita, ia selalu menghargainya dan di saat yang bersamaan juga tetap menjaga jarak sesuai tuntunan agama. Moral semacam inilah yang wajib dijadikan percontohan bagi siapapun, terkhusus para pemimpin di negeri ini.
Dengan demikian, rasa-rasanya tidak keliru bahwa sosok Bung Hatta bukan hanya sekadar Bapak Koperasi. Bung Hatta adalah teladan, panutan, Bapak Bangsa, dan oleh sebab itu beliau merupakan sosok yang begitu langka karena integritas dan kesederhanaan hidupnya. Terlebih, ia juga negarawan yang menulis, di mana ia meninggalkan hingga 30 ribu judul buku dalam perpustakaan pribadinya, sebagai warisannya yang termahal. Sosok seperti Bung Hatta inilah yang seharusnya patut dan perlu dicontoh oleh kita semua, baik sebagai pribadi ataupun pejabat. Ia sangat jujur, ikhlas, dan santun. Di tengah keterpurukan dan krisis keteladanan di negeri kita saat ini, sosok Bung Hatta menjadi salah satu dari sedikit sosok yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia saat ini. Bangsa ini hampir kehabisan tauladan baik yang patut ditiru, dan di titik inilah barangkali kita perlu menilik kembali sosok Bung Hatta. Tidak hanya pemikiran dan sikap politiknya, namun moral serta juga akhlaknya akan menjadi mercusuar yang menjadi penunjuk arah bagi perbaikan bangsa ini.
Cr: Buku Seri Tempo - Hatta: Jejak Yang Melampaui Zaman (2022)
0 notes
Text
[LIVE IN THE MOMENT/BE PRESENT]

Beberapa waktu yang lalu, aku baru saja selesai membaca buku yang berjudul "Sang Alkemis". Buku ini cukup terkenal, dan yang aku baca adalah hasil penerjemahan ke Bahasa Indonesia. Singkat cerita, buku ini membahas tentang pencarian "harta karun" yang dilakukan oleh seorang pemuda bernama Santiago. Dalam perjalanan tersebut dia bertemu dengan berbagai orang dan peristiwa, yang pada akhirnya membuat dia menjadi banyak belajar.
Apakah dia berhasil menemukan "harta karun" tersebut(?) Bagi saya, iya. Namun, harta karun tersebut bukanlah sesuatu yang berwujud seperti emas ataupun uang. Harta karun yang ia dapatkan justru berasal dari perjalanan dan pencarian dia akan harta karun itu sendiri. Iya, berjumpa dengan berbagai orang, mengalami beragam peristiwa, lalu memperoleh pengalaman dan pembelajaran dari hal-hal tersebut, itulah harta karun yang sebenarnya. Apa yang dia alami dari setiap proses yang dilakukan itulah "harta karun" yang sesungguhnya.
Sama halnya dengan kita, barangkali "harta karun" yang kita miliki adalah segala hal yang sedang kita lakukan dan upayakan di momen saat ini juga. Kita tidak perlu khawatir untuk berbagai hal di masa lalu yang tidak menyenangkan, tak usah malu, menyesal, ataupun sedih. Pun kita tidak perlu cemas atau memikirkan segala kemungkinan terburuk akan sesuatu di masa depan yang belum pasti. Kita cukup "live in the moment" atau "be present". Hargailah segala hal yang sedang kita alami dan lalui, karena barangkali, itulah harta karun yang selama ini sedang kita cari-cari!
"Yesterday is history, and tomorrow is mistery. But today, today is a gift. That's why we called it present"
Cr: IG Story @sholahayub
0 notes
Text
[Pemaknaan akan Keterpurukan]

Hidup ini adalah tentang pilihan. Iya, kita selalu bisa memilih, dan kita sendiri lah yang menentukan bagaimana cara kita menyikapi suatu hal. Mengutip apa yang disampaikan oleh Victor Frankl, "kita selalu bisa mengambil makna dalam setiap peristiwa, mulai dari yang menyenangkan hingga yang paling menyakitkan", maka dapat diartikan bahwa keterpurukan pun dapat kita peroleh makna dan pembelajarannya.
Barangkali, memang sulit untuk mengambil makna dan pembelajaran dari keterpurukan, karena kita mesti berkutat pada rasa sedih dan kecewa terlebih dahulu. Kesedihan serta kekecewaan yang kita alami sebenarnya lazim-lazim saja, namun kita tidak boleh terlalu larut hingga tak mampu berbuat apapun karenanya. Sebaliknya, kita mesti memaknai keterpurukan dengan bijak dan memetik pembelajaran darinya.
Satu pemaknaan dan pembelajaran yang paling krusial mengenai keterpurukan adalah tanda bahwa kita adalah seorang hamba. Iya, kita ini hanyalah seorang hamba, tidak lebih, walaupun sangat mungkin kurang wkwkwk. Layaknya seorang hamba, kita ini lemah, tak berdaya, dan serba "kurang" dalam berbagai hal. Kenyataannya, kita masih sering menjumpai kegagalan dan keterpurukan. Inilah bukti sederhana kalau kita masih merupakan seorang hamba.
Keterpurukan lah yang barangkali membuat kita tersadar. Sadar bahwa kita ini lemah dan membutuhkan pertolongan. Selain itu, kalau kita cukup bijak dalam mengambil pembelajaran dari keterpurukan, maka kita akan memahami bahwa sebagai hamba kita harus sering-sering berdoa dan memohon bantuan dari Tuhan, yaitu Allah SWT.
Alhamdulillah, aku sangat bersyukur, karena aku mendapatkan pengingat tentang hal ini dari sosok yang sangat aku hormati dalam perjalanan kuliah S2-ku, yaitu Pak Budi Santoso. Beliau adalah sosok yang mengingatkanku bahwa kita harus menunjukkan "ketergantungan" kita pada Allah SWT. Kita mesti paham, bahwa seorang hamba sangat bergantung pada Tuhannya.
Terakhir, kita juga selalu bisa memilih, bagaimana cara kita menyikapi sebuah keterpurukan. Barangkali, cara terbaiknya adalah dengan bersabar dan berusaha bangkit darinya. Bersabar, yaitu sabar dalam menghadapi segala keterpurukan yang dihadapi. Berusaha, yaitu berusaha untuk keluar dari keterpurukan tersebut dan segera bangkit untuk kembali melakukan segala hal baik lainnya. Semoga, kita semua cukup bijak untuk selalu mengambil makna dan pembelajaran dari segala keterpurukan, aamiin aamiin ya rabbal aalaamiin!
Cr: What's So Wrong About Your Life - Ardhi Mohammad
0 notes
Text
Pertemuan (dan Perpisahan)

Barangkali di antara kita semua sudah tidak asing dengan kisah Salman Al-Farisi dan ketegaran hatinya. Singkat cerita, ia bertemu dengan wanita yang ia cintai dan segera melamarnya. Lalu apa yang terjadi(?) Lamaran tersebut tidak mendapat jawaban yang diharapkan. Iya, Salman Al-Farisi mendapat penolakan, alih-alih diterima sebagai pendamping hidup. Tahukah apa yang lebih mengejutkan(?) Ternyata, wanita tersebut justru lebih memilih temannya, yaitu Abu Darda'. Dan pada akhirnya, Abu Darda' lah yang menikahi wanita tersebut.
Beruntungnya, Salman Al-Farisi adalah orang yang tegar dan ikhlas, sehingga ia tidak ambil pusing dengan semua kejadian itu. Nah, apabila aku yang berada di posisi tersebut, mungkin aku akan menyalahkan takdir dan berucap, "mengapa aku dipertemukan jika pada akhirnya tak bisa bersatu dan harus berpisah?". Terlebih, wanita itu pada akhirnya malah memilih temanku, pasti aku akan sangat kesal.
Nyatanya, begitulah bagaimana hidup ini berjalan. Kita tidak bisa menduga bahwa beberapa pertemuan hanya dimaksudkan untuk menjadi pembelajaran. Kita tidak pernah tahu, apa ujung dari suatu pertemuan dan muara dari setiap perjumpaan. Kita tidak bisa memilih, apakah itu semua akan berakhir dengan manis atau tragis. Ketika berakhir manis, maka kita akan sangat bahagia. Akan tetapi, kalaulah suatu perjumpaan berakhir tragis, maka kita akan bersedih dan hal inilah yang perlu kita persiapkan.
Lantas, bagaimana cara mempersiapkannya(?) Entahlah, aku sendiri juga belum tahu secara pasti. Namun, kita harus meyakini, bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini pasti memiliki makna. Pencarian akan makna tersebutlah yang menjadi tugas kita. Setiap pertemuan selalu mengandung makna, demikian halnya dengan perpisahan. Setidaknya, keyakinan semacam inilah yang perlu kita miliki.
Aku yakin, layaknya pelangi yang muncul setelah derasnya hujan badai, maka dari setiap kesedihan yang kita alami, insyaallah akan datang kebahagiaan yang telah menanti. Dan sebagaimana pagi yang cerah selepas malam yang kelam, maka setelah masa yang suram insyaallah akan ada masa yang indah. Maka dari itu, barangkali, suatu perpisahan dimaksudkan untuk "pertemuan" yang jauh lebih baik dan lebih berarti.
"Aku percaya, tidak selamanya perpisahan itu menyedihkan. Namun, satu yang pasti, perpisahan itu mendewasakan."
1 note
·
View note
Text
Penerimaan dan Penyesalan

Well, this is my second time reading this (outstanding) book👏🏻
Selayaknya Tere Liye, sudah barang tentu novel-novelnya mengandung cerita roman yang sangat romantis. Tapi, lebih dari itu, menurutku ada dua hal penting yang patut dijadikan pembelajaran (learning).
1. Memaafkan diri sendiri. Atas segala hal yang telah terjadi dalam hidup ini, sekalipun berupa kesedihan dan penderitaan, kita harus memaafkan semua kejadian tersebut. Kita dapat memulainya dari diri kita sendiri, yaitu dengan tidak menyalahkan apa yang telah dilakukan diri ini. Untuk bisa "sempurna" berdamai dengan segala hal di masa lampau tersebut, maka kita harus bisa menerimanya. Kita harus mampu menciptakan penerimaan terhadap berbagai hal tersebut.
2. Tidak ada kebahagiaan di dunia ini yang dapat kita capai apabila kita masih memiliki penyesalan, sekecil apapun penyesalan itu. Maka dari itu, respons terbaik ketika kita menyesal atas suatu hal, adalah dengan tidak menyesalinya. Kita mesti paham, bahwa penyesalan tidak akan memberikan dampak positif apapun. Alih-alih menyesal, mestinya kita menjadikan suatu hal tersebut sebagai pengalaman dan pembelajaran. Seburuk apapun hal yang menimpa diri kita, kita selalu punya pilihan untuk mengambil hikmahnya. Dengan demikian, menyesal bukanlah pilihan bagi kita.
0 notes
Text
Pemaknaan Dalam Hidup

Akhirnya, selesai juga mbaca buku ini. Buku ini kalau aku boleh bagi ke dalam dua bagian besar, maka bagian pertama adalah cerita tentang kehidupan Frankl di Kamp Konsentrasi. Untuk yang ingin tahu kekejaman Nazi, mulai dari Kamar Gas sampai "Kerja Rodi" versi kearifan lokal mereka, maka buku ini adalah buku yang tepat. Penulisnya adalah penyintas langsung dari Kamp Konsentrasi dan beruntungnya beliau masih selamat dari segala hal tersebut.
Nah, bagian keduanya adalah tentang logoterapi. Inilah bagian yang menurutku paling penting alias krusial. Frankl berhasil memahamkan kita (pembaca) tentang pentingnya pencarian makna dalam hidup. Menurut dia, hidup yang dijalani oleh seseorang akan menjadi hampa apabila tidak ada makna di dalamnya. Makna inilah yang nantinya akan menjadi motivasi utama dalam kehidupan seseorang.
Pencarian makna sendiri bisa kita dapatkan dari mana saja, bahkan termasuk penderitaan. Bayangkan, Frankl yang begitu menderita akibat ditinggalkan oleh Ayah dan Istrinya masih dapat bertahan karena dia berhasil menemukan makna dalam hidupnya. Ia paham, bahwa kepergian Ayah dan Istrinya dapat ia jadikan sebagai pembelajaran serta ia memilih untuk tetap melanjutkan kehidupannya.
Apa yang dilakukan oleh Frankl adalah contoh konkret, bahwa kita selalu punya pilihan untuk menyikapi segala kondisi--seberat dan sesulit apapun itu. Kita selalu punya pilihan untuk mencari makna dan pembelajaran dari tiap peristiwa yang kita alami. Maka dari itu, tugas kita adalah selalu mencari "makna" hidup dan terus maju!
0 notes
Text
Ujian dan Pembelajaran

Tulisan ini sebenarnya bentuk kekagetan karena masa liburan akan segera usai. Iya, cukup mengagetkan karena rasa-rasanya saya baru selesai mengerjakan Ujian Akhir Semester di penghujung Juni kemarin, dan di pertengahan Agustus besok saya sudah kembali memasuki masa perkuliahan. Ternyata, yang namanya waktu memang terasa begitu cepat berlalu...
Berbicara tentang ujian, kita cenderung menganggap hal semacam ini biasanya--bahkan selalu--tidak menyenangkan. Cukup sederhana untuk membuktikannya, karena saya yakin mayoritas dari kita menganggapnya sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Ketakutan yang barangkali muncul adalah takut akan menerima nilai buruk, atau artinya memperoleh nilai yang tidak sesuai dengan ekspektasi/harapan.
Namun, selalu ada sisi lain dari yang namanya ujian, yaitu pembelajaran. Inilah sisi terpenting yang pasti kita dapatkan setelah melewati suatu ujian. Dari pembelajaran kita akan mendapatkan pemahaman baru dan kebijaksanaan. Kita semua pasti setuju, bahwa pembelajaran akan meningkatkan kapasitas diri.
Maka dari itu, mestinya kita "menyambut" kehadiran ujian dengan sesuatu yang lebih positif. Ujianlah yang akan memberikan kita pembelajaran, dan dari ujianlah kita akan berkembang. Bahwa ada rasa takut yang menghantui karena takut gagal atau tidak mampu memenuhi ekspektasi, itu adalah hal yang wajar. Tapi, jangan pernah jadikan ketakutan itu sebagai penghalang untuk berkembangnya diri ini. Lagi-lagi, tak bosan-bosannya saya mengutip apa yang disampaikan oleh guru saya, Bapak Wakhid Slamet Ciptono. Begini kurang lebih kutipannya.
"Kegagalan bukanlah lawan kata dari kesukesan. Kegagalan adalah bagian dari kesuksesan, karena dari kegagalanlah kita memperoleh pengalaman dan pembelajaran. Lantas, apa itu kegagalan(?) Kegagalan adalah ketika kita memilih untuk menyerah, dan itulah kegagalan yang paling besar."
Maka dari itu, ini adalah pesan untuk kita semua, yaitu jangan takut gagal. Karena dari kegagalanlah kita akan belajar dan memperbaiki diri. Jangan menyerah! Jangan menyerah, sekalipun berbagai tantangan, rintangan, dan halangan datang silih berganti. Cukuplah kita mengingat firman Allah. Bahwa sesungguhnya beserta kesulitan terdapat kemudahan.
Oleh karena itu, selama kita masih hidup dan menghembuskan napas di dunia ini, maka selama itu pula kita harus terus belajar. Karena sejatinya belajar adalah proses yang tiada henti, kita baru benar-benar berhenti belajar ketika kita sudah selesai di dunia ini...
"Jangan pernah berhenti belajar, sebab hidup tidak pernah berhenti menguji"
1 note
·
View note
Text

My inspiration, my lecturer, and my motivator
Kemarin, 30 April 2024, Pak Wakhid resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar FEB UGM. Sebagaimana biasanya, beliau tak pernah berhenti menginspirasi. Kegigihan, kerja keras, persistensi, dan semangatnya dalam belajar menunjukkan bahwa beliau adalah seorang pembelajar sejati. Pengukuhan gelar guru besar pada hari yang lalu tentu merupakan hal yang luar biasa, namun ia hanyalah bagian kecil dari pembuktian Pak Wakhid sebagai pembelajar sejati.
Secara pribadi, saya sangat bersyukur karena pernah belajar secara langsung dari sosok beliau walaupun hanya setengah semester lamanya. Terlalu banyak inspirasi yang telah beliau berikan. Salah satunya, beliau pernah berkata bahwa "Trial and Error" pada akhirnya bisa menjadi "Trial and Success". Mungkin, saat ini kita sering kali melakukan kesalahan atau kekeliruan. Namun, apabila kita mau belajar dari itu semua, maka kelak kita dapat menjadikannya sebagai kesuksesan. Pak Wakhid selalu berpesan bahwa, "Kegagalan bukanlah sesuatu yang berlawanan dengan kesuksesan. Justru, dari kegagalan itulah kita belajar dan memperbaiki diri. Kita baru benar-benar gagal apabila kita menyerah pada keadaan, dan itulah kegagalan yang paling besar".
Bahkan, ketika menyampaikan pidato dalam pengukuhan guru besar kemarin, Pak Wakhid benar-benar menunjukkan bahwa beliau adalah seseorang yang memegang erat prinsip hidupnya. Apa yang beliau sampaikan dalam pidatonya sama persis seperti apa yang sering beliau sampaikan.
".... kegagalan yang riil itu saat sudah menyerah"

Terima kasih banyak Pak Wakhid, terima kasih karena telah menjadi teladan dan inspirasi bagi banyak orang, terutama saya!
1 note
·
View note
Text

Tentang Perubahan
Bukan, ini bukan kampanye. Masa Pemilu sudah hampir mendekati ujungnya, dan pasangan calon yang mengusung perubahan sedang sibuk berperkara di Mahkamah *Konstitusi* (semoga demikian, bukan lagi Mahkamah Keluarga). Apalagi kalau melihat hasil dari Pemilu yang sudah diputuskan oleh KPU, rasa-rasanya rakyat Indonesia memang tidak menginginkan perubahan. Nah, tapi bukan itu perubahan yang dimaksud dalam tulisan ini.
Berbicara tentang perubahan, saya jadi teringat ucapan dari Heraklitus sebagaimana berikut.
"The only constant in life is change"
Bahkan, dalam dunia saintifik, cukup banyak artikel ilmiah dalam topik Manajemen Perubahan yang mengutip pernyataan dari filsuf Yunani tersebut. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa perubahan merupakan suatu keniscayaan, ia pasti akan terjadi entah secara inkremental ataupun radikal. Jadi, setiap dari kita pasti akan mengalami perubahan.
Maka, yang terpenting dalam menyikapi perubahan tersebut, adalah kita harus mempersiapkannya dengan sebaik mungkin. Termasuk dalam hal yang melandasinya. Pernah dalam satu sesi perkuliahan, Pak Gugup Kismono mengatakan bahwa perubahan yang didasarkan pada faktor-faktor di luar diri sendiri, pada akhirnya akan berdampak tidak signifikan. Adapun ketika suatu perubahan dilandaskan pada faktor-faktor intrinsik (diri sendiri), maka perubahan inilah yang nantinya akan berdampak signifikan.
Poinnya adalah, sah-sah saja kalau kita melakukan suatu perubahan karena hal-hal di luar diri kita, seperti perubahan lingkungan, tren masa kini, dsb. Akan tetapi, perubahan yang kita dasarkan karena motivasi dalam diri sendiri, akan jauh lebih bermakna dan memberikan dampak yang lebih signifikan. Dan yang jauh lebih penting, semoga segala perubahan yang kita tuju, adalah perubahan yang membawa kita kepada kebaikan...
1 note
·
View note
Text

Tentang Syukur
Berbicara tentang syukur, maka syukur adalah tentang cara kita mengungkapkan rasa terima kasih kepada Allah. Kenapa kita harus berterimakasih(?) Ya karena Allah selalu memberikan nikmatnya, rezekinya, dan segala hal yang kita perlukan. Sesederhana diberi nikmat sehat dan rezeki berupa keluarga serta teman-teman yang baik adalah hal-hal yang harus kita syukuri.
Orang-orang yang pandai bersyukur adalah mereka yang cerdas. Mereka paham bahwa cara terbaik untuk menikmati hidup ini adalah dengan bersyukur. Maka dari itu, mensyukuri berbagai hal termasuk hal-hal kecil adalah "anugerah", karena secara sadar ataupun tidak, bersyukur itu pasti bikin hati lebih tenang dan lapang. Jadi bersyukurlah kalau kita bisa mensyukuri hal-hal kecil, karena barangkali kita termasuk dalam orang-orang yang "cerdas".
Dengan bersyukur kita akan mendapatkan kebahagian, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak pastinya. Selain itu, bersyukur juga akan membuat jiwa kita tentram dan jauh dari penyakit hati seperti iri dengki. Oh iya, rumus terpenting dalam memaknai syukur adalah "bersyukurlah maka kamu akan bahagia", bukan sebaliknya, karena gak jarang kita harus nunggu bahagia dulu baru bisa bersyukur. Jadi, kita harus pintar-pintar dalam bersyukur, kita harus bisa mencari "celah" agar segala hal dalam hidup ini bisa kita syukuri.
0 notes
Text

Hidup Ini Memang Tidak Pernah Mudah
Saya termasuk orang yang percaya kalau hidup ini memang tidak akan pernah mudah untuk dijalani. Mudah di sini saya artikan tidak perlu berjuang ataupun berkorban untuk mendapatkan suatu hal. Namun, sudah jelas bukan, bahwa mustahil sesuatu dapat diperoleh dengan perjuangan atau pengorbanan yang nihil. Maka, sederhana saja, hidup ini memang tidak pernah mudah karena kita pasti akan berjuang dan berkorban untuk suatu hal tertentu.
Lihatlah diri kita sendiri waktu terlahir di dunia ini. Diri kita yang saat itu tidak berdaya hanya bisa menangis tanpa melakukan hal lainnya. Tidak lama kemudian, kita sudah diajarkan bagaimana arti dari kata "berjuang", yaitu berjuang untuk berjalan menapak dunia ini. Kita semua terjatuh berulang-kali, bahkan tidak jarang tangisan air mata juga ikut menghiasi perjuangan tersebut. Namun di situlah pelajaran yang dapat kita ambil. Apakah karena berjalan itu tidak mudah lantas diri kita yang masih kecil itu menyerah(?) Untunglah diri kita belum mengenal kata menyerah kala itu.
Maka dari itu, hidup ini memang akan selalu tidak mudah bagi kita semua. Berbagai halangan, rintangan, dan tantangan akan silih berganti menghampiri kita semua. Ini semua akan bergantung pada bagaimana cara pandang kita dalam melihatnya dan tindak lanjut yang akan kita ambil. Lagi-lagi sederhana saja, pertanyaannya adalah apakah kita akan menyerah atau kita justru akan membuang jauh kata tersebut sebagaimana diri kita saat masih kecil dahulu. Satu yang perlu kita ingat selalu, Allah sendiri yang berjanji hingga dua kali disebut dalam Al-Qur'an, bahwa beserta kesulitan pasti akan ada kemudahan.
"Karena sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan." Al Qur'an, Surat Al-Insyirah Ayat 5-6.
0 notes
Text

Because Your Life is Your Choice
Hidup ini bukan tentang apa yang orang lain pilih, bukan juga tentang apa yang mereka raih. Seburuk atau sebaik apapun hidup ini, ia tetaplah hidup dari diri kita sendiri. Acapkali kita dihadapkan pada begitu banyak jalan--yang tidak semuanya dapat kita pilih. Tidak hanya jalan yang lurus, namun jalanan berliku atau bahkan buntu terkadang harus kita lewati kendati ia bukanlah sesuatu yang kita kehendaki. Mungkin terdengar ironis. Namun demikian, tidakkah kita sadari, bahwa dari jalan buntu kita menjadi paham kapan harus berbalik arah, dan bahwa jalan yang berlikulah yang membuat kita kuat. Begitu pula dengan jalan yang lurus, yang membuat kita dapat mencapai tujuan lebih cepat sehingga harus kita syukuri kehadirannya. Hidup ini memang tentang bagaimana kita menadaburi/merenungkannya dengan saksama. Maka, yakinilah bahwa segala yang kita pilih, semua yang telah kita lalui, selalu menyimpan begitu banyak makna, pesan, ataupun nilai di dalamnya.
Because, "life is not about comparing yourself with others. It's about the choices you make".
3 notes
·
View notes
Text

Begitu banyak peristiwa ataupun kejadian dalam hidup yang mengundang tanya. Kita bingung dan tidak mampu memahami, bahwa yang kita terima seringkali bertentangan dengan kehendak nurani. "Kenapa harus begini?" "Kenapa tidak begitu?" Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menunjukkan rasa tidak terima atas takdir yang didapat muncul dalam benak pikiran. Mungkin, kita lupa apabila yang kita butuhkan belum tentu sesuai dengan yang kita inginkan. Kita lupa, jika yang kita kehendaki boleh jadi bukan sesuatu yang kita perlukan.
Inilah yang menjadi keterbatasan dari seorang manusia. Ia sering lupa, tidak paham, dan dipenuhi kebingungan. Ia lupa, bahwa perihal yang terbaik sudah ada Sang Maha Pengatur dengan segala skenarionya. Ia tidak paham, bahwa perkara baik atau buruk bukanlah ia yang dapat menentukannya. Ia bingung, bahwa seolah-olah ialah yang paling mengerti padahal ia jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, sikap paling bijak dalam menghadapi takdir yang kita peroleh adalah berkhusnudzon pada Sang Khalik.
Ketahuilah bahwa Allah selalu memberikan
Pelangi di setiap hujan badai...
Senyum di setiap tangisan air mata...
Hikmah di setiap cobaan...
Dan jawaban di setiap do’a...
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." Al-Baqarah: 216
1 note
·
View note