Tumgik
hanafiridwand · 5 years
Text
Kemewahan yang tidak semua orang mampu membeli adalah rasa syukur.
0 notes
hanafiridwand · 5 years
Text
All we need is to fight ourself. The change is not gonna be happen if we not move.
0 notes
hanafiridwand · 5 years
Text
Hallo..
Sepertinya akan menyenangkan menggunakan platform ini lagi. Heuheu..
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
بسم الله الرحمن الرحيم "Aku menginginkan wanita shalihah yang akan menggandeng tanganku ke dalam surga dan melahirkan anak yang dia didik dengan baik hingga menjadi pemuda dan ksatria yang kelak mengembalikan Baitul Maqdis ke pangkuan kaum muslimin." Najmuddin Ayyub . . "Aku menginginkan seorang pemuda yang akan menggandeng tanganku ke dalam surga dan aku akan melahirkan anak darinya yang kelak akan menjadi ksatria yang mengembalikan Baitul Maqdis ke pangkuan kaum muslimin." Ibunda Shalahuddin Al Ayyubi . . "Biarkan cinta tumbuh seperti cinta Ali pada Fatimah. Layaknya baginda Rasulullah mencintai Khadijah. Cinta yang diniatkan untuk segenap pengabdian dan ibadah. Yang diperjuangkan dalam lantunan bait-bait doa paling pasrah. Yang mengalir lembut menuju barakah. Ialah segenap cinta suci dalam cita mardhatillah yang kelak akan bersemi kembali di dalam jannah." . . Bismillahi tawakkaltu 'alallahi la haula wala quwwata illa billah. Bismillahirrahmanirrahim. Ku pilih namamu yang telah Allah berikan dalam sunyi dan senyapku bermunajat padaNya. Semoga Allah meridhai, memberkahi dan menjaga sampai Surga. Enny & Hanafi . . Surakarta, di 27 hari menuju tanggal 27.
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
The next step.
1 note · View note
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
18 Februari 2017.
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Text
Untukmu, Ibu.
Kubuka album biru Penuh debu dan usang Ku pandangi semua gambar diri Kecil bersih belum ternoda Pikirkupun melayang Dahulu penuh kasih Teringat semua cerita orang Tentang riwayatku Kata mereka diriku slalu dimanja Kata mereka diriku slalu dtimang Nada nada yang indah Slalu terurai darinya Tangisan nakal dari bibirku Takkan jadi deritanya Tangan halus dan suci Tlah mengangkat diri ini Jiwa raga dan seluruh hidup Rela dia berikan Kata mereka diriku slalu dimanja Kata mereka diriku slalu ditimang Oh bunda ada dan tiada dirimu Kan slalu ada di dalam hatiku Lirik lagu itu tak asing bukan? Ya, bunda judulnya. Lagu yang menggambarkan sosok ibu. Hari ini menjadi ramai tentang sosok ibu. Karena hari ini hari ibu nasional.  Ibu, wanita paling hebat. Mungkin yang nanti akan "menyaingi" kehebatanmu adalah istri. Istri? Ah itu nanti saja. Sembilan bulan sepuluh hari kata teori, engkau mengandung kami. Kemana-mana ikut. Aktivitasmu jadi tidak seleluasa biasanya. Tidur pun tidak bebas. Bahkan makan pun bisa jadi akan milih-milih. Kata orang karena bawaan yang di perut.  Semua tau pengorbananmu. Saat kami ingin menatap dunia, maka engkau akan mendekat gerbang maut. Menahan rasa yang amat sangat sakit. Hanya agar engkau bisa bertemu bayimu. Dan, mulai engkau rawat kami. Dengan segala kesusahan dan kerewelan yang ada. Engkau pastikan kami tidur nyenyak. Walau harus kau tahan kantukmu. Engkau pastikan kami tak lapar dan makan enak. Walau harus kau tahan laparmu. Engkau pastikan kebutuhan kami tercukupi. Walau harus kau tahan lelahmu. Engkau pastikan kami dapat yang terbaik. Walau harus kau korbankan banyak hal. Lalu perlahan kami tumbuh besar, dan akan semakin jarang pulang. Semakin sedikit waktu untukmu.  Ibu, bagaimana perasaanmu saat kami jauh? Saat kami jarang memberi sapa. Jarang menanya kabar. Bagaimana perasaanmu saat kau melepas kami pergi? Kau lepas dengan selalu menitipkan pesan. Mencoba tegar. Namun kadang kau tak mampu membendung air matamu. Bagaimana perasaanmu? Kami tak mampu membaca perasaanmu. Tak mampu merasa batinmu. Maafkan anakmu, ibu. Maafkan.  Apa yang kami berikan padamu tak akan pernah sebanding dengan segala pemberianmu. Tak akan pernah. Lalu bagaimana andai kami belum bisa memberi apa-apa? Ya Allah.  Saat kami sadar bahwa tiap detik berlalu berarti semakin dekat kita dengan senja. Kami tak mampu memberi apa-apa. Hanya bisa berharap dan berusaha, kelak suatu saat nanti kami bisa simpulkan senyum di bibirmu. Membuatmu bahagia. Dan, tentu kami selalu ingin menjadi hartamu yang paling berharga. Yang menjadi penyambung amal baikmu saat kau berpisah dengan dunia. Menjadi amal terbaikmu dan menjembatani hingga surga.  Ibu, walau mungkin jarak dan waktu mulai jarang menemukan kita, namun yakinlah bahwa harimu bukanlah satu diantara 365. Tapi harimu selalu ada di dalam 7. Harimu bersama anakmu adalah sepanjang masa. Karena kami akan selalu bersamamu dalam doa. Seperti engkau yang tak luput menyebut kami setiap hari, dalam munajat pada Sang Mahakuasa.  Wahai Tuhan Pencipta dan Penguasa alam raya, Allah 'azza wa jala, semoga tiap letih, tiap tetes peluh, air mata, bahkan darah yang dikorbankan ibu kami terbayarkan pada diri kami yang Kau ridhai untuk menjadi sebaik hartanya. Sebaik amalnya. Agar hadirnya kami memang untukmu, ibu. 
1 note · View note
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
JUM'ATUL INTIFADHA Dulu, Allah persatukan hati umat Islam Indonesia dan menjadi sejarah besar peradaban umat manusia melalui salah satunya mulut kotor ahok. Diruntuhkan semua tembok-tembok angkuh ormas dan harakah. Dan memori itu sudah berjalan setahun lamanya. Boleh jadi hari ini, Allah pertautkan hati umat Islam dunia bahkan bangsa-bangsa yang masih memiliki nurani di dunia ini untuk bersatu melawan arogansi trump. Merajut tali persatuan melewati batas teritori. #AlQudsIbukotaPalestin. Kalian akan menjadi saksi kebangkitan umat ini. #AlQudsIbukotaPalestina dari dulu, kini, hingga nanti. Pejuang penjaganya akan lahir dari segenap mata angin di bumi ini. Semoga kita semua yang membela dapat bersujud di Al Aqsha yang merdeka. Orang macem ahok dan trump ini hanya akan berakhir hina. Dunia akan menggelar pengadilannya. Memberikan hukuman pada penjahat seperti mereka. Dan akhirat pun telah menunggu untuk memberikan balasan yang pedih lagi hina. Allahuakbar! Merdeka!
1 note · View note
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
Kenapa mutiara itu mahal harganya dan tak semua orang memiliki? Kenapa puncak gunung itu begitu indah tapi tak semua orang mampu menaklukkannya? Kenapa dan kenapa yang lainnya? Karena untuk setiap keindahannya yang sulit digapai dan sulit dimiliki itu selalu ada pajak yang harus dibayar. Ialah perjuangan. Perjuanganlah yang akan memberikan warna berbeda. Dan membuat kita mencicip rasa yang tak biasa. Dalam perjuangan itu selalu ada anasir-anasir yang menyusunnya. Ialah penyempurnaan ikhtiar. Ialah penguatan ruhiyah. Ialah pengikhlasan niat. Lillahi ta'ala. Dan semua itu ditenun di dalam kesabaran. Sabar dan bersabarlah. Karena dari sabar juga sholat itulah pertolongan akan hadir. "Sabar itu" dalam penuturan ustadz @salimafillah "tidak ada batasnya, tapi bentuknya bisa dipilih". Maka, pilihan yang tepat dalam kesabaran itu adalah terus berjuang. Memanjangkan napas dan terus berjuang. Karena sekali lagi, selalu ada pajak yang harus dibayar untuk setiap keindahan yang berharga. Orang bijak mengatakan, hasil tak akan pernah menghianati usaha. Begitulah mereka dipasangkan. Orang Jawa juga bertutur "ana rega ana rupa". Perjuangan itulah harga untuk sesuatu yang berharga, yang tak semua tangan mampu meraihnya.
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
Saat dirimu memiliki keinginan menjadi lebih baik. Maka, disaat yang sama Allah ingin kamu menjadi lebih baik. Jangan berputus asa dari rahmat dan apunan-Nya. (di Surakarta)
1 note · View note
hanafiridwand · 7 years
Text
Tiji Tibeh!
“Pangeran yang satu ini” kata Gubernur Direktur Jawa, Baron Van Hohendorff, “sudah sejak mudanya terbiasa dengan perang menghadapi kesulitan. Sehingga tidak mau bergabung dengan Belanda…”. Pangeran ini adalah trah Panembahan Senopati dari garis Raden Arya Mangkunegara Kartasura. Dialah Raden Mas Said. Yang di kemudian hari oleh Gubernur VOC Nicolaas Hartingh dijuluki Pangeran Sambernyawa.
Pengeran Sambernyawa seperti halnya para pemimpin perjuangan selalu punya rapalan penggelora semangat. Tiji Tibeh!. Mati siji mati kabeh. Mukti siji mukti kabeh, begitulah kurang lebih maksudnya. Sebuah jargon perjuangan yang menitikkan pada kebersamaan. Soliditas. Tak beda dengan apa yang selama ini guru kami ajarkan. Tentang ukhuwah. Itulah garis yang menjaga perjuangan ini tetap kokoh. Bahwa tidak sejengkal pun kaki ini mundur meninggalkan saudaranya melawan kebatilan.
Ketika dulu Pangeran Sambernyawa berjuang bersama rakyat melawan tirani kolonialisme, maka hari ini ada anak-anak muda yang meneruskan semangat itu, juga bersama rakyat melawan tirani. Tirani ini yang telah mematikan nyala hukum. Yang telah mengangkangi keadilan. Yang telah mencerabut kehormatan sebuah bangsa. Yang telah menjual harta rakyat. Karena itulah mereka bangkit berdiri. Merekalah para mahasiswa yang setia pada rakyat. Timbul tenggelam bersama rakyat. Berdiri kokoh bersama rakyat. Dan, garda terdepan membela rakyat.
Kemarin negeri ini menyaksikan betapa para mahasiswa ini yang dengan niat tulus ingin mengingatkan pemerintah tak digubris sedikitpun, padahal dulu minta didemo. Alih-alih berdialog, menemui pun tidak. Mereka malah diusir dengan anarkis. Dipukul. Dilempari batu, hingga berdarah-darah. Beberapa ditangkap dan dilucuti, dibiarkan duduk di lantai. Persis kriminal. Padahal selepas kumandang adzan maghrib, anak-anak muda ini tak lagi aksi. Mereka hanya melantunkan shalawat dan doa bersama. Nyata ini sebuah kematian keadilan.
Karena dulu ada aksi anarkis yang dibiarkan. Sampai dini hari dibiarkan. Tak ada pengusiran dengan kasar. Yang dengan nyata melakukan pembacokan, dijamu layaknya tamu. Duduk sebangku dan berbincang syahdu. Inilah senyata-nyata kedzaliman. Tidakkah ada yang salah dengan negeri ini? Tidakkah kalian juga merasakan hal yang sama?
Maka, apa yang menghalangi kalian untuk bangkit berdiri? Sudah cukup ‘bullyan’ nyinyir tentang “kemana mahasiswa hari ini”. Kita buktikan bahwa mahasiswa akan berjalan beriringan dengan keadilan. Dan biarkan saja anjing menggonggong. Kafilah tetap berlalu. Bangkitlah! Karena masih ada ketidakadilan yang nyata. Masih ada dua kawan seperjuangan kita yang ditahan. Dan sekarang bertambah dua yang ditersangkakan. Salah satunya Wildan Wahyu Nugroho. Teman juga adik saya menikmati kopi.
Belum lama saya bertemu dengan Wildan. Dan raut wajahnya masih tetap tersenyum. Seperti biasanya. Saya hanya menyapa “Piye? Isih urip?”. Dan dia hanya menjawab “Isih mas”. “Yowis, mangan sing akeh”, (saya mau teruskan ke kalimat selanjutnya “tidak tega”) lalu saya sudahi sementara untuk memesan kopi. Dan ditengah obrolan itu, dia berujar “Saya sudah siap mental mas. Sudah siap dipenjara.” diucapkan dengan santainya "tapi teman-teman juga harus totalitas", pungkasnya. Ya tentu, kami akan berjuang bersamamu. Bersama kalian yang telah mengawali.
Ini bukan hanya soal Wildan, atau Ihsan Munawwar (STEI SEBI), Muhammad Ardi Sutrisbi (IPB), dan Panji Laksono (IPB), bukan hanya untuk mereka. Tapi untuk seluruh rakyat Indonesia. Untuk kembalinya keadilan di negeri ini. Untuk terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bangkitlah dan tulis sejarahmu! Kita berjuang bersama. Meski almamater kebanggaan kita berlainan warna, tapi ia ditenun dari sari pati yang sama. Meski lambang pada jaket kita berbeda, tapi napas perjuangan kita selalu sama. Begitulah seterusnya.
Ibu pertiwi memanggil anak-anaknya. Sambutlah dan kobarkan api perjuangan itu. Gelorakan dalam jiwamu seperti halnya Bung Tomo berorasi membakar semangat arek-arek Surabaya “Selama banteng-banteng Indonesia, masih memiliki darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga”. Mari kita bersiap siaga. Kita sebarkan kisah tempo hari ke seluruh penjuru Indonesia. Dan tak lupa, selalu kita lantunkan bait-bait doa sebagai sebaik-baik senjata.
“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang. Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan. Dituduh subversif dan mengganggu keamanan. Maka hanya ada satu kata: lawan!"— Wiji Thukul. Lawan kita adalah para penjahat yang ingin merampok negeri ini. Dan juga satu jenis manusia di negeri ini yang bersama mereka, yang menghambat perjuangan kita. Merekalah penghianat!. Bangkitlah untuk melawan. Jangan perpaling dari medan perang. Karena sikap itu hanya dimiliki pecundang. Yakinlah, Tuhan bersama mereka yang berjuang untuk keadilan.
Hanafi Ridwan Dwiatmojo Mahasiswa UNS Ketua Puskomnas FSLDK Indonesia 2016-2017
Di hari ke-23 Oktober. Dari bumi Pangeran Sambernyawa. Surakarta.
1 note · View note
hanafiridwand · 7 years
Text
"Mengkristalkan Inspirasi. Melukiskan Visi"
Langit kota Deli Serdang telah gelap ketika saya mendarat di Kuala Namu untuk memenuhi undangan saudara-saudara di Aceh. Hiruk pikuk manusia yang sedang mencari jemputannya mewarnai malam itu. Pun sama dengan saya, menunggu travel yang akan membawa ke kota Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara. Kabarnya perjalanan darat yang harus ditempuh sejauh 7 jam! Tapi faktanya saya menghabiskan waktu sekitar 8 jam. Melengkapi waktu perjalanan (lengkap dengan transitnya) selama 21 jam! Bosen pasti. Capek tidak terlalu karena mayoritas duduk. Kecuali menunggu itu adalah hal yang melelahkan. Seperti menunggu kamu. Iya kamu. Tapi ternyata itu belum seberapa, karena masih ada yang lebih berpayah-payah dengan menghabiskan waktu sekitar 22 jam perjalanan darat hanya untuk bisa sampai lokasi. Ini sudah seperti Solo-Jakarta PP. "Kegilaan" macam apa ini?! Jadi untuk apa, manusia-manusia itu harus melakukan perjalanan sedemikian jauhnya? Sebagai catatan ini hanya bagian kecil dari kisah-kisah serupa di seluruh Indonesia. Jadi ceritanya, dari Jum'at kemarin saudara seperjuangan di Aceh sedang melaksanakan agenda FSLDKD XI. Agenda yang mengumpulkan seluruh pengurus LDK di regional tertentu, pada kasus ini adalah seluruh Aceh. Dan ternyata, menyambung Aceh ada Kepulauan Riau yang menghelat acara serupa, tapi untuk edisi ketiga. Ya, masih sangat muda umurnya. Di Kepri tidak kalah heroik, karena lokasi mereka berupa gugusan pulau, beberapa LDK tersebar di lain pulau. Tapi kondisi geografis tidak mengurangi semangat mereka untuk bertemu dengan saudara seperjuangannya. Untuk mengumpulkan untaian ide-ide yang nantinya akan ditenun menjadi rencana dakwah mereka masing-masing. Selain geografis yang itu pasti menguras tenaga, masih ada banyak hal yang mereka korbankan. Waktu, pasti. Disaat banyak muda-mudi berpesiar, menghabiskan waktu di mall dan tempat hiburan, atau yang sekedar nongkrong sambil main gitar di perempatan, ternyata ada anak-anak muda yang "kurang kerjaan". Berkumpul untuk sesuatu yang katanya mereka perjuangkan. Mereka juga harus mengeluarkan uang yang tentu tidak sedikit. Tentu, masih ada hal lain yang tidak terwakili disini. Dan, sekali lagi perlu dicatat, aktivitas seperti ini terjadi di seluruh Indonesia di 37 daerah FSLDK. Lalu itu semua untuk apa?. Jadi, apa sesuatu yang sangat berharga yang membuat anak-anak muda ini "menggadaikan" masa mudanya?. Jawabnya ada di ujung langit, kita kesana dengan seorang anak, anaknya tangkas dan juga pemberani.. Eh, kenapa pada nyanyi? Jawabnya, karena anak-anak muda ini hanya ingin memberikan sesuatu dalam masa hidup yang mereka miliki untuk Tuhannya. Inilah bentuk pengabdian pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka semua ingin menorehkan catatan karya diantara sekian banyak manusia yang telah berkontribusi demi agamanya. Demi bangkitnya kembali Islam. Inilah yang boleh jadi menghilangkan segala bosan, lelah, dan sekaligus meringankan setiap langkah mereka untuk berjuang. Kalau dulu, ada anak muda yang begitu terobsesi dengan sebuah mimpi besar umat Islam, hingga dirinya menginfaqkan semua masa mudanya demi memenuhi syarat-syarat untuk meraih obsesinya. Dia tau tentang mimpinya. Dia tau bagaimana melengkapi kompetensinya. Dan dia tau bagaimana menggenapi syarat-syarat pertolongan-Nya. Pemuda itu, seperti yang telah kita tahu bersama adalah Muhammad Al Fatih. Mimpi besar yang menjadi obsesinya adalah ingin menjadi sebaik-baik pemimpin atau setidaknya menjadi sebaik-baik pasukan. Untuk menaklukkan kota yang telah dinubuatkan sang Rasul yang mulia. Konstantinopel. Hari ini kita tahu dan mengimani bahwa, masih ada sunnah kanjeng Nabi yang belum menjadi nyata. Ialah Roma, selain Konstantinopel yang nanti akan ditaklukkan. Konstantinopel telah tunduk, berarti masih menyisa Roma, bukankah begitu? Dan, dulu sang Nabi juga berwasiat, bahwa kebangkitan kembali Islam itu akan berawal dari timur. Timur yang dimaksud dimana? Tentu kita bukan penganut teori kaum bumi datar, bukan? Timur yang dimaksud boleh jadi, seperti yang dikemukakan oleh ulama, bahwa dunia Islam terbentang dari barat di Maghrib (Maroko) hingga ke timur di Merauke. Tahu kan di mana Merauke? Maka, tidak mengapa kan ketika kita menggunakan teori itu dan menyimpulkan bahwa timur itu adalah Indonesia? Satu lagi, seperti yang dituturkan syaikh Abu Bakar Al Awawidah, ketua rabithah ulama Palestina ketika kunjungannya ke Jogjakarta, seperti yang dituliskan oleh ustadz Salim A. Fillah, yang intinya begini "diantara bangsa-bangsa yang telah diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi pemimpin penjayaan agama-Nya, mungkin bangsa kalian yang belum". Nah, masih kurang apa lagi? Jadi, itulah yang mungkin bisa kita jadikan sebagai obsesi untuk menjadi generasi baru Al Fatih (dengan segala kekurangan yang kita miliki) untuk menjayakan Indonesia, dan menjadikannya sebagai bangsa dan negara yang akan menjadi salah satu pelopor kebangkitan Islam sekaligus sebagai kontributor peradaban dunia yang baru. "Kebangkitan Islam adalah keniscayaan. Ada atau tidaknya kita adalah pilihan" begitu ujar salah satu guru kami, ustadz M. Fajri. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana kita melengkapi kompetensi yang dibutuhkan untuk kejayaan Indonesia dan kebangkitan Islam masa depan. Serta tak lupa, bagaimana kita menggenapi syarat-syarat untuk menghadirkan pertolongan Allah. Syarat-syarat kemenangan. Selebihnya hanya tinggal kita susun rapi dalam sebuah bingkai rencana hidup yang akan berhubungan dengan akhir perjuangan kita. Termasuk bagaimana dan dengan seseorang seperti apa yang akan menjadi teman seperjuangan mewujudkan mimpi besar itu. "Kita merencanakan" kata ustadz Hilmi Aminuddin "untuk menyesuaikan diri dengan rencana Allah." Maka, sekarang apa rencanamu? Dan bagaimana mimpi itu kita ejawantahkan agar sesuai dengan rencana kita? Semua kembali padamu. Hanafi Ridwan Dwiatmojo Soekarno-Hatta International Airport, di hari ke-15 bulan Oktober. Dari kumpulan hikmah dan inspirasi yang terserak selama perjalanan ke Aceh dan Kepulauan Riau. Secara khusus ditulis untuk seluruh saudara seperjuangan di FSLDK Indonesia.
2 notes · View notes
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
Aku ingin mencintaimu dengan cara yang sederhana, selamanya. Indonesia. Dirgahayu 72 tahun merdeka. Meski kita tau belum sepenuhnya hakikat merdeka itu terasa. Tapi, tidak bijak juga manakala tidak mensyukuri rahmat Allah Yang Mahakuasa atas nikmat kemerdekaan ini. Maka, mengupayakan sebenar-benar kemerdekaan adalah sebaik pilihan. Dan tak akan lupa, akan selalu ada namamu untuk bersanding dengan merdeka. Palestina. Terima kasih atas pengakuan dan bantuan 72 tahun yang lalu atas perjuangan kemerdekaan bangsa kami. Maka, sebagai bagian balas budi bangsa ini, kami akan meneruskan apa yang dipesankan oleh Presiden pertama negeri ini. Bahwa anak kandung Indonesia akan terus berdiri menentang penjajahan israel. Allahuakbar! Merdeka!.
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
“SAATNYA BERLAYAR!”
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia ”. Surat Ar Ra'du ayat 11.
Dalam sebuah agenda training ada seorang pembicara yang menyampaikan seperti ini, “ada satu orang yang dia dapat menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya sekaligus juga dapat menjadikan kita lebih buruk dari sebelumnya” kemudian beliau bertanya “siapa orang itu?”. Semua peserta berpikir. Termasuk saya waktu itu. Lalu ada yang menjawab begini “orang itu adalah aku”. “Aku” dia bilang. “Ya” kata pembicara itu “orang itu adalah aku. Masing-masing dari kita dapat menjadikan diri kita lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya”. Dan memang benar —tanpa menafikkan peran orang lain dalam hidup kita— bahwa pada akhirnya kita yang memegang kendali akan menjadi baik atau buruk. 
Allah menciptakan manusia dengan dua potensi. Taqwa dan fujur. Kebaikan dan keburukan. Dan pada akhirnya kitalah yang akan menentukan bagaimana cerita hidup kita masing-masing. Karena pun kita dalam kondisi buruk, tetap ada ruang untuk merubahnya, sebagaimana firman Allah diatas. Jadi ini adalah tentang bagaimana kita mengintervensi takdir kita sendiri. Tentu takdir yang memiliki ruang perubahan. Termasuk diantaranya bagaimana kita menyiapkan desain perjalanan hidup sebagai makhluk yang difitrahkan berpasang-pasangan.
Maka perjalanan itu akan diawali dari bagaimana kita memakna cinta. Cinta memang tercipta dengan keabstrakannya. Memiliki daya multitafsir bagi para penikmatnya. Terserah bagaimana mereka memilihnya. Tapi, segala pilihan akan membawa konsekuensinya. Jadi, bagaimana kita akan memakna cinta? Karena jalan panjang itu dimulai dari sini. Dari bagaimana kita mengorientasikan cinta kita. Sejarah telah banyak memberikan kita kisah. Baik yang berakhir tragis di dunia hingga di akhirat terancam hina, ataupun yang melenggang dalam tapak-tapak perjuangan hingga mencicip manis surga sejak di dunia. Kita pilih yang mana? 
Maka, sebaik panutan adalah rasul mulia, kanjeng nabi shalallahu ‘alayhi wa salam. Dimana beliau membangun cintanya diatas pondasi taqwa. Dihias dengan iman dan perjuangan. Disempurnakan dalam bingkai cinta pada Ar Rahman. Cinta inilah yang akan tumbuh subur dan berbuah keberkahan. Berkah yang berarti akan selalu bertambahnya kebaikan. Ziyadatul khair. Tidak peduli bagaimana episode kehidupan, ia akan tetap berjalan. Membawa ketenangan dalam gundah. Memberikan semangat perjuangan dikala merasa susah. Melipatgandakan bahagia ketika hati bersuka cita. Hingga ia menghadirkan suasana surga semenjak di dunia. Begitulah cinta bekerja saat ia ditambat pada Sang Mahacinta. 
Dan, di ujung dermaga menuju pelayaran mengarung samudera ini, saya pilih satu kisah cinta yang diperankan oleh Najmuddin Ayyub. Yang mana ia memiliki cita-cita besar dalam cintanya. Hingga melahirkan syarat yang tak sederhana. Dia hanya mau menikah dengan seorang wanita yang akan melahirkan anaknya dan mendidiknya untuk menjadi pembebas Al Aqsha yang mulia. Pada akhirnya dia menikah dengan wanita yang memiliki mimpi yang sama. Dan lahirlah di masa datang seorang anak yang kelak menjadi salah satu panglima besar dalam sejarah Islam. Shalahuddin Al Ayyubi. Sang pembebas terakhir Al Aqsha sepanjang sejarah. Sebelum akhirnya direbut lagi dari kaum muslimin hingga saat ini. Begitulah Najmuddin Ayyub memakna cintanya pada Allah 'azza wa jala. 
Sepertinya sudah terlalu banyak pendapat para ulama yang menyatakan bahwa, bisa jadi pembebas Al Aqsha dan pembawa kemerdekaan Palestina akan dipimpin oleh sebuah bangsa bernama Indonesia. Juga berapa banyak pendapat tentang hadits bahwa kejayaan Islam akan berawal dari timur itu? Lalu bukankan banyak ulama pun ahli yang menyatakan bahwa dunia Islam itu di tepi baratnya adalah Maroko dan ufuk timurnya adalah Merauke?. Jadi, tidak salah kan andai kita memancang mimpi dan menguatkan doa untuk memiliki kisah seperti Najmuddin Ayyub, di zaman yang berbeda. Andai meniru jejak Muhammad Al Fatih itu terlalu terjal didaki saat ini.
Tetapi begini, setiap dari kita pasti punya masa lalu. Pasti punya sisi gelap dalam hidupnya. Pasti punya cela dan titik lemah yang bisa jadi berulang-ulang diuji. Jatuh, terperosok, terjerembab, mungkin semua pernah mengalami. Lalu bagaimana kita akan memakna cinta yang sejati? Itulah kenapa pada awal serakan frasa ini termaktub firman Allah tentang perubahan dalam hidup. Yang mana Dia akan ikut campur tatkala kita yang memulai. Begitulah kiranya “aku” dalam sepenggal pengalaman saya itu menyambungnya. Dan di ujung keberangkatan ini tidak penting kiranya memikirkan masa lalu andai hanya berakhir rasa galau. Toh, Allah sudah menutupnya dengan rapi. Menolehlah ke belakang sejenak hanya untuk bermuhasabah dan mengambil pelajaran guna menjadi perbaikan. Karena jalan kita terbentang di hadapan.
Maka, akan baik kiranya ketika kita menyiapkan sebaik bekal untuk berlayar mengarungi samudera kehidupan. Terus berikhtiar menggenapi yang kurang. Memperbaiki jika ada kerusakan. Agar siap mengarungi masa depan. Berpetakan cinta pada Allah Ar Rahman. Hingga mampu memberi sebaik pengabdian yang abadi dalam rekam jejak peradaban. “Karena hari-hari ini” tulis ustadz Salim A. Fillah dalam Jalan Cinta Para Pejuang “kita umumnya telah menempatkan cinta sebagai emosi dominan dalam jiwa kita. Sehingga untuk mengubah apa-apa yang ada dalam jiwa, agaknya kita harus menyebut cinta sebagai salah satu prioritas.” “Lalu” lanjut beliau “tugas besar kita pun dimulai: ubah cinta, ubah jiwa, ubah dunia”. Bismillah. Saatnya berlayar! 
Ditulis dalam perjalanan ke Tasikmalaya. Di hari ke-7 bulan 7 tahun 2017.
Foto dari kamera teman saya. Diambil dari ujung barat Kalimantan. Ekor surga kata mereka. Dari desa Temajuk. Sebuah dermaga yang “ngangeni”. Tempat asyik bicara pada Tuhan dalam sunyi senyap perenungan. Mencari kedamaian dalam kegundahan.
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Text
"Berencana. Berkarya. Merdeka"
"Kemenangan Islam, kemenangan dakwah adalah rencana Allah. Tugas kita di jalan cinta pejuang adalah membuat rencana untuk menyesuaikan diri dengan rencana Allah itu. Rencana adalah niscaya." Sepenggal kalimat yang dipesankan oleh ustadz Salim A. Fillah dalam bukunya "Jalan Cinta Para Pejuang". Hal itu seolah menjadi salah satu refleksi kenapa FSLDK Indonesia harus lahir, dan sekarang sudah menjalani hidupnya yang ke-31 tahun. Hampir sepertiga abad bukanlah usia yang muda. Namun memang belum cukup dibilang tua. Dan disinilah saat kita harus mengevaluasi diri, apa yang sudah kita berikan, apa yang sudah kita rencanakan untuk berkontribusi dalam menyongsong kejayaan Islam. Kita lahir dalam suasana kebesaran FSLDK Indonesia. Namun sejauh kita hidup disini memang harus ada banyak hal yang diperbaiki. Karena kebesaran sejarah tidak akan berguna jika kita tak mampu mengambil pelajaran untuk sebuah perencanaan masa depan. Dari sekarang kita harus belajar menjiwai peran kita sebagai dai. Memberikan ruh dalam setiap aktivitas perjuangan kita. Menyalakan kembali ghirah yang boleh jadi mulai redup, bahkan padam. Agar apa yang kita ikhtiarkan dalam bingkai dakwah ini tak berjalan hampa. "Bukan kita yang memilih takdir. Takdirlah yang memilih kita. Bagaimanapun, takdir bagaikan angin bagi seorang pemanah. Kita selalu harus mencoba untuk membidik dan melesatkannya di saat yang paling tepat." Adalah pesan Sang Pembebas Al Aqsha Asy Syarif, Shalahuddin Al Ayyubi. Inilah kata-kata para pejuang yang memiliki ruh. Ia mengalir bersama zaman. Abadi dalam lembar-lembar peradaban. Disinilah kita belajar, bahwa detik-detik takdir kita tidak lepas dari pilihan Allah subhanahu wa ta'ala. Termasuk apa yang Ia amanahkan sekarang pada pundak kita. Untuk memikul dakwah kampus ini melalui FSLDK Indonesia. Maka, mari kita terus bekerja. Dengan segenap jiwa yang kita punya. Sebagai tanda cinta kita pada Maharaja. Karena cinta termakna memberi, bukan meminta. "Para pecinta sejati" kata ustadz Anis Matta "tak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai, mereka akan segera membuat rencana untuk memberi." Bangkitlah untuk berjaya! Dan lakukan apapun yang bisa kita lakukan sebagai wujud bakti pada negeri, dan pengabdian pada Tuhan. Karena insyaAllah, Allah telah memilih kita untuk memimpin Indonesia. Dan dari bumi Merah Putih yang kelak akan berjaya, kita pimpin peradaban untuk membebaskan Palestina yang mulia. Hingga kita dapat bersama-sama bersimpuh sujud di Al Aqsha yang merdeka. Dari kota Surakarta. Di hari ke-22 Ramadhan 1438.
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Photo
Tumblr media
"Lanjutgan!" "Kita harus melanjutkan peperangan ini" tutur Zughanush Pasha, salah satu komandan pasukan Muhammad Al Fatih saat penaklukan Konstantinopel "tanpa perlu merasa lemah. Kita telah memulai urusan ini, maka kita wajib menyelesaikannya." Sepertinya begitu pula dengan apa yang telah kita mulai selama ini. Mungkin waktu kita mengenalnya tak bersamaan. Cara kita mengenalnya pun boleh jadi beda. Tapi itu bukan persoalan. Karena pada akhirnya di jalan inilah kita dikumpulkan. Jalan cinta dalam pengabdian. Lalu kapan selesai? Orang bijak berpesan, tugas kita selesai saat tapak-tapak kaki kita menginjak surga. Dan inilah salah satu mahar yang sejatinya sangat jauh dari layak untuk ditukar surga. Kecuali dengan Rahmat Maharaja, tak mungkin kita memasukinya. Maka, pekerjaan ini harus terus dijalankan. Cinta ini harus terus diperjuangkan. Untuk sebuah mimpi besar, menjayakan Indonesia demi bangkitnya peradaban Islam. Muluk-muluk? Ah, itu persepsi saja. "Gantungkan mimpimu setinggi langit" pesan Ir. Soekarno "jika ia jatuh, ia akan jatuh di antara bintang gemintang". Sejarah telah menjadi saksi yang paling jujur bahwa kejayaan selalu dipergilirkan. Dan selalu ada pengusungnya dengan mimpi-mimpi besar mereka. Mimpi ini yang akan terus memaksa kita berjuang. Sabtu kemarin, sebuah pesan menarik dari salah satu ulama Malang, nama beliau Gus Wahid. Tapi terkenalnya Gus Arema. "Kita akan sukses dunia akhirat dengan berdakwah". Dan satu lagi dalam bahasa Urdu "Karte-karte marnahe. Marne-marne karta". Berdakwah lagi dan lagi sampai tidak ada lagi, kira-kira begitu artinya. Tapi Gus ini ngenomi sekali. Gokil. "Itu bahasa Urdu, kalaupun ada yang salah nggak akan ada yang ngerti" wkwk. Tapi yang wkwk saya bukan Gusnya. Kalau yang satunya dari perwakilan Kodim Kota Malang. Kapt Kav Wartoyo. Pesan utamanya adalah agar kita ikut menjaga NKRI. Karena di pundak kita harapan itu disematkan. Jadi, mari lanjutgan! "Lakukan apapun yang bisa kamu lakukan sebagai wujud bakti pada negerimu dan pengabdian pada Tuhanmu". Sampai akhirnya kita bersua dalam kedamaian Surga. InsyaAllah. Dan mendapat salam kehormatan dari para malaikat yang mulia. Pelajaran dari FSLDKD Malang-Pekalongan.
0 notes
hanafiridwand · 7 years
Video
instagram
"Mittsaqan Ghalidha" Salah satu tanda-tanda kebesaranNya adalah diciptakannya manusia dengan berpasang-pasangan. Ia telah tuliskan dalam garis takdir makhlukNya dengan sebaik-baik perencanaan. Dan disaat tanda kebesaran itu bertemu dalam satu ikatan, maka bergetarlah singgasanaNya. Allah sebut ini sebagai sebuah perjanjian yang agung. Mittsaqan ghalidha. Maka, sebuah janji yang mampu menggetarkan 'Arsy bukanlah sebuah peristiwa sederhana. Ia adalah bagian dari ibadah. Adalah tonggak penguat dakwah. Adalah sarana meraup berkah. Dari sini anak tangga peradaban itu dimulai pada satu arah. Untuk meraih segala keridhaan dari Sang Maha Mawaddah, dan bermuara pada jannah. Semua dimulai setelah satu kata. Sah! Baarakallahu lakuma wa baraka 'alaykuma wa jama'a baynakuma bi khair untuk mbak dan suami. Pada pertengahan bulan Mei. Di hari ke-15, kujalankan apa yang menjadi tugas besarmu, Pak. Hari-hari bersejarah yang akan datang tak akan lagi kau bersamai. Tapi keimanan kami pada takdir telah usai. Inilah sebaik-baik perencanaan dari Allah. Maka, hanya ada satu jalan untuk berterima kasih padamu, juga ibu. Menjadi satu diantara tiga pelitamu. Doaku bersama dengan perjalanan waktu. Beberapa kali dikira yang jadi manten -_- Tapi nggak apa. Mungkin itu cara Allah membuat orang-orang mendoakan. Heuheu. Ini pertama kali bikin video. Bagus juga ternyata. Tapi ada suara bayi nyelip. Wkwkwk.
0 notes