Seorang istri dan ibu yang berusaha memantul setiap hari 🏀
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Delapan Tahun Perjalananku
Perjalanan delapan tahun berada di profesi ini rupanya lumayan menantang, menuntut aku untuk selalu matang dalam mempersiapkan segala sesuatu dalam pekerjaan. Lingkungan yang kental dengan senioritas dan terkadang ada jarak yang jauh antar profesi lain membuat aku harus selalu sadar dengan siapa aku berinteraksi. Membenahi cara komunikasi, memberanikan diri mencairkan suasana ruang kerja yang terasa kaku karena mood tidak baik dari salah satu dari kami akibat beberapa pendapat yang tidak sejalan atau mungkin tak sengaja ada yang membawa keresahan dari rumahnya.
Meniti karir hingga sejauh ini ternyata adalah jalan untuk aku terbentuk menjadi pribadi yang berani mencoba padahal dulu sangat penakut terhadap hal baru, jadi lebih sadar bahwa belajar tidak bisa berhenti, jadi lebih peka pada apa yang dirasakan dan dibutuhkan diri sendiri, lebih tahu batasan yang harus diterapkan terhadap orang lain. Memang sangat terasa capeknya, tapi juga terasa buah dari proses yang aku jalani. Tidak menyangka bahwa aku ternyata bisa sekuat itu.
Banyak masa struggle yang berhasil dilalui. Saat harus meninggalkan bayi pertamaku untuk tetap masuk bekerja meski dalam masa pandemi, mendadak diamanahi kepercayaan yang sama sekali belum tahu ilmunya dan harus kerja keras menyelesaikan hal itu, episode hamil anak ke-2 dan sakit-sakitan, beberapa hal berat yang tak terduga tapi bisa dilalui membuat harus banyak bersyukur pada Allah dan berterima kasih pada diri sendiri.
Salah satu hal yang menyenangkan pernah berada dalam tim yang di dalamnya adalah orang-orang yang suka belajar, jadi bisa bertumbuh sama-sama. Diskusi diantara kami seringnya berjalan hangat dan diselingi candaan membuat sesuatu yang serius terasa lebih chill. Sedikit berselisih hal biasa tetapi tidak sampai meruncing dan berkepanjangan.
Kami malas membahas perkara yang sia-sia tentang siapapun sepanjang tidak berdampak buruk pada tim kami. Lebih memilih fokus dengan segala yang bisa dikendalikan dalam tim, ketimbang meributkan kehebohan di luar sana. Supaya suasana ruangan kami tetap adem di hati serta meminimalisir distraksi. Salah satu rejeki yang mahal dan jarang sekali aku temui di sepanjang perjalanan karir ku. Padahal dulu saat awal-awal memulai karir menyangka bahwa tim seperti ini hanya cerita orang lain saja, tapi nyatanya bisa merasakan juga.
Dari kebersamaan dengan tim ini jadi banyak belajar bahwa tempat bekerja bukan sekedar demi mencari uang, mengejar jabatan, menunaikan rutinitas melainkan bisa jadi tempat aku untuk menemukan teman cerita yang nyaman, bertukar pikiran, menjadi pendengar saat salah satu dari mereka butuh didengarkan, seperti keluarga kedua. Bisa merasakan bagaimana masalah serius tapi bisa terselesaikan tanpa harus bersitegang, cukup dengan komunikasi dengan kepala dingin dan asertif. Semoga kedepannya bisa lebih sering dipertemukan dengan orang-orang seperti ini dimana pun aku ditugaskan.
0 notes
Text
Roti Lapis yang Serba Oke
Dikira sudah benar-benar lepas dari jabatan si people pleaser tapi ternyata belum sepenuhnya. Mungkin keberhasilannya masih sekitar 30%. Karena buktinya cara asertif yang dilakukan masih sering gagal terutama pada mereka yang merasa selalu benar, mereka yang selalu merasa paling berkuasa, mereka yang hanya POV-nya dari diri sendiri saja. Harus selalu latihan sepertinya.
Sejak kejadian penghujung tahun 2024 banyak bahan tafakur, barangkali......dinilai belum pantas dan belum siap karena tahu apa yang harus diprioritaskan tapi masih belum berani mengambil langkah untuk itu. Masih egois terhadap orang serumah, bahkan mungkin lagi-lagi mengabaikan hak diri sendiri, belum bekerja sama dengan baik dalam memelihara kepercayaan yang sudah diberikan. Padahal untuk mendapatkan kepercayaan yang saat ini ada sebegitu susah payahnya. Bagaimana diberi amanah lebih kalau masih seperti demikian?. Ini bukan menyalahkan tapi jadi bahan koreksi untuk diri sendiri.
Serba di-oke-in, serba di-iya-in, tapi ternyata diujungnya terlihat seperti ada yang curang, terkesan tidak adil. Cape sendiri, kewalahan sendiri, sisanya orang lain tetap tidak peduli. Overthinking pun bermunculan. Ingin berhenti saja, karena pada dasarnya yang akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi terhadap diri sendiri ya diri itu sendiri bukan orang lain. Apa daya peran roti lapis ini sepertinya belum usai. Semoga kabar baik segera datang seiring doa yang lebih sering dilangitkan akhir-akhir ini.
#rotilapis
#belajar
#bertahan
#pagi

0 notes
Text
Hal Indah Butuh Waktu
Usaha sudah dilakukan, doa sudah dipanjatkan, tapi hasilnya belum juga kelihatan. Wajar kalau muncul rasa lelah, bahkan kecewa. Tapi satu hal yang sering terlupa—hal indah butuh waktu. Lama? Ya, memang lama.
Tidak semua hal bisa didapat dengan cepat. Kadang perlu jatuh dulu agar tahu caranya berdiri. Kita perlu belajar sabar, belajar ikhlas, dan terus berjalan meski pelan. Setiap proses punya tujuannya sendiri, dan tidak ada yang sia-sia kalau dijalani dengan sungguh-sungguh.
Mungkin sekarang terlihat belum ada perubahan, tapi siapa tahu, sedang ada hal besar yang sedang Allah siapkan. Justru di saat-saat paling berat, biasanya perubahan sedang tumbuh diam-diam. Maka jangan berhenti. Terus melangkah, sekecil apa pun langkahnya.
21 notes
·
View notes
Text
Saya barusan membuat sebuah tonton edukasi untuk anak tentang waktu yang tepat untuk gosok gigi.
Sudah bisa di download di https://lnkd.in/gcsx3PNb
semoga bermanfaat 😉
0 notes
Text
Sering sekali merasa minder dengan mereka yang baru saja berumah tangga tapi kehidupannya (terlihat) lebih shuttle. Leluasa dalam mendidik dan membesar buah hati mereka, sepertinya minim drama dalam hari-hari rumah tangganya. Bisa tetap leluasa berkarir karena ada fasilitas yang menunjang untuk itu. Kalau butuh apa-apa kelihatannya tidak usah pusing soal biaya. Lelah yaaa..tinggal healing saja.
Aaahhh padahal bisa jadi itu hanya yang terlihat. Kenapa diri ini malah lebih sibuk membandingkan dengan orang lain daripada bersyukur.
Padahal sudah dicontohkan dalam rumah tangganya putri kesayangan Rasulullah SAW. Bagaimana mereka tetap mulia dalam segala kesulitan yang dihadapinya.
Untuk membacanya bisa lewat link berikut
https://lynk.id/hanin.project/wm1mnpnxyxxk/checkout
Semoga terbantu dalam menenangkan hati dan kembali fokus pada proses diri sendiri.
0 notes
Text

GERAM
Nampaknya doa ini menjadi salah satu doa yang rajin kita langitkan dimalam-malam penghujung Ramadhan tahun ini. Karena sering kali gebrakan para pemimpin yang membuat marah dan kecewa kita lihat dan dengar hampir setiap hari. baik dari media sosial maupun melihat, mendengan dan merasakan langsung.
Sejauh perjalanan karierku, Jumat minggu lalu aku dengan sesama teman sejawat satu profesi maupun yang berbeda profesi berdemo mendatangi kantor walikota. Semua berjalan aman dan tertib. Tetapi suasana hati tetap memanas. Kami sampaikan segala unek-unek dan kebingungan kami atas kebijakan yang mereka buat yang ternyata hanya menjadi pemantik kemarahan kami.
Kebijakan yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Entah mungkin karena kesehatan dan pendidikan katanya saat ini tidak dipentingkan lagi, sehingga kesejahteraan para tenaga kesehatan pun tidak lagi diperhatikan.
belum lagi pemerintah pada lini paling atas semakin tak terduga lagi kebijakannya. Hanya membuat semakin kepayahan para rakyatnya. Menganggap lelucon masalah serius yang dialami bangsa saat ini. Sepertinya sudah sangat tepat doa Nabi Musa ini kita panjatkan sesering mungkin. Sambil terus memohon agar keturunan kita dijauhkan juga dari pemimpin menyebalkan seperti ini.
0 notes
Text
Kata orang lain posisi ini adalah posisi yang penuh keberuntungan. Mereka menyangka bahwa dengan berada diposisiku kini tidak ada lagi kata ‘sulit' dalam kehidupan. Coba kembali menelisik kedalam hati apakah ini karena aku yang tidak bersyukur?
Berkali-kali ingin berhenti berproses pada hal yang satu ini. Karena tidak seperti yang berlaku pada orang lain, benar-benar tidak terduga. Sering merasa hanya membuang waktu dan tenaga saja, sedangkan hal lain yang harusnya lebih diprioritaskan terpaksa harus ditunda. Akhirnya berujung lintasan-lintasan penyesalan.
0 notes
Text

Sepulang Kerja
Bisingnya ruangan kerja membuat aku kesulitan fokus. Distraksi sana-sini sering kali membuyarkan konsentrasi yang susah payah aku pertahankan. Bising diruangan kerjaku karena alat bergantian digunakan ditambah ocehan orang-orang soal keberatan mereka dengan kebijakan baru yang geger di seantero negeri ini. Alih-alih meringankan dan menjadi solusi, malah mendatangkan kemalangan untuk sebagian besar orang di tanah air.
Hari-hari ku terasa lebih berisik dari biasanya. Aku tidak tahu bagaimana meredam semua ini supaya aku bisa tetap berpikir jernih dan berperilaku baik. Bukan demi terlihat baik-baik saja didepan orang lain, melainkan demi ketenangan batinku.
Ditambah perlakuan teman kerja yang tidak aku mengerti, kenapa bisa-bisanya dia melakukan ini? Membuat aku semakin dalam menghela nafas untuk menenangkan diri.
Apa yang ingin Allah lihat dari serentetan kejadian tidak menyenangkan ini? Dan apa yang harus aku lakukan? Ingatanku selalu terbang ke arah pertanyaan itu.
Aaahh kehidupan dunia. Kemarin berbahagia dengan kabar yang ditunggu-tunggu, besok bisa jadi bersedih karena kehilangan. Kemarin masih bersama-sama tim yang solid, besoknya tiba-tiba harus kerja keras menyesuaikan diri dengan tim yang berada orientasinya. Kemarin masih leluasa dengan waktu luang dan kesehatan, besoknya malah sakit karena kelelahan fisik dan mentalnya.
Aku putuskan untuk tidak mengejar bahagia diatas tanah yang fana ini.
0 notes
Text
ANAK DEMAM
Jagoan kecilku kembali tertidur pulas. Nafasnya lebih teratur dari sebelumnya. Suhu tubuhnya masih 39°C. Dari tadi terus menolak diajak buang air kecil dan gosok gigi. Katanya kepalanya pusing. Setelah beberapa kali dibujuk akhirnya mau juga meski sambil menangis manja.
Risau sekali kalau anak sakit. Menguatkan buah hati agar dia sabar dalam menjalankan apa yang menjadi takdirnya ternyata menguras energi. Saat seperti ini istigfar adalah teman setia yang memenangkan ditengah gempuran overthinking yang terus menyerang.
Lebih dari lima menit aku beranjak dari sebelahnya dia terus memanggilku sambil menangis. Akhirnya aku kembali kepadanya dan belum berhasil menyelesaikan pekerjaan rumah apapun.
Setiap kali dia sakit menjadi salah satu momen yang menyadarkanku bahwa aku berharga dan pantas untuk dibutuhkan. Sekalipun mungkin diluar sana aku nyaris seolah tak ada apa-apanya, tetapi aku menjadi segalanya untuk buah hatiku ❤

0 notes
Text
YANG BARU
Kembali merasakan suasana baru, dengan orang-orang baru, ritme kerja yang baru, lagi-lagi menyesuaikan dengan lingkungan baru selalu menjadi tantangan untukku. Apalagi ditempat baruku senioritas masih tetap ada meski longgar.
Dua tahun kebelakang masih bersama orang-orang yang senang belajar, terbiasa berdiskusi dengan cara yang santun, tidak overthinking, apa adanya. Saling mengingatkan dengan cara yang baik, mengajak dengan cara yang lebih aman untuk siapapun yang mereka ajak. Tidak ada senioritas ternyata senyaman itu. Masih menjadi tempatku singgah saat jam istirahat hingga menjelang absen pulang setelah semua pekerjaanku selesai. Rejeki yang sangat aku syukuri bisa bergabung dengan mereka hingga saat ini.
Jadi banyak belajar dari kebersamaan selama dua tahun ini. Untuk menjadi disegani tidak perlu menjadi senior yang merasa lebih tahu dan lebih baik. Memberikan kesempatan untuk setiap orang melakukan kesalahan adalah hal yang wajar dan manusiawi serta meyakini bahwa akan selalu ada solusi dari kesalahan tersebut.
Untukku terlalu disayangkan jika pergi ke tempat kerja namun hanya menyelesaikan pekerjaan saja, lalu kenyamanannya diabaikan. Rejeki ditempat kerja harusnya tidak melulu uang sebagai penghasilan tetapi kerja sama yang nyaman bersama setiap orang didalamnya juga adalah sesuatu yang pantas diusahakan untuk terwujud lalu disyukuri sebanyak-banyaknya. Karena kalau hal ini dilupakan, rasanya jauh dari kata betah.
Sekarang dengan lingkungan baru ini pergi bekerja menjadi lebih berat. Berkali-kali harus luruskan niat tapi sangat rentan untuk berbelok. Dalam hati terus bergejolak, ingin sekali keluar dari rutinitas tak menyenangkan ini. Kembali pada realita, masih ada keluarga yang harus aku bantu padahal aku ingin sekali bisa lebih fleksibel dalam bekerja supaya bisa leluasa menemani suami dan anak kemana pun mereka pergi, kapanpun aku dibutuhkan. Klise sekali, dilema generasi sandwich.
0 notes
Text
TULISAN SAAT CAPEK
Dua bulan sejak kehilangan buah hati. Duniaku yang semula seolah berantakan perlahan tertata kembali. Meski aku belum bisa bergerak cepat dalam beraktivitas seperti sebelum kehilangan itu terjadi. Bukan belum bisa, mungkin lebih tepatnya belum mau. Aku coba munculkan lagi mimpi yang pernah aku tunda untuk aku ikhtiarkan. Tetapi mimpi itu pun tak cukup kuat untuk menjadi pemantik api semangat dalam menjalani hari-hariku.
Badan masih gampang lelah, mental juga masih sangat mudah menyerah. Fokusku melemah, malas sekali mengikuti putaran hari yang menuntut segala serba harus cepat selesai. Hingga aku lupa mengerjakan empat rakaat shalat dhuha dan dzikir pagi. Apa yang ku kejar. Bahkan yang aku lakukan ditempat kerja terasa hampa makna. Mungkin karena orientasiku juga berubah, tentunya setelah kehilangan dua bulan lalu.
Semua orang meributkan kebijakan baru mengenai penghasilan ditempat kerja. Ada yang geram, kesal, pasrah. Aku, tentu aku menjadi salah satu yang pasrah dan ogah membahas lebih dalam dan lebih jauh soal kebijakan baru itu. Meski sebenarnya, tidak munafik membuat aku harus memutar otak agar aku tetap bisa berpenghasilan membantu suami dan keluargaku.
Tapi biarlah Allahﷻ saja yang atur dan penuhi semuanya. Aku justru malah ingin lebih banyak merapatkan hatiku pada Allahﷻ . Aku sedang ingin mengabdikan diriku pada suami, ingin selalu ada untuk anak sulungku. Berharap Allahﷻ juga rejekikan karier lain yang halal dan rebih barokah untukku dan keluargaku. Itu saja.
Ternyata dalam masa-masa seperti ini aku baru menyadari bahwa syukurku sangat sedikit sekali atas apa yang telah Allahﷻ rejekikan. Sabarku masih sangat lemah padahal ada orang lain yang lebih merasakan pedihnya hidup. Takutku bukan pada kematian dan kehidupan setelahnya, melainkan lebih pada duniawi sereceh penilaian orang atas diriku.
Aku terlalu keras menyuruh diriku untuk serba cepat dalam melaksanakan peran sebagai istri, ibu, karier di luar rumah dan hal-hal duniawi lainnya. Beban menjadi si sandwich yang sering terasa berat, menggoda untuk runtuhnya keikhlasan, tertinggal niat ibadahnya. Bahkan saat badan mulai sakit tanda protes, malah menurutuki sakit tersebut, seolah menjadi penghalang dalam aktivitas keseharian.
Kini biarkan aku lebih pelan atas semua urusan dunia, aku tak mau gegabah. Lebih baik mengencangkan langakahku meniti jalur langit yang lebih menenangkan. Karena suatu saat aku pasti akan pulang dan kepulanganku ingin menjadi sangat indah, bertemu dengan Tuhanku Allahﷻ, Rasulullah ﷺ dan buah hati kesayangan.
0 notes
Text
Kembali berada dilingkungan baru memang selalu menantang untukku. Ada banyak hal yang menguras energiku. Ya, tidak mudah untuk aku bisa akrab dengan orang baru tapi sejauh ini aku selalu bekerja keras untuk itu meski itu sangat melelahkan. Ini hari ke empat aku bekerja di ruangan yang baru.dari beberapa hari sebelum aku pindah ruangan aku coba menyiapkan mentalku, semampuku, untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang ada.
Dan benar saja, ada banyak hal yang tidak sesuai dengan kebiasaanku bahkan dengan velue yang aku pegang. Tapi aku tidak bisa menghindar untuk hal ini. Harus tetap dihadapi dan fokus pada apa yang bisa aku kendalikan. Semoga dipermudah segala sesuatunya.
0 notes
Text
Bersyukur selama dua tahun ini bekerja tetapi nyaris tanpa beban. Suka dengan pekerjaannya, dengan orang-orang dalam timnya, dengan ritme kerjanya.Tidak usah gedebak-gedebuk menghadapi hari senin dan setiap hari dilewati ringan begitu saja. Bagiku itu rejeki yang luar biasa. Benar-benar dua tahun yang menyenangkan ditempat kerja.
Rumit sekali cara Allah satukan kami dalam team ini dari berbagai latar belakang hobi dan berbagai pengalaman kerja diberbagai tempat, berbagai usia, tapi kemudian kami bertemu dan kompak. Apapun kesulitan yang dihadirkan Allah kami hadapi bersama dengan itu malah menjadi bonding untuk kami dalam team ini.
Kami suka bercerita satu sama lain, saling bantu, sampai masak-masak dan makan bersama saat hari libur. Jadi tak terasa lagi bosan dengan lingkungan kerja. Diminimalisir ghibah dan menjaga omongan sekalipun bercanda adalah hal yang membuat vibes diruangan kerjaku selama dua tahun ini terasa selalu positif. Mungkin akan kehilangan jika suatu saat nanti harus berpindah dari team ini.
Dulu aku kira kenyamanan kerja seperti ini hanya bayangan saja, eehhh taunya beneran ada dan Alhamdulillah Allah izinkan aku alami sendiri. 💞
0 notes
Text
Dari kemarin isi otak ku sangat semrawut. Tumpukan kebingungan dan keresahan yang dibiarkan berisik sejak sebulan lalu rupanya kini sudah tidak bisa terbendung lagi untuk segera diuraikan kedalam bentuk tulisan.
Keadaan fisik yang berangsur pulih ternyata tidak serta merta membuat pikiran ku jernih dan jauh dari semrawut. Tetap ada beberapa kebingungan dan keresahan yang aku rasakan dan harus aku selesaikan.
Salah satu keresahan yang tidak pernah hilang adalah mengenai membersamai anak. Apalagi setelah kejadian akhir November 2024 membuat aku semakin tidak ingin kehilangan moment dengan buah hati semata wayangku. Aku sudah tidak ingin membicarakan soal resign dengan suami. Menjadi full time mother cita-cita yang tidak lagi aku perjuangkan dengan penuh ambisi. Justru kini yang ada di otakku adalah bagaimana aku bisa memiliki penghasilan tambahan agar aku bisa mendapatkan uang lebih untuk membeli waktu.
Supaya aku bisa ibadah tenang, me time tenang, menemani suami dan anak juga leluasa tanpa terbebani oleh tuntutan pekerjaan di kantor yang mengikat.
Aku sadar kebingungan dan keresahan ini juga bisa jadi berangkat dari kurangnya ilmu. Lebih tepatnya aku yang tidak punya ilmunya sama sekali atas hal-hal yang aku bingungkan dan resahkan. Kalau diingat-ingat banyak kelas yang aku ikuti tapi yang di aktualisasi hanya sebagian kecil saja. Sungguh sia-sia rasanya.
Ayolah badanku, segera sepenuhnya pulih dan lebih sehat walafiat dari sebelumnya. Ada banyak hal yang harus diteruskan, ada juga yang harus kembali dimulai dari awal. Semua harus di jalani. Seperti yang diketahui, bisa jadi perjalanan tidak selalu sesuai harapan. Karena apa yang diminta lewat doa, sudah sepaket dengan segala konsekuensi dan resikonya. Makanya perlu niat lurus, fisik dan mental yang kuat, hati yang ikhlas serta lapang, ilmu yang benar serta baik juga keberanian yang tidak hanya bertahan sehari dua hari, supaya bisa menempuh perjalanan ini dengan segala kejutan didalamnya.
0 notes
Text
FOKUS
Dari serentetan kejadian ditahun 2024, banyak sekali yang pantas disyukuri. Banyak pelajaran berharga yang didapatkan. Mencoba flashback dari mulai awal tahun hingga ke Desember, beberapa hal yang perlu aku tandai tebal pakai stabilo.
Mulai dari pengambilan keputusan yang kadang masih terburu-buru, semangat belajar yang redup karena kondisi fisik yang sedang ringkih dan kemudian diikuti semangat ibadah yang juga ikut kendor.
Tersadar penting sekali memiliki fisik yang sangat dan kuat. Teringat masa-masa saat aku gadis, badan yang fit pikiran pun jernih, semangat belajar, semangat bertemu dengan pengalaman baru.
Menjadi lemah dan rapuh rupanya melelahkan, tapi harus terus sabar meski kadang tergoda juga untuk menyerah dari berusaha lebih kuat. Sayangnya, orang lain siapapun itu tidak akan terus menerus ada untuk kita. Jadi siapa lagi yang pantas untuk disayangi dan diandalkan kalau bukan diri sendiri. Menjadi sehat dan kuat segala sesuatunya menjadi fokusku kedepannya. Semoga ikhtiarnya dimudahkan, diridhoi dan dipahalai.
1 note
·
View note
Text
MENJADI IBU
Sering aku menginginkan karir yang cemerlang di kantorku. Punya prestasi, diberikan ucapan selamat, menyebarkan ilmu yang aku dapatkan untuk orang banyak. Mungkin kalau demikian jenuhnya bekerja akan sangat berkurang karena bisa lebih percaya diri dan hal lain yang aku lakukan.
Kadang aku juga berpikir, ingin melakukan hal lain diluar jam kerja, yang bisa membuatku bertambah relasi, penghasilan dan pengalaman. Akhirnya aku ikut semacam kelas self development dan setelah beberapa bulan berjalan ternyata ada banyak pembahasan yang sesungguhnya belum aku butuhkan saat ini. Bukan berarti ilmu di kelas tersebut tidak berguna, tentu bermanfaat tetapi untuk beberapa hal mungkin lebih cocok untuk aku lakukan beberapa bulan dan beberapa tahun kedepan.
Rupanya aku tidak usah mencari pengakuan dari orang lain diluar sana. Ada seseorang yang ternyata selalu merindukan keberadaanku, membutuhkan pelukan dariku, senang dengan cerita-ceritaku, menerima aku apa adanya, memujiku, sungguh aku berharga untuknya. Aku jadi sadar bahwa, sudah seharusnya hal ini aku syukuri.
Tak apa dengan semua hal diluar sana yang belum sejalan dengan harapanku. Saat ini aku sedang ingin membersamai sang jagoan kecil, dan untuk beberapa cita-cita yang pernah aku tunda, pelan-pelan akan aku ikhtiarkan seiring semakin tumbuh dan berkembangnya buah hatiku.
0 notes
Text
SANDWICH YANG SEDANG TIDAK BISA APA-APA
Mungkin ada diantara kita yang rentang usia 30 sampai 40 tahun, sudah berkeluarga tetapi masih menjadi tumpuan finansial untuk orang tua. Sedangkan kita sudah menikah dan punya anak, usia pernikahan masih terbilang muda, serta keadaan ekonomi yang bisa dikatakan belum stabil.
Aku harap kamu bukan salah satunya. Tapi, apakah kamu pernah membayangkan bagaimana rasanya jika ada diposisi tersebut?.
Mungkin untuk kamu yang mengalaminya, berbagi atau membantu orang tua bahkan saudara setelah kamu berumah tangga tidak bisa seleluasa saat kamu single dulu, meskipun bantuan yang kamu keluarkan adalah hasil dari kerjamu, bukan pemberian pasanganmu. Mungkin juga diantara pasangan kamu ada yang heran, atau bahkan cemburu kenapa kamu masih harus menjadi tumpuan finansial untuk orang tua.
Beruntung jika memiliki pasangan yang mengerti dan siap dengan hal ini sejak sebelum menikah. Namun, akan menjadi petaka jika tidak disampaikan jauh-jauh hari sebelum sepakat ke pelaminan. Karena setelah menikah prioritas kita akan berbeda. Bukan berarti bebas mengabaikan orang tua atau saudara yang butuh bantuan, tetapi ada hak yang harus kita penuhi terlebih dahulu. Sebagai muslim hal ini sudah dijelaskan dalam agama, dan sudah semestinya seperti itu pelaksanaan dilapangannya.
Bisa jadi kamu yang masih harus membantu memenuhi kebutuhan ekonomi orang tua sering merasa lelah karena harus menunda beberapa keinginanmu demi terpenuhinya hak pasangan dan anak, ditambah dengan harus membantu finansial orang tua. Masih untung jika dalam keadaan lapang ekonomi, waktu dan segala sesuatunya. Akan berbeda cerita apabila qodarullah sedang berada dalam keadaan sempit, serba sulit dan terhimpit, hal itu membuat hati seperti teriris dan kepala jadi sakit karena tidak bisa membantu walau sedikit.
Kalaupun beberapa diantara kita ditakdirkan menjadi si ‘sandwich' tak apa, jangan selalu disesali dan menyalahkan keadaan atau siapa pun. Siapa tahu ini adalah salah jalan untuk kita bisa terbebas dari berbagai ganjaran dosa yang tak cukup dihapus lewat taubat atau istighfar. Menjadi pendorong semangat dalam segala ikhtiar benar dan baik untuk tujuan yang Allah suka. Menjadi pemantik untuk terus berusaha menjadi diri kita yang lebih baik kedepannya.
Tidak usah juga bertanya-tanya kapan semua berakhir. Mintakan saja keluasan segala bentuk rezeki untuk kita, minta juga ridho-Nya. Komunikasikan dengan pasangan dengan cara yang jelas, jujur, dan lembut. Tetap patuhi apa yang harus diprioritaskan, pilah mana yang pantas ditunda atau bahkan diabaikan. Karena tidak semua hal harus di-iya-kan.
0 notes