hariyangbaru
hariyangbaru
Anonim
5 posts
Menemukan aku yang lain | Sky lover as well 🌌🌌
Don't wanna be here? Send us removal request.
hariyangbaru · 2 years ago
Text
Orang Tak Selalu Paham tentang Kita
Yah, kadang satu perkataan dari seseorang bisa dimaknai macam-macam oleh orang lain.
Misalnya kamu bilang "aku pengen pergi ke Jogja". Kadang temenmu menafsirkan sebagai "Dih, dia ga mau liburan ke Bandung, atau Surabaya, atau Bali."
Yah, padahal orang pertama kan cuma bilang tentang Jogja ya. Tapi toh, kadang kalau udah ga suka, hal segamblang itu bisa-bisanya dimaknai sebagai sebuah ketidakmauan atau penolakan akan hal lain.
Yah, itu cuma contoh yang agak netral sih. Kalau udah menyangkut personal orang, ya lebih ekstrim lagi. Kadang permintaan maaf kayak "Maaf, aku gak bisa datang" aja dianggap sebagai tidak setia kawan, gak menghargai yg ngundang, dianggap gak mau berteman, dan sejenisnya. Padahal ya siapa tahu emang beneran gak bisa datang kan tuh orang.
Yah, namanya juga dunia. Salah paham sudah terlalu biasa. Senyumin aja yekan. 😉
1 note · View note
hariyangbaru · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Melajulah Meski Kamu Merasa Sendirian] Jalan ke depan akan berkali lipat lebih berat. Mungkin kamu baru saja selesai dengan keterpurukan dalam pikiranmu sendiri. Tetapi beban terus berdatangan, sementara kamu sulit keluar dari tekanan. Sangat sulit untuk mengambil langkah pertama yang akan membantumu. Bahkan begitu sulit untuk memahami kesulitanmu sendiri, hingga kamu menahannya sendirian. Mungkin kerinduanmu akan seseorang sedang tumbuh lagi. Seseorang yang dapat membantumu melangkahkan kaki, atau paling tidak, kamu dapat merasakan dukungan dari orang yang kamu maksud itu. Begitu hingga kamu menemukan cahaya dari jalanmu yang seakan gelap. Berdoalah, kamu akan lebih dekat kepada apa atau siapa yang ada dalam doamu. Dan saat itu kamu yakin, bahwa tidak pernah tidak ada yang mendukungmu. Hanya, selalu ada yang nyata dan tampak, selalu ada yang sembunyi. Maka melajulah, meski kamu hanya merasa sendirian. Kenali dirimu, dan tujuan yang telah kamu tetapkan. Kamu sendiri, tetapi kamu tidak sendiri untuk merasa sendiri. Sesungguhnya, yang tidak terlihat olehmu, orang-orang juga melaju dengan kesendirian mereka. Aku pun sama. Mari melaju dalam kesendirian kita, untuk suatu saat bertemu lagi. Gambar: Pinterest @30haribercerita #30haribercerita #30hbc1806 (di Jalan Kehidupan)
0 notes
hariyangbaru · 7 years ago
Text
Dan Kamu Selalu Mengalir Bersama Waktu, Kataku
Perjalananmu sampai titik ini tidak mungkin tanpa alasan. Kamu pasti berjalan diiringi oleh waktu, ya waktumu sendiri. Pun dengan aku. Ada kalanya waktu kita bersinggungan, hingga kita bertemu. Akan tetapi, bukankah dulunya kita memulainya pada satu titik?
Setelah titik ini, kamu mungkin akan memasuki waktu yang lain. Dan mungkin ada yang memasuki kepalamu seperti pertanyaan-pertanyaan yang sampai saat ini kamu belum menemukan jawaban itu. Tetapi kamu akan memasuki waktu yang lain itu, bagaimanapun.
Bahwa setiap waktu yang mengiringimu selalu menyembunyikan suatu pelajaran. Mungkin kamu sudah menyadari beberapa. Mungkin juga masih ada yang tersembunyi. Mungkin rahasia itu baru akan terkuak di waktu yang lain. Itu biasa. Selama kamu masih mengalir dengannya, selama itu pula kamu dapat terus belajar.
Ada kalanya kamu menemui satu titik dimana kamu dapat mempercepat waktumu, dan sebaliknya. Maksudku, ada suatu peristiwa yang menjadi titik bagimu untuk mengambil suatu keputusan penting dalam hidup, entah apapun itu. Jadi, kamu seharusnya tidak kaget apabila ada orang yang mengatakan, "(ia) hanya butuh waktu", "hanya masalah waktu", dan sejenisnya, sebab seseorang selalu mengalir bersama waktunya.
Dan kamu selalu mengalir bersama waktu, kataku. Jadi mari berjalan saja. Kamu dengan waktumu, aku dengan waktuku. Bagaimanapun, suatu ketika, akan ada waktu yang bersinggungan dan bersatu (terus menerus), lalu kita dapat menyebutnya sebagai "waktu kita".
1 note · View note
hariyangbaru · 7 years ago
Text
Apa yang Saya Lakukan dalam Kesendirian
Banyak hal, tetapi biasanya, saya hanya ingin berpikir kembali sudah sejauh mana saya melangkah dan akan ke mana saya selanjutnya. Akan tetapi, dua pertanyaan itu seperti sepasang kekasih yang pada akhirnya menikah, dan melahirkan pertanyaan-pertanyaan lain. Nah, di situlah saya mulai mengurus “anak-anak” mereka.
Hanya untuk menjawab sejauh mana, saya kembali harus membuka beberapa ingatan saya. Bukan hanya soal apa yang saya lakukan, tetapi juga apa akibat dari apa yang saya lakukan. Saya selalu menarik suatu simpulan, bahwa suatu saat nanti, apa yang saya lakukan itu akan membawa saya ke suatu muara, entah apa. Misalnya, saya bertemu denganmu untuk alasan yang saya sendiri tidak tahu apa. Mungkin, pada pertemuan denganmu, saya melakukan beberapa hal, dan di masa depan, mungkin saya akan menerima sesuatu atas apa yang saya lakukan. Atau, saya akan memberi sesuatu atas apa yang kamu lakukan.
Akan tetapi, dalam beberapa kesempatan, saya lebih condong memikirkan hal yang buruk, seperti kegagalan, atau sesuatu yang membuat saya merasa diri saya tidak berguna (teman saya selalu bilang untuk berterima kasih kepada diri sendiri, tapi toh saya juga tidak dapat menghilangkan sisi saya yang satu itu). Apa yang membuat kegagalan itu? Bila saya sudah menemukan jawabannya, saya akan beranjak pada pertanyaan berikutnya, apa yang akan saya lakukan?
Ini adalah bagian paling sulit dalam kesendirian saya, mungkin. Menentukan arah. Saya harus mengakui bahwa saya bukan perencana yang baik, dan bahkan kadang menjadi makhluk pelupa. Bila dua hal ini bersatu, wah, saya bisa kalap. Biasanya saya hanya sampai pada jawaban bahwa saya harus mengambil langkah pertama. Karena setelah itu, langkah berikutnya akan tampak. Begitulah pikiran sempit saya.
Akan tetapi, ada satu hal penting yang agaknya saya harus terus belajar, ialah penerimaan. Tidak mudah untuk mencapai kata itu (re, penerimaan). Kadang dalam perenungan, saya tidak dapat menerima diri saya sendiri bahwa saya tidak dapat melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Maksudnya, kadang bukan soal ketidakmampuan, tetapi waktu. Anggaplah saya beberapa kali masih banyak menunda sesuatu hal entah karena malas, bad mood, atau faktor lain. Saya harus mengakui juga kalau mengelola waktu tidaklah semudah mengetik tulisan ini. Dengan begitu, saya akan kewalahan sendiri. Akan tetapi, toh, pada akhirnya saya harus menerima juga bahwa saya seperti masih itu (semoga saja setelah ini jadi lebih baik lagi).
Kadang saya berharap akan ada seseorang yang membantu saya keluar dari pikiran saya sendiri (yang sering runyam), mendukung saya berjalan selangkah demi selangkah. Iya, saya tahu ini adalah angan yang terlalu kebablasan. Saya mohon maaf.
Kali lain aku ingin bercerita tentang kesendirian yang lain.
Pic: goalcast.com
Tumblr media
2 notes · View notes
hariyangbaru · 8 years ago
Photo
Tumblr media
RUANG DAN SENDIRI Saya tidak yakin apa yang dimaksud ruang, apakah ia murni sebuah tempat yang mempunyai ukuran atau sebuah kesempatan. Akan tetapi, terlepas dari apapun maksudnya, saya selalu membutuhkan ruang untuk diri saya sendiri. Sendiri yang benar-benar sendiri. Hanya saya, tanpa ada orang lain -atau minimal tidak ada orang yang mengganggu saya-. Mungkin dapat bersama buku-buku, atau biru langit, atau angin yang menerbangkan alap-alap ketika senja. Apapun itu, saya membutuhkan ruang untuk kesendirian saya pada waktu-waktu tertentu. Rasanya ingin lepas sejenak dari pikiran-pikiran tentang tugas, atau obrolan seseorang tentang sesuatu, atau bahkan bacaan-bacaan yang tertinggal di rak buku. Saya ingin lepas dari mereka semua. Hanya saya. Bila telah mendapatkan ruang untuk sendiri, biasanya saya hanya diam dan memikirkan apa yang sudah dan/atau akan terjadi. Semacam merenung. Saya tidak terlalu sering merenung. Akan tetapi, kadang saya sedikit merasa lebih baik bila sudah melakukan hal itu. Kadang saya ingin menangis, untuk hal yang saya tidak tahu mengapa dan bagaimana mulanya, dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ya, kadang saya menghadirkan beberapa orang juga, tetapi tidak secara fisik. Mereka hadir dalam pikiran saya, entah dalam bentuk cinta, amarah, kasih sayang, kekecewaan, atau yang lain. Tidak selalu sama. Semua itu hadir dalam ruang kesendirian saya. Dan di antara ruang-ruang sendiri yang saya temukan, malam adalah ruang yang paling sering saya temui dan saya pakai untuk menyendiri. Ya, malam tidak mengenal definisi apakah ia pukul delapan, sepuluh, dua belas, atau pukul tiga pagi. Semuanya tetap malam. Selamat malam! Selamat menyendiri! Pic: amsmeteors.org
1 note · View note