Text
Aprill
Hari tepat dimana aku melihat mu, yang membuatku terbiasa akan hadirnya senyummu, entah siapa kamu entah darimana juga asalmu, dengan memandangmu saja telah cukup menenangkan hari ku. Sejak saat itulah hari senin hingga sabtu merupakan hari favoritku, sebab aku dapat melihat senyummu. Tergerak hati ku banyak kata yang ingin aku ucapkan, namun untuk menyapamu saja aku tak mampu. Hari berlalu dengan begitu cepat sedangkan aku masih tetap memandangimu dari satu tempat hingga timbul pertanyaan tentang mengungkapkan atau melupakan, pertanyaan yang akhirnya membuat ku berani untuk menghampirimu, menghampiri senyummu yang selalu ada dalam khayalku. Kau memperknalkan diri dengan begitu manis dan dengan tangis yang tak akan ku ijinkan keluar dari matamu. Namamu mengandung arti obat yang tidak hanya mampu mengobati satu luka saja, tapi kamu dapat mengobati luka, duka, bahkan rindu yang ada dihidupku. Setelah mengenalmu aku tetap merasa tidak layak, merasa tak diinginkan oleh khalayak, aku tau kau tidak akan menyukaiku sebab kau tidak menyukai orang yang merokok, dan sempat terlintas di pikiranku bahwa rokok dan cinta itu sama, rokok membunuhku, cinta juga dan entah kebodohan apa yang membuatku berani membohongimu. Ya, aku memulai hubungan dengan suatu kebohongan sesuatu yang tak seharusnya kulakukan, sesuatu yang akan aku sesali entah sampaikan.
Kita berpasangan bagaikan siang dan malam bahkan bagaikan kiri dan kanan, sebab kemana kamu pergi aku akan selalu datang menghampiri, saat itu kita sama-sama lupa bahwa akan selalu ada duka yang menunggu dibalik Bahagia yang lupa waktu, hingga suatu hari kau menyuruhku pergi, bukan karena tidak mencintaiku tapi karen restu yang takpernah ada untukku. Tapi lagi dan lagi kau meyakinkanku bahwa kamu adalah seseorang yang patut ku perjuangkan, berbagai cara yang ku coba tak kunjung membuat hati orang tuamu terbuka, hingga akhirnya kaupun menangis dihadapan mereka, kau menangis membelaku seseorang yang dari awal telah membohongimu, sesorang yang telah menanam luka untuk waktu yang cukup lama, kita sama-sama tau bahwa kesalahanmu adalah telah mencintaiku.
Layaknya bom waktu yang aku pasang dihatimu, ia meledak pada waktu yang takpernah aku mau. Kau menangis dan kini tangismu disebabkan oleh ku bukan untuk membela, tapi untuk kecewa dan luka dari seseorang yang kau cinta. Bodoh adalah kata yang bulan sandingkan dengan ku pada malam dimana aku merindukanmu, kau pergi dengan amarah yang takbisa aku bantah dengan hati yang dikhianati oleh cinta yang selalu kau jaga. Cerah menjadi sejarah ia meredup mengiringi hariku, senin hingga sabtu bahkan minggu bukan lagi menjadi hari favoritku sebab senyummu yang dulu biasa kini tiada.
Sebab tangan telah terlepas dari genggaman, kata-kata hilang bersama harapan, dan temu denganmu hanya mampu sebatas ingatan, Kini aku hanya bisa membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang, akan selalu ku tunggu kau di lengkung Pelangi layaknya bidadari yang datang dari nirwana, sebab aku mencintaimu akan selalu ku sertakan namamu disetiap doaku, sebab kau tidak akan pernah paham bagaimana rasanya melawan hati yang kalah walau sebenarnya belum Lelah, sebab aku mencintaimu akan selalu ku cari doa yang kau ucap sebelum tidur, entah untuk siapa asal menentramkanmu akan ku aminkan selalu.
Kini satu kisah yang pernah kita perjuangkan lenyap, bagai jerami yang di lahap api ia habis tak bersisa, ingatlah bahwa aku pernah menjadi kata-kata yang terangkai indah di kepalamu dengan puji, bahkan caci juga benci. Walau kini kau Menyusun ku dengan berantakan diantara cerita yang tertumpuk rapi di pikiranmu, aku tidak pernah menyesal akan pilihanmu, yang ku sesalkan adalah tidak pernahnya ada penjelasan hingga kau tak pernah paham mengapa aku mengatakan bahwa cinta dan rokok itu sama. Tapi sudahlah sebab kini semuanya telah usai, kau tak perlu lagi bertanya-tanya mengapa aku masih merokok, tak perlu lagi bertanya untuk apa dan apa untungnya, karena memang tidak ada. Juga jangan bertanya mengapa aku masih mencintaimu, tak perlu lagi bertanya untuk apa dan apa untungnya, karena memang tidak ada juga. Kini biarlah aku tetap merokok seperti aku yang akan tetap mencintaimu. Dan nanti, entah rokok atau kamu yang akhirnya membunuhku.
Kini satu kisah yang pernah kita perjuangkan lenyap, bagai jerami yang di lahap api ia habis tak bersisa, ingatlah bahwa aku pernah menjadi kata-kata yang terangkai indah di kepalamu dengan puji, bahkan caci juga benci. Walau kini kau Menyusun ku dengan berantakan diantara cerita yang tertumpuk rapi di pikiranmu, aku tidak pernah menyesal akan pilihanmu, yang ku sesalkan adalah tidak pernahnya ada penjelasan hingga kau tak pernah paham mengapa aku mengatakan bahwa cinta dan rokok itu sama. Tapi sudahlah sebab kini semuanya telah usai, kau tak perlu lagi bertanya-tanya mengapa aku masih merokok, tak perlu lagi bertanya untuk apa dan apa untungnya, karena memang tidak ada. Juga jangan bertanya mengapa aku masih mencintaimu, tak perlu lagi bertanya untuk apa dan apa untungnya, karena memang tidak ada juga. Kini biarlah aku tetap merokok seperti aku yang akan tetap mencintaimu. Dan nanti, entah rokok atau kamu yang akhirnya membunuhku.
8 notes
·
View notes