Hari esok aku adalah nelayan, dan kekasihku seorang guru. Ia mengajarkan cinta dan ilmu alam, Ia mengilhami para pengembara.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
(Bukan) Rabu Lebih Dekat - Berfafifu kembali
Setelah sekian lama jeda dari postingan terakhir di tumblr maupun media blog lainnya. Aku coba untuk kembali berfafifu wasweswos atas segala hiruk pikuk yang tengah dijalani. Sebenarnya telah banyak draf-draf fafifu yang tak kunjung usai dalam gawai. Entahlah kehilangan arah atau kehilangan gairah, atau merasa sudah cukup “alhamdulillah” dengan kondisi yang ada. Inilah yang kukira menjadi alasan merasa tak berkembang.
Sebagai rekap, minggu ini sebetulnya ingin menuliskan satu segmen untuk mengenang kawan karibku yang telah berpulang terlebih dahulu. Namun, sebentar perlu menyiapkan beberapa hal, utamanya tentang penerimaan. Padahal diantara kami semua Ia yang sudah menang atas kehidupannya. Dan Sang Pemiliknya telah memanggilnya pulang.
Selain itu, aku juga ingin memohon doanya untuk adikku yang minggu depan menghadapi pengumuman menuju jenjang perkuliahan, ia mengambil UGM Ilmu Komputer dan IPB Statistik dan Data Science. Semoga bisa tembus dalam tahap ini. Dalam beberapa waktu belakangan juga aku sedang menyiapkan studi lebih lanjut. Semoga di tahun ini bisa melanjutkan sekolah.
Demikian dulu untuk sedikitnya hari ini. Takdir dan kehidupan begitu adanya. Dan misteriNya sungguh tak ada yang bisa mengetahui.
Salam takzim selamat berpuasa
Singaparna, 24 Maret 2023
6 notes
·
View notes
Text
Elsa, Kekasihku
Aku terbangun lebih awal hari ini darimu. Atau mungkin sama, entahlah. Yang jelas aku memasuki hari ini lebih cepat.
Kita berdua sepakat, meski kesepakatannya perlu ditinjau kembali, jika kita tidak terlalu terkesima dengan suatu perayaan, apalagi lewat begitu saja tanpa perenungan. Berat sekali.
Pun dengan perayaan hari-hari besar setiap orang, kelahiran dan lawannya.
Namun kiranya, lebih bijak jika hari besar ini selalu digunakan sebagai momentum refleksi dan memperbaiki diri. (si gaya banyak cakap). Apalagi ini yang pertama saat kita bersama, cie.
Dalam hal ini, hitungan angkamu yang disebut usia, yang orang sepakati sebagai berapa lama suatu makhluk hidup telah eksis di dunia, bertambah satu, menggenap menjadi angka dua puluh enam. Aku kira aku masih saja mengenalmu pada setengahnya saja, ku kira waktu berhenti pada belasan, ternyata tidak. Aku sedikit bersyukur, jika berhenti pada belasan, mungkin seperti nya kamu tak mau denganku. Hehe
Kekasihku,
Tak dikira ternyata kita juga kepingan-kepingan puzzle. Sama seperti puzzle rusa di musim gugur yang belum selesai kau susun. Yang saat ini masih seperempat jadi, dan kau sekarang simpan di atas lemari pendingin. Sedangkan kita, harus saling merangkainya menyusunnya, Kita saling sesuaikan bagian-bagiannya. Terus dan tak akan pernah selesai.
Setiap hari ku terbangun adalah hal selalu menarik. Mencari kepingan mana yang harus ku simpan hari itu. Khawatir saat tak sesuai mukamu yang cemberut lucu.
Kekasihku,
Bahagialah selalu, serta mulia, bertumbuh rindang bersama, meneduhkan sekitar (meski halaman depan tandus heuheu)
Manokwari, 13 November 2021
0 notes
Text
Mempercakapkan Kawanku
Satu dari sekian kawan baikku menggapai puncak cintanya hari ini. Tepat pada saat sale 8.8 di berbagai e-commerce. Ijab qabul, jika Tangguh tak salah lihat jam, tepat pada pukul 10.31 WIB menandai kisah Hanif dan Indah, pure blood-nya Kraken, berlanjut pada tahap yang lebih menggemaskan, semoga untuk selamanya.
Semalam aku bertutur haru pada kekasihku, aku turut senang atasnya. Banyak ukiran manis nan lucu pada memoriku kulalui dengannya. Entah kenapa, dari beberapa kali aku berlagak sok mendaki gunung, aku berjalan bersamanya. Yang paling teringat, tentu saja bagaimana gagahnya Arjuna hampir saja memasukan kami ke dalam keabadian. Namun, Dia yang Maha Melindungi memberi kami kesempatan untuk berbuat lebih banyak bagi dunia.
Selain itu, mungkin pendakian perjalanan ke Prau juga menjadi salah satu memori yang menyebalkan baginya. Bagaimana aku mengide mengajak kawan-kawanku berjalan dari km 0 sampai kurang lebih km 12 Jalan Kaliurang, setelah sebelumnya kami turun dari bis yang membawa kami dari Wonosobo.
Aku mengenalnya sejak pertama memasuki peraduan nasib di Kota Malang. Dari sekian banyak kawan, dia menjadi salah satu yang pertama aku kenal. Selain, berada pada kawasan kos yang sama, Kerto, aku kira memang takdir entah bagaimana mempertemukan kami lebih cepat. Aku ingat betul malam itu di Indomaret Watu Gong, pertama kali aku bertemu dengannya, bersama Bombom dan Wasis.
Hari-hari awal kuliah, aku ingat mengetok jendela kamar kosnya dan pergi ke kampus bersama melalui gerbang Fapet. Pulang kampus, jika kebetulan bersamaan, aku mampir ke kosannya, sekedar bermain game, berleha sebentar, atau sekadar ngobrol. Bahkan kosannya adalah saksi bisu sebuah LDR berakhir karena sebuah Postingan Kaskus. Sebuah pelajaran untuk tidak meratapi berakhirnya sebuah hubungan sendirian.
Semester-semester selanjutnya, kami lewati bersama kawan-kawan yang lain. Hingga tak terasa, seolah baru saja kemarin kami makan di Warung Api’. Kami sudah berada di penghujung masa kuliah. Ndilalah, kami wisuda pada periode yang sama.
Selepas kuliah, ternyata kami masih dipertemukan dengan frekuensi yang cukup sering pula. Kedai Samsam jadi saksi, dan beberapa sudut Ibu Kota lainnya, apalagi sebelum pandemi.
Tak terasa sudah hampir tujuh tahun saling mengenal. Aku berulang kali sampaikan pada kekasihku, turut senang dan bahagia atas apa yang dicapainya hari ini.
Depok, 8 Agustus 2021.
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Ngantuk
Kembali lagi bersama Irfan di sini. Setelah sekian lama menjadi tumblr sebagai sarang laba-laba, penuh debu dan mulai usang, akhirnya ada niatan untuk coret-coret ga jelas kembali. Sebenarnya lebih kepada bingung mau ngapain lagi berhubung saat ini server latsar sedang main tenis (re:maintenance) heuheu~
Hari ini menjadi hari kedua setelah menerima vaksin hari kemarin. Entah kenapa rasa kantuk begitu hebat siang ini. Padahal semalam tidur tidak terlalu larut, dan bangun tidak terlalu subuh. Jadi bertanya-tanya apakah ini efek dari vaksin? atau memang sedang kelelahan saja?
Minggu ini tempatku mencari pundi-pundi memulai vaksinasi untuk seluruh pegawai. Vaksinasi diharapkan bisa membentuk imunitas kolektif sehingga menekan angka penyebaran dan segera memulihkan keadaan seperti semula. Hal ini juga menjadi ikhtiar bersama agar perjadin segera digaspool pandemi segera berakhir. Vaksin seolah menjadi cahaya diujung terowongan yang gelap-gulita selama hampir satu tahun.
Kembali ke masalah kantukku. Segelas kopi aku seduh beberapa saat lalu. Namun, sepertinya kopi itu hanya becandaan saja bagi tubuh ini, karena tidak berefek apapun. Tak seperti orang-orang yang menyeduh kopi untuk menghilangkan kantuk, aku sama sekali tidak merasakan segar setelah ngopi. Malah ini menjadi-jadi. Apakah kopiku yang salah karena sebatas kopi sachetan bukan kopi dari kedai kekinian? Memang selama ini kopi tidak terlalu berarti apa-apa untuk rasa kantukku.
Begitulah waktu masih menunjukkan jam kerja, belum saatnya untuk pulang. Tapi sudah mulai berleha-leha dan akhirnya aku memaksakan untuk menulis saja sambil menahan kantuk dan menunggu server sedang maintenis, so so an produktif.
Menteng, 24 Februari 2021
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Pergantian Tahun
Pergantian waktu secara sporadis, membuatku tidak dapat mengikuti ritmenya yang begitu cepat. Aku seolah tidak merasakan euforia setiap momen atau event yang memang reguler terjadi. Seperti pergantian tahun, aku merasa biasa saja dan kadang tidak menyadari jika tahun 2020 sudah berganti menjadi 2021. Entah mungkin karena tertutupi euforia besar yang terjadi dalam hidupku di akhir tahun 2020 lalu, sehingga perayaan reguler pergantian tahun memang menjadi biasa saja.
Memulai tahun baru dengan peran baru mungkin hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Pada akhirnya ada hal-hal yang di luar dugaan itu begitu saja terjadi, dan aku begitu mensyukurinya.
Rabu kedua Januari, yang harusnya aku menuliskan ini minggu lalu, dimulai dengan pembukaan hari pertama kegiatan training, orientasi dan diklat yang akan diselenggarakan hingga 3 minggu ke depan. Hari itu, bertemu lagi dengan orang-orang baru yang begitu banyak macamnya meskipun secara virtual. Dipercaya sebagai orang-orang yang mampu bersaing dengan ketat. Karena dari sepuluh ribu hanya seratusan yang masuk. Sebuah glorifikasi terutama bagiku yang cukup beruntung berbekal doa ibu, padahal nda ada apa-apanya ini. heuheu
Yah, begitulah hari-hari selanjutnya pada awal pergantian tahun diisi melalui kegiatan-kegiatan itu. Hingga, kemungkinan, bulan depan akan berjibaku lagi di perantauan. InsyaAllah.
Singaparna, 19 Januari 2020
1 note
·
View note
Text
Rabu Lebih Dekat - Uwa Sudah Tidak Sakit
Ini adalah permohonan maaf kepada diriku yang sudah mulai offside pada Minggu pertama tahun 2021. Bukan apa-apa, karena aku khawatir aku cepat puas dengan pencapaian 2020 yang mungkin terlewati dengan hanya terlewat satu minggu menulis Rabu Lebih Dekat. Tepatnya kapan aku lupa.
Oleh karenanya, akan aku coba tulis dalam dua bagian yang berbeda. Menceritakan kembali Rabu minggu lalu.
Minggu pertama aku kehilangan seseorang sosok yang telah cukup berjasa dalam kehidupan ini. Selasa, 5 Januari, sebelum Rabu minggu lalu. Uwa (atau bude)ku berpulang, setelah sakit selama kurang lebih 4 bulan, selang tiga minggu setelah uwa turut hadir dalam pertunanganku.
Aku cukup terpukul dengan kepulangan beliau. Meskipun demikian, aku sudah menerimanya, karena memang itu yang terbaik. Hari Minggu nya kesehatan uwa memang mulai memburuk dan sudah mulai tidak sadarkan diri. Pada titik itu aku memang menangis sejadi-jadinya, khawatir yang ditakutkan tiba juga, dan memang tidak genap tiga hari, Uwa berpulang menuju keabadian.
Aku memang cukup dekat. Kepulangan beliau seolah menunggu paripurna setelah aku menikah. Sehari sebelumnya aku pun berkunjung, uwa masih cukup segar, meski sudah aga sulit untuk berkomunikasi. Aku tak kuasa menahan tangis, begitu pun beliau, melepasku menikah.
Bagaimana tidak, hampir separuh hidupku memang beliau yang mengurusi. Bahkan ketika keluargaku pindah rumah. Aku tetap ikut tinggal bersama beliau, karena jarak ke sekolah yang lebih dekat. Selain itu, memang sejak kecil aku dekat dengan beliau. Beliau menjadi ibu kedua, tempat pelarian ketika aku kecil merengek karena tidak diberi uang untuk jajan atau bermain playstation. Uwa selalu memberikan recehan lima ratus rupiah padaku, dan aku juga tidak pernah minta lebih dari gopek kepada beliau, makanya oleh kakak sepupuku aku disebut si gopek.
Beliau adalah pribadi yang tidak banyak bicara. Tapi ketulusan beliau begitu terasa. Para pelayat yang datang pun turut kehilangan, sepengetahuanku memang beliau menjadi sosok yang selalu hadir dalam setiap pengajian rutin di majlis taklim, Senin, Selasa dan bahkan malam Jum’at.
Kini, dua orang yang paling dekat denganku di keluarga Ibuku sudah berpulang, yang begitu besar jasanya bagiku hingga saat ini. Aku beruntung masih stay di Tasik dan bisa mengantarkan beliau ke tempat istirahat terakhir. Aku perhatikan, uwa berpulang dengan tenang, menghadap Sang Khaliq dengan penuh kebaikan, insyaAllah. Uwa sudah tidak sakit. :)
Singaparna, 13 Januari 2021
1 note
·
View note
Text
Rabu Lebih Dekat - Penutup
Rabu terakhir di 2020 ditutup dengan keriuhan keluarga yang ada di rumah. Hal yang membuatku terharu bisa mengumpulkan keluarga, atau juga ada yang berkomunikasi via daring saling menghubungi satu sama lain, menyambung kembali tali silaturahmi, menyalakan lagi cahaya obor yang hampir redup.
Dua ribu dua puluh memang hal yang tak terbayangkan olehku dan semua orang. Sebuah pembelajaran dan pembuktian untuk percaya pada Sang Pemilik Segala, tak ada yang tak mungkin, jika sudah hak dan waktunya, akan tiba hal-hal yang sudah sepatutnya untuk kita.
Catatan ini akan menutup tahun 2020, aku tak menyangka juga bisa cukup konsisten menulis tumblr mingguan ini. Meskipun kadang randomnya kebangetan dan tak tahu apa yang harus ditulis. Akhirnya sampai juga ke penghujung 2020, dan menyongsong harapan baru di 2021.
Esok hari aku menghadapi hari cukup besar dalam kehidupan, selain kelahiran dan kematian. Mohon doa pembaca untuk kelancaran yang dimaksud, dan apa-apa saja yang diharapkan setelahnya.
Mungkin segitu dulu untuk menutup catatan ini. Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Sungguh, aku tidur setelah ini.
Salawu, 30 Desember 2020
1 note
·
View note
Text
Rabu Lebih Dekat - Kelewat Rabu
Melewati lagi Rabu tanpa mencatat. Bukan lupa, teringat, hanya tak sempat, tidak menyempatkan sebetulnya. Memang, minggu ini menjadi minggu cukup hektik. Penuh hektik. Sampai tak terasa setahun pun hampir terlewat dengan ragam cerita. Setidaknya masih Istiqomah mencatat, walau hanya sedikit demi sedikit.
Segitu dulu, Rabu depan Rabu terakhir di 2021. Aku masih mencatat. Dan hari ini, mengenang Aceh untuk kesekian kalinya. Al-Fatihah
Salawu, 26 Desember 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Tapi Bagaimana?
Hari demi hari dilalui dengan perasaan yang campur aduk. Tak disangka sudah memasuki Jumat lagi. Kelewat dua hari sejak Rabu. Tak apalah toh tidak banyak pula yang memprotes. Memangnya aku siapa? Tapi khawatir saat ini salah-salah bisa dilaporkan.
Menuju akhir tahun, orang-orang semakin reaktif dengan beragam hal. Seolah-olah banyak hal harus ada penyelesaiannya saat itu juga. Atau memang kita selalu dituntut menyelesaikan sesuatu. Tapi, apakah tidak bisa merenung sejenak memikirkan lebih bijak daripada meracau tak karuan kesana kemari? Oh tidak bisa sepertinya. Kita sedang dikejar-kejar, waktu.
Waktu itu memang relatif. Tapi sepertinya semua akan setuju (jika tak setuju tak apa juga) jika memang hari semakin cepat berlalu. Semakin cepat kita berlari waktu juga seolah semakin cepat mengikuti. Padahal jika kita telaah lebih jauh harusnya dengan segala teknologi yang telah membantu banyak pekerjaan hingga akhirnya banyak hal serba cepat, harusnya manusia bisa lebih santai, menikmati waktu. Iya kan? Misalnya, dengan adanya kereta, jarak Jakarta-Bandung bisa ditempuh sekitar 3jam aja. Dibandingkan zaman dahulu, perlu berjam-jam. Tapi kenapa malah kita serasa semakin sibuk, lupa akan waktu, dan tak sadar waktu sudah berlalu cepat. Apa kita kurang menikmati dan bersyukur ya? Halah bacot fan.
Pokoknya begitulah. Aku juga tidak tahu ngomong apa. Yang jelas, kok semakin reaktif saja. Dua minggu sebelum perhelatan pergantian tahun. Tidak ada tanda-tanda perdebatan demi perdebatan akan berakhir. Selalu ada saja yang buat gaduh dan rusuh. Sepertinya aku harus mulai lagi belajar, untuk menjauhkan diri dari hiruk pikuk sejenak. Tapi bagaimana?
Salawu, 18 Desember 2020
1 note
·
View note
Text
Rabu Lebih Dekat - Gini Doang Grup Neraka
Hampir saja aku melalui Rabu tanpa ke luar rumah sama sekali. Hingga dipenghujung siang aku mendapati kawan-kawanku mengajak untuk sekadar mendinginkan kepala dan bersenda gurau. Selepas ashar ku tancap gas ke rumah kawanku.
Melihat penampilan emyu yang ampas banget dini hari tadi membuatku muak dan bikin bete seharian. Meski memang sudah tahu kalo emyu kalahan dan ga karuan, tapi kali ini rasanya nyes banget. Selain karena tersingkir di ajang Liga Champions, tapi karena cuitan official akun emyu Indo yang jumawa keterlaluan tempo lalu.
"GINI DOANG GRUP NERAKA" sialan bikin muak tak hanya fans non-emyu, tapi juga para fans emyu itu sendiri. Kekalahan tadi malam membuka peluang kalimat itu dipakai untuk membully kami. Emyu kalahan sudah biasa, tapi kalahnya di Liga Champions membuka kebiadaban kawan-kawanku untuk membully menggunakan kalimat "GINI DOANG GRUP NERAKA". Ampas.
Jejak digital memang kejam. Efek cuitan itu sampai-sampai jadi trending twitter, dan jadi bahan bully-an untuk para fans setan merah. Emang setan. Sebagai fans layar kaca yang sebetulnya ga garis keras-keras amat, aku juga merasa terguncang, sampai-sampai bete seharian. Hingga aku seketika aku terbangun dari tidur siang, aku masih saja merasa kesal.
Tapi setidaknya, hal ini memberikan dua pelajaran. Pertama, untuk tidak terlalu jumawa dan berpuas diri hingga betul-betul menjadi juara. Kedua, emyu emang lagi ampas-ampasnya, bersabarlah, jangan terlalu berharap.
Salawu, 9 Desember 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Belajar Berhitung
Tiba-tiba Desember menembus batas waktu. Memulai penanggalan sejak hari Selasa kemarin, dan membuatku terbuai sekarang hampir seminggu ia berhitung.
Pikiran manusia tentang hitung menghitung memang selalu unik. Seolah-olah kita tahu rumus-rumus kehidupan yang tak pasti. Padahal rumusan itu juga penuh misteri, tak ada yang betul-betul benar, meski juga tak ada yang betul-betul salah. Kebenarannya, semua menjadi hak prerogatif Sang Maha Menilai, Sang Maha Adil.
Rabu ini aku bergegas menuju tempat kawanku, yang hari kemarin melangsungkan pernikahan. Kami hampir masuk ke tempat mencari RidhoNya pada waktu yang sama, tahun lalu. Dan dua tahun ini memang cukup menghabiskan waktu bersama-sama, dibawah 'tekanan' yang sama, yang semakin semena-mena. Meskipun kadang aku melihat sisi lain dari tekanan itu. Menerka-nerka kenapa, bagaimana, kok bisa sampai seperti itu? Apa itu wajar? Dsb. Kita memang sok tahu, tapi bagaimana ya?
Ngomong-ngomong telah terlewati beberapa hari dari Rabu. Aku kini berhitung kembali, hitung mundur untuk sesuatu yang baru. Dengan menyebut AsmaNya, yang maha pengasih dan maha penyayang. Mohon sertaan doa dari khalayak ramai.
Cililitan, 6 Desember 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Terlewat Lagi
Sudah Sabtu dan aku baru teringat belum sempat corat-coret Rabu ini. Berbagai kegupuhan mewarnai minggu ini, termasuk Rabu kemarin. Jadi terlewat lagi untuk sekadar mencurahkan isi kepala tepat hari Rabu.
Dinamis sekali memang hidup. Seketika diangkat ke langit, lalu jatuh lagi. Memang skenarionya sudah seperti itu mungkin. Sampai sekarang masih saja kurang tenang menyongsong hari-hari esok yang masih penuh dengan misteri.
Misteri harus dikuak dengan ilmu dan, misteri lagi. Sehingga kemudian, segala kebutuhan perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Dirancang berbagai kemungkinannya. A B C D itu pilihan yang harus ada ditengah ketidakpastian yang mau tidak mau kita harus turut mengikuti alurnya.
Betul, sekali lagi aku menyadari jika, kita merencanakan Allah yang menentukan. Tak berkehendak kita mengatur-ngatur alur dari sutradara, apalagi ditengah laga yang sedang berjalan. Kadang memang hati berontak, bertanya-tanya kenapa harus begini, harus begitu. Tapi toh jika ditelisik lebih jauh lagi, sebetulnya tak apa juga. Dunia tidak runtuh. Pasti ada sesuatu, hikmah dibalik kejadian.
Ya, selalu, tahun ini memang memberi kejutan. Sehingga kita harus terus menyesuaikan irama, mengetahui peran apa yang harus dijalankan pada setiap adegan, menghayatinya dan cukup juga dengan menerimanya dengan lapang dada. Agar kemudian segala alur berjalan, kita bisa fokus dan tidak ada yang terlewat lagi.
Salawu, 28 November 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Menghitung Mundur
Minggu-minggu terakhir 2020 terasa akan sangat begitu cepat. Dibandingkan dengan minggu-minggu awal yang telah kita lewati. Kini pun tidak terasa, sudah tinggal 5 minggu lagi menyongsong taun yang baru masehi, yang penanggalannya secara umum digunakan manusia saat ini.
Tahun ini tentu saja banyak yang kita pelajari. Tentang bagaimana untuk dapat bersabar, bertahan dan menerima segala kondisi yang tengah dihadapi, terutama pada pandemi yang kita harapkan segera menemukan titik cerah untuk segera diselesaikan. Meski kita semua tahu, semuanya mungkin tak akan sama seperti semula. Akan banyak yang berubah, tatanan hidup, kebiasaan-kebiasaan baru, dan hal-hal lain yang kita sadari-maupun tak kita sadari telah terjadi pada diri kita.
Ya, begitulah pada akhirnya kita mulai menghitung mundur menuju harapan baru, merencanakan, dan memulai hal baru. Mari berharap sembari menengadahkan tangan.
Salawu, 20 November 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Lupa
Haduh, lupa dan hampir terlewat untuk kedua kalinya. Memang Rabu kemarin mulai demam tinggi. Hingga terlupa begitu saja.
Aku masih terkulai lemas setelah minggu lalu dievakuasi ke rumah. Meskipun tidak lemas-lemas amat, masih ada sisa-sisa untuk dapat mengikuti maraton atau tour de Singkarak. ah becanda.
Hari-hari dilalui di rumah dengan sepenuhnya beristirahat mungkin salah satu yang bisa disyukuri. Selain harusnya hari ini aku berada di Raja Ampat, yah, lain waktu, toh ia tidak akan kemana-mana.
Selain itu, minggu ini aku menyelesaikan berkas untuk menjadi abdi negara. Sepertinya Rabu kemarin aku mensubmitnya. Semoga yang terbaik.
Oh ya, hari ini ada yang telah mengitari matahari sebanyak dua puluh lima kali. Semoga dia berbahagia melanjutkan petualangannya esok, lusa, dan nanti.
Salawu, 13 November 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Senang
Setiap pertemuan pada masa ini adalah suatu hal yang begitu berharga. Detik, menit, dan jam yang dilalui memang begitu menyenangkan dari biasanya. Meskipun segala rindu yang menumpuk belum bisa pudar begitu saja. Namun, aku senang dapat pulang.
Salawu, 29 Oktober 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Kelelahan
Jika memang perlu satu kata untuk merangkum hari Rabu dan seminggu kebelakang, yaitu lelah.
Selain dijejali dengan kewajiban yang cukup menguras pikiran. Aku juga dilelahkan dengan entah kenapa mataku berat sekali, mungkin terlalu banyak tidur dan kurang olahraga menjadi faktor badanku merasa lelah berkepanjangan.
Hal lain, gusiku bengkak lagi, sudah seminggu ke belakang semenjak dari Jogja. Sudah sejak awal tahun untuk operasi, karena katanya impaksi, tapi masih saja ditahan-tahan. Kadang gusiku bengkak jika sudah terlalu stres berkepanjangan seperti saat-saat ini, ni. Huft.
Maka komplit sudah, aku memang kelelahan. Pikiran, fisik dan mental rasanya lelah, perlu istirahat sejenak, menepi dari hiruk pikuk, semoga minggu ini terwujud dengan pulang.
Pramuka, 22 Oktober 2020
0 notes
Text
Rabu Lebih Dekat - Jogja
Hari ini mendapati kakiku menginjakkan kaki di Jogja. Setelah sekitar dua tahun lalu, jika tidak salah aku mengingat, terakhir aku mengunjungi Jogja. Seingatku memang tahun lalu sama sekali tidak mendapat kesempatan berkunjung.
Nama besar Jogja memang selalu menjadi hegemoni yang luar biasa bagi setiap orang yang pernah mengunjunginya. Romantisasi dengan bumbu-bumbu asmara yang kadang terlalu berlebihan, membuat orang selalu penasaran untuk kembali. Itulah mengapa dibangun Monumen Jogja Kembali, agar orang-orang senantiasa kembali. Dan dengan itu pula, setiap orang memiliki ceritanya masing-masing, termasuk aku.
Aku bukan orang yang senang meromantisasi suatu Kota. Bagiku semuanya sama saja, kecuali Tasik dan Malang, kali ya, dan mungkin Aceh, Labuan Bajo, Selayar, Flores, Kupang, mungkin ya.
Tentang Jogja yang setiap orang punya ceritanya. Bagiku Jogja hanya menjadi tempat singgah. Tidak terpikirkan untuk menetap. Entah kenapa ya, dan seperti nya sejak lama aku hanya singgah di Jogja, meskipun Jogja pernah menawarkan aku untuk tinggal dan menimba ilmu. Tapi, kakiku melangkah ke Malang.
Jogja hari ini sedikit lembut dan sendu, mendung tapi tak hujan. Aku juga merasa biasa-biasa saja, lalu kusadari mungkin karena kawan-kawanku sudah tak ada lagi di Jogja. Aku kabari salah satu kawanku ternyata sejak Februari tidak lagi di Jogja. Malam ini aku meniti Gejayan dan Jakal, Jalan Kaliurang. Tiba-tiba ingat kayanya 5 tahun berjalan sampai KM 13 sepulang dari Prau. Dasar pendaki gembel.
Ini aku ngomong apa si, yasudahlah. Begitulah, Jogja bagiku tetap menjadi tempat singgah.
Jogja, 14 Oktober 2020
1 note
·
View note