Tumgik
itskudels-blog · 6 years
Quote
Some say I’m too sensitive but the truth is I just feel too much. Every word, every action and every energy goes straight to my heart.
Nofacewrites (via onlinecounsellingcollege)
this is soooo me. 
8K notes · View notes
itskudels-blog · 6 years
Text
HI, UNIVERSE!
Sekarang 2018, right?!
It’s have been a long time tidak membuka tumblr dan menulis lagi. Kamu tau? Laptopku rusak. tepatnya, bulan Juli 2017 lalu. Sebelumnya, aku nulis di tumblr via hp. karena memori hp kepenuhan, akhirnya tumblr dan beberapa aplikasi lainnya, ku uninstall :((
terlebih lagi, akhir tahun kemarin terlalu banyak hal-hal di luar dugaan. Selain rempong menyiapkan skripsi untuk disidangkan (anw, Alhamdulillah bulan Oktober 2017 lalu aku akhirnya sidang skripsi. hehe), lalu harus pake banget pulang ke medan karena ibuku sakit keras (Alhamdulillah sekarang sudah membaik) selama sebulan, dan sekembalinya di jogja disibukkan dengan revisi skripsi untuk mengejar wisuda bulan Februari 2018, bolak-balik jakarta karena panggilan kerja dan nikahan, dan.... here i am at the end of Februari: seorang PENGANGGURAN. menyedihkan :’)
It’s okay guys. Semua proses panjang di akhir perkuliahan itu tunai sudah. Alhamdulillah tiada henti pada Tuhan Yang Maha Esa karena gelar sarjana itu akhirnya sudah tersemat di belakang nama. Udah SIP deh. hehe.
Tapi, seperti kata orang-orang, ini bukan akhir dari segalanya. Justru ini awal perjalanan hidup kita. Mulai berkemas dan menjadi manusia mandiri seutuhnya. Kelar skripsi, di sidang hingga akhirnya bertoga, bukan berarti tanggung jawab kita udah kelar. Ya, tanggung jawab di dunia kuliah si emang udah. Tapi, tanggung jawab lain dengan peran yang lain sudah pasti muncul.
sekarang, aku adalah pengangguran, meski aku tetap anak dari orang tuaku. tugas utamaku adalah mencari pekerjaan untuk bisa menghidupi diriku sendiri. Akan lebih sempurna peranku bila aku bisa memberikan sedikit kebahagiaanku itu pada orang tuaku. Aku bertanggung jawab atas diriku sendiri seutuhnya, dan aku juga merasa bertanggung jawab untuk membahagiakan orang tuaku.
Aku tidak paham apakah ini cuma aku sendiri yang merasakan, atau sarjana-sarjana muda di luar sana juga merasa demikian. Bagiku, apalagi dengan ketidakberadaan Ayah di sisi kami, kebahagiaan  ibu menjadi tanggung jawab anak-anaknya. Iya nggak? Siapa lagi orang paling pertama yang harus kita bahagiakan sebelum orang tua? Mereka yang susah payah cari uang banting tulang buat sekolah kita, setelah kita lulus kuliah masa langsung bahagiain orang lain (re: meniqa wkwk)?
Emang sih, kebanyakan orang tua tidak meminta anaknya untuk membahagiakannya. Tidak juga ibuku. Tapi, sebagai anak, kita harusnya peka. Tidak diminta bukan berarti tidak butuh, kan? Jadi, mari berdoa semoga tahun 2018 ini kita bisa dapet pekerjaan layak dan bikin orang tua bahagia. Aku ingin sekali membawa ibuku tinggal di tempat yang lebih layak, sehat, dan dikelilingi oleh orang-orang berpikiran positif. Kalo kamu, pengennya apa? hehe.
Dan semoga Allah selalu menjadikan kita anak-anak soleh/ solehah dan berbakti pada orang tua yaaa.
0 notes
itskudels-blog · 6 years
Text
Teman Lama
Setiap kali seorang teman/ kenalan menghubungiku, aku selalu was-was. Dan mendadak baper: ada apa? Emang agak ke-ge-er-an sih. Tapi, sebagai orang yg hampir tidak pernah menjalin hubungan serius dengan seseorang selama lebih kurang 6 tahun belakangan, ketika ada yg menghubungi atau menaruh gelagat "tertarik" bisa bikin aku deg-degan juga. HAHA. Sungguh rasanya ingin menertawakan diri yg baperan dan pemikir *waduh* ini.
Sebenarnya bukan karena hal itu sih. Aku memang (sejak putus terakhir kalinya dengan seseorang) mendetox diriku dari lelaki dan pacaran. Aku mulai merasa pacaran itu nggak ada gunanya sama sekali. BLAS. Capek-capekin hati. Belum mau komitmen apa-apa, nuntut ini dan itu. Trus kalo gamau nurut, bisa-bisa kandas di tengah jalan. Abis itu patah hati. Move-onnya lama. Gitu aja terus -_- kapan aku kelar kuliahnya kalo gitu. HAHA.
Ketika orang-orang bilang, "pacaran biar ada yang nyemangatin", hatiku menertawakan sambil bilang, "kamu cukup kuat nyemangatin dirimu sendiri".
Ketika orang-orang bilang, "pacaran gih. Biar ada yg anter jemput". dengan kenceng pikiranku bilang, "ngapain? Kan ada kang Gojek yg stand by kapanpun dimanapun aku butuh"😼😼
Alhamdulillah lingkungan kuliahku bukanlah lingkungan yang mengharuskan punya pacar atau sejenisnyalah. Alhamdulillah aku masih dibimbing Tuhan pada niat yang: tidak mau pacaran lagi sampai nanti ada yg meminta untuk menjadi pendamping hidup selamanya.
Mikirku kejauhan? Hahaha.
Semakin berumur, aku makin sadar kalo hal-hal begitu sudah mulai harus dipikirkan. Bukan berarti ngebet nikah juga. Persiapan aja buat diri ini, biar nantinya ga asal pilih.
Kembali lagi soal #temanlama.
Awal tahun lalu, suami dari temennya temenku (ribet gak?) yang baru pertama kali ku temui saat mengantar temenku ke rumah temennya itu, bilang gini sesaat aku datang. "mbaknya ini nggak lama abis wisuda nikah ni".
Aku yg emang ngerasa mas-nya dr awal salaman kayak lg screening aku, kaget lah. Tapi ku biarkan aku tertawa garing mendengarkan ucapannya. Malah temen aku yg kaget dan spontan memarahiku karena tidak sopan mendahuluinya yg lebih tua (HAHA MAAF YA MBAK. Padahal yo opo. Punya pacar aje kagak). Dia jugak yang semangat kepo nanyain siapa (?) dan kok bisa (?) nya. hmmh. Emang dasar yaaaaa~
Ketika masnya bilang "ada itu... Teman lama".
Yang ini bikin aku agak senewen sampai ber hah!!? hah!!? ria.
Seketika aku mikir. Temen lama? Siapa ya?
Dan masnya bilang, "tunggu aja nnti".
Gileeeeee!
Sejak itu. Aku jadi kepikiran.. Soal jodoh, soal nikah, soal temen lama.....hal yang selama aku kuliah jarang banget aku ributin (karena terintimidasi oleh teman2ku yang s2 dan mewanti-wanti bahwa adek2 tidak boleh mendahului mereka. JAHAT GAK TUH? HAHAHA)
Makanya..setiap ada yang datang ke hidup aku, selalu aku kaitkan dengan clue dr masnya itu. Masnya nggak ngasi tau siapa dan gimana orangnya sih. Cuma sebatas "teman lama" doang. Salah sih yaa dengerin yang begituan? Duh maaf ya Allah. Nggak mau percaya sebenarnya karena jodoh, rejeki, maut mutlak di tangan Allah. :(((
Lanjut lagi.
Kebetulan, kemarin Minggu pagi, ada nomer asing nelpon. Biasanya males ngangkat sih karena sebel ditawarin asuransi atau diberi hadiah dr undian yang entah drmana asalnya. Tapi gegara akhir2 ini banyak yg complain krn aku jarang ngangkat tlp (padahal ya salahnya nlpon tp ga sms dlu dengan siapa), akhirnya ku angkat.
Pas denger suara di sebrang sana..suara cowok. Dan nyebut nama ditambahi clue "SMP". Maksudnya, temen SMP. Temenku itu, sebut saja ia sawo, sedang di Jogja dan menanyakan beberapa hal, termasuk apakah aku bisa ketemu dia.
Kuiyakan karena kemarin aku sedang menyelo-kan diri. Rehat dr revisi skripsi. Haha.
Pas ketemu, biasa aja sih. Nggak banyak yg berubah dari fisiknya selain lebih tegap, agak tinggi dr yang terakhir aku lihat pas SMP. Aku cuma bisa ketawa campur agak senang sih HAHA. jangan berfikiran aneh-aneh dulu. Aku senang karena jarangggggg banget ada temen2 atau kenalan aku yang ke Jogja dan menghubungiku. Bahkan temen sebangku-ku pas SMA sekalipun.. :'(
Kuajak makan temenku itu di SS. Bertanya kabar ini dan itu, hingga dia tiba-tiba curhat kalo dia batal nikah.. :(
Jd, si Sawo ini kuketahui dari postingan di instagram mantan calon istrinya, sebut aja Sawi, telah bertunangan. Seingetku aku juga sempat mengucapkan selamat pada mereka berdua karena mereka udah pacaran dr beberapa waktu sebelumnya.
Sampai si Sawo jemput aku ke kos Minggu siang itu, aku sbelumnya mengecek instagram mereka berdua untuk memastikan hubungan mereka. Biar aku ngga salah ngomong, gitu.
Dan, agak kaget sih karena foto2 pas tunangan itu nggak ada lg di ig keduanya.
Pas ketemu si Sawo, aku tak memancing apa-apa, eh dia malah dengan entengnya cerita begitu...dan agak serba salah akunya. Nggak ngerti apa-apa, baru ketemu setelah lebih dari 8 tahun nggak ngobrol, diceritain gitu.
Sawo cerita, si Sawi..mengkhianatinya. Sawo ngaku, nggak patah hati, sih. Cuma, kecewa. Dan Gemas. Menurutnya, Ia udah berupaya mencukupi kebutuhan si Sawi.
Satu hal sih yang aku salut dari si Sawo ini, dia so futuristik. Dia tau apa yang dia mau dan apa yang harus dia lakukan. Dan ketika dia menginginkan sesuatu, dia berusaha untuk mewujudkannya.
That's why aku ikutan berduka pas dia bilang, "kurang apa lg coba? dia butuh ini-itu, aku kirimin uangnya. rumah buat kami udah ada. kendaraan ada. aku nabung loh buat itu. sampai aku tahan keinginan aku buat beli barang karena aku mau nikah." (Dalam kondisi dia cerita ini aku cuma bisa meringis).
Tau nggak? Aku nggak nyangka ternyata temen SMP yg dulu sering bikin aku ngamuk gara-gara ngejek-ngejek aku, ternyata bisa yaa serius mikirin masa depannya. Agak gak percaya juga sih (jahat kan ya aku? Ampun gusti..)
Lanjut lagi.
Jadilah sepanjang 2 jam lebih kami ngobrol, isinya hanya ungkapan kekecewaan dia pada si Sawi. Kalo aku jadi Sawo, patah hati udah berlapis-lapis kayaknya. Udah berasa hidup mau kelar. Tapi untungnya, itu si Sawo. Bukan aku. Dan semoga nggak akan pernah aku merasakan kayak gitu. Naudzubillah :(((
Yang bikin aku baper...si Sawo itu tenyata so serius orangnya. Dia jg bilang ke aku ttg keluarganya Sawi sekarang. Sawi jd tulang punggung keluarga sejak ayahnya nggak kerja lagi. makanya si Sawo bertekad buat benar2 "jadi" dengan si Sawi biar bisa berbagi beban. Manis banget nggak sih? :D Perempuan mana coba yg nggak meleleh kalo liat ada lelaki yg sungguh2 buat nge-halal-in dia? Sayang, si Sawi mungkin sedang khilaf..
Ketika dia cerita gitu, dia juga sempat nasehatin aku untuk jangan sampai kayak gitu. Ya langsung ku "amit-amit jabang bayi"-kan lah. Dan aku jadi makin baper, karena dia adalah temen SMP aku. Temen 'lama' aku. Tekankan itu di kata 'lama'nya. :''''')))
Hufft. Dunno why. Tp omongan si mas suaminya temen dari temenku kembali bermain-main di pikiranku. Sampe-sampe, pulang dr ketemuan sama si Sawo, aku rasanya mabok. Nggak fokus. Sampai nulis ini panjang lebar karena nggak bisa tidur. Duh Gusti ampun 🙏🙏🙏🙏🙏
Sekarang, aku cuma bisa berharap, apapun yg terjadi ke depannya, semoga itu yang terbaik buat aku. Takdir Allah, ga bisa ditolak, kan?
Semoga, ini cuma perasaan aku aja. Semoga, cuma karena aku jarang bgt ngobrol berdua sama cowo sampai aku merasa GR. Semoga. Semoga. Semoga.
*kemudian inget doa-doa tentang "semoga jodohku bukan orang yang kerja di bagian 'ini', 'itu', dsb." yg ku ceritakan ke Desra dan Siska pada malam sebelumnya".
..
.
.
Panjang ya curhatku.
0 notes
itskudels-blog · 6 years
Text
Jumat Berkah
For the first, lets say Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil alamiin karena Allah udah ngasih banyaaaak banget berkah di awal hari ini. Kadang suka terharu, Allah baik banget ngabulin doa-doaku-manusia yg masih belajar jadi makhluk-Nya yg lebih baik dari diri sebelumnya ini :')
Sepagi hari, ngecek atm, alhamdulillah ada angka yg bertambah setelah agak sedih karena saldo dompet minus :''') hal yang paling menyesakkan buat anak kos yg lagi serius nyelesain (uhuk) skripsi (uhuk lagi)😅😅
Setelahnya, ngecek email. Alhamdulillah lagi. Ada balasan dari Ia Yang Paling Ditunggu Mahasiswa Tingkat Akhir: Dosbing alias dosen pembimbing!! Setelah sekian lama, yaa haha. Can't describe how dag-dig-dug i'm habis baca emailnya mbak dosbing. Tolong doain aku yaaa siapapun! (Lah😑😑)
Trus, adek bungsu nelpon, bilang, paketnya udah sampe! Alhamdulillaaaaaah. Jadi ceritanya, 3 hari lalu aku ngirim paket buat adekku yg masih SMA dan merantau. Ngirim atm sih. Tp kan susah ya kalo ngirim atm doang. Nggak yakin bisa. Kuakalin lah itu dengan menyempilkannya di dalam buku. Iyaps. Kubersamai atm itu dengan sebuah buku. Buku dr Mojok. Ku beli Maret lalu dengan diskonan dr salah satu toko buku di Jogja (terus?). Salah satu buku favorit karena ngasih pemahaman agama secara praktis. semoga adekku suka :)
Udah. Itu dulu aja. Aku lg revisi-an.. Hehe. Curhat sambung nanti. Banyak yg ingin aku ceritakan.
0 notes
itskudels-blog · 6 years
Quote
Sebaik-baiknya kita, pasti ada sisi tidak baiknya. Itulah mengapa kita perlu belajar memperbaiki. Sebaik-baiknya kita, pasti ada hal yang tidak disukai orang lain. Itulah mengapa kita perlu belajar menerima dan tidak memaksa untuk diterima.
(via halamanbercerita)
This one really true. Kita nggak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Iya. Semua orang. Yg kesemuanya punya standar masing-masing atas apa yang mereka sebut: pantas, keren, cantik, gaul, dan lain sebagainya.
Mendengarkan dan nurutin setiap omongan mereka sama saja kayak nyoba ngasih makan ikan di laut. Kebayang nggak susahnya?
Baiknya, fokus pada prioritasmu dalam hidup. Orang-orang terdekat--ortu, adek, kakak, abang--adalah orang yang paling pantas kau bahagiakan THE MOST.
233 notes · View notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Mengajar, Belajar
Hari ini ke-3 kalinya aku ikut kegiatan mengajar TPA di masjid deket kos. Tapi, hr ini adalah hari pertama aku disuruh mengajar anak-anak yang belum SD. Ya, anak-anak usia PAUD dan TK :(
Kenapa aku pake emot sedih? Soalnya aku malu sama diri aku. Aku yang minta jadi pengajar, tapi aku nggak mempersiapkan diri dengan baik untuk mengajar. Siapa sangka aku bakal diamanahi mendidik anak-anak yang...sedemikian kecil?
Terang saja aku bingung. Aku nggak pernah punya pengalaman lain mengajar anak seumuran Otto, Ikrar, Hana, Lala, Upi, dan Rafi--anak-anak didikku di TPA--kecuali keponakan2 ku sendiri. Takut salah, takut nggak bisa menarik atensi mereka, takut emosi.. Well. Mereka benar-benar masih sangat ingin bermain hingga aku--yang bukan siapa-siapa ini--diabaikan :(
Sedih banget? Iyalah. Merasa hinaaaa banget sebagai perempuan. Kenapa aku tak bisa seceria-misal- bulek Hana? Atau sesabar ibunya kirana? Atau selucu pak Habib, guru mengajiku waktu aku kecil? Atau selembut tatapan pak Royani, guru SMA ku? (and..always comparing maself with others)
Ditegasin? Tentu nggak bisa. Mereka masih anak-anak. BANGET. Seumuran mereka itu emang lagi seneng-senengnya main banget. Jadi ya, biarkanlah mereka menikmati masa kecilnya dengan bermain bersama sebayanya dlu. Puas-puasin dlu lah. Sebelum dewasa dan sulit mencari waktu main *pengalaman*
Aku nggak bilang orang tua mereka salah sih karena sudah memasukkan anaknya sekolah dan mengaji pada umur segitu (3 tahun-an MEN!). Cuma, ya. Kadang aku merasa kasian sama mereka. Karena kayak kepaksa gitu ngajinya sama pengajar-pengajar ini. Belum lagi (aku doang sih tapi kayaknya. He) ada pengajar yang minim skill :(. Jadinya ya, deng-deng-deng...
Seumuran mereka itu baiknya masih diajar di rumah sama orang tuanya. karena orang tua lebih mengerti anak-anaknya seperti apa. Tapi ya nggak apa2 sih kalo mau diajar sama pengajar. Asal orang tuanya jga pro-aktif membantu pengajar dalam memberikan gambaran anaknya seperti apa.
Karena bingung, akhirnya tadi aku pake pendekatan yg lebih personal. He. Sebenarnya juga karena ngga pede sih harus ngomong depan forum. Kudatengi lah itu anak satu-satu buat mengaji dan belajar menghapal 3 Qul.
Dan, tetap saja tidak berjalan mulus, sodara-sodara. Akhirnya, kubiarkan mereka berlari-larian ke sana kemari dulu sementara aku memegang satu anak untuk ngaji dan hafalan. Setelah selesai, ku bujuk satu anak lain yang berlari-larian untuk berhenti sejenak dan hafalan. Begitu seterusnya.
Berhasil? Better lah. seenggaknya aku mencoba tidak egois dan berekspektasi tinggi mereka mau mendengarkanku. Biarlah mereka bermain sambil belajar. Yang penting, hari ini dapat pelajaran: ngajar anak kecil banget kui ndak boleh spaneng (serius). Dan, setiap anak itu punya pribadi dan karakter-karakter unik. Sehingga sebagai pengajar TPA, harusnya aku punya pendekatan berbeda untuk setiap anak.
Masalahnya sekarang, belajar dari mana lagi? :(
2 notes · View notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Mengajak Adik Bermimpi
Belakangan aku suka merenung. Nggak merenung-renung amat sih. Ntar kamu malah kaget kalo tiba-tiba ketemu aku, aku udh jd filsuf dan...jenggotan (nggak ada hubungannya).
Ini semua tentang cita-cita. Tepatnya, cita-cita yang aku tanam pada pikiran2 adik2ku.
Kuliah di Jogja bikin aku ingin adik2ku juga merasakan hal yang sama: kuliah. Dan, di Jogja.
Aku merasa, kota ini pilihan yg tepat untuk menuntut ilmu. Tentunya kalo mau dibandingin dgn Batam, Pekanbaru, Padang atau Medan.
Di Jogja, orangnya lebih bermacam-macam. Karakternya juga unik2. Jogja adalah tempat aku belajar mengasah kemampuan dan kepercayaan diri. Jogja adalah tempat dimana aku bisa menemukan teman sejati dan mana yang bukan. Jogja..kotapenuh pengharapan akan pendidikan untuk masa depan.
Aku selalu mengiming-imingi adik dengan segala yang bagus2 tentang Jogja. Tujuannya? Ya karena pengen adik2 ku juga ada yang kuliah di Jogja.
Sampai akhirnya, salah satu adikku kuminta mendaftar sbmptn dan snmptn beberapa waktu lalu. Sayang, Tuhan belum mengizinkan.
Kini, aku adalah satu2nya, anak pertama dari lima bersaudara yang berkuliah. Adik2ku? Demi apapun aku bangga, mereka telah mampu hidup mandiri dengan penghasilannya sendiri. Memupus harapan untuk kuliah karena terkendala dana.
Aku merasa berdosa. Aku tidak bisa..belum bisa membantu mereka untuk mempersiapkan masa depannya. Aku memberi mereka mimpi untuk kuliah, tapi aku sendiri belum mampu berdiri.
Perih rasanya hati melihat apa yang telah mereka korbankan. Tenaga mereka, demi menyokong kebutuhan hidup kami. pergi pagi pulang jelang larut malam. Gaji tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang terpakai.
Aku ingin adikku suatu saat seperti aku. Mengenyam pendidikan tinggi, memperbaiki masa depan mereka, dan kami.
Ps: maaf dek. Kakak baru bisa mengajak kalian bermimpi saja. suatu saat, akan kakak bangunkan kalian dan kakak ajak menggapai mimpi-mimpi itu. Kakak sangat menyayangi kalian. ❤❤❤❤
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Penolakan
Kadang aku suka khilaf sih. Suka pede akan keterima apa-apa yg aku daftar–dalam hal ini: kerjaan. Ternyata, gagal. Aku ditolak.
Jadi mikir. Apa pede itu bikin sombong?
Kayaknya aku harus narik dulu ke belakang esensi pede yg aku punya. Ngelihat-lihat lagi. Pede-nya aku itu, apa (tanpa sadar) sembari merendahkan yang aku daftar itu dan meninggikan pengalamanku?
Kalau enggak, mungkin kerjaan itu bukan jodohku. belum rejekiku. Atau, rejekiku nggak disitu. Aku kudu belajar ikhlas. Tuhanku, Allah SWT. udah nyiapin yg lebih baik dari itu buat aku (yg terakhir ini, ngerendahin lagi nggak?)
Kalau iya…niatnya perlu diluruskan, diperbaiki. Dan tentu saja, perbaiki kapasitas diri. Allah juga nggak suka keles kalo belum apa-apa, aku udah songong tiada tara. *maafkan aku ya Tuhan*
Now, it’s okay lah. Dua reason di atas boleh dipahami dan direnungi dulu.
Sedih? Lumayan, sih. Gapapa. Asal gak lama-lama. Orang-orang sometimes butuh perasaan sedih, biar dia bisa menghargai apa-apa yg bikin bahagia. *halah
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Cemburu.
Aku kira, memiliki media sosial seabreg adalah caraku untuk tetap terhubung dan tahu kondisi orang-orang tersayang yg jauh dari jangkauanku. Nyatanya, keberadaannya malah bikin hati sakit .... Karena mereka terlihat sangat bahagia bersama. dan tak mengingat aku. *lalu berkata pada hati sendiri, "emangnya, siapa kamu bagi mereka?"
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Ingat-Ingat
Belakangan ini, aku sulit tidur. Entah apa yg aku pikirin. Biasanya emang sulit tidur juga sih. Tp, rasanya ada sesuatu yang menggantung gitu di hati aku. Udah gitu, mimpinya aneh2 pula :( Nggak cuma itu. Makan juga nggak selera. rasanya pengen ini dan itu. Tp pas udah dibeli, makannya males2an. aku sampai heran sama diri aku. Analisisku, aku stres, sih. mikir apa? apalagi kalau bukan skripsi yg nggak kelar2. sebenarnya bisa segera kelar. kan alhamdulillah udah penelitian. cuma kok ya, nunda2 nulisnya itu loh yang nggak ketulungan. setannya banyak banget kayaknya. padahal udah rukyah sendiri tiap ada kesempatan.. Harusnya aku bersyukur sih. seenggaknya masih bisa tidur dalam keadaan tenang. coba deh bayangin gimana kondisi saudara2 yg ada di Palestina. aku nggak yakin mereka bisa tidur nyenyak manakala bom dan rudal bisa nyerang mereka kapan aja. Aku bahkan yakin mereka nggak bisa tidur. Jadi pelajaran juga buat aku. Hidup jangan liat ke atas terus. liat ke bawah juga biar nggak kepeleset. maksudnya, biar nggak kufur nikmat sama apa yang udah di kasi Allah. Seseorang bilang ke aku, "semakin kita bersyukur, Allah nggak bakalan segan-segan buat nambah nikmat yg banyak lagi buat kita". Masya Allah bgt, kan? Hal sekecil bersyukur itu yg kadang aku sering lupa.
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
galau lagi, curhat lagi
Aku habis mengubek-ubek vlog, blog, dan instagramnya salah satu social media influencer di Indonesia (eh, udah bisa dibilang di dunia, belum ya?) nih. Namanya Gita Savitri Devi alias @gitasav. Telat ya? hehe. gpp. aku emang nggak update orangnya kalo masalah dunia per seleb youtube-an.
satu hal yang aku dapetin dari akun media sosial Gita di atas yang aku buka, si Gita ini bener-bener MEMPESONA!
ketika aku bilang dia mempesona, jangan pikir that’s all karena dia cantik secara “tampang”. Tapi lebih kepada personality-nya dia. Cara dia berpikir dan menuangkannya ke dalam blog dan vlog sehingga aku bisa baca, itu yang kemudian bikin hati aku berkata, “oke, perempuan seperti ini harus bisa aku jadikan contoh”.
Aku tau lebih banyak gita dari vlognya yang kebetulan muncul di home youtube-nya temenku, yang kemarin sore aku pake buat streaming. Tapi, jauh sebelum itu sebenarnya aku juga udah tau dia dari temen magangku saat di NET. Temenku yang ini nge-fans banget sama gita dan sempat meng-upload foto berdua pas gita jd guest di NET. Pas ngeliat postingan itu, aku biasa-biasa aja. Ya, karena aku nggak ngefans sama dia. Bagi aku, mau orang itu artis kek, youtuber beken kek, pemimpin perusahaan apa kek, selagi aku nggak ngefans dan nggak kenal sama dia, aku nggak akan minta foto. Lah, buat apa? biar dibilang keren karena udah pernah foto sama si A, B, gitu? Makasih.
Jangankan yang nggak nge-fans, public figure yang aku nge-fans aja aku agak gimanaaaaa gitu kalo minta foto. lebih seringnya sih, membiarkan sang idola berlalu di depan mata. haha. nggak tau ah. aku juga ngga ngerti kenapa.
kembali ke gita. tadinya, tepatnya sebelum aku baca blog dan nontonin vlognya dia-walaupun nggak semua, yang ada di pikiran aku,”ya iya sih. dia kayaknya orang kaya. makanya bisa tinggal dan kuliah di Jerman”. Tapi setelahnya, aku menyesal karena sudah menghakimi dia dari postingan dia di IG yang terlihat super duper ciamik dan mewah itu.
Emang benar, kehidupan di media sosial itu bisa jadi nggak sesuai sama realita di lapangan. orang bisa aja posting A, tapi perasaannya B. Gita juga bikin klarifikasi nah di blognya dia tgl 27 Juli 2017 kemarin. Setelah liat vlognya dia tentang kehidupan dia di Jerman yang tidak semanis foto-foto di Instagramnya. apa-apa yang dia posting di IG nya itu yaa..karena dia nyari uang buat hidup dia Jerman. Katanya sih dia udah nggak lagi dibiayai ortu (kalo yang ini aku agak sanksi karna nggak mungkin dia bisa bertahan sendiri menghidupi dirinya di negara orang. atau mungkin karena dia udah dpt penghasilan sendiri dr ngevlog kali yaa…wallahualam).
aku jadi tau kalo gita ternyata sudah melalui banyak hal itu dalam hidupnya. sebuah proses menuju pendewasaan dan kematangan cara berfikir. gita ternyata bukanlah orang yang hedon dan fashionable seperti yang dicitrakan di instagramnya. itu hanyalah salah satu marketing dia untuk menghasilkan uang agar ia tetap bisa hidup mandiri di Jerman.
Salut sih. masih ada orang-orang yang seperti gita. aku kira, vlogger dan youtuber Indonesia bisanya rekam-rekam kegiatan gaje. ternyata, ada juga vlogger yang kontennya positif dan inspiratif.
sukanya aku ke gita, dalam banyak vlog dan tulisan yang dia buat, dia tidak berupaya untuk menggurui. semua based on pengalaman dan diceritakan dengan cara yang…santai, setidaknya begitu menurutku. 
semoga masi banyak deh orang yang seperti gita. aku pun berharap bisa jadi seperti dia. jadi orang yang benar-benar berguna buat nusa dan bangsa. paling penting, buat orang sekitar aku dulu dong.. doain ya.
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Quote
Aku sudah gagal menjadi yang pertama. Semoga aku tidak gagal menjadi yang (ter)baik--di mata Tuhan.
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Khianat.
Pernah nggak kamu merasa sangat kecewa hingga ingin menangis karena apa yang selama ini kamu pahami, kamu puja, kamu teladani, dihancurkan bahkan oleh orang yang mengajarkanmu? Jika pernah, aku ingin berguru padamu bagaimana menyembuhkannya.
Kamu tau, dari kecil aku dididik dengan ajaran Islam, yang jika boleh dikatakan: cukup kuat. Bayangkan, aku bahkan sudah diajari mendiang ayahku mengaji sejak umurku belum genap lima tahun. Puncaknya, kelas tiga SD (seingatku) aku sudah khatam Alqur-an. Tidak tanggung-tanggung, orang tua ku juga memasukkan ku bukan ke sekola dasar negeri, melainkan ke satu-satunya sekolah swasta khusus muslim di daerahku, MI Amanatul Ummah. Ya..itu karena pulau nan kecil tempat aku tinggal hanya memiliki beberapa sekolah dasar saja.
Di MI, aku belajar dasar-dasar ilmu agama, termasuk Fiqih, Alquran Hadits, Bahasa Arab, Akidah Akhlak, dan yang paling aku sukai: Sejarah Kebudayaan Islam. Di MI, aku dikenalkan dengan para nabi. Bagaimana suka dan duka mereka dalam menyiarkan dakwah Islam. Bagaimana mereka, meski disakiti, tetap mengutamakan kelembutan dan keramahan pada yang menyakiti.
Tentu saja yang paling aku pelajari banyak adalah tentang betapa mulia dan indahnya akhlak Rasulullah. Aku diberitahu, bahwa Rasulullah saat berdakwah pernah dilempari batu, tapi beliau tidak lantas membalas orang tersebut dengan melemparinya batu kembali. Aku diberi tahu, bahwa Rasul tidak disukai oleh banyak kaum, tapi Rasul tak membenci mereka. Ketika mereka sakit, Rasul tetap datang menjenguk mereka, bahkan menyuapi mereka makan.
Kamu tau? Itu Rasul ku! Rasul yang jadi junjunganku. Yang jadi pedoman saat aku melakukan beberapa hal dalam hidupku. Aku sangat bangga karena dilahirkan dari keturunan muslim. Dididik dengan ilmu agama yang benar, yang mengajarkan aku untuk saling mengasihi, tidak pandang bulu. Yang mengajarkanku untuk tidak membalas “tahi dengan tahi”. Meski ku akui, aku juga masih mendalami ilmu agamaku, yang Rahmatan Lil Alamin ini, yang kehadirannya diharapkan menjadi berkah bagi seluruh alam.
Hingga aku SMA, pelajaran agama menjadi salah satu pelajaran yang aku nanti. Terutama karena di rumah, semakin aku besar, pendidikan agama dari keluargaku berkurang. Sehingga aku merasa butuh wawasan untuk mendalami agamaku sendiri. Dan guru agama itu...sungguh sangat mencuri hatiku.
Aku senang saat sang guru mengajar, aku senang saat sang guru mengajakku atau teman-temanku lainnya bicara, aku senang dengan cara guruku bertutur kata, aku senang cara guruku memuji keagungan Allah dan Rasul-Nya saat kami berdoa. Semua penuh kelembutan, penuh kekhusyukan, dan menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Bukan seperti pembawa acara Islami di Trans TV dan Indosiar itu, yang sangat kasar dan tidak jarang tidak menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang yang disebut ustad/ ustadzah. Tapi yah....Aku tak berhak menilai orang dari apa yang terlihat saja. Baju boleh sama panjang, celana boleh sama cingkrang, tapi hati umat manusia siapa yang tahu selain Sang Pemilik Hati? Duhai Allah yang Maha Membolak-balikkan hati...
Selesai aku SMA dan kuliah, pelajaran agama formal terasa jauh. Tidak ada guru bersuara lemah lembut dan bertutur kata baik itu lagi. Aku semakin mengenal banyak karakter orang yang--dari penampilannya--terlihat sangat soleh/ solehah. Aku jadi paham, meskipun tujuan kita adalah sama, ternyata jalan yang kita tempuh berbeda. Tidak tahu, mana jalan yang terbaik dan mana jalan yang berkelok-kelok. Aku pun tidak berhak mengatakan bahwa jalan yang aku tempuhlah yang benar. Aku, hanyalah muslim biasa dengan banyak kekurangan. Menutup aurat, tapi belum sesuai syariat. Menjalankan amalan dan solat, tapi kadang masih suka bergunjing dan mengumpat. Aku tau, aku hanyalah muslim biasa dan pendosa. Tapi aku, tak pernah berniat untuk memaksa orang lain membenarkan agamaku. Apalagi dengan kekerasan. Aku percaya, Lakum Diinukum Waliyadiin. Untukmu agamamu dan untukku agamaku. Cukuplah orang itu baik dan mengajakku pada kebaikan, maka aku tak memandangnya dari agama maupun golongannya.
Aku sangat membenci orang-orang yang atas nama agamaku: membunuh orang lain dengan dalih jihad, menghalangi agama lain yang hendak melakukan ibadah, memaksa orang memeluk agamaku dengan kekerasan, dan mengajak pada permusuhan serta perpecahan. Aku membenci mereka. Sangat. (lihat...aku hanya manusia pendosa. bahkan untuk menjauhkan diri dari benci saja aku tak bisa).
Lalu, pagi ini, tanpa sengaja aku menemukan akun facebook guru agamaku yang aku ceritakan tadi.. Lalu... aku merasa dikhianati.
Aku tak kuasa menahan mata yang mendadak panas karena ada yang ingin tertumpah, saat ku lihat guru agamaku menjadi pendukung orang dengan sifat yang aku benci di atas. Aku merasa..sia-sia. Ibaratkan orang yang sedang jatuh cinta dan kamu tau bahwa yang kamu cinta tidak sebaik yang kau kira. Mengapa Tuhan biarkan semua ini? Aku padahal selalu mengelu-elukan guruku itu. Aku bahkan membenci Rizieq Shihab yang mengaku ulama tapi berperilaku kasar naudzubillah, dan selalu membandingkannya dengan guruku itu. Semua orang yang mengaku ustad/ ustadzah apalagi ulama, yang ‘keras’ di telingaku, akan selalu kubandingkan dengan kelembutan dan kehalusan tutur guruku itu. Aku merasa, guruku adalah sosok muslim yang boleh dibilang sempurna. Mengajak pada kebaikan, dengan kebaikan.
Lalu apa semua ini, Tuhan?
Aku semakin percaya, bahwa aku tidak boleh terlalu memuja seseorang. Bisa jadi suatu saat aku membencinya. Hanya Allah-lah yang berhak dan pantas di puja. Hanya Allah-lah yang tidak aku membuatmu kecewa. Hanya Allah SWT..
Tuhan, Kau tau? Aku jadi semakin bingung dalam melihat perkembangan dunia kini, dimana fitnah dan kekerasan merajalela. Kau tau, Tuhan? Si Rizieq Shihab itu bahkan diibaratkan khalifah Umar bin Khattab, yang tegas saat mendakwah. Maafkan aku, Tuhan. Aku tidak bisa menerima semua itu. Aku percaya, Umar bin Khattab tidak pernah mengajak umat yang dipimpinnya untuk membenci orang lain. Umar bin Khattab tidak pernah mengajak pada perseteruan dan perpecahan.
Tuhan, jika apa yang aku pahami kini salah, tunjukkan aku pada jalan yang benar. Aku masih percaya, Engkau tak pernah mengizinkan kekerasan kecuali kalau terdesak. Aku percaya, Engkau tidak akan membesarkan agama ini kecuali untuk membawa pada kebaikan.
Tuhan, Aku hidup di dunia, untuk mengharap Ridho-Mu. Yang baik jadikanlah semakin baik, yang belum baik bimbinglah menuju kebaikan itu.
Tuhan, meski hidupku rasanya kacau karena merasa dikhianati, aku masih bersyukur, karena aku sudah diberikan pemahaman agama dari awal. Aku juga bersyukur, pemahaman agama itu tidak aku dapatkan dari orang-orang seperti Rizieq Shihab dan pengikutnya itu. Tidak bisa kubayangkan apa jadinya aku.
Tuhan, aku masih ingin hidup dengan melihat kedamaian dan kebaikan Islam di muka bumi ini. Semoga Engkau selalu melindungi kami yang lemah ini. Aamiin.
Tumblr media
Terima kasih, Gus Mus. Semoga Allah selalu melindungi-Mu.
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Buat orang seperti saya, yang terbiasa melakukan apa-apa sendiri, urusan "menyelimuti saat kau tidur" apalagi saat sakit, tidaklah sesederhana itu. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik, Nur.
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
memantaskan diri
Kadang kala aku suka lupa dan kecewa.
“kok masnya jarang main IG lagi sih?”
Harusnya aku bersyukur. karena itu berarti dia bukan tipikal lelaki yang suka mencari perhatian dari semua orang. Atau bisa jadi dia sibuk belajar, sibuk mempersiapkan masa depa, mungkin..
kalau benar begitu, aku bersyukur. yasudah. nggak masalah kalau dia menghilang dari peredaran. karena lelaki yang baik itu bukan yang tidak pernah lepas dari gadgetnya. dia butuh waktu untuk memantaskan dirinya demi masa depannya.
semoga saja praduga ini benar.
lalu, kapan kamu mantasin diri jugak? *nanya diri sendiri*
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
wonder woman
udah pantas belum ya disebut wonder woman? hehe.
Ini jelang puasa pertama saya, jauh dari banyak orang yang saya kenal. hmm, enggak juga sih sebenarnya. saya saat ini sedang berada di ibu kota. numpang di kosan salah seorang teman yang baik hati, ada keluarga juga sebenarnya di kebayoran lama. tapi malam puasa pertama ini, saya di kosan, sendirian.
loh kenapa?
teman saya sedang ada acara dan baru akan pulang besok. sementara saya terlalu mager bermacet ria di atas transportasi umum untuk ke rumah bude saya di kebayoran. jadilah saya sendirian di sini. dan ini pilihan saya.
lalu, apa saya sedih?
hmm, sedikit. tidak munafik sih. tapi, ya itu tadi. ini pilihan saya. so, jalani aja.
saya hanya ingin menikmati kesendirian ini. bebas, nggak ada yang bikin saya merasa nggak enak jika seharian hanya ingin berkutat dengan laptop karena skripsi belum kelar. ups..
biarlah ayam gulai, rendang, nasi panas, teh manis, atau panganan sahur pertama lainnya yang biasa saya makan, kali ini cukup saya bayangkan. saya percaya, Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik, esok. iya kan, Tuhan? :)
0 notes
itskudels-blog · 7 years
Text
Nggak Enakan
Kenapa ya ada perasaan seperti itu?
saya nggak enak jika merepotkan orang lain tapi saya terpaksa melakukan. karena saya tidak bisa dan tidak mampu melakukannya sendiri. tapi setelah itu saya dihantui rasa bersalah, berkepanjangan, memikirkan bagaimana kemudian perasaan orang yang saya repotkan itu. apakah mereka biasa saja, atau merasa direpotkan sekali oleh saya.
sialnya, perasaan nggak enakan itu bukan cuma sekali dua kali menghantui saya. setiap saat saya bertemu orang, dan orang itu melakukan sesuatu yang saya butuhkan, saya pasti kepikiran, ttg perasaan orang itu.
berkali-kali meminta maaf dan terima kasih, cuma itu yang baru bisa saya lakukan. sampai-sampai sebagian orang merasa perlu menggampar saya karena permintaan maaf yang bertubi itu.
apa yang salah dengan saya? saya kadang ingin seperti orang yang cuek. tapi tetap tau batas dan waktu kapan mereka harus dan tidak melakukan itu. hanya saja saya rasa, semua sulit diubah. karena saya sendiri..saya tidak tau mana benar dan salahnya. apakah sikap saya yang seperti itu salah.
saya haya takut di cap tidak tau diri atau tidak tau balas budi jika cuek. ah Tuhan, saya serba salah. saya labil :(
0 notes