Tumgik
jalankoki · 5 years
Text
Jembatan Takdir
@edgarhamas
Setiap orang, termasuk kamu dan aku, sedang berjalan di jalanan panjang menuju impian masing-masing, menuju takdir masing-masing.
Jalan itu ada yang terjal meninggi lalu curam turun, ada yang awalnya mulus namun di tengahnya berlubang. Ingat saja kaidah ini: tidak ada manusia yang jalan takdirnya mulus selalu, dan di saat yang sama: tak ada manusia yang diberi jalan rusak selalu.
Namun di jalan yang beruas-ruas itu, Allah menganugerahkan jembatan untuk berakselerasi lebih cepat menuju kejayaan. Jembatan itu berlaku untuk siapa saja, muslim maupun kafir. Namun ia punya tiket khusus bagi siapa yang ingin menitinya: kerja keras dan keyakinan.
Itulah sunnatullah, berlaku untuk siapa saja. Yang bekerja keras demi dunianya memang akan mendapatkan dunia, tapi hanya itu yang ia dapat. Yang bekerja keras untuk akhirat dan tak melupakan dunianya, maka akan menuai apa yang ia titi. Jembatan itu mengakselerasi siapa saja untuk mendapatkan apa yang diimpikannya.
Jika saja Salman Al Farisi tak mau berlelah-lelah mencari Nabi Muhammad dari Persia sampai Madinah, ia barangkali akan tetap menyembah api di biara Majusi. Jika Bilal langsung menyerah ketika ditindih batu besar oleh Umayah, barangkali namanya tak akan kita kenang sebagai muazin pertama.
Dalam meraih dunia saja ada jembatan akselarasi bernama kerja keras dan keyakinan, apalagi untuk meraih surga-Nya. Allah sudah menjamin rizki bagi hamba-hamba-Nya, namun manusia malah banting tulang mencarinya. Berkebalikan dengan akhirat, tak ada jaminan masuk surga, tapi kita begitu mudah menggampangkan.
“Al waajibaat aktsaru minal Auqaat”, kewajiban-kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. Sediakan masa mudamu sebelum tua, lapangmu sebelum sempit untuk menginvestasikannya dalam akselarasi cepat mengumpulkan pundi-pundi pahala melewati jembatan takdir itu. Sebab tak ada yang menjamin waktu kita cukup untuk melakukan hal yang terbaik jika terus menunda-nunda.
573 notes · View notes
jalankoki · 5 years
Text
waktu sakral
kita semua punya waktu sakral, yaitu waktu di mana kita tidak sedang bekerja, tidak sedang belajar (di kelas), tidak sedang melaju, tidak sedang melakukan kegiatan harian seperti mandi makan dan ibadah, tidak sedang tidur, tidak sedang mengurus keluarga. waktu-waktu itu sangatlah sakral karena menentukan siapa diri kita tanpa seluruh embel-embel yang kita punya.
sadar tak sadar, semakin dewasa, waktu sakral kita semakin sedikit. jalanan semakin macet, urusan semakin banyak, media sosial semakin menarik, pekerjaan tak habis-habis. waktu sakral kita semakin tipis dan kita kerap mengeluh mengapa hanya ada 24 jam dalam sehari.
kita, anak muda, seperti pesawat yang akan menuju suatu tempat. kita baru saja terbang dan masih bisa berbelok atau berputar arah jika perlu. dalam satuan waktu yang besar–seperti tahun–kita masih punya waktu untuk bisa “menjadi sesuatu”, masih punya energi untuk “menuju ke suatu tempat”.
sayangnya, dalam satuan waktu yang kecil–seperti hari dan jam–kita seakan tak punya apa-apa. waktu kita sering menguap untuk hal tak perlu. energi kita terkuras untuk hal yang tak membawa kita ke mana-mana.
sekarang adalah saat terbaik untuk menyelamatkan waktu sakral kita. tutup lini masa, bukalah kitab. berhenti memikirkan masa depan, mulailah merencanakan. sudahi menonton orang lain menyinyiri orang lain, mulailah menulis kebaikan.
lakukan sesuatu, apa saja, dengan tekun sehingga sesuatu itu membesar dan menghasilkan. menghasilkan apa pun yang membuat kita lebih bermakna, bahagia, dan bersyukur.
967 notes · View notes
jalankoki · 5 years
Text
Rintik #11 : Never Blame Something We Can’t Control
Sadar atau tidak, setiap dari kita kerap mengeluh. Mengeluh karena beberapa hal berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Padahal sesuatu sudah diatur sesuai porsi, tetapi tetap saja selalu ada celah untuk kita merasa kesal. Jadi sudahkah bisa kita bersyukur benar-benar? Tetap menikmati hal-hal yang tak kita inginkan datang?
Lewat hujan, lewat percakapan dengan seseorang, hari ini saya kembali diingatkan. Bahwa dalam hidup tak ada jalan yang mulus. Di tengah jalan, kita bisa temui lubang, tanjakan-tanjakan, air yang menggenang, lumpur yang sungguh hitam. Ya, dalam hidup kita akan temui banyak sekali hal, banyak sekali orang yang mengajarkan kita arti penerimaan.
Semoga semakin tinggi, semakin rendah hati. Sebab di mataNya, kita semua sama.
Jakarta, 10 Januari 2019
Rintik Kecil
35 notes · View notes
jalankoki · 5 years
Photo
Tumblr media
Semoga Perhiasan itu Kamu
Adalah perhiasan yang membuat manusia itu menawan. Dan istri sholihah ialah sebaik-baik perhiasan. Karena pada istri yang sholihah, akan terlihat keindahan akibat ibadah dan amalan yang ia lakukan. Karena pada istri yang sholihah, akan tampak cahaya kebaikan akibat kebermanfaatan dia dengan lingkungan. Karena pada istri yang sholihah, akan tampak ketenangan akibat terjaganya perilaku dan rasa malu.
Inilah malu, salah satu perhiasan yang telah lama hilang. Rasanya sulit kita temukan di zaman seperti sekarang. Padahal rasa malu merupakan cabang dari keimanan. Rasa malu itu ciri wanita dalam Al-Qur'an. Rasa malu itu akan selalu mendatangkan kebaikan.
Dunia memang kebanyakan peduli dengan apa yang tampak pada mata. Membuat orang-orang tertarik kepadanya. Karena manusia suka akan perhatian. Demi ketenaran, manusia akan rela melakukan apa saja. Hingga hilanglah rasa malu, tanpa khawatir akan akibatnya. Hingga hal ini menjadi hal yang biasa.
Jika wanita hilang rasa malu, maka hilang pula batas untuk menjaga. Menjaga diri di tengah kehidupan yang serba terbuka. Kehidupan dimana semua orang bebas mengekspresikan apa saja. Dimana semua orang berlomba untuk menunjukkan siapa dirinya. Bersaing untuk mendapatkan perhatian sebanyak-banyaknya.
Jika wanita hilang rasa malu, maka hilang pula batas untuk menjaga. Menjaga diri dari pandangan laki-laki. Karena bagi para lelaki, mata adalah karunia tertinggi. Segala apa yang tampak mata bisa membuatnya terlena. Sedikit saja lengah, susah baginya untuk mengalah. Maka para wanita, bantulah para lelaki untuk menjaga pandangannya. Jadikanlah dirimu berharga.
Wanita sejati, sesungguhnya tak mencari perhatian. Yang diperlukan adalah kesabaran. Ibarat mutiara di tengah lautan. Di dalam cangkang dia berdiam. Wanita sejati, sesungguhnya memiliki kegigihan. Seperti berlian yang terbenam jauh di tanah bebatuan. Bertahan dalam proses yang penuh kesulitan. Wanita sejati, sesungguhnya memupuk rasa malu. Yang jarang dimiliki setiap individu. Bagai mahkota yang ada di atas kepala sang ratu.
Maka untuk setiap wanita, jadilah sebaik-baik perhiasan dunia. Yang demikian justru tak ternilai harganya. Sangat beruntung, bagi laki-laki yang mendapatkannya. Sungguh berharga, hanya orang-orang yang pantas yang berhak menerimanya. Karena yang berharga hanya untuk yang berharga pula.
Semoga untuk setiap wanita senantiasa diberi hidayah agar terus memperbaiki diri untuk menjadi sebaik-baik perhiasan dunia. Senantiasa dikukuhkan rasa malu pada akhlaknya. Semoga untuk setiap laki-laki mendapatkan sebaik-baik perhiasan yang ia buru, istri sholihah yang senantiasa menjaga rasa malu. Semoga bagi diriku perhiasan itu kamu.
Ketika dunia dimana semuanya serba terbuka, maka rasa malu pada dirimu adalah hal yang terindah.
970 notes · View notes
jalankoki · 5 years
Note
kak, apakah benar-benar ada pekerjaan yang menyenangkan, sesuai passion? aih,, bahkan passion saya sendiri saya tidak tahu. 3th setelah lulus kuliah saya sudah 4 kali berpindah tempat kerja,dengan alasan bosan dan harapan menemukan yang cocok. namun saya selalu melihat pekerjaan kemarin lebih baik dari pekerjaan sekarang. lantas apakah saya harus terus mencari, atau menerima saja?
Daripada di bingungkan passion, hobi, dan semacamnya. Langsung saya arahkan ke konsep IKIGAI ya. Kegemaran pada gambar = passion.
penjelasan lengkapnya di ambil dari http://sumber-kearifan.blogspot.com/2018/01/konsep-ikigai-untuk-apa-kita-hidup.html
Tumblr media
Kalau hanya ditanya ada atau tidak pekerjaan sesuai passion. Jawabannya ada, tentu ada. Menyenangkan? Bisa jadi. Selalu menyenangkan? Pastinya nggak bakal. Lelah, jenuh, dan permasalahan-permasalahan lain tentu akan ada di dalamnya. Meski itu pekerjaan yang kita sukai sekalipun.
Tumblr media
Kalau memang belum menemukan dunia dimana kamu menaruh hati sepenuhnya, Tidak ada jalan lain, cari sampai ketemu, kalau memang kamu benar-benar menginginkannya. Caranya, memang harus banyak mengexplore diri. Ikut berbagai bentuk kegiatan, komunitas, sharing sama yang lebih expert dll. Prosesnya seringkali memang nggak sebentar. (Atau bisa youtube Rene Suhardono - Passion, Purpose, Value. atau video2 setema yang lain.) 
Tumblr media
Tapi yang pertama-tama harus dilakukan adalah, bersyukur. Bersyukur dan menerima apa yang diberi dan bisa dijalani saat ini. Dan berdoa juga agar bisa mendapat/meningkat lebih dari yang sekarang. Bukan berarti serakah ya. Niatkan agar bisa jadi mukmin yang kuat, mandiri, bisa bantu keluarga, teman, dan orang lain.
Yang dianggap sebagai passion (ini belum di titik ikigai) apa harus pekerjaan utama? Nggak harus, bisa sampingan juga. Ada yang memang ia lakukan hanya untuk “menjaga kewarasan”, selow aja nggak sampai ngoyo. (Terlepas seperti apa keleluasaan dan pengaturan waktu orang tersebut)
Saya punya beberapa kenalan Dokter. Setelah ada pertanyaan ini, saya coba mengajukan pertanyaan pada teman saya ini.
 "Apakah kalau hal lain yang kamu sukai bisa menghasilkan, profesi Dokter ini bakal kamu lepas?“ jawabannya “Nggak.” Karena baginya menolong orang baginya ya udah panggilan hati/amal aja. Yang kalau dikembalikan ke diagram Ikigai tadi, berarti mencakup 3 saja : Misi, Pekerjaan, Profesi. Dan it’s okay. Bagian passion tadi mungkin akan teman saya dapat nanti, dari bidang yang lain.
Ada juga Om Ario, Yang bisnisnya bergerak di bidang logistik. Ia bilang dalam podcastnya. “Mana ada sih, orang terlahir di dunia ini dengan passion logistik? Nggak bakal ada juga.” Penjelasan lanjutannya, “Bidang logistik ini bukan bidang yang Gue banget sebenarnya. Cuma hal yang Gue jadikan passion ada didalamnya. Seperti bertemu dan ngobrol dengan orang baru (klien),” Seterusnya saya lupa, Dan kebetulan beliau dan partnernya membahas hal ini di podcastnya. (Bisa kalian search di Spotify : Thirty Days Of Launch atau tap link : https://open.spotify.com/episode/53c4pPk2VWTOJYaFM7tMty?si=JIhyOyo1QCmmaJy8sbyE6g )
Tumblr media
Kalau keadaanmu (atau siapapun yang membaca) saat ini masih membuatmu memiliki kesempatan untuk memilih, atau berganti. Karena masih ada back up dari suami, keluarga, orangtua, tabungan, atau hal lain. Jangan lupa bersyukur ya, di luar sana masih banyak yang lebih lelah dari pekerjaan kita, namun masih tidak berkesempatan untuk memilih hal yang lain. 
Semoga sedikit menjawab, dan ini juga jadi pengingat untuk saya sendiri. Terimakasih :)
2K notes · View notes
jalankoki · 6 years
Text
patut di repost 😅
Assalamualaikum Anak Masa Depan ku…
Perkenalkan, saya Ibumu.
Kelak kamu akan tumbuh dari keluarga bahagia, dari keluarga yang saling menyayangi, dari keluarga yang hidupnya selalu menuju Tuhan kita, Allah SWT. Ah, tidak sabar rasanya menantimu bertanya, Tuhan itu apa, Bu? Dimanakah Dia sekarang?
Nak, ketika teman-teman Ibu memposting perihal ibu-ibu mereka di Hari Ibu, Ibu memutuskan untuk menceritakan kamu. Memang seperti berkhayal, semoga menjadi bagian dari doa ya Nak :) Ibu akan pastikan kamu lahir dari ibu yang tangguh, dari Ayah yang benar-benar mencintai kita.
Nak…
Suatu ketika Ibu kecewa melihat laki-laki yang ibu cintai terlalu menuruti egonya. Sebenarnya, ibu tidak yakin ia bakal jadi calon Ayahmu atau tidak. Jika ibu menuruti ego juga, ibu tak mau mencintai laki-laki ini. Menyayanginya. Apalagi mengharapkannya.
Ibu pastikan akan mencintai calon ayahmu yang taat pada Allah. Setidaknya, tidak terlalu menuruti egonya. Yang hatinya hanya ingin keberkahan Allah. Ya begitulah.. kamu akan memahaminya nanti setelah waktu mu memasuki masa remaja, diusia pantas menikah.
Nak…
Ibu menyayangimu, bahkan sebelum kamu ada di sini. Ibu berdoa semoga ibu diberi Suami yang baik dan memperoleh keturunan, kamu. Kelak kamu akan tumbuh dengan rasa bangga pada Ayah dan Ibu. Dan dijadikan keluarga hingga jannahNya.
Sampai jumpa anak masa depanku. Aku mencintaimu, bahkan sebelum kau ada di Dunia ini.
22 Desember 2017.
10 notes · View notes
jalankoki · 6 years
Photo
Tumblr media
satu satunya yang diingatNya ialah ummatNya. satu satunya yang diingat ummatNya adalah. [titik] . . . _________________________________ Diskusi panjang bersama si dia, memunculkan hipotesis, "wong saat Sahabat punya dua/lebih pendapat, Rasul katakan "itu benar_yang itu juga benar" ". . Lalu Kita Di sini Di sana Saling Mencaci Membenarkan diri Menyalahkan yang lain ...aku rindu... ...rindu ini berat... ... sungguh... ___________________________________ #uripkiurup #uripkeurip #urupkeurip #kahuripan #syafaat #duacahaya #ndelosor #gondelankelambiMu #صلوعلى_النبي
0 notes
jalankoki · 6 years
Photo
Tumblr media
Beberapa waktu setelah gempa yang berpusat di Banten muncul cocoklogi dengan mengaitkan antara waktu gempa dan ayat quran. 13:34 wib.surat 13 ayat 34. silakan dikroscek gudpipel. . Lalu saya teringat dengan kajian tafsir tentang angka-angka. Disebutkan bahwa kemungkinan keteraturan angka dalan Al-Qur'an mirip dengan mekanisme "parity checking" yang biasa digunakan dalam transfer data digital. Parity checking adalah suatu mekanisme pengecekan data untuk memastikan apakah data tersebut telah berubah atau tidak setelah berpindah tangan. . Mungkin inilah bentuk penjagaan Allah atas keaslian Al-Qur'an. . . . 📚 resume kajian tafsir ilmiah Salman,ITB 📚 ____________________________________ #tafsir #tafsirSalman #cocoklogi #gempa #tadabur #tafakur #membaca #kauniyah #ayatKauniyah #focus #fokus #urupkeurip #uripkiurup
0 notes
jalankoki · 6 years
Photo
Tumblr media
BAHAGIA itu sederhana. Apakah sangking sederhana nya jadi bahagia? Apakah sangking bahagia nya jadi sederhana? Kalau dipikir-pikir, perjuangan nya gak se-sederhana itu. Se-sederhana "ngopi di pantai",menuju pantai tentu saja pakai perjuangan. Kita-nya aja yang emang sudah menikmati,jadi yaaa bahagia rasanya. . Sang teman yang sudah jadi ibu. Bahagia liat senyum anaknya. se-sederhana itu. Anak itu lahir dg perjuangan.betul?... Kalau tidak ada perjuangan, maka bahagia yang jadi-mudah itu pun akan beda. . Jangan jangaaan... memang... bahagia itu adalah hal hal tentang ke-SEDERHANA-an. 🌿🌿🌿 ____________________________________ bahagia dalam perspektif lain, di postingan berikutnya. ____________________________________ #happiness #urupkeurip #_janaloka_ #bahagiaitusederhana #bahagia #simple #slow
1 note · View note
jalankoki · 6 years
Text
Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal Sang Hamba
Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, “Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingat karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?”
Mu'adz menjawab, “Baiklah, akan aku ceritakan.” Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, “Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau.” Kemudian Mu'adz melanjutkan:
Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah saw yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, “Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz!”
“Labbaik, wahai penghulu para rasul!”
“Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla!
Wahai Mu'adz.
Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Maha Tinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.
Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'i dunya), yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.
Namun, tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, “Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut! Aku adalah pemilik ghibah. Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia –yaitu membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya – untuk dapat melewati pintu langit pertama ini!”
Kemudian, keesokan harinya, malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun, malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, “Berhenti kalian! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal, namun di balik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka (‘aradla dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!” Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun, ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, “Berhentilah kalian! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka.”
Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, “Berhentilah kalian! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya! Aku adalah malaikat penjaga sifat ‘ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar tidak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan!”
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari. Namun, sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, “Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menuju langit berikutnya!��
Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan si hamba tersebut ke wajah pemiliknya. Dia tidak memiliki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya!“
Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara’ (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan kilatan petir. Namun, ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah Ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya’, dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya’ tersebut!”
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan Ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.
Namun tanpa disangka Allah berfirman, “Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknat-Ku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku!”
Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, “Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami.” Dan berkatalah seluruh petala langit, “Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu!”
Mendengar penuturan Rasulullah saw sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras. Lama baru terdiam, kemudian dia berkata dengan lirihnya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi?”
Rasulullah bersabda, “Oleh karena itu, wahai Mu'adz, ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan.”
Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, “Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua?”
Nabi yang suci bersabda, “Baiklah, wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Al-Quran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya…” (QS An-Nâziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencopot tulang.
Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, “Wahai Rasulullah, siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua?”
“Wahai Mu'adz! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala. Oleh karena itu, cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua, niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya!”
Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Al-Quran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Al-Quran di dalam majelis pertemuannya.
2 notes · View notes
jalankoki · 6 years
Text
Tuhan bersama makhluk yang yakin bahwa hari ini, esok, dan seterusnya, akan ada rizki untuk nya, hanya dari Nya. Caranya saja yang berbeda-beda. Ada yang secara rutin melalui gaji bulanan. Ada yang mesti harap-harap-cemas melalui wirausaha nya. Ada pula yang melalui panggilan panggilan kerjaan yang tak terduga.
.
.
.
Janaloka. Terimakasih Semesta.
Bis, perjalanan Malang-Surabaya.
Januari, 2018.
2 notes · View notes
jalankoki · 6 years
Text
Maaf..
Adakalanya kau kubiarkan sendiri bersama Tuhanmu. Sebab aku paham, aku tak mungkin merebut dirimu dari-Nya.
Bukan cinta namanya jika saling menyakiti. Maka, menjaga jarak denganmu untuk saat ini adalah pilihanku sampai nanti Ia mengizinkan kita bersama.
Maaf…
Jika aku telah berani menjatuhkan rasa kepadamu. Sebab kau begitu mencintai kalam-kalamNya yang selalu kau baca. Itulah alasan sederhana mengapa aku bisa menjatuhkan rasa terhadapmu.
Kecintaan dan komitmenmu dalam mencintai Al-Qur'anlah yang telah menggetarkan hatiku.
Siapapun nantinya dirimu, semoga kebersamaan kita tidak hanya berakhir hanya di dunia saja. Namun kebersamaan ini akan kekal sampai surga-Nya.
Kelak, akan banyak yang aku ceritakan kepadamu mengapa hatiku sampai luluh mencintaimu. Sebab, kau adalah seseorang yang sabar untuk membersamai Al-Qur'an ditengah-tengah para manusia milenia yang kini mulai meninggalkannya.
Terimakasih aku ucapkan. Sebab kau yang terindah sudah dengan baik menjaga diri dengan bertumbuh bersama Al-Qur'an.
Tetaplah menjadi baik dengan kebaikan Al-Qur'an yang selalu ada pada dirimu.
kau yang selau ku pinta pada-Nya. Izinkan aku memintamu kepada ayahandamu sebagai ridho untuk menyempurnakan separuh agamaku..
Hanya tulisan.. Semoga ada kebaikan yang tetap bisa diambil..
©Ibn Syams
668 notes · View notes
jalankoki · 6 years
Text
Tidak semua orang setia padamu karena kebaikanmu yang memikat. Bahkan bisa jadi orang yang paling membencimu adalah temanmu sendiri. Tapi dia memilih setia dan tak meninggalkanmu karena dia percaya dan menaruh harapan besar untukmu. Maka sudah selayaknya kamu menjaga pertemanan itu, menjaga agar teman-temanmu yang baik tidak pergi meninggalkanmu satu per satu.
— Taufik Aulia
677 notes · View notes
jalankoki · 6 years
Text
Samudra Kaya, tapi Pantai Adalah Nyawa
Tumblr media
Suara ombak menggaruk punggung pasir di bibir pantai, terdengar mengawali lagu. Suara itu, disusul petikan gitar, menarik segera telinga untuk lebih dekat meresapi lagu berjudul Melaut dari Kapal Udara.
Lanjutkan membaca
2 notes · View notes
jalankoki · 6 years
Photo
Tumblr media
Dunia seisinya tercipta untuk Kekasih_Nya. Lihat, apa yang sudah kita lakukan untuk_Nya [?] . . . . . ______________________ #motherearth #nature #mature #waste #nowaste #jagabumijagaselalu #sheep #sea #gili #janaloka @jalankoki #trip #travel #simpansampahmu #garuksampah #sampah #animal #ardhi
1 note · View note
jalankoki · 6 years
Text
Menerima kenyataan adalah sebuah kehebatan. Kalimat itu penting untuk direnungkan di setiap senja datang. Ketika langit akan berganti warna menjadi gelap, sebagian dari kita ada yang merenungi kehidupannya, dan pasti ada yang merenungi apa yang dia lakukan hari itu. Dan apakah kenyataan sesuai dengan harapannya di fajar tadi.
Tunggu sebentar, seduh dulu kopi atau teh atau cokelat hangat. Sebelum kita benar-benar memahami kenyataan yang ada, yang mana memang perlu kita renungkan dan kita harapkan bisa tidur nyenyak malam ini.
Sebagian dari kita ada yang kecewa dengan dirinya sendiri, sebagian lagi ada yang kesal pada orang lain, ada pula yang semakin takut esok akan tiba dengan sederet kewajiban bagai dilempar sebuah tombak runcing. Semua dari kita punya jalan hidup yang beragam, tapi sedikit yang yakin akan bisa menghadapinya.
Sedikit? Iya tentu saja. Bukankah sangat sedikit orang-orang yang bisa mengubah sejarah dunia? Tentu orang-orang itu adalah orang-orang yang optimis. 
231 notes · View notes
jalankoki · 6 years
Text
Maiyah Dalam Perspektif Sufisme
Kosakata ‘maiyah’ dalam bahasa Arab berarti: dalam keadaan bersama atau kebersamaan yang tak terlepaskan, the endless togetherness (kalau boleh menggunakan kosakata seperti ini). Dalam tradisi sufisme maiyah berarti maiyatullah, bersama Allah yakni makna yang bersumber dari keadaan yang dialami rasulullah Muhammad SAW dan sahabatnya, Abu Bakar ra tatkala berada di dalam gua tsaur ketika sedang dikejar musuh dimana Muhammad SAW menyatakan kepada sahabatnya “Allah bersama kita”; sebagaimana dikisahkan dalam al-Quran surah at-Taubah : 40.
Literatur tasawuf cukup kaya akan bahasan mengenai ayat 40 surat at-Taubah ini karena pertanyaan yang menggelitik adalah bahwa sosok Abu Bakar bukanlah pengikut biasa melainkan orang yang oleh Nabi sendiri diakui keimanannya yang prima sehingga tidak layak berasumsi bahwa Abu Bakar dirundung ketakutan dan kekhawatiran apalagi kesedihan menghadapi situasi yang ada. Lagi pula tidak ada informasi yang akurat baik al-Quran maupun Hadist yang menggambarkan bahwa Abu Bakar saat itu mengeluh kepada sahabatnya apalagi secara fisik menyatakan rasa sedih. Tetapi mengapa kemudian Muhammad SAW berkata kepada sahabatnya: “jangan bersedih, Allah bersama kita”?.
Boleh jadi ungkapan ini tidak mesti dipahami dengan pola hubungan sebab akibat sehingga tidak dengan cara empiric dimaknai jangan bersedih karena Allah bersama kita. Pemaknaan sufisme terhadap kesedihan yang mungkin ada dalam diri Abu Bakar tidak terkait dengan pribadinya tapi tertuju pada apa-apa yang akan menimpa mereka yang memerangi dan mengejar Muhammad, seakan-akan Abu Bakar berkata: ‘saya bersedih jika kemudian orang-orang itu mencederaimu wahai Rasulullah, maka tertimpa azab yang tak berkesudahan’. Ini tentu disebabkan oleh pengetahuan Abu Bakar yang sudah mencapai taraf ainulyaqien siapa sesungguhnya Muhammad. Dari pihaknya Nabipun hanya mengingatkan “Allah bersama kita” dalam pembebasan mereka yang menjadikan dirinya musuh Muhammad dari malapetaka apapun; seperti halnya sikap beliau menghadapi penyiksaan penduduk Makkah ketika telah mencapai titik kulminasi sampai-sampai malaikat Jibril as menawarkan apa perlu mengangkat Jabal Qubais untuk ditimpakan kepada mereka dan tamat riwayatnya? Lalu dijawab oleh beliau Nabi “Oh jangan, karena aku berharap mereka melahirkan anak-cucu keturunan yang mampu memahami misi ini dan menjadi pejuang melanjutkannya”; Subhanallah, shallallahu alaika ya sayyidi ya Rasulullah.. Pengertian maiyah sebagaimana yang dipahami kaum sufi dari ayat 40 surat at-Taubah bukan untuk membangun sifat defensive melainkan gagasan ‘pembebasan’ yang didasarkan kepada cinta kasih sesame sebagai manifestasi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan dengan kepercayaan yang mendalam terhadap misi perjuangan. Bukanlah kebetulan bahwa ‘maiyah’ muncul dalam konteks proses hijrah karena pada dasarnya momentum hijrah menjadi tonggak transisional dalam metodologi dan pendekatan dakwah yang digunakan Muhammad dalam misinya.
Selama kurang lebih satu dasawarsa beliau mendebat penduduk Makkah tentang tauhid, namun hasilnya tidak signifikan. Sejak dahulu bahkan hingga sekarang penduduk Makkah adalah manusia-manusia materialistic sehingga sulit memahami dimensi-dimensi ideologis, seperti sikap mereka yang tak habis pikir mempertanyakan misalnya buat apa Muhammad mengajarkan persaudaraan sesama manusia diluar hubungan darah dan suku bangsa? Oleh karena itu, di Madinah Muhammad tidak lagi melakukan perdebatan tauhid tetapi memberikan contoh kongkrit bagaimana konstruksi dan struktur masyarakat yang diinginkan Islam sesungguhnya; bagaimana manusia hidup saling mengasihi dan saling mengerti, bersatu membangun dan mempertahankan kedaulatan Madinah, ibarat pepatah Indonesia: “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”. Hasilnya, dalam kurun waktu kurang dari satu dasawarsa tidak saja berbondong-bondongnya penduduk Makkah bergabung ke Madinah tetapi Muhammad telah membangun basis kekuatan politik, ekonomi dan militer yang tak tertandingi di semenanjung Arabia.
Kelompok sufi – kalau tidak disebut sebagai aliran – yang lebih dikenal amat ketat mempraktekkan konsep maiyah seperti ini adalah aliran al-Malamatiyah di Khurasan pada abad ke-3 dan ke-4 H. berdasar prinsip ietsaar yang mengacu pada ayat 9 surah al-Hasyr, persaudaraan al-Malamatiyah dibangun diatas sikap pengorbanan diri sendiri demi kepentingan saudara. Sikap tersebut menciptakan idealism alfutuwwah yaitu semangat kepemudaan dalam berjuang seperti halnya ashabul kahfi. Tokoh-tokoh besar dalam tradisi sufi pada umumnya penganut malamatiyah dan ahlul futuwwah mulai dari Abu Yazid al-Busthami, al-Hallaj, al-Junaeid hingga Ibn Arabi.
Muhammad Ainun Nadjib dan Maiyah
Tidak ada kaitan formal yang dapat dijadikan alasan akademis maupun intelektual untuk secara metodologis menyimpulkan adanya hubungan antara gerakan jamaah Maiyah yang memperoleh inspirasi, pembimbingan, pengayoman dan pengajaran dari seorang Muhammad Ainun Nadjib yang lebih akrab disapa Cak Nun, dengan gagasan-gagasan pemikiran dan ideologi yang berkembang dalam sufisme. Cak Nun secara formal bukan anggota tarekat ataupun pernah berguru dan menerima ijazah dari seorang Syekh Tarekat tertentu, bahkan tidak mempelajari tasawuf melalui jalur pendidikan baik formal, informal maupun non-formal. Tetapi aneh dan ajaibnya, pemikiran apapun yang terkandung dalam literatur tasawuf bisa dengan gampang dan gamblang Cak Nun menguraikannya. Buka kitab al-Futuhat al-Makkiyah, suatu karya monumental Ibn Arabi sebagai contoh dan lacak topik yang menguraikan martabat wujud, maka anda dapat lebih mengerti gagasan itu dalam satu kali pertemuan dengan Cak Nun disbanding beberapa kali pertemuan bahkan beberapa semester tapi tetap tak mengerti di hadapan profesor pengajar materi tasawuf pada perguruan tinggi Islam dan non-Islam di Indonesia.
Maiyah yang secara kreatif atau lebih tepatnya menjabarkan prinsip-prinsip persahabatan, persaudaraan dan ikrar perjuangan berdasarkan cinta kasih serta dengan ihklas dan jujur yang bersumber dari inspirasi gua tsaur dan momentum hijrah Nabi, merupakan kreasi sufistik Cak Nun yang jika disandingkan dengan gerakan-gerakan sufi dalam sejarah, menempati posisi setara dengan kaum malamatiyah. Jamaah Maiyah sebagaimana pengikut malamatiyah menjadi tempat berteduh masyarakat umum dalam menghadapi kezaliman ataupun kesewenang-wenangan pemerintah ataupun publik. Bahkan jamaah Maiyah sebagaimana jamaah Malamatiyah cenderung mempraktekkan ‘rasa bahagia’ dan sikap ‘menikmati’ ketidak-adilan dan penderitaan yang dialaminya.
Dengan demikian maka Cak Nun dengan jamaah Maiyahnya sesungguhnya merupakan nikmat bagi pemerintah dan Negara Indonesia. Forum-forum Maiyah Cak Nun telah menjadi danau serapan bagi banjir kebencian masyarakat. Maiyah menjadi ‘GEGANA’ penjinak bom yang setiap saat dapat meledak gara-gara ketidak-adilan dalam masyarakat. Maiyah menjadi jembatan perdamaian bilamana terjadi konflik antara kelompok masyarakat. Lebih dari itu, Maiyah menjdai ‘sekolah’ kehidupan yang memberikan pendidikan kearifan hidup.
Meski peran sosial dan kultural yang dimainkan jamaah Maiyah begitu besar artinya bagi stabilitas politik dan keamanan nasional Indonesia, namun Cak Nun tidak mendapat penghargaan, apresiasi maupun terima kasih dari pemerintah. Dan tentu Cak Nun tidak pernah mengharapkan apapun dari siapapun kecuali kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, karena beliau mempraktekkan ayat 9 surah al-Insan. Namun tentunya tetap tergantung kepada kehendak dan keinginan Allah terhadap bangsa Indonesia ini. Jika Allah kemudian menutup ‘danau’ Maiyah, membubarkan ‘gegana’ Maiyah, merontokkan ‘jembatan’ Maiyah dan menutup ‘sekolah’ Maiyah, maka revolusi takkan terhindarkan. Dan jika saatnya tiba Allah pun takkan segan-segan memerintahkan Cak Nun mendeklarasikan ‘perang badr’ dan menggerakkan balatentara yang tak terlihat dan yang sudah cukup lama stand by. Wallahu a’lam.
Oleh M Nursamad Kamba 
Jakarta, 23 Desember 2009
20 notes · View notes